Vous êtes sur la page 1sur 16

Askep Persalinan Lama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam yang dimulai
dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan
kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya dengan sulit dan lama
mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi mereka untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit mengatakan
bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka sepanjang hidupnya.
Persalinan yang lama biasa terjadi terutama pada wanita yang baru menjalani persalinan anak
pertama.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan yang lama, yaitu
ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12 jam misalnya, atau persalinan yang
membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan forseps, atau vakum. Para peneliti menemukan
bahwa rasa sakit merupakan hal yang utama diutarakan oleh para ibu baru, terutama mereka
yang mengalami persalinan lama.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep persalinan lama
2. Mengetahui penatalaksanaan Ibu dengan persalinan lama
3. Mengetahui asuhan keperawatan Ibu dengan persalinan lama
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih,
bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2002).
Persalianan lama disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau
sulit.

B. Etiologi

Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :


Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalaami hambatan atau kemacetan.
Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin.
Kelaianan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :

Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar
janin belum berkembamg sempurna/masih kecil.

Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang
panggul sempit.

Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan
membahayakan keselamatan janin.

Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang
selanjutnya.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi

Temperature tinggi

Nadi dan pernafasan

Abdomen meteorismus

3. Pemeriksaan abdomen

Meteorismus

Lingkaran bandle tinggi

Nyeri segmen bawah rahim

4. Pemeriksaan local vulva-vagina

Edema vulva

Cairan ketuban berbau

Cairan ketuban bercampur mekonium

5. Pemeriksaan dalam

Edema serviks

Bagian terendah sulit didorong ke atas

Terdapat kaput pada bagian terendah

6. Keadaan janin dalam rahim

Asfiksia sampai terjadi kematian

7. Akhir dari persalinan lama

Rupture uteri imminen sampai rupture uteri

Kematian karena perdarahan dan atau infeksi

8. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.


9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik

D. Jenis-Jenis Kelainan His


1. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum
penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya
tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama;
dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan
inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his
kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam
menghadapi inersia uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap
yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat
lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan
untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
2. His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. Golongan
coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat
sinagkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang

ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelaiannya pada
kekuatan his. Bahaya partus presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan luas pada jalan
lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
3. Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot
uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat
pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang
sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran
konstriksi. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer
kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan
incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama,
dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan
kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan
lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh
kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan
his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.

E. Kelainan Kala Pada Partus Lama


1. Kelaianan kala I
Fase laten memanjang
Fase laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya his teratur
yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada
pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan barada dalam persalianan aktif apabila dilatasi
mencapai 5 cm (Rosen).
Lama fase laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara
mencerminkan nilai maksimum secara statistic. Durasi rata-ratanya adalah 8,6 jam dan
rentangnya dari 1-44 jam (Friedman & Sachtelben). Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi
fase laten antara lain adalah lama anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan
serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka),
persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitoksin sama efektif dan amannya
dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan. istirahat lebih disarankan karena
persalinan palsu sering tidak disadari. Menurut Friedman, memanjangnya fase laten tidak

memperburuk morbiditas atau mortalitas janin dan ibu, tetapi Chelmow membantah
anggapan tersebut.

Fase aktif memanjang


Friedman membagi fase aktif menjadi gangguan protraction(berkepanjangan/berlarut-larut)
dan arrest (macet/tak maju). Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau
penurunan yang lambat, yang untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam atau
penurunan <1cm/jam. untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai kecepatan pembukaan
< 1.5 cm/jam atau penurunan < 2cm/jam. Ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara
total pembukaan atau penurunan; kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan
sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam,dan kemacetan penurunan (arrest of
descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Keterkaitan atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet
adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior
persisten. Pada persalinan ini Friedman menganjurkan pemeriksaan Fetopelviks untuk
mendiagnosis disproporsi sefalopelviks. terapi yang dianjurkan adalah penatalaksanaan
menunggu, sedangkan oksitoksin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi
sefalopelviks.
2. Kelainan kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin.
Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, tetapi angka
ini juga sangat bervariasi. pada ibu dengan paritas tinggi liang vagina dan perineumnya sudah
melebar, 2 atau 3 kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mengkin cukup untuk
mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar,
atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yanag berat, maka
kala II dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan Laros melaporkan bahwa rata-rata persalinan
kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit oleh anastesi
regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada persalinan umumnya berlangsung setelah
pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan banyak gerakan pokok yang penting agar
janin dapat melewati jalan lahir. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan
diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesi regional. Untuk multipara 1 jam
adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesi regional.

F. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin


Dampak yang ditimbukan oleh partus lama antara lain:
Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada
ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama
apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,
terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila
disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominan segera.
Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan
yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya
SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai
konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada
keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum
yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan
dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu
yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan
kala II yang berkepanjangan.
Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan
ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar

panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di
bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan
kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara
kepala sendiri belum cakap.
Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih
satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas
median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan
tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang
oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa
menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,
molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan
perdarahan intracranial pada janin.

G. Penatalaksanaan
Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu
Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his.
Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:
Larutan garam fisiologis
Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam
Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.
member perlindumgan antibiotika-antipiretika
Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda tanda gawat janin.
Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Persalinan Lama

Ny. Rita 30 GI P0 A0 hamil 42 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, letak kepala,
puki, kepala teraba divergen, pembuka 5 cm, kepala turun di hodge II+, kontraksi 30 detik,
ada tiga kali kontraksi dalam sepuluh menit. Dalam pemantauan kontraksi terjadi innersia
uteri. Gambar partograf menunjukan partus lama fase aktif dilatasi maksimal. Hasil laporan

& konsultasi dokter didapatkan terapi akselerasi persalinan. Mengingat Ny.Rita yang
kelelahan dan tidak mampu untuk mangejan dengan benar maka persalinan dilakukan dengan
ekstrasi vakum.
A. Terminology
1. G1 P0 A0 : kehamilan pertama, belunm pernah melahirkan, belum pernah mengalami
keguguran.
2. Letak kepala : kepala di bawah
3. Kepala teraba divergen : kapala bayi sudah masuk panggul
4. Hodge II + : kepala bayi telah turun setinggi antara tepi bawah simfisis dan spina
ischiadika.
5. Innersia uteri : gangguan kontraksi
6. Partus lama fase aktif dilatasi maksimal : Proses berlangsungnya persalinan pada kala I (kala
pembukaan) yang secara normal berlangsung selama 6 jam dari pembukaan 4-6.
Terdiri dari 3 fase:
o fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
o fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
o fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
7. Terapi akselerasi persalinan : terapi induksi persalianan dimana sudah ada kontraksi tapi
dibantu dengan obat
8. Ekstraksi vacuum : tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi ( Maternal dan Neonatal ; 495 )

B. Permasalahan yang Muncul


1. Dari kasus diatas, kapan normalnya ibu melahirkan?
klien sudah mengalami pembukaan 5 berarti sudah memasuki kala I fase aktif dilatasi
maksimal, sehingga normalnya Ibu melahirkan 4 jam kemudian.
2. Apa saja yang harus diperiksa pada kontraksi?

Ada tidaknya kontraksi

Relaksasi

Durasi (lamanya kontraksi)

Frekuensi (berapa kali kontraksi)

Kekuatan

Bagian yang mengalami kontraksi

3. Bagaimana criteria persalinan lama? mengapa persalinan pada Ny.Rita dikatakan persalinan
lama?
4. Apa saja yang perlu dipertimbangkan pada pelaksanaan induksi?
Bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil. Dengan
menggunakan criteria Bishop sudah dapat diperkirakan keberhasilan persalinan anjuran. Pada
nilai total anjuran Bishop yang rendah, sebaiknya langsung segera dilakukan secsio sesarea,
karena induksi persalinan tidak akan berhasil. Induksi persalinan yang dipaksa akan
menambah keadaan gawat janjn dalam rahim.
Kriteria Bishop
Keadaan fisik

Nilai

Total nilai

Pembukaan serviks 0 cm
Perlunakan 0-30%
Konsistensi serviks kaku

Arah serviks ke belakang


Kedudukan bagian terendah -3
Pembukaan serviks 1-2 cm
Perlunakan serviks 40-50%
Konsistensi serviks sedang

Arah serviks ke tengah


Kedudukan bagian terendah -2
Pembukaan serviks 3-4 cm
Perlunakan 60-70%
Konsistensi serviks lunak

Kedudukan bagian terendah -1-0


Pembukaan serviks diatas 5 cm
Perlunakan 80%

5. Bagaimana proses ekstraksi vacum?


Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi ( Maternal dan
Neonatal ; 495 )

Indikasi

Ibu : memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata, penyakit paru
fibrotik.

Janin : adanya gawat janin

Waktu : persalinan kala II lama.


Kontra Indikasi

Ibu : ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit.

Janin : letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala menyusul.
Syarat Syarat Vacum

Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.

Presentasi kepala

Cukup bulan ( tidak prematur )

Tidak ada kesempitan panggul.

Anak hidup dan tidak gawat janin.

Penurunan H III / IV ( dasar panggul ).

Kontraksi baik.

Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.

Ketuban sudah pecah / dipecahkan.


Persiapan Tindakan

Persiapkan ibu dalam posisi litotomi.

Kosongkan kandung kemih dan rectum

Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptic

Beri infus bila diperlukan

Siapkan alat-alat yang diperlukan.

Teknik Ekstraksi

Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil
terletak di depan atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk menentukan
letak denominator.

