Vous êtes sur la page 1sur 8

Executive Summary

Chapter 3,5,6,7
Nama : Tri Suci Rahayu
NIM : 12/330808/EK/18973
CH3
Akuntansi manajemen di jepang berkembang dalam 2 tahap setelah perang dunia ke-2 yakni :
1. Penuh dukungan dari pemerintah kemudian meng-import teori dari barat dan
diimplementasikan pada perusahaan privat.
Perusahaan besar kemudian diebbaskan sehingga muncul style akuntansi manajemen
yang baru yaitu Genka Kikaki (Cost Design) dan Kaizen (continues cost
improvement).
Pada tahun 1950-1970: kepemimpinan di pegang oleh pemerintah dan muncul konsep
akuntansi manajemen modern serta hadir perusahaan-perusahaan saham modern.
Conto dari akuntansi manajemen yang modern adalah : ICS (Internal Control
System), profit planning, dan budgetary control. 1950-1960, budgetary control
digunakan bagi investor asing ketika memberikan dana yang dipakai perushaana
untuk pembangunan infrastruktur. Sehingga saat itu, perusahaan-perusahaan sangat
percaya pada bank.
Kemudian dibuat akuntansi manajemen modern dengan mengambil dari USA
(advanced accounting) dan pada 1951-1970 MITI mem-publish profit planning dan
internal control. Kemudian pada 1966 terjadi perubahan karakter akuntansi
manajemen menjadi pendekatan struktural. Perkembangan akuntansi manajemen di
Jepang merubah sudut pandang peperangan yang membuang waktu menjadi
kebijakan rasionalisasi ekonomi dengan konsep laba dan biaya yang ditanaman pada
manajer dan pekerja. Akuntansi manajemen di Jepang cenderung menggunakan
sistem pengendalian daripada pembuatan keputusan strategis yang dikarenakan faktor
banyaknya bank loans dan sistem triangle pemerintah.
Akuntansi manajemen di USA
Pada tahun 1950 akuntansi manajemen di USA diarahkan pada perencanaaan/strategi.
Kemudian di tahun 1960 diarahkan pada pembuatan keputusan. Teori informasi di USA lebih
berguna daripada di Jepang karena digunakan dalam pembuatan keputusan. Akuntan USA
menggunakan teori profit dan cost untuk merubah lingkungan. Misalnya : CVP Analysis
model,, inventory quantitative model untuk membuat keputusan.
Karakteristik Akuntansi Manajemen Kontemporer di Jepang Biaya dan Just In Time System
Perkembangan teknologi merubah akuntansi manajemen baik di Jepang maupun di USA.
Misalnya : small quantities multiple, persaingan di pasar internasional, banyaknya penelitian

dan pengembangan. Akuntansi manajemen digunakan untuk mneghitung dan mengontrol


profitabilitas dan biaya. Perusahaan Jepang yang besar banyak melakukan penelitian dan
pengembangan produk setelah Perang Dunia ke-2 dan OPEC yaitu harga minyak naik dan
perusahaan meresponnya dengan menurunkan biaya manajemen. Sebelum tahun 1970 di
Jepang fokus pada budgetary control dan standar costing. Sedangkan setelah 1970 hingga
sekarang muncul model baru yaitu JIT System yang memproduksi sesuai dengan pesanan.
Misalnya : cost design, cost manajemen, cost target, distribution system, subcontract system.
Pada tahun yang sama di Amerika Serikat muncul konsep quantitative model seperti L EOQ,
profit model. Pada tahun 1980 Amerika kemudian menirukan sistem manajemen di Jepang
dan berkembang menjadi ABC System.
Perbandingan AS dan Jepang digambarkan dalam gambar berikut ini

Perkembangan akuntansi manajemen di USA dan Jepang tergantung pada sistem ahli yaitu
profesi akuntan seperti audit, keuangan, sistem di USA dan NAIS (link antara accounting dan
komputer) di Jepang. NAIS di jepang menyatakan bahwa hasil analisis komputer hanya
digunakan sebagai framework sedangkan eksekusi dan lainnya tetap dilakukan oleh manusia.

