Vous êtes sur la page 1sur 86

Analisis Resep

SKENARIO 1
Seorang Mahasiswa berumur 20 tahun datang ke poliklinik unram dengan
keluhan nyeri ulu hati yang berat sampai berguling-guling sejak tadi malam.
Keluhan ini disertai kembung, mual dan muntah. Keluhan seperti ini mulai
dialami sejak 3 tahun yang lalu, kembuh-kambuhan. Dalam 1 minggu, 2-3
kali kambuh, terutama jika terlambat makan dan minum the atau minuman
kecut. Dia sangat khawatir, muntahnya kemarin bercampur darah hitam.
Selama ini dia hanya menggunakan obat kunyah. Dokter kemudian
memberikan obat golongan antasida, antiemetic, penurun produksi asam
lambung.

A. Permasalahan
nyeri ulu hati sampai berguling-guling
nyeri ulu hati disertai kembung, mual, muntah
sehari sebelumnya, muntah bercampur darah hitam
keluhan nyeri ulu hati dialami sejak 3 tahun lalu, kambuh-kambuhan;
dalam 1 minggu, 2-3 kali kambuh, terutama jika terlambat makan
Diagnosa: Dispepsia et causa suspect ulkus peptikum
B. Tujuan terapi
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri ulu hati dan mual
Untuk menghentikan muntah
Mencegah kekambuhan
Istirahat; diet yang baik dan sesuai
C. Daftar kelompok obat yang manjur sesuai tujuan terapi
Terapi:
Penetral asam lambung : Antacid
Penghambat muntah
: antiemetic ( Antagonis 5HT3)
Mencegah kekambuhan: AH2
Mengurangi atau menghentikan produksi asam lambung: Antacid,
Proton Pump Inhibitor (PPI), Antagonis H2 Receptor.

Blok Neuropsikiatri

D. Mengurangi rasa nyeri ulu hati dan mual


E. Pilihan obat antasida:

Blok Neuropsikiatri

A.

Obat

B.

Efficacy

C.

Safety

D.

Suitability

E.

cost

F.

Score
G. Natri

Nilai 90
Menetralkan
umbi
karb asam lambung dengan
onat cepat karena daya
larutnya yang tinggi
H.
tablet
500 mg

U.

Alumu
nium
hidrok
sida

AG.

Magnesi
um
hidro
ksida

Kalsiu
m karbonat
AR.
tablet
500 mg
AQ.

I.
J.

Nilai 60
(untuk mengobati
asidosis sistemik, membuat
urine alkali, dan penggunaan
lokal pada pruritus)
P.
KI: gangguan hati dan
ginjal, penyakit jantung,
kehamilan, hindari
penggunaan jangka panjang

Q.
R.

Nilai 70
Indikasi: Untuk
megobati tukak peptik,
nefrolitiasis fosfat dan
absorben pada keracunan
AC.
KI: hipofosfatemia
AD.

AE.

Nilai 70
KI: hipofosfatemia

AO.

Nilai 60
KI: insufiensi ginjal

AZ.
BA.
BB.

N.
O.

Nilai 70
X.
Nilai 70
Daya menetralkan Y.
ES:
Z.
Eksresi alumunium
asam lambung lambat
fosfat meningkat,
menimbulkan sindrom
deplesi fosfat, konstipasi,
mual, muntah dan
onstruksi usus.

AA.
AB.

Nilai 80
Onset lebih lama
dari kalsium karbonat
tapi lebih cepat dari
alumunium hidroksida,
dosis lebih besar dari
kalsium karbonat

AJ.
AK.

Nilai 70
Efek samping
Diare, kelainan neurologi,
jantung, alkaliuria.

AL.
AM.

Nilai 90
onset cepat, masa
kerjanya lama, dan daya
menetralkan asamnya
tinggi

AU.
AV.

Nilai 50
Fenomena acid
rebound, tinja menjadi
keras, kerusakan ginjal,
hiperkalsemia, alkalosis,
milk alkali sindrom

AW.
AX.

3
BI.

BK.
BL.

V.
W.

AH.
AI.

AS.
AT.

Blok
BE. Neuropsikiatri
Antasid BG. Nilai : 80
a doen
BF.

Nilai 60
ES:
alkalosis sistemik,
edema, perforasi lambung
K.
L.
M.

Onsetnya lebih
lambat daripada antasida
yang larut air seperti
BH.

Nilai 90
Efek samping
saling menghilangkan
karena di kombinasi
BJ.

Botol
1000

210

tablet
S.

Rp.12.188

AF.

210

AP.

220

AN.

AY.

T.

Botol
100 tablet
Rp.5403

BD.

200

BC.

Nilai 70
Kontraindikasi:
hipofosfatemia

Kotak 10X10

BO.

tablet kunyah:
BM. Rp.11.396
Botol 60 ml:

240

F.

Berdasarkan tabel diatas maka P-drug dalam kelompok antasida untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien yaitu antasida doen

(sedian kombinasi Mg(OH)2 + Al(OH)3) dengan total nilai paling tinggi, agar onset kerjanya lebih cepat maka BSO dalam bentuk
suspensi. Untuk dosis dewasa antasida suspensi adalah sehari 3-4 kali dengan dosis CTH 2. Diminum 1-2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
G.

Blok Neuropsikiatri

H. Mencegah Kekambuhan
I. Pilihan obat penurun produksi asam lambung:
J.
Kelom
pok obat

K.

Efficacy

L.

Safety

M.
y

Suitabilit

N.
Score

O.
Antago P.
Nilai: 80
Menghambat reseptor H2 sehingga
nis reseptor H2 Q.
mengurangi produksi asam lambung, tetapi
tidak berpengaruh pada sekresi asam melalui
pengaru kolinergik atau gastrin posprandial

R.
Nilai 80
S.
ESO: ringan
T.
Pusing lelah dan ruam kulit,
Ginekomasti pada pria dan galaktorea
pada wanita pada penggunaan simetidin.

U.
Nilai 80
V.
KI:
Gangguan SSP,
gangguan hepar
dan gangguan
ginjal

W.
240

X.

AA. Nilai 80
AB. ESO:
AC. mual, nyeri abdomen, konstipasi,
flatulensi dan diare

AD. Nilai 80
AE. Pengawa
san pada ibu
hamil, menyusui
dan penyakit
hati.

