Vous êtes sur la page 1sur 8

ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM

Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud
tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa
untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu
periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang
diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini
diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual
pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki akan
berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya merupakan aset
operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real estat; pabrik
mengacu pada bangunan dan struktur operasi; dan peralatan mengacu
pada mesin yang digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan
disebut juga aset produktif, aset modal, dan aset tetap.
Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam
Menilai Properti, Pabrik, dan Peralatan
Prinsip biaya historis digunakan saat menilai properti, pabrik, dan
peralatan. Penilaian biaya historis mengharuskan suatu perusahaan
pertama kali mencatat aset sebesar harga belinya. Biaya ini mencakup
beban apa pun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi
dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya
angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan (set-up). Seluruh biaya
akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset. Alasan
digunakannya biaya historis terutama sehubungan dengan objektivitasnya
(objectivity). Penilaian aset tetap dengan biaya historis, jika diterapkan
secara konsisten, biasanya tidak menghasilkan distorsi yang serius.
Bagian ini akan mempertimbangkan beberapa masalah khusus yang
terjadi saat menilai aset.
Menilai Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (natural resource) yang juga disebut aset yang
dihabiskan (wasting asset), merupakan hak untuk mengambil atau
mengonsumsi sumber daya alam. Contohnya meliputi hak untuk
menambang, menebang kayu, mengambil gas alam, dan minyak.
Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis
ditambah dengan biaya pencarian, eksplorasi, dan pengembangan. Juga
sering kali terdapat biaya yang cukup tinggi untuk menemukan sumber
daya yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini langsung dibebankan
saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual.
Perusahaan biasanya mengalokasi biaya sumber daya alam pada jumlah
estimasi unit cadangan yang tersedia.
Penyusutan
Prinsip dasar penentuan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari
penggunaan aset jangka panjang, harus menanggung bagian proporsional
dari biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alokasi biaya bangunan
dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa manfaatnya.
Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atas beban
nonkas, penyusutan tidak menghasilkan dana bagi penggantian aset. Hal

ini merupakan kesalahan konsep yang umum terjadi. Pendanaan dari


biaya modal dicapai melalui kegiatan arus kas operasi maupun
pendanaan.
Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan bergantung pada dua faktor: masa manfaat dan
metode alokasi.
Umur (Masa) Manfaat. Masa manfaat (useful life) aset sangat beragam.
Asumsi yang terkait masa manfaat aset dibuat berdasarkan kondisi
ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman, dan informasi mengenai fisik
dan sifat produktif suatu aset. Kerusakan fisik merupakan faktor penting
yang membatasi masa manfaat, dan hampir seluruh aset mengalaminya.
Frekuensi dan kualitas pemeliharaan memengaruhi kerusakan fisik.
Pemeliharaan dapat memperpanjang masa manfaat namun tidak dapat
membuat masa manfaat menjadi tak terbatas. Faktor pembatas lainnya
adalah keusangan, yang memengaruhi masa manfaat melalui
perkembangan teknologi, pola konsumsi, dan kekuatan ekonomi.
Keusangan biasa terjadi jika perkembangan teknologi membuat aset
menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya
habis. Keusangan luar biasa terjadi saat terdapat perubahan revolusioner
atau radikal pada permintaan. Peralatan teknologi tinggi selalu mengalami
keusangan yang cepat. Integritas penyusutan, dan penentuan laba,
bergantung pada estimasi yang cukup akurat dan revisi masa manfaat
yang tepat waktu. Estimasi dan revisi ini idealnya tidak dipengaruhi oleh
insentif manajemen yang terkait dengan waktu pengakuan laba.
Metode Alokasi. Ketika masa manfaat aset ditetapkan, beban
penyusutan periodik dihitung berdasarkan metode alokasi (allocation).
Keragaman penyusutan secara signifikan disebabkan oleh metode yang
dipilih. Kita akan melihat dua jenis metode yang biasa digunakan, garis
lurus dan dipercepat.