Lakukan episiotomi primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada
primigravida. Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada
keadaan perineum. Dapat dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala
hampir lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi.

Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat
serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan
dipakai. Pada pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5.

Masukkan mangkuk ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang di
bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala,
pasang mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau
pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu. Dengan satu atau dua jari
tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit.

Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/ cm2, tunggu
selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan 0.2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga
vakum yang diperlukan, yaitu 0,7 samapi 0,8 kg/cm2. Sebelum mengadakan traksi,
lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit.

Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah
sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik
pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika his berhenti
traksi juga dihentikan.

Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan
gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri
penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk dilepas.
Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit, maksimum 40 menit.

6. Apa saja jenis dari induksi pada persalinan?


Induksi persalinan adalah suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan
berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam.

Indikasi :
1. Indikasi janin
Misalnya : kehamilan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin.
2. Indikasi ibu

Misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin


3. Gabungan keduanya
Misalnya : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.
Kontraindikasi:
1. Panggul sempit
2. Kelainan letak bayi,
3. Bekas Cesar (relatif)
4. Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis
5. Kelainan jantung
6. Kehamilan risiko tinggi
7. Adanya tumor di rongga pnggul.
Macam-macamnya:
1. Metode stein
dimulai sejak pagi hari

Pukul 06.00: 30 cc oleum ricini

Pukul 07.00: bisulfas kinine 0,200 gr

Pukul 08.00: bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter

Pukul 09.00: bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

Pukul 10.00-12.00: sama

Pukul 14.00: hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

Pukul 16.00: sama

Pukul 18.00: sama

2. Persalinan anjuran dengan innfus pituitrin


Dosisnya 5 unit dalam 500 cc glukosa 5% 8-40 tpm, kenaikan tetesan selama 15 menit 4-8
tetes sampai kontraksi optimal tercapai.
3. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat proses persalinan.
Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan
berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan
dengan infuse glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
4. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin

Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin.
Oemakaian prostaglandin dalam induksi persalinana dapat dalam bentuk infuse iv (nalador)
dan pervaginam (prostaglandin vagina supositoria)

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian

1) Anamnesa
a.

Biodata meliputi:
Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak (terlalu muda apabila
< 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun), Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi
klien, pekerjaan (Depks RI, 1993: 65).

b. Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his
yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih,
bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristinas Ibrahim, 1993,7).
c.

Riwayat penyakit sekarang .


Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 42 minggu
(Cristinas Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran
darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba,
1998; 165).

d. Riwayat penyakit dahulu.


Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin,
pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
e.

Riwayat penyakit keluarga.


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien,
TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien,
sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66).

f.

Riwayat Obstetri.

Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristinas Ibrahim, 1993,3), prematur kurang
dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).
Riwayat kebidanan.

Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida
berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
g. Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada
trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan
introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat
selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
h. Pola Kebutuhan sehari-hari.
Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J
Reeder Et all, 1987: 405).
Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien
sulit tidur terutama kala I IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).
Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila
kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk /
berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada
kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri .
(Sarwono Prawirohardjo, 1999,195).
Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritinas
Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all,
1987: 406).
Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah
dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,160).
Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).
2) Pemeriksaan fisik
a.

Pemeriksaan fisik umum

Kesan umum

Apakah tampak sakit


Bagaimana kesadarannya
Apakah tampak pucat ( anemis )
Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
b. Pemeriksaan khusus abdomen
Kesan abdomen
Perut kembung
Apakah tampak gerak janin
Pemeriksaan Leopold
Terdapat tanda abdominal, seperti:
Rasa nyeri berlebihan
Tanda cairan bebas dengan abdomen
Kesan lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
Bagian janin mudah diraba
Tampak perdarahan pervaginam
Pemeriksaan DJJ
DJJ normal antara 120-160
Keteraturan
Apakah disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala

3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan, dan
setelah selaput ketuban pecah.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut;
Warna cairan amnion
Dilatasi serviks

Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)


Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartum
belum dapat ditegakkan.
Jika terdapat kontraksi yanag menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka
wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya
adalah persalinan palsu.

Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam


Periksa luar
5/5

Periksa dalam
HI

4/5

H I-II

3/5

H II +

2/5

H II +

1/5

H III-H IV

0/5

H IV

Keterangan:
-

Periksa luar dengan cara palpasi

Periksa dalam dengan VT (Vaginal Touch)

4) Pengelompokan data
DO:

GI P0 A0 hamil 42 minggu

Keterangan
Kepala di atas PAP, mudah
digerakkan.
Sulikt
digerakkan
bagian
terbesar kepala belum masuk
panggul.
Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul.
Bagian terbesar kepala sudah
masuk panggul.
Kepala di dasar panggul.
Di perineum

Vous aimerez peut-être aussi