Vous êtes sur la page 1sur 14

ArahPembangunanKesehatanIndonesia

Postedon12Juni2013Updatedon12Juni2013

Arah Pembangunan Kesehatan Indonesia


1. Sasaran Pembangunan Millenium (Millenium Development Goal/MDGs)
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005 2025
3. Rencana Strategis Kesehatan 2010 2014
___________________________________________________________________________________
__________

I.

Sasaran Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs)


Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals/MDGs) adalah
delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015 merupakan tantangan utama
dalam pembangunan di seluruh dunia. Tantangantantangan ini sendiri diambil dari seluruh
tindakandantargetyangdijabarkandalamDeklarasiMileniumyangdiadopsioleh189negara
danditandatanganioleh147kepalapemerintahandankepalanegarapadasaatKonferensiTingkat
Tinggi(KTT)MileniumdiNewYorkpadabulanSeptember2000.
Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersamasama dengan 189 negara lain,
berkumpuluntukmenghadiriPertemuanPuncakMileniumdiNewYorkdanmenandatangani
Deklarasi Milenium.Deklarasi berisisebagaikomitmennegaramasingmasingdankomunitas
internasionaluntukmencapai8buahsasaranpembangunandalamMileniumini(MDG),sebagai
satu paket tujuan terukur untukpembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan
deklarasiinimerupakankomitmendaripemimpinpemimpinduniauntukmengurangilebihdari
separuh orangorang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat
pendidikan,mengurangikematiananakbalitahingga2/3,danmengurangihinggaseparuhjumlah
orangyangtidakmemilikiaksesairbersihpadatahun2015.
DeklarasiMillenniumPBByangditandatanganipadaSeptember2000menyetujuiagar
semuanegara:

1.

Memberantaskemiskinandankelaparan

2.

Mencapaipendidikandasarsecarauniversal

3.

Mendukungadanyapersamanjenderdanpemberdayaanperempuan

4.

Mengurangitingkatkematiananak
Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia
di bawah 5 tahun

5.

Meningkatkankesehatanibu

Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses
melahirkan
6.

PerlawananterhadapHIV/AIDS,malaria,danpenyakitlainnya

7.

Menjamindayadukunglingkunganhidup

8.

Mengembangkankemitraanglobaluntukpembangunan

II. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005 2025
RencanaPembangunanJangkaPanjangNasional(RPJPN)merupakanpenjabarandari
dibentuknyaPemerintahanNegaraIndonesiayangtercantumdalamPembukaanUndangUndang
Dasar(UUD)1945,yaituuntuk:1)melindungisegenapbangsaIndonesiadanseluruhtumpah
darahIndonesia;2)memajukankesejahteraanumum;3)mencerdaskankehidupanbangsa;dan4)
ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) adalah rencana
pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari RPJPN Tahun
20052025, dalam bentuk dasar, visi, misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan
nasionaldibidangkesehatanuntukmasa20tahunkedepan,yangmencakupkurunwaktusejak
tahun2005sampaidengantahun2025.

A.

Dasar Pembangunan Kesehatan


Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan landasan

konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945.


Dasar pembangunan kesehatan meliputi:
1.

Perikemanusian
Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan yang

dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu
menerapkan prinsip peri kemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
2.

Pemberdayaan dan Kemandirian


Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban

dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan kesehatan harus mampu
membangkitkan dan mendorong peran aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri
serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial serta gotong-royong.

3.

Adil dan Merata


Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, golongan,


agama, dan status sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
4.

Pengutamaan dan Manfaat


Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan

umum dari pada kepentingan perorangan atau golongan. Upaya kesehatan yang bermutu
diselenggarakan dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar kemitraan atau
sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan yang baik. Sehingga secara berhasil guna
dan bertahap dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, beserta lingkungannya. Pembangunan kesehatan diarahkan agar
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia
lanjut dan keluarga miskin.

B.

Visi
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025.


Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan
sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang
memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah
perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman
(safe community).

Dalam

Indonesia

Sehat

2025

diharapkan

masyarakat

memiliki

kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga


memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu
yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam
keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat,
serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya.
C.

MISI
Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk

mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan


Kesehatan, yaitu:
1.

Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan


Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja

keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif
berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif
tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga
mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif
terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan
kesehatan.
2.

Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat


Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat

untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai
peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b)

organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin


berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan
kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting
untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan
pemangku kepentingan, e) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM,
sistem informasi dan dana.
3.

Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan


Terjangkau
Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya

kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang
bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi
segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan
tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk
swasta.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat
dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil,
masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas.
4.

Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan


Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu

ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan,


pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan
meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data
dan informasi yang makin penting peranannya. Tenaga kesehatan yang bermutu harus
tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaat-kan secara berhasilguna dan berdaya-guna.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah
harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.

Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia
secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman yang
aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan
ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan
serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
minuman. bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang
memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

D.

Arah Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025


1.

Tujuan dan Sasaran


Tujuan

pembangunan

kesehatan

menuju

Indonesia

Sehat

2025

adalah

meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu:
a.

Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi
73,7 tahun pada tahun 2025.

b.

Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

c.

Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

d.

Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi
9,5% pada tahun 2025.

2.

Strategi Pembangunan Kesehatan


Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi

pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah:

a.

Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan


Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu

dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga


semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran
lebih lanjut dari pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat
dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan.
b.

Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah


Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah

kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak
permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada di luar sektor
kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah melibatkan masyarakat untuk aktif
dalam pengabdian masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan advokasi kesehatan (to
advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch).
c.

Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan


Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan

masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan


masyarakat (client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,
merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin perlu mendapatkan pengutamaan. Penyelenggaraan upaya kesehatan
diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya
pengobatan dan pemulihan kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan
prinsip kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.
d.

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-jangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang
mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang
tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode
etik profesi.
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan
standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan pendayagunaan
tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan. Upaya

pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan


di Indonesia dalam era desentralisasi dan globalisasi. Upaya pengadaan ini dilakukan
melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan. Pendayagunaan tenaga
kesehatan antara lain meliputi: distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan
karier dari tenaga kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain sertifikasi,
uji kompetensi, registrasi, dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping itu, penting
dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan.
e.

Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan


Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam

maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat kesehatan
akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat di daerah
bencana, namun juga pada kehidupan bangsa dan negara. Oleh karenanya penanggulangan
keadaan darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan, dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor
dan peran aktif masyarakat.

3.

Upaya Pokok Pembangunan Kesehatan


a.

RPJM-K ke-1 (2005-2009)


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu

pelayanan kesehatan.
b.

RPJM-K ke-2 (2010-2014)


Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih

berkembang dan meningkat.


c.

RPJM-K ke-3 (2015-2019)


Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai

mantap.
d.

RPJM-K ke-4 (2020-2025)


Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah

mantap.

Dengan memperhatikan pentahapan upaya pokok pembangunan kesehatan tersebut


di atas, maka dalam penyusunan RPJM-K setiap tahapannya perlu pula ditetapkan
pentahapan sumber daya pendukung dan hasil kegiatan sebagai berikut :
a.

Semua desa telah menjadi Desa Siaga aktif, yang mempunyai minimal sebuah Pos
Kesehatan Desa.

b.

Semua kecamatan telah memiliki minimal sebuah Puskesmas yang melayani maksimal
30.000 penduduk dan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi dasar yang memadai.

c.

Semua kabupaten/kota telah memiliki minimal Rumah sakit setara Rumah Sakit
Umum kelas C.

d.

Semua desa telah memiliki tenaga bidan yang berkualitas (competence).

e.

Semua Puskesmas telah memiliki minimal seorang tenaga dokter dan tenaga kesehatan
lainnya sesuai standar.

f.

Semua rumah sakit kabupaten/kota telah memiliki minimal empat tenaga dokter
spesialis dasar (dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, dokter spesialis
anak, dokter spesialis bedah, dan dokter spesialis penyakit dalam), dan empat tenaga
dokter spesialis penunjang (dokter spesialis anestesi, radiologi, rehabilitasi medik dan
patologi klinik). Rumah sakit tersebut telah terakreditasi minimal lima pelayanan
spesialistik.

g.

Semua Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota didukung
dengan biaya operasional yang memadai.

h.
i.

Pembiayaan kesehatan dapat diupayakan minimal 5% dari PDB.


Semua Rukun Warga/lingkungan telah memiliki minimal satu Posyandu aktif yang
melaksanakan kegiatan minimum sebulan sekali.

j.

Semua desa mampu mengenali dan mengatasi masalah kesehatan setempat secara dini
sesuai kompetensinya.

k.

Semua kejadian luar biasa (KLB)/wabah penyakit dan masalah kesehatan akibat
bencana dapat ditangani kurang dari 24 jam.

l.