AF.
250

AG.

PPI

Y.
Nilai: 90
Z.
Menghambat pompa proton pada
membram apikal sel parietal sehingga praktis
menghambat produksi asam lambung
(>90%)

Golongan obat yang dipilih adalah PPI sesuai skor di table di atas.
AH.

Pilihan Obat Golongan PPI:

AI. Obat

Blok Neuropsikiatri

AJ. Eff
ica

AK.

Safety

AL.

Suitability

AM.

cy
AN.
O
mepraz
ol

AT.Lansop
razol

Blok Neuropsikiatri

ost

AO.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng

AP.ESO: Gangguan saluran cerna,


mual muntah, kembung, nyeri
lambung, diare, konstipasi, nyeri
kepala dan pusing, insomnia,
penglihatan kabur, ruam kulit,
pruritus, mulut kering, malaise,
reaksi hipesensitifitas.

AQ.
I: tukak
lambung, tukak
duodenum khususnya
yang disebabkan
NSAID dan bakteri
H. pylori, refluks
esofangitis dan
syndrome zollinger
ellison

AR.
K
apsul
20 mg
kotak
3X10
kapsul

AU.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as

AV.ESO: Gangguan saluran cerna,


mual muntah, kembung, nyeri
lambung, diare, konstipasi, nyeri
kepala dan pusing, insomnia,
penglihatan kabur, ruam kulit,
pruritus, mulut kering, malaise,
reaksi hipesensitifitas.

AW.
I: tukak
duodenum, tukak
lambung ringan,
refluks esofangitis

AY.Kapsu
l 30
mg
kotak
2X10
kapsul

AX.
Hati-hati untuk
gagal ginjal, penyakit
hati, kehamilan

AS.
R
p.15.3
13

AZ.
R
p.41.8

am
la
m
bu
ng
BA.
Pa
ntopraz
ol

BG.
Ra
beprazo

Blok Neuropsikiatri

00

BB.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng

BC.
ESO: Gangguan saluran
cerna, mual muntah, kembung,
nyeri lambung, diare, konstipasi,
nyeri kepala dan pusing, insomnia,
penglihatan kabur, ruam kulit,
pruritus, mulut kering, malaise,
reaksi hipesensitifitas.

BD.
I: GERD, tukak
lambung, tukak
duodenum khususnya
yang disebabkan
NSAID dan bakteri
H. pylori, refluks
esofangitis dan
syndrome zollinger
Ellison

BE.
D
os 7
tablet
20 mg
Rp.
56.925

BH.
Meng

BI. ES : Gangguan saluran cerna,


mual muntah, kembung, nyeri

BJ.I : tukak duodenum


yang aktif, tukak

BK.

BF.7
tablet
40 mg.
Rp.
71.750
,-; 1
vial
Rp.
109.20
5

BL.

ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng

lambung, diare, konstipasi, nyeri


kepala dan pusing, insomnia,
penglihatan kabur, ruam kulit,
pruritus, mulut kering, malaise,
reaksi hipesensitifitas.

lambung dan GERD


dengan erosi dan
tukak.

P-drug berdasarkan skor diatas adalah Omeprazole dengan dosis 2x20 mg/standar dosis atau 1x40 mg/double dosis.

BM.

Blok Neuropsikiatri

BN.

Pilihan obat antiemetic yang digunakan adalah yang bekerja pada Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ), yakni

antagonis dopamin:
BO. Kelompo
k obat

BP.

BT.
Metoclop
eramid

BU. Nilai: 80
BV. Antagonis
reseptor D2 yang
spesifik (CTZ dan
lambung)

BW.

CB.
don

CC. Nilai: 80
CD. Meningkat
kan
peristaltic
esophagus,
lambung dan usus.

CE.

Domperi

Blok Neuropsikiatri

Efficacy

BQ.

Safety

BR.
Nilai: 70

BX.
EEfek samping: EPS
(Ekstrapiramidal
syndrome), restlesness,
ngantuk, lemah,
agranulocytosis,
methemoglobinemia
Nilai: 75

CF.Tidak menembus blood


brain barrier sehingga EPS
tidak
terjadi.
Efek
samping:mulut
kering,
gatal di kulit, vertigo,
diare, gejala peningkatan
sekresi prolaktin

Suitability

BY. Nilai : 80
BZ. Menurunkan GERD (gastroesofageal
refluks disease), dispepsia ulkus peptikum,
dyspepsia non ulkus, gastroparesis, mual
muntah.

BS.
Score
CA.
230

CH. Nilai: 80
CJ.
CI.
Menurunkan GERD (gastroesofageal 235
refluks disease), dispepsia ulkus peptikum,
dyspepsia non ulkus, gastroparesis, mual
muntah. (Chemoteraphy induced nausea and
vomiting) dan PONV (post operative nausea
and vomiting)

CG.
CK.

Dari skoring di atas, P-drug yang dipilih adalah Domperidon dengan dosis 10 mg tiap 8 jam.

Blok Neuropsikiatri

10

CL. Penulisan Resep


CM.
dr. Arif Rahman Hakim
SIP No : 300/123/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Segara Anak no. 1 Mataram,
No. Telp : 0370 - 640247
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Caps. Omeprazol mg 20
no III
S. u.d.d caps I. p.c

R/ Susp. Antasida Doen lag I


S.q.d.d. cth.I. p. c

R/ Tab . Domperidon mg 10
no X
S. p. r. n. t. d .d. tab I. a. c

Pro
: Nona Sinta
Umur : 20 Tahun
Alamat
: Jl. Bunga Mawar No. 7
Mataram

CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW. SKENARIO 2

Blok Neuropsikiatri

11

CX.

Seorang perempuan, berumur 30 tahun, hamil 6 bulan,


dating ke Puskesmas dengan keluhan tidak BAB 1 minggu.
Perutnya menjadi sakit, mual-mual. Pasien merasa ingin
BAB, tetapi takut untuk BAB, karena pengalamannya
sebelumnya, anusnya sampai lecet dan berdarah. Dokter
kemudian memberikan pencahar dan suplemen serat.
A. Anamnesis :
1. Tidak BAB 1 minggu
2. Perut sakit, mual-mual
3. Takut untuk BAB karena pengalaman sebelumnya anus sampai lecet dan
berdarah
CY.

