Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abortus
Definisi dari abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum embrio atau
janin dapat hidup di luar kandungan saat usia gestasi kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus
ditandai dengan perdarahan per vaginam, ostium uteri masih tertutup dan
hal konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
per vaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita
mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan per vaginam. Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus
masih sesuai dengan usia kehamilan, dan tes kehamilan urin masih positif.
Abortus Insipiens
Abortus yang mengancam, yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar dan ostium uteri telah terbuka, tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada usia kehamilan
yang masih kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil, sehingga perdarahan yang keluar sedikit dan
besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Abortus inkompletus
Sebagian hasil dari konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian
jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
pada kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnya pun bisa banyak atau
sedikit, bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan tetap
berjalan. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik
jika sisa jaringan konsepsi belum dikeluarkan.
Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan usia 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan di dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak mengalami keluhan apa-apa
kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu,
biasanya penderita jurtru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan
tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
Kadangkala, missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian dirasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada
pemeriksaan urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan.
Abortus habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih.
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi
hamil kembali, namun kehamilannya berisiko untuk berakhir kembali
Usia. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami abortus dibanding wanita yang berusia lebih
muda. Saat berusia 35 tahun ke atas, seorang wanita akan memiliki risiko
sebesar 20%, pada usia 40 tahun ke atas, risikonya sekitar 40%, dan usia
risiko abortus.
Merokok, alkohol, dan obat-obatan lainnya. Wanita yang merokok ataupun
mengonsumsi alkohol selama kehamilan memiliki risiko yang besar untuk
terjadinya keguguran dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok
dan yang menghindari alkohol selama kehamilan.
Perdarahan per vaginam (bisa berupa bercak maupun yang sudah benar-
benar perdarahan)
Nyeri atau kram di daerah abdomen atau punggung belakang
Adanya jaringan yang mungkin keluar dari vagina
Adanya dilatasi serviks
Adanya tanda-tanda infeksi pada abortus sepsis
memenuhi satu pembalut per jam atau dengan gejala penurunan tekanan
darah ortostatik (pusing jika berdiri, pingsan) harus diperiksa. Pasien
lainnya mungkin dapat dipantau ketat melalu telepon. Ingat bahwa pasien
scan doppler dalam usia kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-12.
Uji laboratorium
Uji kehamilan positif pada 75% kasus, sehingga uji kehamilan yang
medis.
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan per
vaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
yang menyertainya
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
Data lain-lain :
yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
Intervensi
Diagnosis: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Evaluasi adanya vertigo maupun postural hipotensi.
Rasional: terjadinya sakit kepala seperti postural hipotensi menandakan
penurunan tekanan darah akibat berkurangnya jumlah darah dalam tubuh
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor tanda dan gejala dari infeksi pada klien (seperti peningkatan suhu
tubuh dan nadi).
Rasional: agar apabila muncul tanda-tanda infeksi, perawat bisa segera
Rasional: agar jika infeksi pada akhirnya tetap terjadi pada klien, keluarga
maupun klien bisa segera melaporkannya sebelum komplikasi lebih lanjut
terjadi.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik jika diperlukan.
Rasional: antibiotik biasa digunakan untuk menekan terjadinya infeksi.
Gunakan teknik universal precaution setiap kali berhadapan dengan klien.
Rasional: untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengurasi risiko
terjadinya infeksi.
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Dengan saran dokter, lakukan transfusi darah pada klien jika diperlukan.
Rasional: syok bisa terjadi akibat status hipovolemik yang terjadi yang
Kehamilan Ektopik
Definisi dari kehamilan ektopik
Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak
berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba
dapat menjadi predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
Faktor tuba yang lainnya adalah kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.
Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga
besar.
Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB hanya mengandung progesteron yang dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan,
sudah menua dan faktor perokok juga sering dikaitkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.
bulan
Dengan amenorea, dapat ditandai tanda-tanda hamil muda, yaitu
emesis gravidarum, mual, dan terjadi perasaan mengidam.
perdarahan di dalamnya.
Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat
bervariasi.
Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi
sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang
menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun hingga
terdapat hematoma.
Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri dikeluarkan
dalam bentuk desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan
dalam bentuk perdarahan hitam seperti menstruasi.
Terdapat rasa nyeri mendadak diserai rasa nyeri di daerah bahu dan
seluruh abdomen.
Terdapat perdarahan melalui vagina.