Penanganan penyakit wabah pada fasilitas pelayanan kesehatan dapat menekan angka
kematiannya dibawah 1%.

m.

Tingkat kesembuhan penyakit Tuberculosis dapat dipertahankan sebesar 90%.

n.

Semua Puskesmas perawatan telah mampu melaksanakan pelayanan obstetri neonatal


emergensi dasar (PONED).

o.

Semua Rumah Sakit Kabupaten/Kota telah mampu melaksanakan pelayanan obstetri


neonatal emergensi komprehensif (PONEK).

p.

Semua keluarga telah menggunakan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar.

q.

Semua keluarga telah menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan.

r.

Semua desa telah mencapai universal coverage immunization (UCI).

s.

Semua persalinan telah ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.

t.

E.

Semua penduduk Indonesia telah dicakup oleh Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Kebutuhan Sumber Daya


Untuk dapat melaksanakan upaya pokok pembangunan kesehatan diperlukan
sumberdaya kesehatan yang memadai, terutama meliputi:
1.

Sumber Daya Manusia Kesehatan

2.

Pembiayaan Kesehatan

3.

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

4.

Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi Kesehatan (IPTEK)

III. Rencana Strategis Kesehatan 2010 2014


Rencana StrategisKesehatanadalahRencanaStrategisKementerianKesehatan2010
2014 (RENSTRA Kesehatan) yang merupakan acuan bagi kementerian kesehatan dalam
menyelenggarakan Program Pembangunan Kesehatan, yang juga merupakan acuan bagi
penyelenggara pembangunan kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota,termasukseluruhpejabatnyabaikstrukturalmaupunfungsional,bahkanlebih
luaslagisemuastakeholderdalampembangunankesehatan.
RENSTRAKesehatan ini adalah Standar Nasional (berlaku Umum secara Nasional),
pada semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten harus menjabarkan kembali Rencana
StrategisKementerianKesehataninimenjadiRencanaStrategisDinasKesehatanPropinsidan

kemudiandijabrakan kembali menjadi RencanaStrategis Dinas KesehatanKabupaten maupun


kota, yang disesuaikan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi
setempatnya.
RESTRA ini merupakan penjabaran dari sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(UU no.25 th.2004). Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang
bersifatindikatifdanmemuatberbagaiprogrampembangunankesehatanyangakandilaksanakan
langsungolehKementerianKesehatanuntukkurunwaktutahun20102014,denganpenekanan
padapencapaiansasaranPrioritasNasional,StandarPelayananMinimal(SPM),dan Millenium
DevelopmentGoals (MDGs).Masalahkesehatanbegituberat,kompleksdantakterdugaperlu
perhatian pada dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, ekologi dan lingkungan,
kemajuan iptek, kemitraan, globalisasi dan demokratisasi, kerja sama lintas sektoral dan
mendorongpartisipasimasyarakat.PembangunankesehatandiarahkangunamewujudkanVisi
KementerianKesehatanMASYARAKATSEHATYANGMANDIRIDANBERKEADILAN
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan selama tahun 20102014.
Pertama; menguraikan arah kebijakan dan strategi nasional, dan Kedua : menguraikan arah
kebijakandanstrategiKementerianKesehatandenganprogramprogramsecaragarisbesarnya
terdiridariduaprogramyaituprogramgenerikdanprogramtehnis.
Programgenerikmeliputi:

1.

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas tehnis lainnya

2.

Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan

3.

Program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur kementerian


kesehatan

4.

Progran penelitian dan pengembangan kesehatan


Programtehnismeliputi:

1.

Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak

2.

Program Pembinaan upaya kesehatan

3.

Program Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

4.

Program kefarmasian dan alat kesehatan

5.

Program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia


kesehatan.
VisiKementerianKesehatansekaligusjugasebagaivisipembangunankesehatanselama

5 tahun kedepan (20102015)adalah MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN


BERKEADILANVisiinimerupakanoperasionalisasidaripengertiankesehatan,sebagaimana
yangterdapatdalamUUKesehatanNo.36Tahun2009.Yaitukesehatanadalahkeadaansehat
fisik,jasmani(mental)danspritualsertasosial,yangmemungkinkansetiapinduvidudapathidup
secaraproduktifsecarasosialdanekonomis.

Misi:untukmencapaivisiMASYARAKATSEHATMANDIRIDANBERKEADILAN
ditempuhmelaluimisisebagaiberikut:
1.