Garis lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight-line)


mengalokasi biaya aset pada masa manfaat berdasarkan beban
periodik yang sama. Tampilan 4.2 menggambarkan ilustrasi suatu
aset yang bernilai $110.000, dengan masa manfaat 10 tahun dan
nilai sisa $10.000 (nilai sisa merupakan jumlah yang diharapkan
akan diperoleh dari penjualan aset tersebut pada akhir masa
manfaatnya). Tiap tahun selama 10 tahun menerima beban sebesar
sepersepuluh dari biaya aset dikurangi nilai sisasebesar
($110.000 - 10.000)/10 tahun. Alasan penyusutan garis lurus adalah
asumsi bahwa kerusakan fisik terjadi seragam sepanjang waktu.
Asumsi ini biasanya terbukti untuk struktur tetap seperti bangunan
dibandingkan untuk mesin di mana penggunaannya merupakan
faktor yang lebih penting. Penentu penyusutan lain, keusangan,
tidak selalu terjadi seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak
adanya informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin,
metode garis lurus memiliki keunggulan karena sederhana.
Karakteristik ini, mungkin yang menjadikan metode ini populer,
dibandingkan karakteristik lainnya. Analisis kita harus mewaspadai
kelemahan konseptual penyusutan garis lurus. Penyusutan garis

lurus secara implisit mengasumsikan bahwa penyusutan pada


tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat aset mungkin
telah kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang makin
tinggi. Kelemahan lain penyusutan garis lurus, dan salah satu
masalah khusus dalam analisis adalah distorsi terhadap tingkat
pengembalian.
Dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat (accelerated)
mengalokasi biaya aset sepanjang masa manfaat dengan pola yang
semakin menurun. Penggunaan metode ini didukung oleh
penerimaan oleh Internal Revenue Code. Daya penarik metode ini
untuk tujuan pajak adalah percepatan alokasi biaya dan berikut
penangguhan laba kena pajak. Semakin cepat aset dihapuskan
untuk tujuan pajak, semakin besar penangguhan pajak untuk masa
depan, dan semakin banyak dana yang langsung tersedia untuk
operasi. Konsep yang mendukung metode dipercepat adalah
pandangan bahwa beban penyusutan yang semakin kecil sepanjang
waktu merupakan kompensasi atas (1) peningkatan biaya perbaikan
dan perawatan, (2) penurunan pendapatan dan efisiensi operasi,
serta (3) peningkatan ketidakpastian pendapatan atas aset berumur
di masa depan (karena keusangannya). Dua metode penyusutan
dipercepat yang paling umum adalah saldo menurun dan jumlah
angka tahun. Metode saldo menurun (declining-balance method)
mengenakan tarif tetap terhadap saldo akun yang semakin turun
(nilai tercatat). Dalam praktik, perkiraan tingkat amortisasi beban
penyusutan yang makin turun adalah dengan menggunakan tarif
ganda (sering kali dua kali lipat) dari tarif garis lurus. Misalnya, aset
dengan masa manfaat 10 tahun disusutkan dengan tarif menurun
ganda sebesar 20% yang dihitung dari [2 x (1/10)]. Metode jumlah
angka tahun (sum-of-the-years'-digits method) menerapkan bagian
biaya aset dikurang nilai sisa yang semakin kecil. Misalnya, aset
disusutkan sepanjang periode lima tahun dan dihapus dengan
menggunakan fraksi yang penyebutnya adalah jumlah angka lima
tahun (1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15) dan pembilang merupakan sisa
umut dari awal periode. Hal ini nienyebabkan adanya fraksi 5/15,
4/15 untuk tahun kedua, dan menjadi 1/15 pada tahun kelima yang
terakhir. Tampilan 4.3 memperlihatkan metode penyusutan
dipercepat yang diterapkan pada aset dengan nilai $110.000,
dengan nilai sisa $10.000 dan masa manfaat 10 tahun. Oleh karena
aset tidak dapat disusutkan di bawah nilai sisanya, perusahaan
harus memastikan bahwa metode saldo menurun tidak melanggar
aturan ini. Jika beban penyusutan dengan metode saldo menurun
lebih kecil dari tarif garis lurus, pada praktik umumnya digunakan
metode garis lurus sepanjang periode yang tersisa
Khusus. Metode penyusutan khusus (special) ditentukan pada
industri tertentu seperti baja dan mesin berat. Persamaan metode
ini adalah dikaitkannya bebar: penyusutan pada aktivitas atau
intensitas penggunaan aset. Misalnya, jika suatu mesin memiliki
masa manfaat 10.000 jam penggunaan, beban penyusutan berubah
sesuai dengan jam penggunaan bukan periode waktu. Jika metode
aktivitas (activity methods) yang disebut juga metode unit produksi

diterapkan, perlu menelaah estimasi masa manfaat secara periodik


untuk tetap valid di bawah kondisi yang berubah.
Deplesi
Deplesi (depletion) merupakan alokasi biaya sumber daya alam
berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi. Perbedaan penyusutan
dan deplesi adalah bahwa penyusutan biasanya merupakan alokasi biaya
aset produktif sepanjang waktu, sementara deplesi merupakan alokasi
biaya berdasarkan unit yang dieksploitasi dari sumber daya alam, seperti
batu bara, minyak, mineral, atau kayu. Deplesi tergantung dari produksi
menghasilkan lebih banyak produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi
yang lebih pula. Sebagai ilustrasi, jika cadangan bijih besi memakan biaya
$5 juta dan mencakup estimasi unit yang dihasilkan sebesar 10 juta ton,
maka tingkat deplesi bijih besi per ton adalah $0,50. Produksi dan
penjualan 100.000 ton bijih besi menghasilkan beban deplesi sebesar
$50.000 dan saldo bersih pada akun aset akhir tahun sebesar $4,95 juta.
Analisis kita harus waspada bahwa, seperti penyusutan, deplesi dapat
menyebabkan kerumitan seperti keandalan (kurang dapat diandalkan)
dalam mengestimasi pemulihan sumber daya. Perusahaan harus
menelaah estimasi ini secara periodik untuk memastikan bahwa estimasi
ini mencerminkan semua informasi.
Penurunan Nilai
Bangunan dan sumber daya alam biasanya disusutkan selama masa
manfaatnya. Penyusutan berdasarkan prinsip alokasi, yaitu aset berumur
panjang yang dialokasikan kepada periode yang bermacam-macam ketika
digunakan. Tujuan penyusutan adalah penentuan laba: yaitu metode
mengaitkan biaya aset berumur panjang dengan pendapatan yang
dihasilkan dari penggunaan aset tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
penyusutan bukanlah praktik valuasi. Dengan perkataan lain, nilai yang
terbawa dari aset yang disusutkan (yaitu biaya aset dikurangi akumulasi
penyusutan), tidak dirancang untuk merefleksikan nilai sekarang dari aset.
Apakah akuntansi berusaha untuk merefleksikan nilai kini dari aset dalam
neraca? Akuntansi pada masa sekarang melakukan hal itu, meski dengan
dasar konservatif. Yaitu, ketika aset yang telah disusutkan diestimasi lebih
tinggi daripada nilai estimasi sekarang (biasanya nilai pasarnya), maka
nilainya pada neraca diturunkan (write down) untuk merefleksikan nilai
saat ini. Write down (atau write oft) ini disebut juga dengan penurunan
nilai (impairment). Saat ini, aturan akuntansi untuk penurunan nilai aset
berumur panjang diatur dalam SFAS 121 dan pendahulunya, yaitu SFAS
144. Penurunan nilai akan dibahas lebih mendetail dengan pos takberulang (non-recurring) dalam Bab 6. Pada saat sekarang, akuntansi tidak
memperbolehkan menuliskan nilai aset untuk merefleksikan nilai pasar.
Namun diharapkan hal ini dapat berubah, terlebih lagi, penentu standar
telah bergerak menuju model komprehesif dalam akuntansi penilaian
wajar.
Menganalisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam
Valuasi aset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya
historis. Sayangnya, biaya historis sangat tidak relevan dalam penilaian

nilai pengganti atau dalam menentukan kebutuhan aset operasi pada


masa depan. Juga biaya ini tidak dapat dibandingkan untuk btherapa
laporan keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat untuk
mengukur biaya kesempatan (opportunity cost) atas penghapusan atau
dalam menilai kegunaan alternatif dana. Lebih jauh lagi, pada periode
tingkat harga meningkat, biaya historis mencerminkan gabungan
pengeluaran yang mencerminkan daya beli yang berbeda. Peningkatan
nilai aset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam
akuntansi. Namun, konservatisme mengizinkan adanya penghapusan nilai
karena adanya penurunan nilai yang permanen. Penurunan nilai
menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas operasi pada periode
di masa depan.
Meskipun realita usaha menimbulkan berbagai ketidakpastian, termasuk
kesalahan estimasi akuntansi, analisis kita membutuhkan penelitian
mendalam atas beban khusus tersebut. Aturan akuntansi untuk penurunan
nilai aset jangka panjang mewajibkan perusahaan untuk secara berkala
menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang memungkinkan
penurunan nilai. Meskipun demikian, perusahaan tetap dapat
menangguhkan pengakuan penurunan nilai setelah saat manajemen
pertarna mengetahui hal tersebut. Pada kasus ini, penurunan nilai
setelahnya dapat mendistorsi hasil yang dilaporkan. Berdasarkan aturan
terkini, perusahaan menggunakan "uji perolehan kembali" (recoverability
test) untuk menentukan apakah terdapat penurunan nilai. Yaitu,
perusahaan harus mengestimasi taksiran arus kas bersih masa depan dari
aset tersebut dan nilai disposisi akhirnya. Jika taksiran arus kas ini (tidak
didiskonto) lebih kecil dari nilai tercatat aset, maka nilai aset diturunkan.
Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisih nilai tercatat aset
dengan nilai wajarnya, yaitu nilai pasar atau nilai sekarang dari taksiran
arus kas bersih niasa depan.
Menganalisis Penyusutan dan Deplesi
Sebagian besar perusahaan menggunakan aset produktifjangka panjang
pada aktivitas operasi mereka, dan pada kasus ini, penyusutan merupakan
beban utama. Manajer mengambil keputusan mengenai basis penyusutan,
masa manfaat, dan metode alokasi. Keputusan ini dapat menghasilkan
beban penyusutan yang sangat berbeda. Analisis kita harus memasukkan
informasi faktor-faktor ini baik untuk menilai laba dengan efektif maupun
untuk analisis perbandingan laba antarperusahaan. Salah satu fokus
analisis adalah adanya revisi masa manfaat aset. Meskipun revisi ini dapat
memberikan alokasi biaya yang lehih andal, analisis kita harus
mewaspadai adanya revisi, karena revisi sering kali digunakan untuk
memindahkan atau meratakan laba selama beberapa periode.
Kualitas informasi laporan tahunan tanpa memperhatikan metode alokasi
sangat beragam dan sering kali lebih rumit daripada pengungkapan yang
diharuskan SEC. Informasi yang lebih rinci terutama yang mencakup
metode penyusutan dan tingkat masa manfaat untuk berbagai kategori
aset. Namun, informasi ini pun terbatas kegunaannya. Sulit untuk
mengambil kesimpulan dari metode alokasi yang digunakan tanpa
informasi kuantitatif atas sejauh mana kegunaan mereka dan pengaruh

