Vous êtes sur la page 1sur 9

TUGAS BESAR

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JOURNAL REPORT
EVAKUASI FTI

Disusun oleh Kelompok 4:


Faza Farhana Saifananda

12522280

Hanin Fitria

12522261

Nimas Puri

12522160

Adi Tiya Novitasari

12522158

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

LATAR BELAKANG
Evakuasi darurat adalah perpindahan langsung dan cepat dari orang-orang yang menjauh dari
ancaman atau kejadian yang sebenarnya dari bahaya. Contoh berkisar dari evakuasi skala
kecil sebuah bangunan karena ancaman bom atau kebakaran sampai pada evakuasi skala
besar sebuah distrik karena banjir, penembakan atau mendekati badai. Dalam situasi yang
melibatkan bahan-bahan berbahaya atau kontaminasi, pengungsi sebaiknya didekontaminasi
sebelum diangkut keluar dari daerah yang terkontaminasi.
Alasan Melakukan Evakuasi
Evakuasi dapat dilakukan sebelum, selama atau setelah bencana alam seperti:
a.

Letusan gunung berapi,

b.

Siklon

c.

Banjir,

d.

Badai,

e.

Gempa bumi,

f.

Tsunami,

g.

Dll

Alasan lainnya adalah


a.

Serangan militer,

b.

Kecelakaan industri,

c.

Kecelakaan nuklir

d.

Kecelakaan lalu lintas, termasuk kecelakaan kereta api atau penerbangan,

e.

Kebakaran,

f.

Pemboman,

g.

Serangan teroris,

h.

Pertempuran militer,

i.

Kegagalan struktural,

j.

Virus wabah,

k.

Dll

Urutan Evakuasi
Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1.

deteksi

2.

keputusan

3.

alarm

4.

reaksi

5.

perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan

6.

transportasi

Evakuasi Berskala Kecil


Strategi individu melakukan evakuasi di dalam bangunan oleh John Abrahams pada tahun
1994. Variabel independen adalah kompleksitas bangunan dan kemampuan pergerakan
individu. Dengan meningkatnya kompleksitas dan berkurangnya kemampuan gerak,
perubahan strategi dari "jalan keluar cepat", melalui "jalan keluar lambat" dan "pindah ke
tempat yang aman di dalam gedung" (seperti tangga), untuk "tetap di tempat dan menunggu
bantuan". Strategi terakhir adalah gagasan menggunakan tempat terlindung (Safe Haven)
yang ditunjuk di lantai. Safe Haven adalah bagian dari gedung yang diperkuat untuk
berlindung dari bahaya tertentu, seperti kebakaran, asap atau keruntuhan struktural. Beberapa
bahaya mungkin memiliki Safe Haven di setiap lantai, sementara bahaya seperti tornado,
mungkin memiliki Safe Haven atau ruang aman tunggal. Biasanya orang dengan mobilitas
terbatas diminta untuk melapor ke Safe Haven untuk penyelamatan oleh responden pertama.
Pada sebagian besar bangunan, Safe Haven berada di tangga.
Evakuasi Berskala Besar
Evakuasi distrik merupakan bagian dari manajemen bencana. Banyak evakuasi terbesar
terjadi menjelang atau dalam serangan militer di saat perang. Evakuasi berskala besar modern
biasanya merupakan hasil dari bencana alam.

