Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara uji kerusakan minyak adalah:
1.
2.
3.
4.
B. Tinjauan Pustaka
Antioksidan dalam lemak dan minyak akan mengurangi kecepatan
proses oksidasi. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak nabati dan
kadang-kadang sengaja ditambahkan. Ada dua macam antioksidan, yaitu
antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer adalah suatu
zat yang dapat menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal yang
melepaskan hidrogen. Antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin,
fosfatida, sesamol, gosipol dan asam askorbat. Yang paling banyak ditemukan
dalam minyak nabati adalah tokoferol yang mempunyai keaktifan vitamin E
dan memiliki banyak ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga akan
melindungi lemak dari oksidasi. Antioksidan sekunder adalah suatu zat yang
dapat mencegah kerja prooksidan sehingga dapat digolongkan sebagai
sinergik (Winarno, 2004).
Kerusakan karena timbulnya aroma tengik disebabkan oleh oksidasi
lemak menghasilkan senyawa aldehid dan peroksida. Proses oksidasi tersebut
menimbulkan bau serta rasa yang dapat menurunkan mutu dari makanan.
Oksidasi yang terjadi dapat diperlambat dengan memberikan penghambat
pada produk untuk meminimalisir kontak dengan udara. Kerusakan
lemak/minyak yang terjadi pada bahan ditandai dengan timbulnya bau tengik,
tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka TBA. Menurut SNI
01-2352-1991, produk dengan kandungan lemak tinggi seperti ikan dikatakan
dipindahkan ke minyak yang dimasak. Pada saat yang sama, produk yang
digoreng menyerap lemak sekitarnya. Jika produk yang akan digoreng
ditempatkan dalam lemak panas, air di permukaan menguap dan air bergerak
dari bagian dalam produk yang digoreng menuju lapisan luar, untuk
mengurangi hilangnya air di permukaan. Sebagian air yang dikeluarkan tidak
mudah bergerak dari permukaan hidrofilik makanan ke hidrofobik minyak,
lapisan tipis bentuk uap antara lemak dan produk yang digoreng. Kualitas
produk yang dimasak tergantung pada kondisi berikut, proses (temperatur,
waktu penggorengan, jenis penggoreng), minyak goreng (sifat dari minyakkimia dan fisik dan aditif, kontaminan) dan makanan (sifat makanan-kimia
dan fisik, persiapan, bahan pertukaran dengan minyak). Menggoreng biasanya
dilakukan pada suhu tinggi (antara 160 C dan 180 C) dan dengan adanya
udara dan kelembaban, minyak ini menggoreng dan minyak akan mengalami
kerusakan fisik dan kimia yang akan mempengaruhi kinerja mereka
menggoreng dan stabilitas penyimpanan produk goreng (Abiona, 2011).
Perubahan oksidatif tergantung pada tingkat kejenuhan minyak.
Degradasi oksidatif lemak dan minyak selama pemanasan tergantung pada
kandungan asam polyenoic dan antioksidan alami. Sedangkan dilihat dari
komposisi asam lemak tak jenuh, lemak babi itu sangat jenuh, mengandung
asam oleat sebagai asam lemak tak jenuh yang besar, dan hanya 6% asam
linoleat, asam-satunya polyenoic. Minyak nabati mengandung asam lonoleat
yang lebih tinggi (dan sejumlah kecil asam linolenat dalam studi minyak
lobak) dibanding lemak babi, yang meningkat sensitivitas mereka terhadap
degradasi oksidatif (Dostlov, 2009).
Menggoreng adalah proses yang menyebabkan banyak bahan kimia
reaksi dalam medium menggoreng menghasilkan sejumlah besar bahan kimia
senyawa. Selama penggorengan dan pemanasan, oksidasi, polimerisasi,
isomerisasi (baik penggorengan dan pemanasan) dan hidrolisis (hanya selama
penggorengan) terjadi pada minyak akan mengakibatkan munculnya berbagai
produk sampingan. Diantara produk ini, produk berbobot molekul lebih tinggi
lebih banyak dibandingkan dengan trigliserida yang dihasilkan berasal dari
sebelumnya
untuk
peningkatan
kepadatan
minyak
(Kalogianni, 2011).
