Vous êtes sur la page 1sur 4

ASKEP PASIEN DENGAN SKABIES

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKABIES


A. KONSEP DASAR TEORI
1. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var.hominis dan produknya
( Mansjoer, 2000 : 110).
Faktor penunjang penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, hygiene buruk, sering
berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, perkembangan demografis serta ekologik.
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes skabei, kutu
tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 sentimeter.
Klasifikasi scabies :
a. Scabies pada orang bersih
b. Scabies nodular
c. Scabies pada bayi dan anak
d. Scabies terbaring ditempat tidur
e. Scabies Norwegia atau scabies krustosa.
Cara penularan :
a. Kontak langsung ( kulit dengan kulit ), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual.
b. Kontak tak langsung ( melalui benda ) misalnya pakaian,handuk, sprei, bantal, dll.
Penularan biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau bentuk larva.
Dikenal pula sarcoptes scabiei var.animalis yang kadang kadang dap menulari manusia,
terutama yang memiliki binatang peliharaan seperti anjing.
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh sarcoptes scabiei var.hominis.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
3. Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut:
- Pruritus nokturna ( gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
- Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
- Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi ( pustull, ekskoriasi dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan
telapak kai bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul
pada kuli kepala dan wajah.
- Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic

4.

5.

1.
2.
3.
4.
5.
B.
1.
a.
b.
-

Pada pasien dengan hygiene terjaga, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, maka dapat timbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulosis.
Patofisiologis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan gatal akibat sensitisasi terhadap secret dan ekssekret tungau
kurang lebih sebulan setelah infestasi. Bergandengan tangan atau bersalaman tangan
menyebabkan kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau adalah tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh, dan harganya terjangkau.
Jenis obat topical :
Belerang endap ( sulfur presipitatum) 4- 20 % dalam bentuk salep atau krim
Emulsi benzyl benzoate 20 25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali.
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang member iritasi.
Krotamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek, sebagai antiskabies dan
antigatal.
Krim permetrin 5 % merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit sarcopta scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.

PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Biodata
Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Pada pasien scabies terdapat lesi kulit dibagian punggung dan merasakan
gatal terutama pada malam hari.
- Riwayat kesehatan sekarang : pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian
menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
- Riwayat kesehatan dahulu: Pasien pernah masu rumah sakit karena alergi.
- Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti yang
klien alami.
c. Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi terhadap kesehatan : apabila sakit, klien biasanya membeli obat di toko obat
terdekat atau apabila terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke RS
- Pola aktivitas latihan: Aktivitas latihan selama sakit ; aktivitas ; makan, mandi, berpakaian,
eliminasi, mobilisasi ditempat tidur,
- Pola istirahat dan tidur : Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang
hebat pada malam hari.
- Pola nutrisi metabolic : tidak terdapat gangguan.
- Pola eliminasi : Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan
BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
- Pola kognitif perceptual : Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas,
pendengaran dan penglihatan normal.
- Pola peran hubungan

2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.

a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pola konsep diri


Pola seksual reproduksi : Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual
reproduksinya.
Pola koping : Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan
pasien menjadi malas untuk bekerja, Kehilangan atau perubahan yang terjadi, perubahan
yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, Takut terhadap kekerasan :
tidak, Pandangan terhadap masa depan : klien optimis untuk sembuh
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur infasif
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
Rencana Asuhan Keperawatan
Dx Keperawatan I : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapakan nyeri
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Nyeri terkontrol
Gatal mulai berkurang
Tidak terdapat adanya pus
Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangasangan lingkungan yang kurang
menyenangkan.
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik dan antibiotic.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
Dx Keperawatan II : Gangguan pola tidur b/d nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan tidur klien
tidak terganggu.
Kriteria hasil :

a. Klien tidak sering terbangun dimalam hari


b. Wajah pasien tampak segar
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kaji pola tidur klien sebelum dan setelah masuk RS


Berikan kenyamanan pada klien, jaga kebersihan tempat tidur pasien
Catat berapa banyak klien terbangun di malam hari.
Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
Kolaborasi dengan dokter terapi analgetik
Berikan alunan music klasik sebagai pengantar tidur jika perlu.

a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

a.
b.
c.
d.
e.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dx Keperawatan III: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam


penampian sekunder
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan cintra diri.
Kriteria hasil :
Body image positif
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang dialaminya.
Mengakui dan memantapkan kembali dukungan yang ada.
Intervensi :
Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya.
Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan
dirinya
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan.
Dx Keperawatan IV : Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . x24jam, kecemasan
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak tenang
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
Vital sign dalam batas normal.
Klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol gejala cemas.
Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya
kecemasan
Intervensi :
Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Berikan informasi factual mengenai diagnosis, dan prognosis penyakitnya.
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi kecemasan.
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien.
Identifikasi tingkat kecemasan.
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti cemas.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Diagnosis Keperawatan NANDA Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. 2010.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi