Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
lainnya.
sumberdaya
Kedua,
nasional
yang
dikhawatirkan
akan
disebabkan
kurang
terjadi
misalokasi
dimanfaatkannya
terjadi antara daerah Jawa dan Luar Jawa sehingga kesan Javanistic
lebih dominan dalam pembangunan Indonesia. Munculnya terminologi
1
Direktur Kerjasama dan Pengembangan Magister Manajemen Agribisnis IPB dan Kepala Bagian Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB.
seperti
transportasi,
energi
dan
telekomunikasi,
(d)
perdagangan
antar
daerah,
(b)
distorsi
pengelolaan
sering
menemukan
kenyataan
bahwa
konsep
tersebut
dapat diperoleh dari misalnya faktor upah rendah atau tingkat bunga
rendah, tetapi harus pula diperoleh dari kemampuan untuk melakukan
Porter (1990)
teknologi.
Namun
demikian,
setiap
wilayah
masih
sustainability
pembangunan,
sehingga
paradigma
baru
Perbedaan tersebut
penduduknya.
menerbitkan
The
CURDS
merupakan
Competitiveness
suatu
Project:
lembaga
1998
yang
Regional
Benchmarking Report.
Dari dua konsep definisi daya saing yang telah diuraikan di depan
baik daya saing nasional dan daya saing daerah pada prinsipnya
memiliki substansi (esensi) yang sama.
pada cakupan wilayahnya saja.
daya
pelaksanaannya
saing
daerah
perlu
memang
dilakukan
relevan,
penyesuaian.
tetapi
dalam
Misalnya
saja,
Oleh
karenanya, definisi yang pasti dan disepakati semua pihak tidak lagi
menjadi syarat mutlak dalam rangka mengetahui faktor-faktor apa saja
yang dapat menentukan daya saing suatu negara.
Dengan demikian, pendefinisian daya saing memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Cakupan daya saing lebih luas dan tidak sebatas produktifitas atau
efisiensi saja.
2. Pelaku ekonomi (economic agent) berada dalam suatu sistem
ekonomi yang bersinergi.
3. Sasaran peningkatan daya saing suatu perekonomian adalah
bermuara pada meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk.
4. Hakikat daya saing adalah kompetisi.
Wilayah
Faktor penentu keunggulan daya saing wilayah pada tulisan ini
mengacu
pada
konsep
yang
dikemukakan
oleh
Porter
(1990).
(factor
condition),
kondisi
permintaan
pasar
(demand
industries)
serta
strategi
perusahaan,
struktur
dan
Sedangkan faktor
Gambar 1.
Wilayah
(Diadopsi dari Porter, 1990)
1. Kondisi Faktor Produksi
termasuk
sistem
jaringan
transportasi,
seberapa
besar
efektifitasnya
sangat
tergantung
pada
kondisi
permintaan
pasar
domestik.
Pada
umumnya
keunggulan
daya
saing
jika
perusahaan-
permintaan
pasar
domestik.
Komposisi
memperkuat
keunggulan
dengan
cara
mempengaruhi
itu
disebabkan
industri
pemasok
menghasilkan
input
yang
digunakan
secara
internasionalisasi.
meluas
dan
penting
bagi
inovasi
dan
dalam suatu wilayah pada bidang atau sektor yang berkaitan dengan
industri lain dapat memberikan keunggulan daya saing bagi industri
tersebut. Adanya industri yang saling terkait dan bersaing secara
internasional di suatu wilayah akan dapat menciptakan keunggulan
daya saing.
4. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan
Faktor penentu ini meliputi strategi dan sruktur perusahaan domestik,
tujuan perusahaan dan individu serta persaingan domestik.
5. Peluang
Suatu sistem akan terbentuk dari resultante faktor penentu keunggulan
daya saing wilayah.
tidak
dapat
menciptakan
keunggulan
daya
Berarti,
saing.
10
dan
wealth-driven.
Tiga
tahapan
yang
pertama
11
mulai
bidang-bidang
lainnya.
Pembangunan
ekonomi
12
Semakin baik
13
lokal
mengkaitkan
tersebut
merupakan
komponen-komponen
para
kunci
pelaku
pembentuk
kunci
daya
dalam
saing
14
Porter
tergantung
perusahaan
yang
kepada
memiliki
investasi
yang
keunggulan
inovatif,
perusahaan-
internasional
dan
juga
dan
Terkla
(1995)
sebagai
berikut
geographical
konsep
kluster
industri
dalam
bukunya
The
Porter mengembangkan
keberadaan
kluster
industri
yang
akan
dikembangkan.
3.3.
Teknik
Identifikasi
Potensi
Wilayah
dan
Komoditas
Unggulan
Berbeda dengan pendekatan konvensional perencanaan fisik
wilayah yang selama ini yang menekankan kepadatan penduduk,
jumlah penduduk dan struktur kota-kota, pendekatan baru yang akhirakhir ini popular digunakan mengutamakan konsentrasi wilayah
15
mampu
pembangunan
menjadi
penggerak
perekonomian.
utama
Dengan
kata
(prime
lain,
mover)
komoditas
peningkatan
produksi,
pendapatan
dan
pengeluaran.
bersaing
dengan
produk
sejenis
dari
wilayah
lain
16
beberapa
mengidentifikasi
atau
cara
atau
mengetahui
teknik
suatu
kuantifikasi
sektor
atau
untuk
komoditas
indeks
forward
dan
backward
linkage,
sebagaimana
sedangkan
pada skala wilayah yang dirinci menurut sektor, cara scoring tersebut
terbukti sangat bermanfaat.
Disamping itu,
17
teknik scoring
Dari tabel
18
unggulan adalah pala (26), ikan (26), cengkeh (24) dan wisata bahari
(21). Implikasinya adalah kegiatan ekonomi dan investasi selayaknya
diarahkan kepada sektor atas komoditas unggulan tersebut.
[Sisipkan Tabel 1 di sini]
3.4. Kriteria Produk Unggulan Local-Spesific
Pada uraian berikut menyajikan beberapa kriteria produk atau
komoditas
unggulan
yang
sifatnya
local-spesific,
yang
telah
Dukungan
SDA
terhadap
pengembangan
industri
yang
19
saing
perekonomian
negara-negara
di
dunia
telah
sering
wilayah-wilayah,
bukan
lagi
negara,
yang
merupakan
20
saing saing wilayah menjadi sangat penting bagi setiap wilayah dalam
penyusunan
rencana
strategisnya,
terutama
untuk
memacu
besar
yang
dihadapi
dalam
Salah satu
penyusunan
strategi
sebagai
bahan
masukan
bagi
penyusunan
strategis
21
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri, et al. 2001. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan
Wilayah.
Edisi Revisi.
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Jakarta.
Board, B.H. 1993. The Art of Strategic Planning for Information
Technology: Crafting Strategy for the 90s. John Wiley & Sons, Inc.
New York.
Daryanto, A. and J.B. Morison. 1992. Structural interdependence in the
Indonesian economy, with emphasis on the agricultural sector,
1971-1985:
an input-output analysis, Mimbar Sosek 6: 74-99.
Daryanto, A. 2004. Disparitas Pembangunan dan Pentingnya
Keterkaitan
Perkotaan-Perdesaan di Indonesia, Sinergi Desa-Kota 1: 10-15.
Doeringer, P.B., and D.G. Terkla. 1995. Business strategy and crossindustry
clusters. Economic Development Quarterly 9: 225-37.
Kepel, et al. 2000. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Andalan Kepulauan Kabupaten Sangihe Talaud. Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Komet, M. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah
Otonom, Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Porter, M.E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The Free
Press. New York.
Setiawan, B. 2004. Kebijakan dan Strategi Pembangunan PerkotaanPerdesaan di Indonesia: Beberapa Kritik dan Saran Ke Depan,
Sinergi Desa-Kota 1: 23-30.
22