Diagnosis: konstipasi.

B. Indikasi dan tujuan


1. Melancarkan BAB melalui metode gabungan (tanpa obat dan dengan obat)
2. Melindungi saluran cerna dan mempermudah keluarnya feses
CZ.
C. Pemlihan obat
DA.
Pemilihan golongan obat pencahar:
DB. G
olongan
obat

DC.

EFFICACY

DD. SA
FETY

DE. SUITA
BILITY

DF.
Score

DG. La Stimulasi akumulasi air


ksan
dan elektrolit khusus
ransang Menghambat absornsi
air dan elektrolit
Meningkatkan
peristaltik

DH. Dia Dianjurkan


DI.
re air,
90
penggunaan
gangguan
jangka pendek
elektrolit

DJ.
B Membentuk gel dalam
ulking
usus, melebarkan
agent
usus besar
merangsang aktivitas
peristaltik

DK. Me Tidak di
miliki efek
anjurkan
samping
untuk
obstruksi
penderita
usus dan
gagal ginjal,

Blok Neuropsikiatri

12

DL.
80

esofagus

DM. St
ool
softener

karena
menyebabkan
dehidrasi,
hipotensi dan
kelumpuhan
otot
pernafasan

DN. Efektif pada


Me
keadaan bila
m mengejan dan
i
atau tinja keras
l
yang dapat
i
menyebabkan
k
hemoroid,
i
hernia, dll.
e
f
e
k

Mengemulsi tinja,
melunakan tinja
dan
mengengeluarkan
tinja dengan
mudah, tanpa
merangsang
peristaltic usus

DP.
90

s
a
m
p
i
n
g
:

DQ.

Mual
dan
muntah
DO.

Dari tujuan terapi, maka golongan obat yang dipilih adalah Stool

softener. Karena cocok untuk ibu hamil.

Blok Neuropsikiatri

13

DR.

Pilihan obat untuk golongan stool softener

DS. Nama
Obat

DT.

Efficacy

DU.

Safety

DV.

Suitability

DW.

Dosis

DY. Liquid Sebagai lubrikan


EB.
ESO:
Hindari penggunaan jangka
Parafin
terhadap feses
panjang
Zat ini bersifat
DZ. (Laxad
Hindari penggunaan pada
menganggu absorbs zatine)
anak <3th
EA.
zat larut lemak
Tirisan (rembesan) anal
menyebabkan iritasi
anal setelah penggunaan
jangka panjang
Terjadi reaksi
granulomatosa
(paraffinomas) yang
disebabkan oleh
absorbsi sedikit paraffin
cair (terutama dari
emulsi) pneumonia
lipoid .

Oral dosis dewasa 530 ml


Dosis anak 2,5-10 ml
Dosis 10ml pada
malam hari bila
perlu, tidak boleh
digunakan sebelum
tidur

ED. Glyseri Menarik air


ne (Laxadine)
dalam makanan
sehingga
merangsang

Proconsti 10 : enema 1
mL/mL
proconsti 40 : enema 4

Blok Neuropsikiatri

EE. Memiliki efek


samping obstruksi usus
dan esofagus

14

EF.
Tidak di indikasikan
pada anak < 6 tahun, ibu
hamil dan menyusui

DX. C
ost (Rp)
EC.
7.9

EG.
900

7.

rectum untuk
kontraksi dan
juga sebagai
pelicin dan
pelunak tinja
sehingga tinja
mudah keluar
EH. Dioktil Mengemulsi tinja,
natrium
melunakan tinja
sulfosuksinat
dan

(Docusate/
mengengeluarka

EI.
laxatab
n tinja dengan
)
mudah, tanpa
merangsang
peristaltic usus

Blok Neuropsikiatri

mL/mL
triolax supositoria

EJ. Memiliki efek Efektif pada keadaan bila


samping :
mengejan dan atau tinja
keras yang dapat
Mual dan muntah
menyebabkan hemoroid,
Ruam kulit
hernia, dll.
EK.
Tidak boleh diberikan
bersamaan dengan paraffin
cair
Pemberian pada ibu hamil
belum di ketahui,
disarankan hati-hati
Pemberian pada ibu
menyusui: terdistribusi
dalam asi setelah pemberian
oral, pemberian secara rectal
belum diketahui bahayanya.

15

EL.
mg

Tablet 50-300

EM.
EN.
Suspense
4mg/ml
EO.
EP.
Dosis anak 1040mg/hari
EQ.
ER.
Docusate
sodium : 50-360 mg/hr
ES.

EX.
3.2

ET.
Docusate
calcium: 50-360 mg/hr
EU.
EV.
Docusate
potassium : 100-300
mg/hr
EW.
EY.

Blok Neuropsikiatri

16

EZ.Scoring untuk pemilihan obat golongan stool softener:


FA.Obat

FB.
Eff

FC.
S

FI.
90

FN. Glyserine
(Laxadine)
FT.
Dioktilnatriu
m sulfosuksinat
(Docusate/
FU. laxatab)

FG.
FH.

GA.

Liquid Parafin
(Laxadine)

FE.
C

FF.
T

FJ.
7

FD.
Suit
a
b
i
l
i
t
y
FK.
60

FL.
7

FM.
2

FO.
60

FP.
5

FQ.
0

FR.
7

FS.
1

FV.
90

FW.
8

FX.
70

FY.
9

FZ.
3

Dari table perbandingan obat diatas, maka P-drug pada pasien ini

adalah Docusate Sodium. Dosis untuk docusat sodium yang diberikan pada
pasien ini adalah 50-360 mg perhari
D. Penulisan Resep

Blok Neuropsikiatri

17

GB.
dr. Lisantiyas Nurani
SIP No : 300/123/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Segara Anak no. 1 Mataram,
No. Telp : 0370 - 640247
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab. Laxatab mg 50
No. XII
S. b.d.d. Tabs. III p.c.

R/ Pulv. Vegeta g 4,1


No. V
S.u.c.

Pro
: Nona Sinta
Umur : 20 Tahun
Alamat
: Jl. Bunga Mawar No. 7
Mataram

GC.

Blok Neuropsikiatri

18

GD.

SKENARIO 3

GE.