Semakin lama dan semakin besar kontak antara minyak dengan
oksigen, maka akan terjadi peningkatan peroksida minyak. Perubahan asam
lemak bebas selama proses disebabkan adanya peristiwa hidrolisis baik
enzimatis maupun non enzimatis terhadap lemak yang dikandung. Proses
hidrolisis lemak atau minyak yang dapat menghasilkan asam-asam lemak
bebas disebabkan oleh adanya air dalam jaringan pangan yang mengandung
lemak atau minyak. Standar angka asam lemak bebas maksimal yang
diperkenankan oleh Codex Stan 19-1981 (rev. 2-1999) adalah sebesar 0.5%
sedangkan
berdasarkan
SNI
3741-1995,
asam
lemak
bebas
yang
: RH R* + H*
Propagasi : R* + O2 ROO*
: ROO* + RH ROOH + R*
Terminasi : ROO* + ROO*
: R* + ROO*
: R* + R* (Effendi, 2009)
C. Metodologi
1. Alat
a. Timbangan analitik
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Pipet ukur
d. Buret
e. Statif
f. Pipet tetes
g. Gelas ukur
h. Hot plate
2. Bahan
a. Minyak kelapa
b. Minyak kacang tanah
c. Minyak sapi
d. Minyak ayam
e. Asam asetat-cloroform (3:2)
f. KI jenuh
g. Aquadest
h. Na2S2O3 0,1 N
i. Larutan pati 1%
j. Alkohol netral
k. Indikator phenolphtalein
l. NaOH 0,1 N
3. Cara kerja
a. Penentuan angka peroksida
gr sampel dalam erlenmeyer tertutup, ditambah 30 ml asam asetat-kloroform (3:2), digoyangkan sampai semua bahan larut, d
Ditambah 0,5 ml larutan amilum 1% kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik
Dicatat volume NaOH yang digunakan, dan dihitung asam lemak bebas yang dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai a
Ditimbang bahan sebanyak 10 gram, dimasukkan ke waring blender, ditambahkan 50 ml aquades, dan dihancurkan selam
Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu destilasi sambil dicuci dengan 47,5 ml aquades
Ditambahkan batu didih dan pencegah buih secukupnya dan labu destilasi dipasang pada alat destilasi
Destilasi dijalankan dengan pemanasan tinggi sehingga diperoleh 50 destilat selama 10 menit
Destilat yang diperoleh diaduk merata, dipipet 5 ml ke dalam tabung reaksi tertutup
Ditambahkan 5 ml pereaksi TBA, ditutup, dicampur merata, kemudian dipanaskan selama 30 menit dalam air men
Blanko dibuat dengan menggunakan 5 ml aquades daan 5 ml pereaksi, dilakukan seperti penetapan sampel
i didinginkan dengan air pendingin selama + 10 menit, diukur adsorbansinya (D) pada panjang gelombang 528 nm dengan la
Dihitung bilangan TBAnya, dinyatakan dalam mg malonaldehid per kg sampel. Bilangan TBA = 7,8 D
Sampel
ketengikan
oksidatif.
Bilangan
peroksida
didefinisikan
sebagai
terjadinya oksidasi. Selain itu angka peroksida pada sampel lemak ayam
setelah penggorengan lebih besar daripada sampel minyak kelapa parut
kering, minyak kacang tanah, minyak kemiri setelah penggorengan. Hal
tersebut dimungkinkan karena dalam pengujian, lemak ayam berwujud
semi padat sehingga diperlukan pemanasan setiap proses uji. Akibatnya
lemak ayam menjadi cepat rusak bila dibandingkan sampel lain.
Standar bilangan peroksida maksimal yang diperkenankan oleh
Codex Stan 19-1981 (rev. 2-1999) adalah sebesar 3 mek/kg minyak VCO
(Mulyadi, 2011). Sedangkan menurut standar bilangan peroksida minyak
goreng di Indonesia adalah max 2 mg eq/gram (SNI 01-3741-2002 Standar
Mutu Minyak Goreng). Maka seluruh sampel yang digunakan dalam
praktikum tidak memenuhi standar kecuali minyak sebelum penggorengan
dari minyak kelapa parut basah, minyak kelapa parut kering, minyak
kemiri dan lemak sapi. Disarankan agar tidak digunakan karena kandunga
peroksida yang sangat tinggi dapat mengganggu kesehatan konsumen.