terhadap aset. Informasi dasar mengenai taksiran masa manfaat dan


metode lokasi hanya memberikan sedikit kontribusi dalam analisis kita
seperti terbukti pada pengungkapan Dow Chemical, yang umum terjadi:
Biasanya tidak ada pengungkapan mengenai hubungan antara tingkat
penyusutan dan ukuran kelompok aset, maupun antara tingkat tersebut
dan metode alokasi. Meskipun penggunaan metode garis lurus
memungkinkan kita untuk memperkirakan penyusutan masa depan,
metode dipercepat membuat perkiraan ini lebih tidak andal kecuali jika
kita dapat memperoleh informasi tambahan, yang sering kali tidak
diungkapkan. Tantangan lain bagi analisis kita berasal dari perbedaan
metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan keuangan dan tujuan
pajak. Tiga kemungkinan yang umum adalah:
1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun
tujuan pajak.
2. Penggunaan garis lurus untuk pelaporan keuangan dan metode
dipercepat untuk pajak. Dampak pajak yang menguntungkan
menghasilkan dari penyusutan pajak yang makin tinggi didiskusikan
pada Bab 6dampak pajak yang menguntungkan berasal dari
penangguhan pembayaran pajak yang mengha-sikan penggunaan
dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan dan
pajak. Hal ini menghasilkan penyusutan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal, yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun
bagi perusahaan yang sedang ekspansi. Pengungkapan mengenai
dampak tiga kemungkinan berbeda ini tidak selalu cukup.
Pengungkapan yang cukup mencakup informasi beban penyusutan
berdasarkan alternatif alokasi. Jika suatu perusahaan mengungkapkan
pajak tangguhan yang berasal dari penyusutan dipercepat untuk tujan
pajak, analisis kita dapat mempertimbangkan penyusutan tambahan
berdasarkan percepatan dengan membagi jumlah pajak tangguhan
dengan tarifpajak terkini.
Meskipun terdapat kelemahan, analisis kita sebaiknya tidak mengabaikan
informasi penyusutan, dan juga tidak terfokus pada laba sebelum
penyusutan. Perhatikan, beban penyusutan berasal dari kas yang
dikeluarkan pada masa laludan tidak membutuhkan pengeluaran kas
saat ini. Berdasarkan alasan ini, sebagian kecil analis menyebut laba
sebelum penyusutan sebagai arus kas, dan merupakan penyederhanaan
yang kurang beruntung karena menghilangkan banyak faktor yang
membentuk arus kas Hal ini merupakan estimasi yang buruk karena hanya
mencakup arus masuk tertentu tanpa mempertimbangkan komitmen
perusahaan mengeluarkan kas untuk penggantian pabrik, investasi, atau
dividen. Kesalahan konsep lain dari penyederhanaan arus kas adalah
bahwa penyusutan hanya merupakan "beban tata buku" (bookkeeping
expense) dan berbeda dari beban lain seperti tenaga kerja dan bahan
baku, dan karenanya dapat dikeluarkan atau dianggap tidak sepenting
beban lainnya. Analisis kita tidak boleh membuat kesalahan seperti ini.
Salah satu alasan kesalahan konsep ini adalah tidak adanya arus kas
periode ini. Pembelian suatu mesin dengan masa manfaat selama lima