Seorang perempuan, umur 25 tahun, saat ini sedang hamil 6


bulan, dating ke Puskesmas dengan keluhan nyeri ulu hari
dan rasa panas di dada, mual dan beberapa kali muntah.
Keluhan ini sejak sebelum hamil sudah dirasakan, tetapi
memberat 2 minggu terakhir. Hasil pemeriksaan fisik:: TD
100/60 mmHg, nadi 90 x/menit, pernapasan 20 x/menit,
suhu 37 C. Dokter kemudian memberikan obat antasida,
penghambat produksi asam lambung dan antiemetic.
A. Permasalahan

Sedang hamil 6 bulan

Nyeri ulu hati

Rasa panas di dada

Mual

Beberapa kali muntah-muntah


Terjadi sejak sebelum hamil
Keluhan semakin memberat 2 minggu terakhir
TD 100/60 mmHg

GF.

Diagnosa:

Dispepsia non ulkus Suspect Gastroesofageal

Refluks Disease (GERD)


B. Tujuan Terapi

Terapi simptomatis: mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri ulu hati,


panas di dada, mual dan ingin muntah.

Istirahat dan diet yang terkontrol.


GG.
C. Daftar kelompok obat yang manjur sesuai tujuan terapi
Terapi simptomatis :
Penetral asam lambung : Antacid

Blok Neuropsikiatri

19

Mengurangi atau menghentikan asam lambung: Proton Pump Inhibitor


(PPI), Antagonis H2 Receptor
Antiemetic

Blok Neuropsikiatri

20

D. Penilaian kelompok obat yang manjur


E. Pemilihan golongan obat untuk menghambat produksi asam lambung:
F.
Antacid
K.

H2
reseptor
antagonis
P.

G. Efficacy
L.
Mengurangi keasaman lambung
dengan menetralisir asam lambung
(HCl). Antasida melindungi mukosa
lambung terhadap asam (dengan
netralisasi) dan terhadap pepsin (yang
menjadi inaktif pada pH di atas 5 dan
diinaktifkan oleh tambahan aluminium
dan magnesium).
Q. Terikat secara selektif dan
berkompetisi dengan reseptor
histamine H2 pada membrane
basolateral sel parietal.
Menghambat pelepasan asam
lambung dari histamine dengan
menghambat asetilkolin dan
gastrin yang berhubungan dengan
sekresi asam

Blok Neuropsikiatri

21

H. Safety

I. Suitability

J. Cost

M. ESO: alkalosis sistemik,


retensi cairan (NaHCO3),
hiperkalsemia, nefrolitiasis,
milk-alkaline syndrome
(CaCO3), konstipasi,
hipofosfatemia (Al[OH]3),
diare, hipermagnesia
(padapenderitainsufisiensiginj
al) (Mg[OH]2)

N. KI: pasien
dengan
gangguan
ginjal

O. Rp.
30
Rp.
2700

R. ESO:
ditoleransidenganbaikdanefek
samping yang jarang.
TerkadangSakitkepala,
kelelahan, bingung, rash,
diare, konstipasi, sedasi,
ginekomasti, libido
berkurang, impoten

S. Kontraindik
asi:
penderita
yang
hipersensitif
terhadapoba
t-obat yang
termasukgol
ongan
H2reseptor

T. Rp.
72
Rp.
200

antagonist
PPIs
(proton
pump
inhibitors)
U.

V.
Mekanismekerja: secara
irreversible memblok H+/K+ ATPase
padasel parietal lambung.
W.
Farmakokinetik: Padaumumnya,
absorbsidari PPIs
tidakberpengaruhjikadiberikanbersamaan
denganmakanan. Untukomeprazol,
lansoprazole, esomeprazole
dipengaruhisedikitabsorbsinyaolehmaka
nan, namuntidakmemilikiefek yang
signifikanterhadapefikasiobat.
Rentangwaktuparuheliminasinya = 0,5-2
jam, efekmaksimalbiasadidapatkandalam
2-3 hari.
X.

AB.

AC.
AD.
AE.
Blok Neuropsikiatri

22

Y. Efeksamping: sakitkepala,
mual,diare,
nyeriperut,lemah,ngantuk.
Efeksamping yang jarang:
rash, gatal-gatal,
flatulen,konstipasi,
cemas,depresi, berkurangnya
absorbs vit.B12
dalampenggunaan PPIs
jangkapanjang,
eritemamultiforme,pancreatiti
s, Steven Johnson Syndrome.

Z. Kontraindik
asi:
penderita
yang
hipersensitif
terhadapoba
t-obat yang
termasukgol
ongan PPIs

AA.
Rp. 400

Rp.1
700

AF.
AG.
AH.
AI.

SKENARIO 4

AJ.
Seorang anak laki-laki, umur 5 tahun, dibawa ke Puskesmas
dengan keluhan demam tinggi, batuk berdahak dan pilek.
Keluhan ini dirasakan di sekolahnya kemarin. Ibunya sangat
khawatir sesak anaknya kambuh, karena biasanya sesak
anaknya kambuh jika batuk pilek. Hasil pemeriksaan fisik:
suhu 39,2 C, respirasi 28 x/menit, tidak terdengar wheezing,
ronki (-). Dokter kemudian memberikan obat antipiretik,
mukolitik-ekspektoran, dekongestan dan salbutamol.

AK.
AL.
Blok Neuropsikiatri

23

AM.
AN.
AO.
AP.

SKENARIO 5

AQ.
Seorang perempuan, usia 35 tahun datang dengan keluhan
gatal-gatal di lipatan pahanya, sejak 3 hari terakhir. Pasien
sudah sering mengalami keluhan ini, terutama jika makan
seafood, dan berkeringat di daerah lipatan pahanya. Hasil
pemeriksaan terlihat lesi madidans (basah), kemerahan,
terlihat lesi satelit, dokter kemudian memberikan obat
derivat hidrokortison, antihistamin dan antijamur.
A. PERMASALAHAN
Gatal-gatal pada lipatan paha, sejak 3 hari terakhir.
Sudah sering mengalami, terutama jika makan sea food dan berkeringat di lipatan paha.
Terlihat lesi madidans (basah), kemerahan, terlihat sel satelit.
AR.
Diagnosis : Dermatitis alergi dengan infeksi sekunder (jamur)
AS.

