Vous êtes sur la page 1sur 4

1.

Absorbsi peroral
Pertama, obat mengalami disolusi atau pemecahan obat dari
bentuk solid. Caranya bermacam-macam, diantaranya mengubah
obat menjadi bentuk garam, memperkecil bentuk partikel atau
terkadang menggunakan teknik micronization. Setelah tahap
ini, obat harus stabil di lingkungan lambung dan intestinum.
Selanjutnya akan mengalami proses difusi di membran mukosa
gastrointestinal menuju vena porta hepatika. Dalam prosesproses tersebut ada kemungkinan terjadi penurunan jumlah obat
yang dpat mencapai sistem sirkulasi.
(Adams, 2001)

1. Parenteral
Cara pemberian obat dengan cara suntikan. Parenteral meliputi
intravena, intramuscular, subcutan dan intrathecal.
Intravena tidak mengalami tahap absorbsi. Obat langsung
dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat didalam
darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan
langsung dengan respons penderita. Kerugiannya adalah obat
yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek
toksik lebih mudah terjadi.
Pada intramuscular, kelarutan obat dalam air menentukan
kecepatan dan kelengkapan absorbsi. Obat yang sukar larut
seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorbsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak

teratur. Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorbsi. Tempat
suntikan yang sering dipilih adalah gluteus maksimus dan deltoid.
Pada daerah subcutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang
tidak iritatif terhadap jaringan. Absorbsi biasanya berjalan lambat
dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama. Absorbsi
menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang
ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat
memperlambat absorbsinya.
Untuk intrathecal, obat langsung dimasukkan kedalam ruang
subaraknoid spinal, dilakukan bila diinginkan efek obat yang
cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal
seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi sistem
saraf pusat yang akut.
1. Inhalasi
Inhalasi adalah proses melalui paru-paru. Inhalasi hanya dapat
dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah
menguap. Misalnya anestesi umum dan obat lain yang dapat
diberikan dalam bentuk aerosol. Absorbsi terjadi melalui epitel
paru dan mukosa saluran nafas. Absorbsi terjadi secara cepat
karena permukaan absorbsinya luas, tidak mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Metode ini lebih sulit
dilakukan, memerlukan alat dan metode khusus, sukar
mengaturya dosis dan sering mengiritasi paru.
1. Topikal

Topikal adalah sediaan untuk keperluan luar tubuh yang bekerja


sebagai agen protektif bagi kulit atau sebagai pembawa obat.
Dalam bentuk ini yang terpenting adalah saleb dan krim. Topikal
sering dilakukan terutama pada kulit dan mata. Pemberian topikal
pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu karena tidak banyak
obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Jumlah obat yang
diserap tergantung pada luas permukaan kulit yang kontak
dengan obat serta kelarutan obat dalam lemak. Peberian topikal
pada mata dimaksudkan untuk mendapatkan efek lokal pada
mata, yang biasanya memerlukan absorbsi obat melalui kornea.
(Hsu.walter h. 2008)
1. Absorbsi topikal
Pertama, obat dilepaskan lalu akan melakukan penetrasi ke
lapisan keratin atau stratum korneum dan akhirnya ditangkap oleh
kapiler darah.

Daftar Pustaka
Adams, H Richard. 2001. Veterinary Pharmacology and
Therapeutics 8th edition. Blackwell Publishing.
Arief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Hsu.walter h. 2008. Handbook of vet pharmacology. America :
Wiley blackwell

Vous aimerez peut-être aussi