2. Pemeriksaan fisik
Fisik umum:
Penderita tampak anemis dan sakit
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
Daerah ujung ekstremitas dingin
Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah turun hingga syok
Pemeriksaan abdomen, perut kembung, terdapat cairan bebasdarah, nyeri saat perabaan.
Pemeriksaan khusus melalui vagina
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum Douglas menonjol dan nyeri
Mungkin terasa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
3. Pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan,
dilatasi dan kuretase.
4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG): dijumpai kantong kehamilan
(gestational sac) di luar kavum Douglas untuk KET.
5. Pemeriksaan Kuldosentesis: ditemukan adanya darah cair di kavum
Douglas, dengan karakteristik hallo-sign, namun pemeriksaan ini sangat
tidak nyaman bagi pasien dan dapat dilewati jika telah terdapat keyakinan
diagnosis (khususnya dengan pemeriksaan USG)
6. Pemeriksaan laparoskopi jika perlu
Penatalaksanaan untuk pasien dengan kehamilan ektopik
SDP)
Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi
maupun peroral
USG
Intervensi
Diagnosis: Risiko syok
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Dengan saran dokter, lakukan transfusi darah pada klien jika diperlukan.
Rasional: syok bisa terjadi akibat status hipovolemik yang terjadi yang
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tanyakan pada klien terkait tingkat atau skala nyeri dalam rentang 0
sampai 10 dengan 0 adalah tidak nyeri sama sekali dan 10 adalah sangat
nyeri.
Rasional: untuk mengetahui apakah perawat perlu memberitahukan pada
dokter terkait kebutuhan analgesik jika nyeri klien sudah melewati skala 5
ke atas.
Lakukan pengkajian menyeluruh terhadap nyeri yang dirasakan klien
seperti lokasi nyeri, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, serta faktor presipitasi.
Rasional: dapat membantu perawat dan dokter untuk menentukan
Kriteria hasil:
Klien akan memiliki urin output, BUN, dan plasma kreatinin dalam rentang
normal.
Klien akan memiliki warna kulit yang normal.
Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas fisik.
Intervensi:
Ukur tekanan darah klien, periksa adanya sianosis, status respirasi, dan
status mental.
Rasional: penurunan curah jantung dapat menyebabkan penurunan
Mola hidatidosa
Definisi dari mola hidatidosa
Yang dimaksuda dengan mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili
korialis mengalami perubahan berupa degenarasi hidropik. Secara makroskopik,
mola hidatidosa mudah dikenal, yaitu berupa gelembung-gelembung putih,
tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
mililiter sampai 1 atau 2 cm.
Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa adalah edema stroma
vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi selsel trofoblas.
Pada mola komplet, kromosomnya bisa 46XX atau 46 XY, tetapi diberikan
hanya pada satu orang tua dan material kromosomnya diduplikasi. Tipe ini
Ovum: ovum yang sudah patologis sehingga mati, namun terlambat untuk
dikeluarkan.
Imunoselektif dari trofoblas.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
Paritas tinggi.
Kekurangan protein.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
sepertiga kasus).
Sesak nafas.
Ovarium biasanya mengalami nyeri tekan dan membesar (theca lutein
cysts).
Tidak ada denyut jantung janin.
Tidak ada aktivitas janin.
Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin.
Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamsia sebelum usia
kehamilan 24 minggu.
tampak janin.
Pemeriksaan laboratorium. Beta hCG urin lebih tinggi dari 100.000
Pemeriksaan MRI akan menunjukkan tidak adanya janin dan jaringan mola
hidatidosa akan terlihat jelas.
secara cepat pada kisaran 250 cc per jam. Kaji ulang dalam 24 jam.
Jangan berikan apapun melalui oral selama 24-48 jam.
Berikan diet setelah 24-48 jam:
Cairan jernih: mulai dengan cangkir setiap 15 menit dan meningkat
Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
kesehatan anaknya.
Riwayat seksual. Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
Palpasi:
janin.
Adanya fenomena harmonica, yaitu darah dan gelembung mola keluar dan
fundus uteri turun, lalu naik lagi karena berkumpulnya darah baru.
Auskultasi:
Pemeriksaan dalam:
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina
Intervensi
Diagnosis: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Evaluasi adanya vertigo maupun postural hipotensi.