Blok Neuropsikiatri

24

B. TUJUAN TERAPI
Mengurangi keluhan gatal pada pasien
Mongobati infeksi jamur
AT.
C. GOLONGAN OBAT YANG DIPILIH
AU.
Pilihan golongan obat antihistamin:
AV.

AW.
H1

AY.Efi
cac
y

AZ.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif
yag reversible pada
reseptor H1. Obat ini
didistribusi secara luas
dalam tubuh.

Blok Neuropsikiatri

Antihistamin

AX.
H2

25

Antihistamin

BA.
Berkompetisi
secara reversible
dengan histamine pada
situs reseptor H2,
sehingga efeknya
selektif pada H2 dan
tidak mempengaruhi
reseptor H1 dan H3

BB.
BC.
I:
Suitabi
lity - Pengobatan alergi
- Mencegah terjadinya motion
sickness
- Keluhan mual muntah pada
pasien hamil
BD.

BE.

I:

- Pengobatan pada tukak


peptikum duodenal
- Pengobatan tukak lambung
- GERD
- Pasien dengan gejala sekresi
asam berlebih
- Pasien dengan hernia hiatal
- Pasie tukak iatrogenic

KI:

- Ibu hamil

BF.KI:
- Pasien lansia
- Ibu menyusui
BG.
Safety

BH.

ESO:

BJ. ESO:

- Efek sedative
- Efek antimuskarini
- Menyebabkan aritmia jantung
- Kelahiran anak cacat pada
pasien ibu hamil
BI.

Blok Neuropsikiatri

- Diare
- Pening
- Mengantuk
- Sakit kepala
- Ruam
- Efek samping lainnya:
sembelit, muntah, artralgia
(nyeri sendi)

26

BK.
Score
BN.

BL.

100

BM.

60

Dari tabel di atas, p-drug yang paling sesuai digunakan untuk pasien kasus alergi adalah Antihstamin H1

Blok Neuropsikiatri

27

BO.

Pilihan Obat Antihistamin H1

BP.Obat

BQ.

Eficacy

BR.

Suitability

BU.
D
oksepin

BV.
Menyakat efek
BW.
I:
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag - Pasien depresi
- Pasien pruritus, seperti dermatitis
reversible pada reseptor H1.
atopikal
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.
BX.
KI:

BS.Safety

BY.

BT.S
co
re
ESO:

CA.

- Menimbulkan kantuk
- Disorientasi
- Kebingungan
BZ.

- Pasien yang peka terhadap doksepin


- Pasien yang mendapat pengobatan
dengan preparat yang mengandung
alcohol, obat-obat penekan saraf
pusat
- Anak dibawah umur 12 tahun
CB.
D
ifenhidr
amin

CC.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1.
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.

Blok Neuropsikiatri

28

CD.
I: Antihistamin,
antiemetic, antispasmodic,
parkinsonisme, reaksi
ekstrapiramidal karena obat
CE.

KI:

CF.ESO:
- Efek antimuskarinik
- Kuat menimbulkan
sedasi
- Somnolens

CG.

- Bayi baru lahir atau premature


- Ibu menyusui

- Efek gastrointestinal
minimal

CH.
P
irilamin

CI. Menyakat efek histamine


dengan cara antagonism
kompetitif yag reversible
pada reseptor H1. Obat ini
didistribusi secara luas
dalam tubuh.

CJ. I: Reaksi hipersinsitivitas,


pruritus

CL.

CN.
K
lorfenir
amin
maleat

CO.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1.
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.

CP.I: Manifestasi alergi di kulit


atau pada urtikaria dan
angioedema

CR.

CV.
I: Untuk reaksi alergi
dengan pruritus, ruam dan
urtikaria kolinergik, dan untuk
premedikasi untuk anestesi
umum

CW.
ESO:
Efek sedasi,
gangguan mata
dengan tekanan
intraokular
meningkat

CT.Hidroks Menyakat efek histamine dengan


izin
cara antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1. Obat
ini didistribusi secara luas dalam
tubuh.
Merupakan senyawa yang dipakai
secara luas untuk alergi kulit.
Aktivitas depresan-SSP yang kuat
berperan dalam menyebabkan

Blok Neuropsikiatri

29

ESO:

CM.

- Somnolens
CK.
KI: Penderita dengan - Efek Gastrointestinal
umum terjadi
pengalaman hipersensitif pada
pirilamin
ESO:

CS.

- Efek sedasi
- Sering melibatkan
stimulasi SSP
CQ.
KI: serangan asma akut
dan bayi premature
CX.

efek antipruritik yang menonjol.


CU.
CY.
S Menyakat efek histamine dengan
etirizin
cara antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1. Obat
ini didistribusi secara luas dalam
tubuh.
Efek antikolinergiknya kecil.

CZ.
I: Pengobatan perennial
rinitis, alergi rinitis musiman
dan kronik idiopatik urtikaria
DA.
KI: ibu menyusui,
penderita dengan pengalaman
hipersensitif pada Cetirizine

DC.
ESO:
Menyebabkan
kantuk yang
lebih sering

DD.

DI. ESO: Efek


sedative
menonjol

DJ.

DN.
ESO:
Menyebabkan
kantuk

DO.

DB.
DE.
P Menyakat efek histamine dengan
rometaz
cara antagonism kompetitif yag
in
reversible pada reseptor H1. Obat
ini didistribusi secara luas dalam
tubuh.
Efek antikolinergiknya kuat.
Mempunyai efek antiemetik

DG.
I: Sebagai antiallergic
(alergi rhinitis)
DH.
KI: Penderita dengan
pengalaman hipersensitif pada
prometazin

DF.
DK.
S Menyakat efek histamine dengan
iprohep
cara antagonism kompetitif yag
tadin
reversible pada reseptor H1. Obat

Blok Neuropsikiatri

30

DL.
I: Manifestasi alergi di
kulit atau pada urtikaria dan
angioedema, Cold urticaria,
Alergi rhinitis, Vasomotor

ini didistribusi secara luas dalam


tubuh.