Tingginya angka/jumlah peroksida dipengaruhi oleh kandungan
asam lemak dalam lemak atau minyak. Asam lemak tidak jenuh lebih
mudah mengalami oksidasi dibanding asam lemak jenuh sehingga
menghasilkan senyawa peroksida yang lebih tinggi. Pada sampel minyak
nabati, terdapat banyak ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap
yang terdapat pada suatu asam lemak, maka stabilitas oksidatif asam
lemaknya semakin rendah. Asam lemak yang terdapat dalam minyak
nabati didominasi asam lemak tak jenuh yang mudah teroksidasi
menimbulkan
bau
tengik
sehingga
masa
simpannya
pendek
NaOH
(ml)
3,2
1,8
4,4
3,5
2,5
5,5
37,25
39,05
2,5
3,7
37,25
4
%
FFA
0,32
0,13
0,44
0,35
0,35
0,78
5,18
5,45
0,35
0,52
5,18
0,40
Angka
Asam
0,896
0,504
1,232
0,980
0,701
1,543
10,482
11,129
0,701
1,038
0,336
0,796
Etanol bersifat polar akan lebih mudah melarutkan asam lemak bebas yang
bersifat non polar dan larut dalam minyak dapat larut pada fase yang sama
dengan NaOH. Larutan NaOH ini bersifat polar, sehingga pada saat titrasi
asam lemak bebas dengan NaOH dapat berinteraksi, karena etanol ini
gugus OH sifatnya hidrofil (suka air) dan rantai karbon CH 3CH2 bersifat
hidrofob.
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
gram minyak atau lemak. Angka asam menjadi parameter penting dalam
penentuan kualitas minyak dan lemak dengan menunjukkan kadar asam
lemak bebas. Asam lemak bebas dapat berasal dari reaksi hidrolisa, reaksi
kimia, pemanasan, proses fisika atau reaksi enzimatis ataupun karena
proses pengolahan minyak dan lemak yang kurang baik. Maka semakin
tinggi angka asam menunjukkan semakin tingginya minyak atau lemak
yang terhidrolisis atau mengalami kerusakan.
Hubungan antara angka asam dan kadar asam lemak bebas (FFA)
berbanding lurus. Nilai FFA menunjukkan korelasi antara angka asam
dibandingkan dengan faktor konversi yang sesuai dengan asam lemak
dominan pada minyak atau lemk. Standar angka asam minyak goreng
menurut SNI adalah max 2 mg KOH/g.
Sampel minyak yang berbeda berpengaruh terhadap angka asam.
Sebelum menentukan besarnya angka asam setiap sampel minyak,
dihitung % FFA masing-masing sampel terlebih dulu. Setelah itu, angka
asam minyak dihitung cara mengalikan % FFA dengan faktor konversi.
Faktor konversi untuk minyak berbeda-beda tergantung asam lemak
penyusunnya yang dominan. Faktor konversi untuk asam oleat adalah
1,99; faktor konversi untuk asam laurat adalah 2,80; dan faktor konversi
untuk asam linoleat adalah 2,01. Minyak kelapa parut didominasi asam
laurat. Minyak kacang tanah, lemak ayam dan lemak sapi didominasi asam
oleat. Minyak kemiri didominasi asam linoleat. Sama seperti di atas,
minyak atau lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh lebih
Sampel
Absorbansi
1
0,1583
0,0521
0,3207
0,0168
0,3178
0,1128
0,7804
0,1128
0,3945
0,2423
0,1708
0,0798
2
0,1594
0,0536
0,3209
0,0178
0,3178
0,1130
0,7817
0,1130
0,3945
0,2423
0,1708
0,0798
3
0,1595
0,0537
0,3208
0,0197
0,3178
0,1132
0,782
0,1132
0,3945
0,2423
0,1708
0,0798
Rata-rata
TBA
Absorbansi
0,1583
0,0531
0,3208
0,0181
0,3178
0,1130
0,7814
0,1130
0,3945
0,2423
0,1708
0,0798
0,370
0,124
0,751
0,042
0,744
0,264
1,828
0,264
0,876
0,577
0,4
0,187
Pada semua
sampel menunjukkan
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Acara III. Uji Kerusakan Minyak yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan:
1. Kerusakan minyak dapat diketahui dengan menghitung angka peroksida,
angka asam dan bilangan TBA.