Pertama:Meningkatkanderajatkesehatanmasyarakat,melaluipemberdayaanmasyarakat,
termasukswastadanmasyarakatmadani.

2.

Kedua:Melindungikesehatanmasyarakatdenganmenjamintersedianyaupayakesehatan
yangparipurna,merata,bermutu,danberkeadilan.

3.

Ketiga:Menjaminketersediaandanpemerataansumberdayakesehatan.

4.

Keempat:Menciptakantatakelolapemerintahanyangbaik.
SementaraituTujuannya(TUJUANKEMENTERIANKESEHATAN)termasuk juga

tujuan dari pembangunan kesehatan yaitu: terselenggaranya pembangunan kesehatan secara


berhasilguna dan berdayaguna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya.
Gunamewujudkanvisidanmisirencanastrategispembangunankesehatan,Kementerian
Kesehatanmenganutdanmenjunjungtingginilainilaiyaitu:
1.

Pertama:PRORAKYAT.Dalampenyelenggaraanpembangunankesehatan,Kementerian
Kesehatanselalumendahulukankepentinganrakyatdanharuslahmenghasilkanyangterbaik
untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi setiap orang
adalahsalahsatuhakasasimanusiatanpamembedakansuku,golongan,agama,danstatus
sosialekonomi.

2.

Kedua : INKLUSIF. Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua


pihak,karenapembangunankesehatantidakmungkinhanyadilaksanakanolehKementerian
Kesehatansaja.Dengandemikian,seluruhkomponenmasyarakatharusberpartisipasiaktif,
yangmeliputilintassektor,organisasiprofesi,organisasimasyarakatpengusaha,masyarakat
madanidanmasyarakatakarrumput.

3.

Ketiga:RESPONSIF.Programkesehatanharuslahsesuaidengankebutuhandankeinginan
rakyat,sertatanggapdalam mengatasi permasalahandi daerah,situasikondisisetempat,
social budaya dan kondisi geografis. Faktorfaktor ini menjadi dasar dalam mengatasi
permasalahankesehatanyangberbedabeda,sehinggadiperlukanpenangananyangberbeda
pula.

4.

Keempat:EFEKTIF.Programkesehatanharusmencapaihasilyangsignifikansesuaitarget
yangtelahditetapkan,danbersifatefisien.

5.

Kelima :BERSIH. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi,


kolusidannepotisme(KKN),transparan,danakuntabel.
Sasaranstrategisdalampembangunankesehatantahun20102014, dibuatsebanyak8

strategisyaitu:
1.

Pertama:Meningkatnyastatuskesehatandangizimasyarakat,dengan:

a.

Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun;

b.

Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup;

c.

Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000


kelahiran hidup;

d.

Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000


kelahiran hidup;

e.

Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8


persen menjadi kurang dari 32 persen;

f.

Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih


(cakupan PN) sebesar 90%;

2.

g.

Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%;

h.

Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;

i.

Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

Kedua:Menurunnyaangkakesakitanakibatpenyakitmenular,dengan:

a.

Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000


penduduk;

b.

Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi


1 per 1.000 penduduk;

c.

Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi


dibawah 0,5%;

d.

Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan


dari 80% menjadi 90%;

e.

Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi100%;

f.

Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.


Perlu ingatkan targettarget indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta

100.000soyognyatidaklangsungdigunakantetapidikonversidulukedalamnilaiabsolutnya
misalnyasaja seringterjadiperdebatanangkakematian

ibu per100.000kelahiranhidup,harus
dikonversikandenganjumlahkelahiranhidupabsolutyangadadalamkabupatentertentu.
3.

Ketiga:Menurunnyadisparitasstatuskesehatandanstatusgiziantarwilayahdanantar
tingkatsosialekonomisertagender,denganmenurunnyadisparitasseparuhdaritahun2009.

4.

Keempat : Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka


mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama
pendudukmiskin.

5.

Kelima : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah
tanggadari50persenmenjadi70persen.

6.

Keenam : Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal,


Terpencil,PerbatasandanKepulauan(DTPK).

7.

Ketujuh:Seluruhprovinsimelaksanakanprogrampengendalianpenyakittidakmenular.

8.

Kedelapan:SeluruhKabupaten/KotamelaksanakanStandarPelayananMinimal(SPM).

Referensi :
Anonim.2008.SasaranPembangunanMillenium.http://http://www.undp.or.id.
Anonim. 2009. Laporan Millenium Development Goals Indonesia.
http://www.bappenas.go.id.
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005
2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun
2010 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.

Vous aimerez peut-être aussi