DP.Loratad Menyakat efek histamine dengan


in
cara antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1. Obat
ini didistribusi secara luas dalam
tubuh.
Tidak memiliki efek atikolinergik
yang berarti
Penterasi ke dalam SSP buruk

Blok Neuropsikiatri

31

rhinitis
DM.
KI: Penderita yang
hipersensitif terhadap
Siproheptadin, Bayi baru lahir
atau prematur, Wanita
menyusui, Tukak lambung
stenosis.
DQ.
I: loratadine mengobati
gejala-gejala seperti urtikaria
kronik dan gangguan alergi
pada kulit
DR.
KI: Hipersensirif
terhadap loratadine.

DS.
ESO:
Insidensi
minimal

DT.

DU.

Pilihan golongan obat antijamur:

DV.
DZ.
cacy

Efi

DW. Amphoter
icin B

DX.

EA. Bersifat
selektif dalam
efek fungsidnya.
Obat ini terikat
pada eergosterol,
suatu sterol
dalam membra
sel jamur. Obat
ini mengubah
permeabilitas sel
melalui
pembentukan
lubang-lubang
yang
memungkinkan
pembocoran ionion dan
makromolekul
intraseluler,
sehingga

EB. Kurang baik


dalam mengikat
protein dan mudah
masuk ke dalam
semua kompartemen
cairan tubuh,
termasuk ke cairan
serebrospinal.
EC. Obat ini
pertama diterima oleh
sel jamur melalui
enzym cytosine
permease. Kemudian
diubah secara
intraseluler, menjadi
5-FU, 5fluorodeoxyuridine
monophospatase (FdUMP) dan
Fluorouridine

Blok Neuropsikiatri

Flucytosine

32

DY.

Azole

ED. Mengurang
i sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450
pada jamur.

mengakibatkan
kematian sel.

EE.
Sui EF.
I:
Hampir
semua
tability
infeksi mikotik
- Terapi empiris
- Pengobatan ulkus
dan keratitis
- Artritis karena
jamur
EG. KI: -

EN.
ety

Saf

EO. ESO:
- Demam
- Menggigil
- Spasme Otot
- Muntah
- Sakit kepala
- Hipotensi

Blok Neuropsikiatri

triphosphate (FUTP),
yang menghambat
sintesis DNA dan
RNA sesuai
urutannya.
EH. I: Terbatas
pada penggunaan
terapi kombinasi
dengan
ampohotericin B
untuk meningitis
cryptococcal atau
dengan itraconazole
untuk
chromoblastomycosis
EI.
KI: EJ.
EP.
ESO:
- Anemia
- Leukopenia
- Trombositopenia

33

EK. I: Berbagai
spesies candida,
Cryptococcus
neoformans, mikosis
endemik
(blastomycosis,
coccidiodomycosis,
histoplasmosis).
EL.
Infeksi-infeksi
aspergillus.
EM. KI:
EQ. ESO:
- Gangguan
Gastrointestinal
- Abnormalitas enzim hati

ER.
ore

Sc

ES.

60

ET.

30

EU.

90

EV.Dari tabel di atas, obat yang paling sesuai untuk pasien pada kasus adalah golongan Azole.

Blok Neuropsikiatri

34

EW.

Pilihan Obat Golongan Azole

EX.

EY.

Klotrimazol

EZ.

Ekonazol

FA.

Ketokonazol

FD.

Eficacy

FE. Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur

FF.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pa
FG. pada jamur

FK.

Suitability

FL.
I: Infeksi
jamur pada kulit
FM. KI: -

FN. I: Infeksi
FO. I:
- Infeksi jamur pada
jamur pada kulit,
kulit
vaginal kandidiasis
- Infeksi jamur
sistemik atau yang
resistn
- Vulval kandidiasis

FR.

Safety

FX.

Cost

FS.
ESO:
- Iritasi kulit
- Sensitivitas
FY.

Blok Neuropsikiatri

FH. Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur

FB.

Mikonazol

Sulkonazol

FI.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur

FJ.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui penghambatan
enzim-enzim sitokrom
P450 pada jamur

FP.
I: Infeksi
jamur pada kulit

FQ. I: Infeksi
jamur pada kulit

FT.
ESO: Reaksi
hipersensitivitas

FU. ESO: Reaksi FV.


ESO:
- Iritasi Kulit
Hipersensitivitas
- Reaksi
Hipersensitivitas

FZ.

GA.

35

FC.

GB.

FW. ESO:
- Iritasi Kulit
- Sensitivitas
GC.

GD.
GE.
GF.
GG.
GH.

Hidrokortison
Hidrokortiso merupakan salah satu dari tujuh golongan glukokortikoid topikal dengan bentuk sediaan:
Hidrokortison velerat salep 0,2%
: nama dagang WESTCORT
Hidrokortison burirat krim 0,1%
: nama dagang LECOID
Hidrokortison krim 0,5% , salep 1,5%, lotion 2,5% : nama dagang HYTONE , NURTRICORT, PENECCORT
GJ.

GN. Hidrok
ortison

Eficacy

GO. Memiliki efek


imunosupresan, anti
radang yang kuat,
steroid topikal juga
digunakan untuk
pengobatan penyakt
kulit. Hidrokortison
menekan sistem imun
dengan menghambat
proliferasi sel-T

GK.

GL.

Safety

GM.

GP.
I: Insuficiency
GS. ESO:
GX.
GT. Kulit menjadi tipis dan rapuh,
adrenokortikosteroid,
GU. Pemberian hidrokortison topikal
reaksi hipersensitifitas,
dapat menyebabkan vasokonstriksi
penyakit kulit, radang
GV.
usus, hemoroid
GW. Toksisitas:
reumatik, penyakit mata - Lokal: atrofi kulit, hipopigentasi, sria,
GQ. KI:
talangiekstasia, purpura, erupsi
GR. Infeksi jamur
menyerupai akne, pertumbuhan jamur
sistemik, ileocolostomi
di kulit dan bakteri yang berlebihan
pascaoperasi,
- Sistemik: Supresi sumbu hipotalamushipersensitivitas
hipofisis-adrenal dan ganguan
terhadap hidrokortison
pertumbuhan terutaa pada anak anak.
atau kompne obat
lainnya

GY.
GZ.

Blok Neuropsikiatri

Suitability

36

Cost

HA.

Penulisan Resep

HB.
dr. Baiduri Yasintiani
SIP: 2012/261191/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Gili Trawangan no.22
Telp. (0370) 623640
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Cr Miconazole 2% tube I
S.t.d.d.u.e.