Rasional: terjadinya sakit kepala seperti postural hipotensi menandakan
penurunan tekanan darah akibat berkurangnya jumlah darah dalam tubuh
Kriteria hasil:
Intervensi :
Evaluasi status nutrisi klien dan tentukan kebutuhan nutrisi yang dapat
dipenuhi klien sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional: sebagai langkah awal bagi perawat untuk menetapkan rencana
intervensi selanjutnya.
Anjurkan pada klien untuk makan sedikit demi sedikit tetapi sering.
Rasional: makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk
Kriteria hasil:
Intervensi :
Evaluasi
dan
monitor
adanya
tanda-tanda
infeksi
pada
klien
Rasional: agar perawat bisa mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi dan segera melaporkannya pada dokter.
deteksi
melakukan
dini
tindakan
perkembangan
dengan
segera
infeksi
dan
memungkinkan
pencegahan
untuk
komplikasi
selanjutnya.
antibiotik
dapat
menghambat
pembentukan
sel
bakteri,
sehingga proses infeksi tidak terjadi. Di samping itu antibiotik juga dapat
langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi
Plasenta Previa
Definisi dari plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Meskipun
separuh dari wanita berada pada tahap aterm saat perdarahan pertama kali
terjadi, persalinan prematur masih tetap merupakan masalah besar bagi separuh
lainnya karena tidak semua wanita dengan plasenta previa dan janin prematur
dapat ditangani dengan cara menunggu. Dari sudut pandang ibu, transfusi darah
yang memadai serta prosedur sesar telah banyak mengurangi angka kematian
akibat plasenta previa.
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
dimulainya persalinan.
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi di bawah usia kehamilan 30 minggu,
tetapi lebih dari separuh kejadiannya terjadi pada usia kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan akan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk
hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian,
sangat jarang terjadinya koagulopati pada plasenta previa.
Pada grandemultipara
Jarak kehamilan terlalu pendek
Malnutrisi ibu hamil
Melebarnya plasenta oleh karena kehamilan gemelli
Usia ibu yang sudah lanjut
Ultrasonografi (USG).
USG merupakan pemeriksaan yang akurat untuk mendiagnosis plasenta
previa. Hanya 5% plasenta previa yang diidentifikasi melalui USG pada
trimester kedua yang bertahan hingga kehamilan cukup bulan (aterm).
dll.
Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat
2.
Shift perdarahan :
rahim
Pada inspeksi dijumpai:
1.
2.
3.
sampai syok.
Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik
sampai koma.
4. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas
normal.
Tekanan darah tuirun, nadi dan pernafasan meningkat.
Tanpa anemis
3. Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan
umur hamil.
Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
rahim.
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
Menegakkan diagnosa pasti.
Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan
atau hanya memecahkan ketuban.
Intervensi:
Diagnosis: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Evaluasi adanya vertigo maupun postural hipotensi.
Rasional: terjadinya sakit kepala seperti postural hipotensi menandakan
penurunan tekanan darah akibat berkurangnya jumlah darah dalam tubuh
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Dengan saran dokter, lakukan transfusi darah pada klien jika diperlukan.
Rasional: syok bisa terjadi akibat status hipovolemik yang terjadi yang
Kriteria hasil:
Klien akan memiliki urin output, BUN, dan plasma kreatinin dalam rentang
normal.
Klien akan memiliki warna kulit yang normal.
Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas fisik.
Intervensi:
Ukur tekanan darah klien, periksa adanya sianosis, status respirasi, dan
status mental.
Rasional: penurunan curah jantung dapat menyebabkan penurunan
Abruptio Plasenta
Definisi dari abruptio plasenta
Abruptio plasenta atau yang memiliki nama lain sebagai solusio plasenta,
ablatio placentae, dan accidental hemorrhage ini merupakan suatu keadaan
di mana terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya, yaitu sebelum anak lahir.
pecah karenanya
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada
segmen bawah rahim
Sebenarnya, solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang
bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis
plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi
perdarahan. Oleh karena itu, patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada
trauma abdomen, etiologinya jelas karena terjadinya robek pada pembuluh
darah di desidua.
Dalam banyak kejadian, perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)
yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau
dalam vaskular vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang
menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan
sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis
terlepas kecuali selapis tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
demikian, pada tingkat permulaan sekali, proses terdiri atas pembentukan
hematoma yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi,
dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada
awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematoma
retroplasenta yang disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua.