1. Accident Event
a. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa/musibah yang kerap terjadi ditemukan, terutama di
lokasi/daerah padat penduduk. Tidak menutup kemungkinan kabakaran juga sering terjadi
di gedung-gedung perkantoran atau pendidikan seperti sekolah dan kampus, termasuk
gedung Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII yang notabene memiliki jalur evakusai
yang sulit diterjang. Dalam hal ini banyak manajemen gedung itu sendiri mempersiapkan
beberapa alat pemadam kebakaran dari Hydrant, Apar, dan banyak yang lainnya. Untuk
Prosedur jika terjadi kebakaran maka ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain :
Ikuti petunjuk di bawah ini.
1. Pergi ke panel hydrant terdekat dan pecahkan kaca bertanda "Break Glass Here."
2. Beri tahu pihak keamanan dan informasikan lokasi kebakaran.
3. Berusaha memadamkan api menggunakan APAR. (Catatan: selang kebakaran hanya
boleh digunakan oleh pihak pemadam kebakaran).
4. Jika tidak dapat dipadamkan, tutup semua pintu menuju ke lokasi kebakaran, beri
tahu situasinya kepada pihak keamanan dan mulai prosedur evakuasi.
5. Jangan menggunakan lift dan jelaskan situasinya bila petugas pemadam kebakaran
tiba.
Jika mendengar tanda alarm terus menerus
1. Tetaplah tenang.
2. Amankan semua dokumen-dokumen penting.
3. Matikan dan lepaskan semua peralatan listrik.
4. Dengarkan baik-baik pengumuman yang disampaikan facility management melalui
pengeras suara dan ikuti petunjuk yang diberikan oleh floor warden.
5. Jika kebakaran tidak dapat dikuasai, tutup semua pintu ruang yang terbakar dan
segera tinggalkan tempat tersebut melalui tangga darurat terdekat. Jangan
menggunakan lift.
Prosedur Evakuasi
1. Jika mendengar bunyi alarm secara terus menerus dari kotak hydrant, floor
warden akan segera memberikan petunjuk evakuasi/pengungsian.
2. Jangan panik, berjalanlah dengan cepat menuju tangga darurat terdekat. Jangan
menggunakan lift.
3. Jangan menghalangi orang lain yang masuk ke tangga darurat dari lantai di
bawahnya.

4. Jangan kembali untuk mengambil barang-barang jika sudah berada dalam tangga
darurat atau keluar dari gedung.
5. Floor warden bertanggung jawab dalam melakukan prosedur evakuasi.
6. Semua orang yang dievakuasi harus langsung menuju titik kumpul sampai ada
petunjuk selanjutnya.
7. Instruksi untuk kembali ke gedung diberikan oleh facility management setelah
keadaan dinyatakan aman.
b. Gempa Bumi
1. Berada di bawah meja yang dapat memberikan keamanan serta udara yang cukup.
2. Carilah kolom bangunan atau lorong yang memungkinkan tidak terdapat bendabenda yang dapat roboh di area kerja Anda.
3. Tangga darurat gedung adalah area yang paling aman dari reruntuhan.
4. Jauhkan diri dari jendela, rak buku, lampu atap, tempat file dan barang-barang berat
lain yang dapat jatuh dan melukai Anda.
5. Jika Anda berada dalam lift, usahakan segera keluar dari lift.
6. Tunggu sampai ada instruksi selanjutnya dari pengelola gedung.
7. Tetap tenang/jangan panik
8. Jangan menggunakan lift
9. Jika Anda berada di luar, jauhi gedung.
Pengobatan Darurat
1. Karyawan harus menghubungi pihak keamanan untuk memberitahukan adanya
korban.
2. Karyawan sebaiknya memberikan informasi seperti di bawah ini:
3. Nama, jenis kelamin dan perkiraan umur korban.
4. Lokasi keberadaan korban.
Floor Waden
1. Floor warden ditunjuk oleh facility management (peraturan K3).
2. Diperlengkapi dengan bendera, peluit dan handy talky.
3. Memberitahukan kepada seluruh karyawan mengenai lokasi jalan keluar.
4. Jika ada perintah evakuasi, menjamin seluruh karyawan meninggalkan gedung
dengan menggunakan tangga darurat dan berkumpul di lokasi yang telah ditentukan.
5. Memiliki daftar karyawan terbaru untuk keperluan absensi pada saat evakuasi.
6. Memastikan semua staf di bawah tanggung jawabnya, mengerti prosedur evakuasi
dan letak lokasi berkumpul yang dituju pada saat evakuasi.