R/ Tab Chlorpeniramin meleat mg 2 No.XV


S.t.d.d tab I p.c

Pro
:Umur : 35 tahun
Alamat

HC.
HD.
Blok Neuropsikiatri

37

:Mataram

HE.

SKENARIO 6

HF.
Jodi, umur 5 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan keluar cairan kuning berbau dari telinga kanan sejak
kemarin. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Telinga
terasa penuh dan sakit. Keluhan lainnya hidung buntu dan
beringus, demam sudah hilang. Hasil pemeriksaan fisik,
otore (+) pada telinga kanan, nadi 80 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 38 C. Dokter kemudian meresepkan
antibiotic, dekongestan dan antipiretik.
A. Daftar Masalah:
Keluar cairan kuning berbau dari telinga kanan
Telinga terasa penuh dan sakit
Hidung buntu dan beringus
Suhu 380 C
HG.

Diagnosis: Suspect otitis media akut dan rhinitis (Sudoyo, 2009)

B. Tujuan Terapi:
Mengatasi infeksi
Mengurangi rasa sakit
Mengobati keluhan hidung buntu dan beringus
Menurunkan demam

Blok Neuropsikiatri

38

HH.

(Badan POM RI, 2008, Sudoyo, 2009; Sukandar, 2009).


HI.

HJ.

Blok Neuropsikiatri

39

C. Mengatasi Infeksi
D. Pemilihan terapi untuk profilaksis bakteri (terapi causal):

E. Nama
golongan

F. Efficacy

G. Safety

H. Suitability

I. Tetrasiklin

J. Bekerja dengan menghambat

K. ESO: mual, muntah, diare, iritasi

L. I: infeksi bakteri yang umum

sintesis protein dengan


menghambat perlekatan
aminoasil-tRNA yang
bermuatan. Memiliki spektrum
yang luas.

N. Kloramfen
ikol

S. Cotrimoksaz
ole

M. KI: Tidak boleh diberikan


pada anak-anak < 12 tahun

O. Penghambat kuat terhadap


sintesis protein mikroba.
Bersifat bakteriostatik untuk
kebanyakan bakteri, melawan
bakteri aerob dan anaerob serta
gram positif dan gram negatif.

P. ESO: mual, muntah, dan diare,

T. Berkompetisi dengan PABA


dan enzim dihidrofolat
sintetase bakteri sehingga
membentuk analog asam folat
yang tidak berfungsi.

V. ESO: mual, diare, sakit kepala,


hiperkalemia, rash.

Y. I: enteritis infeksiosa,
toksoplasmosis, nokardiasis

W. Aman pada anak-anak.

Z. KI: gagal ginjal, gangguan


hati yang berat, porfiria

U. Menghambat enzim

Blok Neuropsikiatri

esofagus, hepatotoksisitas,
pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas dan reaksi
hipersensitivitas (demam).

40

depresi sumsung tulang, reaksi


neurotoksik seperti sakit kepala,
neuritis optik, neuritis perifer
dan reaksi hipersensitivitas.
Memiliki efek samping
hematologik yg berat.

X.

Q. I: infeksi berat (hemophilus


influenza, demam tifoid, dan
burkholderia cepacea)
R. KI: wanita hamil dan
menyusui, porfiria

AA.

dihidrofolat reduktase bakteri


yang mengubah asam
dihidrofolat menjadi asam
tetrahidrofolat.

AC.
Flo
rokuinolo
n

AH.
Sef
alosporin

AB.

AD.
Merupakan analog
dari asam nalidixic yang aktif
melawan bakteri gram positif
dan gram negatif. Obat ini
memblok sintesis DNA dengan
cara menghambat enzim
topoisomerase II (DNA
gyrase) dan topoisomerase IV.
Obat ini memiliki aktivitas
bakterisidal dan lebih efektif
melawan bakteri gram negatif
dibandingkan bakteri gram
positif.

AE.

AI. Menghambat sintesis dinding


sel mikroba. Dapat menembus
sawar darah uri dan sawar
darah otak, dieksresi utuh
melalui ginjal. Memiliki
spectrum yang luas.

AJ. ESO: Reaksi alergi, nyeri berat


dan tromboflebitis setelah injeksi
intravena, toksisitas pada ginjal.

ESO: mual, muntah,


dispepsia, diare, sakit kepala,
gangguan tidur, ruam dan
pruritus. Selain itu, anoreksia,
peningkatan kadar urea dan
kreatinin dalam darah, astenia,
depresi, bingung, halusinasi,
kejang, tremor, paraestesia,
hipoastesia, fotosensitivitas,
reaksi hipersensitivitas (demam)
serta gangguan darah.

AK.

AF. I: bakteri gram positif dan


gram negatif

AG.

KI: hati-hati pada

pasien dengan riwayat


epilepsi atau kejang,
defisiensi G6PD, miastenia
gravis, gangguan ginjal,
wanita hamil dan ibu
menyusui, anak-anak dan
remaja

AL.Gen I:
AM.
terutama aktif
terhadap kuman gram positif
AN.

Gen II:

AO.
kurang aktif
terhadap bakteri gram
positif, tapi lebih aktif

Blok Neuropsikiatri

41

terhadap bakteri gram


negatif
AP. Gen III:
AQ.
kurang aktif
terhadap kokus gram positif,
tapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae
AS. Bersifat bakterisida dan
bekerja dengan menghambat
sintesis dinding sel. Berdifusi
dengan baik di jaringan dan
cairan tubuh, tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi. Diekskresi
ke urin dalam kadar terapetik.

AR.
Pe
nisilin

AT. ESO: reaksi alergi dan reaksi


anafilaksis yang dapat menjadi
fatal, kejang pada pasien gagal
ginjal.
AU.

Ob

at
BE. Tetrasiklin
BJ. Kloramfen

BA.

BB.

Efficacy

Safety

BF.
BK.

Blok Neuropsikiatri

90
90

BG.
BL.

60
70

42

BC.
Suitabili
BH.
BM.

ty
0
70

AW.
AX.

AY.Skor Penilaian Golongan Obat Antibiotik:


AZ.

AV. I: infeksi kokus gram positif,


infeksi batang gram positif,
infeksi bakteri gram negatif

BD.
Total
BI.
BN.

150
230

KI: alergi penisilin

ikol
BO.