CH5
Transplantasi Akuntansi Manajemen Jepang dan relevansi Budaya
Komunitas bisnis di Jepang sangat percaya bahwa kesuksesan penetrasi perusahaan jepang di
pasar internasional merupakan hasil dari kesuksesan sistem manajemen yang baik. Sehingga
sistem akuntansi manajemen di Jepang ditirukan oleh perusahaan asing untuk dapat
meningkatkan kualitas produk dan produktifitas (Japanization). Namun terjadi konflik
kebudayaan dalam japanization ini.
Hubungan antara budaya dan akutansi sudah banyak diperhatikan khususnya di akuntansi
keuangan yaitu dasar-dasar akuntansi keuangan dan harmonisasi internasional dari akuntansi
keuangan. Meskipun hubungan antar budaya dan akuntansi belum pasti, penelitian dilakukan
antara kolektivism jepang dan individualism Amerika dan hasilnya menunjukkan perbedaan
yang signifikan atas metode akuntansi yang digunakan. Padahal suatu budaya menurut
Hofstede, 1987 menyatakan bahwa tidak hanya memiliki satu feature saja, tetapi ada feature
lain yang harus diperhatikan yaitu power distance, uncertainty avoidancce, individualism dan
masculinity. Power distance berhubungan dengan pengambilan keputusan . 4 hal tersebut
berhubungan dengan struktur organisasi dan memiliki dampak pada fungsi individu di
organisasi. Kekuatan individualism dan kolektivism dipengaruhi oleh agama, bahasa, struktur
historis dll. Apabila di jepang lebih dipengaruhi oleh agama yang dominan. Sedangkan
maskulinitas merupakan kekeluargaan yang berakar. Ada perbedaan pada ketenagakerjaan
misalnya antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki akan bekerja untuk keluarganya dan
menghasilkan kesetiaan pada perusahaan. Di Asia lebih tertutup manajement dominanya
karena ada sisyem kepemilikan pada perusahaan keluarga.
Akuntansi Manajemen Jepang dan Budaya
Tipe akuntansi manajemen jepang adalah target costing yang memunculkan teknik JIT (Just
In Time ) System. Target Costing ada 2 jenis yaitu cost design dan continues improvement.
Cost design terdiri dari 2 tahap yaitu tahap persiapan : akuntan biaya dan ahli mesin
mengembangkan target iaya berdasarkan struktur produk untuk memuaskan pelanggan dan
penetrasi pasar internasional. Tahap pertama yaitu implementsi dengan mengestimasi biaya
aktual dan departemen produksi berusaha mencapai target dengan meningkatkan metode
produksi serta varian antara aktual dan estimasi diminimalisir.
Target costing sanat berperan dalam JIT. Sistem JIT terdiri dari 2 subsistem yaitu visible
manajemen (kanban) dan new production system. Visible manajemen tergantung pada aspek
budaya tradisional jepang dan sistem informasi serta digunakan untuk menmukan dan
menyelesaikan masalah dengan cepat.

New production system bercirikan : zero inventory, multi-skilling, short lead times, pull
production method.
Sistem Jepang memfokuskan pada middle dan low manajemen yang berperan untuk
mencegah masalah terjadi. Selain itu terdapat kepercayaan mutual antara manajemen dan
karyawann, pelatihan yang sesuai, dan karyawan yang memiliki banyak keahlian. Selain itu
JIT membutuhkan jam kerja yang lebih lama. Namun di USA, muncul konsep rasionalism
yaitu spesialisasi individu akan meningkatkan koordinasi dan integrasi.
Transplantasi Akuntansi Manajemen Jepang di Asia dan USA
Survey tahun 1991-1992 menunjukkan bahwa 30% dari 338 perusahaan telah menggunakan
sistem horizontal organisasi, quality control circle, dan training yang berasal dari Jepang.
Meskipun new production system (JIT), target costing tidak diterapkan secara penuh.
Manajemen di jepang di bagi menjadi 2 yaitu long term di tokyo dan strategi produk di
afiliasi jepang di USA. Sehingga target costing juga berbeda.
Terdapat perbedaan budaya antara afiliasi jepang di USA yaitu jam kerja pendek, gaji tinggi,
dan supply sistem yang kurang baik sehingga sulit untuk menerapkan manajemen dengan
kualitas yang tinggi dan biaya yang rendah dan harus membuat sistem subcontract yang
efisien dan efektif.
Sedangkan di Asia, supply sistem cenderung lebih murah karena area yang relatif sama.
Kesimpulannya sangat costly untuk menerapkan sistem Jepang di kawasan USA untuk
meningkatkan kualitas karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya transfer yang tinggi,
serta perbedaan budaya. Transplantasi sistem di Asia lebih murah karena biaya hidup yang
murah dan biaya tenaga kerja yang murah. Namun, tidak pasti penerapan ini berhasil di
semua wilayaah karena tidak hanya melihat biaya transfer yang murah tetapi lebih pada cost
benefit analisis pada negara yang diterapkan. Selain itu, ABC Sistem berbeda dengan target
costing di Jepang.