7. Memastikan tidak ada penghalang apapun pada tangga darurat.


8. Memprioritaskan bantuan kepada wanita hamil, orang lansia, penyandang
disabilitas, dan orang yang dalam keadaan sakit.
2. Standar Evakuasi
Secara Nasional, aturan tentang prosedure evakuasi bencana alam telah ada. Sebagian aturan
tersebut terdapat pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
13 Tahun 2010. Dalam aturan tersebut telah dipaparkan bagaimana strategi dan mekanisme
evakuasi korban bencana alam. Bahkan teratur secara rinci personil yang terlibat, mekanisme
prosedur, standar waktu pencarian dan pertolongan. Sedangkan aturan terkait standarisasi
peralatan penanggulangan bencana terdapat pada Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2009. Untuk kecelakaan kerja, dilampirkan prosedur
Keselamatan Kerja.
A. Kebijakan
1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dilaksanakan

secara

terpadu dan terkoordinasi yang melibatkan seluruh potensi pemerintah, swasta dan
masyarakat.
2. Pelaksanaan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dilakukan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghargai budaya, adat
istiadat, kearifan lokal dan pengetahuan masyarakat setempat;
3. Peranserta lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah bersifat
komplementer.
B. Strategi
1. Membentuk posko kedaruratan dan penetapan Organisasi Komando Penanganan
Darurat.
2. Memobilisasi potensi sumber daya.
3. Memberdayakan masyarakat.
4. Mengkoordinasikan peran serta lembaga usaha, lembaga internasional dan
lembaga asing non pemerintah dalam pencarian, pertolongan dan evakuasi korban
bencana

Mekanisme Pencarian, Pertolongan, Dan Evakuasi

A. Umum
1. Mekanisme pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana diselenggarakan
dibawah komando Komandan Penanganan Darurat melalui tahapan rencana
operasi, permintaan, pengerahan/mobilisasi sumber daya yang didukung dengan
kemudahan akses sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Dalam pelaksanaan dilapangan penyelenggaraan pencarian, pertolongan,
dan evakuasi korban bencana sesuai dengan jenis, lokasi, dan tingkatan bencana.
2. Dalam upaya memudahkan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan
harta benda, Kepala BNPB/BPBD mempunyai kewenangan :
3. Tim Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi merupakan bagian dari Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana, yang terdiri atas:
4. Tujuan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi :
a. Menyingkirkan dan/atau memusnahkan barang atau benda dilokasi bencana
yang dapat membahayakan jiwa dan dapat mengganggu proses penyelamatan;
b. Memerintahkan orang untuk keluar dari suatu lokasi atau melarang orang
untuk memasuki suatu lokasi;
c. Mengisolasi atau menutup suatu lokasi baik milik publik maupun pribadi; dan
d. Memerintahkan kepada pimpinan instansi/lembaga terkait untuk mematikan
aliran listrik, gas, atau menutup/membuka pintu air.
5. Tim pencarian terdiri atas tenaga terlatih dalam bidang pencarian korban bencana
dan tenaga medis; serta melibatkan warga masyarakat setempat.
6. Tim penolong terdiri atas tenaga terlatih dalam bidang medis, psikolog, dan pekerja
sosial dibantu oleh tenaga relawan; serta warga masyarakat setempat.
7. Tim evakuasi terdiri atas tenaga terlatih dalam bidang evakuasi, tenaga medis,
pekerja sosial, dan psikolog; serta warga masyarakat setempat.
8. Menemukan lokasi bencana, korban manusia, dan harta benda yang hilang atau
yang dikhawatirkan akan hilang akibat bencana.
9. Menolong korban bencana yang sakit akibat bencana.
10. Memindahkan korban dari lokasi bencana ke tempat yang aman.

B. Sasaran
1. Lokasi

Bencana.

dalam

pencarian,

pertolongan

dan

evakuasi memerlukan

kejelasan lokasi bencana, kondisi medan bencana dan tempat evakuasi.