2. Standar bilangan peroksida menurut Codex Stan adalah maksimal 3
mek/kg, sedangkan menurut SNI adalah maksimal 2 mg eq/gram
3. Hubungan antara angka peroksida terhadap kerusakan minyak adalah
berbanding lurus.
4. Standar %FFA menurut SNI adalah maksimal 0,3%, sedangkan standar
angka asam mutu I maksimal 0,6 mg KOH/g dan mutu II maksimal 2 mg
KOH/g.
5. Hubungan antara angka asam dan kadar asam lemak bebas (%FFA)
terhadap kerusakan berbanding lurus.
6. Standar bilangan TBA menurut SNI adalah kurang dari 3 mg
malonaldehid/kg sampel.
7. Hubungan antara bilangan TBA terhadap kerusakan berbanding lurus.
DAFTAR PUSTAKA
Abiona, O.O. 2011. Comparative Study on Effect of Frying Process on The Fatty
Acid Profile of Vegetable Oil and Palm Oil. E-International Scientific
Research Journal, ISSN: 2094-1749 Volume: 3 Issue: 3, 2011.
Andaka, G. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan
Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009,
80-88.
Dostlov, J. 2009. Oxidative Changes of Vegetable Oils during Microwave
Heating. Czech Journal Food Science, Vol. 23, No. 6: 230239.
Effendi, M. S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Alfabeta.
Bandung.
Ginting, M. 2008. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Polihidroksi yang
Diperoleh Melalui Epoksidasi Minyak Kemiri. Jurnal Penelitian MIPA,
Volume 2, Nomor 1 Juni 2008.
Hermanto, S. 2009. Profil dan Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan
Babi) Hasil Analisa FTIR dan GCMS. Jurnal Teknologi Pangan, Vol. 21,
No. 8, 2009.
Kalogianni, E.P. 2011. Effect of Repeated Frying on The Viscosity, Density and
Dynamic Interfacial Tension of Palm and Olive Oil. Journal of Food
Engineering 105 (2011) 169179.
Kusrahayu. 2009. Pengaruh Lama Penyimpanan Krim Susu yang Ditambah
Ekstrak Kecambah Kacang Hijau terhadap Angka Thiobarbituric Acid
(TBA), Kadar Lemak dan Kadar Protein. Seminar Nasional Kebangkitan
Peternakan Semarang, 20 Mei 2009.
Mulyadi, A. F. 2011. Perancangan Unit Pengolahan Virgin Coconut Oil (VCO)
Skala Industri Kecil: Kajian Lokasi Tanam dan Lama Waktu Tunda
Kelapa Sebelum Proses. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 3
[Desember 2011] 193-200.
Nielsen,
Laboratory
Manual.
Springer
Wijayanti, H. 2012. Pemanfaatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu Ulin
untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas. Konversi, Volume 1
No.1, Oktober 2012.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Witradharma, T. W. 2012. Pengaruh Konsumsi Berbagai Jenis Asam Lemak
terhadap Indikator Kejadian Aterogenesis pada Tikus Jantan Strain
Wistar. Jurnal Teknologi Pangan Vol. 7, No. 12 Mei 2012.
LAMPIRAN
Perhitungan:
1.
2.
2,80 =
56,01 x 10
2,8
X = 200,36
FFA=
%FFA=
= 0,35%
Angka Asam = faktor x %FFA
= 2,08 x 0,35%
= 0,98
3.
7,8 x D x 3
berat sampel
7,8 x 0,0181 x 3
10
= 0,042