Hematoma retroplasenta akan mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk, dengan cepat akan meluas dan melepaskan
plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar
merembes antara selaput ketuban dengan miometrium untuk selanjutnya ke
luar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa
berhenti karena uterus yang sedang mengandung tidak mampu berkontraksi
untuk menjepit pembuluh darah arteria spiralis yang terputus. Walaupun
jarang, dapat terjadi pula perdarahan yang terperangkap di dalam uterus
(concealed hemorrhage).
Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit
sekali menampakkan gejala. Pada keadaan yang sangat ringan tidak
ada gejala kecuali hematoma yang berukuran beberapa sentimeter
yang terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini dapat diketahui
secara retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri
pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar melalui vagina. Nyeri yang belum terasa
membuatnya sulit untuk dibedakan dengan plasenta previa kecuali
darah yang keluar berwarna merah segar pada plasenta previa. Tandatanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih baik. Pada
inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi
terasa sedikit nyeri lokal di tempat terbentuknya hematoma dan perut
sedikit tegang namun bagian-bagian dari janin masih bisa dikenali.
Kadar fibrinogen darah dalam batas-batas normal, yaitu 330 mg%.
Walaupun belum memerlukan intervensi segera, keadaan ringan ini
perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan bertambah
berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan
plasenta previa dan mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio
terutama pada solusio sedang maupun berat.
Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami
pelepasan plasenta.
Status perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET)
atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan.
Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan
dalam memberikan bimbingan kegamaan.
Nama suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan
memberi persetujuan dalam perawatan.
Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama
istrinya dirawat.
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim
bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta,
sehingga rahim tegang.
Perdarahan yang berulang-ulang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah
yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien
lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami
hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus
yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi,
tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
5. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
Tanda-tanda vital
hiperpegmentasi aerola.
Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea
alba dan ligra
Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
8. Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
9. Ekstrimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
10.Pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin
Intervensi
Diagnosis: Nyeri akut b.d agen cedera fisik (solusio plasenta)
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tanyakan pada klien terkait tingkat atau skala nyeri dalam rentang 0
sampai 10 dengan 0 adalah tidak nyeri sama sekali dan 10 adalah sangat
nyeri.
ke atas.
Lakukan pengkajian menyeluruh terhadap nyeri yang dirasakan klien
seperti lokasi nyeri, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, serta faktor presipitasi.
Rasional: dapat membantu perawat dan dokter untuk menentukan
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
hipovolemik.
Evaluasi adanya vertigo maupun postural hipotensi.
Rasional: terjadinya sakit kepala seperti postural hipotensi menandakan
penurunan tekanan darah akibat berkurangnya jumlah darah dalam tubuh
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Dengan saran dokter, lakukan transfusi darah pada klien jika diperlukan.
Rasional: syok bisa terjadi akibat status hipovolemik yang terjadi yang
disebabkan oleh perdarahan yang dialami oleh klien.
Monitor tanda-tanda infeksi dari klien.
Rasional: jika terjadi infeksi bahkan sepsis pada klien, perdarahan yang
terjadi bisa menjadi semakin parah yang mungkin akan menyebabkan
Ruptura Uteri
Definisi
Ruptura uteri adalah kerobekan (diskontinuitas) dinding rahim yang terjadi
saat kehamilan atau persalinan. Bila peritoneum viserale tidak ikut robek,
disebut dengan ruptura uteri inkompleta. Namun, jika peritoneum viserale
ikut robek dan dengan demikian terdapat hubungan langsung antara kavum
uteri dengan kavum abdomen, maka disebut dengan ruptura uteri kompleta.
Sementara itu, ruptura uteri imminens (kerobekan uteri yang mengancam)
adalah suatu keadaan di mana rahim telah menunjukkan adanya tandatanda yang jelas akan mengalami ruptur, yaitu dengan dijumpainya
lingkaran retraksi Bandl yang semakin tinggi melewati batas pertengahan
antara simfisis pubis dengan pusat.
Epidemiologi
Ruptura uteri di negara berkembang masih jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan di negara maju. Angka kejadian ruptura uteri di negara
Patofisiologi
Pada waktu his, korpus uteri akan berkontraksi dan mengalami retraksi.