2. Korban Bencana. Dalam hal ini di prioritaskan bagi korban bencana yang
masih hidup, luka-luka dan kelompok rentan serta yang meninggal dunia.
3. Desain Gedung FTI UII
Pada desain gedung FTI belum memenuhi syarat-syarat jalur evakuasi yang baik,sebagai
contohnya tidak terdapat rambu-rambut evakuasi serta point berkumpulnya saat evakuasi.
Sehingga hal tersebut dapat menghambat proses evakuasi saat terjadinya bencana.
Adapun syarat titik kumpul dan syarat jalur evakuasi yaitu
Syarat titik kumpul evakuasi adalah:
1.
2.

Mudah diakses oleh korban bencana maupun penolong


Aman setelah terjadi bencana

Syarat jalur evakuasi adalah:


1.
2.

Mudah diakses oleh korban bencana


Aman saat terjadi bencana

Syarat gedung untuk jalur evakuasi yaitu


1. Harus ada ruang luncur lif, yaitu suatu ruang berbentuk lubang vertikal di dalam
bangunan gedung di mana di dalam lubang tersebut lif bersirkulasi naikturun.
2. Tangga kebakaran terlindung, yaitu tangga yang dilindungi oleh saf tahan api dan
termasuk didalamnya lantai dan atap atau ujung atas struktur penutup.
3. Pintu kebakaran, adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan
hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran.
4. Tangga berjalan, adalah sistem transportasi dalam bangunan gedung yang
mengangkut penumpangnya dari satu tempat ke tempat lain, dengan gerakan terus
menerus dan tetap, ke arah horisontal atau ke arah diagonal.

4. Usulan Perbaikan
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan ke luar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh keadaan
darurat. Maupun fasilitas pencahayaan darurat untuk sarana jalan ke luar harus tersedia.
Adapun persyaratan kinerja antara lain yaitu
1. Sarana jalan ke luar dalam bangunan gedung baru dan yang sudah ada harus
memenuhi persyaratan teknis ini.

2. Sarana jalan ke luar dari bangunan gedung harus disediakan agar penghuni bangunan
gedung dapat menggunakannya untuk penyelamatan diri dengan jumlah, lokasi dan
a.
b.
c.
d.

dimensi sesuai dengan:


Jarak tempuh
Jumlah, mobilitas dan karakter lain dari penghuni bangunan gedung
Fungsi atau penggunaan bangunan gedung
Tinggi bangunan gedung
e. Arah sarana jalan ke luar apakah dari atas bangunan gedung atau dari bawah level

permukaan tanah.
3. Jalan ke luar harus ditempatkan terpisah dengan memperhitungkan:
a. Jumlah lantai bangunan gedung yang dihubungkan oleh jalan ke luar tersebut
b. Sistem proteksi kebakaran yang terpasang pada bangunan gedung
c. Fungsi atau penggunaan bangunan gedung
d. Jumlah lantai yang dilalui
e. Tindakan petugas pemadam kebakaran
4. Agar penghuni atau pemakai bangunan gedung dapat menggunakan jalan ke luar
tersebut secara aman, maka jalur jalan ke luar harus memiliki dimensi yang ditentukan
berdasarkan:
a. Jumlah, mobilitas dan karakter-karakter lainnya dari penghuni atau pemakai
bangunan gedung
b. Fungsi atau pemakaian bangunan gedung.

REFERENSI
Muhadi. (2008). Pencegahan Resiko Kebakaran Gedung: Peran dan Tindakan Pusat
Layanan Kebakaran dan Pertolongan Departemen Rhone
Rahman, A., Mahmood, A., & Schneider, E. (2007). Using Agent-Based Simulation of
Human Behavior to Reduce Evacuation Time. Research Paper Universiti Teknologi
PETRONAS
Rahman, V.

(2004).

Penanggulangannya .

Kebakaran,

Bahaya

Unpredictable,

Upaya,

dan

Kendala

Vous aimerez peut-être aussi