CH6
Perkembangan Ekonomi Asian dan Akuntansi Manajemen
Pada tahun 1980 terdapat fenomena dampak buble ekonomi Jepang. Semua negara
menirukan sistem manajemen yang diterapkan oleh Jepang karena dapat menghasilkan
kualitas produk yang tinggi namun dengan harga yang relatif lebih murah.
Dengan adanya fenomena tersebut, Jepang percaya bahwa ekonomi Asian akan berkembang
dengan dukungan sistem manajemen yang telah dibuatnya. Namun, sejak terjadinya devaluasi
mata uang bath, membuat sistem manajemen jepang tidak terlalu berguna karena harga
transfer menjadi lebih mahal. Mari diteliti lebih dalam lagi.
Perkembangan akuntansi dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Pada tahap ketiga, proses feed back dan feed forward sangat penting bagi jalannya metode
tersebut. Performa aktual akan dibandingkan dengan performa yang direncanakan. Variansi
juga akan dianalisis dan dikoreksi menggunakan metode-metode yang ada. Sedangkan feed
forward merupakan aktivitas pencegahan. Manajer akan bersikap proaktif dalam menjalankan
rencana dan merespon kondisi ekonomi dengan cepat dan harus dapat mengestimasi dampak

ke masa depan. Proses feed forward harus diintegrasikan antara sistem akuntansi dan proses
manajemen.
Akuntansi manajemen berkembang dari feed back menjadi feed forward dan dari orientasi
produk menjadi orientasi pasar.
Situasi praktik 4 tahap di jepang adalah tidak melalui tahap ketiga karena akuntansi
manajemen tradisional sangat mengakar di operasi manajemen di jepang dan metode
kuantitative sangat sulit diterapkan. Metode kuantitaf juga tidak diterapkan di jepang seperti
program linier, metode present value, dan probabilitas. Implementasi metode kuantitatif tidak
dijalankan di USA maupun di Jepang.
Kondisi akuntansi manajemen di Asia sekarang adalah banyaknya penggunaaan budgeting
control dan inventory control kemudian diikuti oleh capital budgeting, cost efficiency
analysis, responsibility accounting, incremental cost analysis, break-even point analysis,
productivity measurement. Itu populer di Taiwan pada tahun 1995, di korea pada tahun 1994,
begitu pun di Singapura, dan hongkong. Meskipun demikian, sebagian besar implementasi
akuntansi manajemen jepang di Asia ini masih pada tahap drifting management karena
banyaknya bisnis yang kecil dan medium.
Sedangkan akuntansi manajemen di Brunai, Malaysia, dan Filifina dipengaruhi oleh hadirnya
perusahaan multinasional dari Amerika sehingga lebih menggunakan akuntansi manajemen
USA yaitu metode kuantitatif. Namun, di Thailand perkembangan akuntansi manajemen tidak
terlalu baik karena skala bisnis domestiknya masih kecil dan kuatnya agama budha.
Sedangkan di Indonesia, perkembangan akuntansi manajemen masih diamati karena masih
banyaknya bisnis kecil dan menengah yang konservatif.

CH7
Akuntansi Manajemen Jepang dan Dampaknya terhadap wilayah Asian
Sistem manajemen Jepang sangat fleksible dan responsive. Bahkan Kaplan dan Cooper
mengakui bahwa akuntansi manajemen Jepang sangat penting bagi pembuatan informasi
akuntansi bagi manajemen.
Perusahaan Jepang sangat sukses dalam penetrasi di pasar internasional melalui afiliasinya di
berbagai negara. Kesuksesan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Dibandingkan dengan perusahaan asing, perusahaan jepang afiliasi sangat kurang


perlengkapan, intensive pada tenaga kerja, produktivitas rendah. Meskipun begitu,
profitabilitas dari negara ASEAN dihasilkan dari rendahnya biaya tenaga kerja, dan turnover
yang tinggi. Selain itu, tingginya ROI ASEAN disebabkan oleh tingginya laba penjualan yang
disebabkan oleh biaya investasi yang rendah dan biaya tenaga kerja yang rendah. Ini
didukung oleh organisasi horizontal dan

2 jalan manajemen. Organisasi horizontal

merupakan bottom-up decision making dan juga teamworking serta sistem manajemen
sumber daya manusia yang baik. 2 jalan manajemen adalah dengan control dan evaluasi
performa sehingga mencegah masalah sebelum terjadi. Selain itu, gaya manajemen ini
diintegrasikan dengan sistem JI(just in time) menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan
produk dengan kualitas yang tinggi namun rendah biayanya.
Sedangkan perkembangan akuntansi manajemen di negara ASEAN digambarkan dalam tabel
berikut ini :

Vous aimerez peut-être aussi