Dengan demikian, dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi
lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya, tubuh
janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah, ke dalam segmen
bawah rahim. Segmen bawah rahim akan menjadi lebar dan karenanya,
dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh kontraksi segmen
atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang
membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian
terbawah janin dapat terdorong turun tanpa halangan dan jika kapasitas
segmen bawah rahim telah penuh terpakai untuk ditempati oleh tubuh janin,
maka pada gilirannya, bagian terbawah janin akan terdorong masuk ke
dalam jalan lahir melalui pintu atas panggul ke dalam vagina melalui
pembukaan jika serviks bisa mengalah. Sebaliknya, apabila bagian terbawah
janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab yang menahannya (misalnya
panggul sempit atau kepala janin besar) maka volume korpus yang mengecil
pada waktu his harus diimbangi dengan perluasan segmen bawah rahim ke
atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologik (physiologic retraction
ring) semakin meninggi ke arah pusat melewati batas fisiologik menjadi
patologik. Lingkaran patologik ini disebut dengan lingkaran Bandl (ring van
Bandl). Ini terjadi karena segmen bawah rahim terus-menerus tertarik ke
proksimal, tetapi tertahan di bagian distalnya oleh serviks yang terikat di
tempatnya oleh ligamentum sakrouterina di bagian belakang, ligamentum
kardinal pada kedua belah sisi kanan dan kiri, dan ligamentum vesikouterina
pada dasar kandung kemih.
Jika his berlangsung kuat terus-menerus, tetapi bagian bawah tubuh janin
tidak kunjung turun melalui jalan lahir, lingkaran retraksi akan semakin tinggi
Manifestasi klinis
Pemeriksaan diagnostik
berat.
Eritrosit: untuk mengidentifikasikan tipe anemia.
Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung
kemih.
Tes prenatal : untuk memastikan polihidramnion dan janin besar.
(antiprostaglandin).
Dapat diberikan tokolisis dengan hati-hati (misalnya salbutamol
bolus).
Melahirkan bayi secepatnya, bila memenuhi syarat, diusahakan
agar dapat melahirkan per vaginam dan bila syarat tidak
terpenuhi, dapat segera dilakukan
seksio sesarea.
jika ada.
Bila robekan compang-camping: lakukan histerektomi subtotalis.
Bila robekan terjadi di segmen bawah rahim dan tepi luka dapat
diperbaiki (rata): lakukan histerografi dan tubektomi.
Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
kehamilan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
yang menyertainya
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan umum : TTV : suhu panas, nadi kecil dan cepat, TD menurun
robek.
Auskultasi .
Biasanya denyut jantung janin (DJJ) sulit atau tidak terdengar lagi
dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba hilang.
Pemeriksaan pelvis.
Menjelang kelahiran bagian presentasi mengalami regresi dan tidak lagi
terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi kedalam
rongga peritoneum, dan perdarahan pervagina mungkin hebat. Apabila
terjadi robekan lengkap jari-jari pemeriksa dapat melalui tempat ruptur
langsung kedalam rongga peritoneum, melalui permukaan serosa uterus
Intervensi:
Diagnosis: Nyeri akut b.d agen cedera fisik (ruptura uteri)
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tanyakan pada klien terkait tingkat atau skala nyeri dalam rentang 0
sampai 10 dengan 0 adalah tidak nyeri sama sekali dan 10 adalah sangat
nyeri.
Rasional: untuk mengetahui apakah perawat perlu memberitahukan pada
dokter terkait kebutuhan analgesik jika nyeri klien sudah melewati skala 5
ke atas.
Lakukan pengkajian menyeluruh terhadap nyeri yang dirasakan klien
seperti lokasi nyeri, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, serta faktor presipitasi.
Rasional: dapat membantu perawat dan dokter untuk menentukan
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Evaluasi adanya vertigo maupun postural hipotensi.
Rasional: terjadinya sakit kepala seperti postural hipotensi menandakan
penurunan tekanan darah akibat berkurangnya jumlah darah dalam tubuh
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor jumlah, dan frekuensi dari perdarahan yang terjadi pada klien.
Rasional: jumlah dan frekuensi yang meningkat dari perdarahan bisa
berisiko untuk menyebabkan klien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemik.
Dengan saran dokter, lakukan transfusi darah pada klien jika diperlukan.
Rasional: syok bisa terjadi akibat status hipovolemik yang terjadi yang
Daftar Pustaka
1. Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap: Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. American Pregnancy. 2006. Placental Abruption: Abruptio Placentae.
http://www.americanpregnancy.org/pregnancycomplications/placentalabrupti
on.html. Diakses pada 18 September 2012.
3. Brooker, Chris; Nicol, Maggie. 2011. Alexanders Nursing Practice E-Book:
Hospital and Home The Adult. UK: Elsevier.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012