tahun, sebenarnya merupakan pembayaran di muka atas jasa selama lima


tahun. Misalnya, ada suatu mesin dan seorang pegawai menggunakannya
delapan jam sehari. Jika kita mempekerjakan pegawai ini selama periode
lima tahun dan membayarnya di muka, maka pembayaran ini akan
dialokasi sepanjang masa kerja lima tahun. Pada akhir tahun pertama,
seperlima pembayaran dibebankan dan empat perlima sisanya merupakan
aset berupa klaim atas jasa masa depan. Terlihat kesamaan antara kontrak
tenaga kerja dengan mesin. Pada tahun kedua kontrak tenaga kerja, tidak
ada kas keluar, tetapi tidak diragukan adanya realitas biaya tenaga kerja.
Penyusutan mesin tidak berbeda.
Menganalisis penyusutan membutuhkan evaluasi kelayakannya. Untuk
tujuan ini kita menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan
terhadap aset total atau rasio penyusutan terhadap faktor yang terkait
dengan ukuran lainnya. Tambahan lagi, terdapat beberapa pengukuran
yang terkait dengan umur aset tetap yang berguna untuk membandingkan
kebijakan penyusutan antarperiode dan antarperusahaan, termasuk yang
berikut:

Ratarata jangkauan waktu total=

Umur ratarata=

Nilai kotor aset bangunan dan perlengkapan


Beban penyusutan periode berjalan

Akumulasi penyusuta
Beban penyusutan periode berjalan

Umur sisa ratarata=

Nilai bersih aset bangunan dan perlengkapan


Beban penyusutan periode berjalan

Pengukuran ini memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan yang


menggunakan penyusutan garis lurus tetapi tidak terlalu bermanfaat bagi
perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang
sering kali berguna untuk analisis adalah:

Ratarata jangkauan waktu total=Umur ratarata+Umur sisa ratar ata

Tiap pengukuran ini dapat membantu menilai kebijakan dan keputusan


penyusutan sepanjang waktu. Umur rata-rata bangunan dan perlengkapan
berguna untuk mengevaluasi beberapa faktor seperti margin laba dan
persyaratan pendanaan masa depan. Misalnya, suatu perusahaan padat
modal dengan fasilitas yang telah berumur sering kali mempunyai margin
laba yang tidak mencerminkan biaya tinggi yang dibutuhkan untuk
mengganti aset yang telah berumur. Seperti juga struktur modal
perusahaan ini sering kali tidak mencerminkan pendanaan yang
dibutuhkan untuk penggantian aset. Terakhir, jika pengukuran analitis ini
digunakan sebagai dasar pembandingan antarperusahaan, harus

dilakukan dengan hati-hati karena beban penyusutan berubah tergantung


metode alokasi serta asumsi masa manfaat dan nilai sisa.
Analisis Penurunan Nilai
Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah: (1) evaluasi
kelayakan jumlah penurunan nilai, (2) evaluasi kelayakan waktu
penurunan nilai, dan (3) analisis efek penurunan nilai terhadap laba.
Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai merupakan tugas analisis yang
tersulit. Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh seorang
analis. Pertama, identifikasi aset yang diklasifikasikan akan diturunkan
(write down) atau dihapuskan (write off). Kemudian, ukur persentase aset
yang dihapuskan dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau tidak
untuk kelas aset yang bersangkutan. Dalam hal ini, catatan kaki berisi
informasi detail mengenai alasan melakukan penurunan dan penghapusan
dapat membantu. Selain itu, jika penghapusan terjadi akibat melemahnya
industri secara keseluruhan atau terjadi kehancuran pasar, maka akan
sangat bermanfaat apabila kita membandingkan persentase penghapusan
kita dengan yang dilakukan pihak lain di dalam industri yang sama.
Evaluasi waktu (timing) penurunan aset juga cukup penting. Perlu dicatat
apakah perusahaan lama dalam melakukan penurunan nilai atau menunda
dalam melakukannya. Sekali lagi, perbandingan dengan perusahaan lain di
dalam industri sangat membantu. Seseorang juga perlu mencatat apakah
sebuah perusahaan yang melakukan penghapusan asset sekaligus dalam
kelompok besar dalam satu periode merupakan bagian dari strategu
manajemen laba big bath. Pada akhirnya, berhubungan dengan efek
penghapusan terhadap laba merupakan masalah penting yang harus
diperiksa seorang analis.

Vous aimerez peut-être aussi