Co- BP.

90

BQ.

90

BR.

75

BS.

255

le
BT.Florokuino BU.

90

BV.

60

BW.

10

BX.

160

lon
BY.

BZ.

90

CA.

80

CB.

80

CC.

250

alosporin
CD.
Pen CE.

90

CF.

80

CG.

90

CH.

260

Trimoxazo

Sef

isilin
CI. Golongan obat yang sesuai untuk pasien ini yaitu Penisilin. Pemilihan terapi untuk pasien adalah obat per oral, pilihan obatnya:
CJ.Nama
obat

CK.

CO.
P
enisilin
VK

CP. Memiliki spektrum

CU.
C
loxacillin

Blok Neuropsikiatri

Efficacy

antibacterial yang
sempit, menghambat
sintesis dinding bakteri

CV.Spesifik untuk
stafilokokus

CL.
CQ.

ESO: efek
gastrointestinal,
kejang, demam,
anemia hemolitik,
nefritis interstisial
akut, reaksi
hipersensitifitas

CW.

43

Safety

ESO: reaksi

CM.

Suitability

CR.
I: infeksi
minor (respirasi,
otitis media, sinusitis,
kulit, urinary)

CN.

Cost

CT.Rp 130,20 /
tablet 40 mg

CS.KI: alergi penisilin


CX.

I: infeksi

CZ.

alergi

staphylococci lokal
CY.
KI: alergi
penisilin

DA.
A
moxicilli
n

DG.

DH.
DN.

DB.

Aktifitas lebih
tinggi melawan
bakteri, mekanismenya
dengan penetrasi
membrane luar bakteri
gram negatif

DC.
ESO: demam,
urtikaria, rash, reaksi
alergi, gejala system
saraf pusat

DD.
I: sinusitis,
otitis, infeksi saluran
kemih dan respiratori
bawah
DE.KI: alergi penisilin

Skor Penilaian Obat Antibiotik:

Obat
Penisili

DI. Effi

DO.
n VK
DT.
Cloxacil
DU.
lin
DZ.
Amoxic
EA.
illin

DJ. Safe

cacy

ty

DK.
Suitabili
ty

DL.

DM.

Cost

Total

80

DP.

70

DQ.

90

DR.

80

DS.

150

70

DV.

80

DW.

70

DX.

90

DY.

230

90

EB.

70

EC.

90

ED.

70

EE.

250

EF. P drug untuk pasien ini yaitu Amoxicillin 50 mg/kgBB selama 5 hari.
EG.

Blok Neuropsikiatri

44

DF. Rp 3091,00 /
botol 60 ml

EH. Mengobati Keluhan Hidung Buntu dan Beringus


EI. Pilihan obat decongestant:
EJ.Nama obat

EK.

Efficacy

EN.
Phenyle
phrine

EO.
Bekerja sebagai
agonis alpha secara
langsung.
EP. Phenylephrine merupakan
agonis reseptor 1; obat ini
dapat mengaktivasi
reseptor hanya pada
konsentrasi yang tinggi.

EL.

Safety

EQ.
ESO: asidosis
metabolic; sakit kepala,
ansietas, lemah, tremor,
parestesia, respon
pilomotor, penurunan
perfusi renal, penurunan
outpun renal, distress
respirasi.

EM.

Suitability

ES.KI: bradikardia, aritma,


hipersensitivitas terhadap
phenylephrine, bisulfite;
hipertensi, takikardi
ventricular.
ET.I: dekongestan nasal dan
sebagai midriatik.

ER.
EU.
Phenylp
ropanolamine

EV.Menyerupai efedrin, tapi


kurang menimbulkan
perangsangan SSP.

EW.
ESO: Resiko stroke
hemoragik, shg ditarik
FDA; supresi nafsu makan ;
hipertensi, palpitasi.
Insomnia, pusing, mual,
Xerostomia

EX.

EZ.Ephedrine

FA.Bekerja pada reseptor 1,


2, 1, 2, 3; bekerja
lebih lama (karena bukan
katekol dan tidak dirusak

FB.ESO: meningkatkan
tekanan darah,
bronkodilatasi, iritasi
setempat, mual,sakit kepala;

FC.KI: hipersensitivitas
terhadap ephedrine,
aritmia jantung,cardiac ,
glaukoma, pasien yang

Blok Neuropsikiatri

45

I: kongesti nasal

EY.KI: hipersensitivitas

COMT atau MAO)

FE.Oxymethazolin
e

FK.
Xylomet
azoline

FF. Agonist reseptor 2A,


bekerja secara langsung;
long acting

FL.Bekerja sebagai agonis


yang bekerja langsung;
long acting

FP. Skor Penilaian Obat Dekongestan:

Blok Neuropsikiatri

46

setelah penggunaan
berlebihan terjadi
toleransi,efek menghilang,
kongesti berulang; efek
kardiovaskuler

meminum agen
simpatomimetik lainnya.
FD.

I: kongesti nasal

FG.
ESO: reboundcongesti (penggunaan
jangkapanjang); sensasi
menyengat dan panas
sementara;bersin dan nasal
mukosa kering; hipertensi,
palpitasi.

FH.
KI:
hipersensitivitas

FM.
ESO: iritasi
setempat, mual,sakit kepala;
setelah penggunaan
berlebihan terjadi
toleransi,efek menghilang,
kongesti berulang; efek
kardiovaskuler

FN.

KI: -

FO.

I: kongesti nasal

FI. I: kongesti mucosa nasal


FJ.

FQ.
obat

Nama

FR.
Efficacy

FS.Safety

FT.Suitabil
ity

FU.
otal

FV.Phenylephrine

FW.
80

FX.
70

FY.90

FZ.240

GA.
Phenylp
ropanolamine

GB.
70

GC.
80

GD.
0

GF.Ephedrine

GG.
70

GH.
80

GI. 90

GK.
Oxymet
hazoline

GL.
90

GM.
85

GN.
0

GO.
45

GP.Xylometazoline

GQ.
90

GR.
80

GS.
0

GT.
60

GE.
40

GJ. 240

GU.
P drug untuk pasien ini yaitu Xylometazoline, anak umur 2-12 tahun pemberian tetes hidung (0,05 %) 2-3 kali tiap 8-10
jam
GV.
GW. Menurunkan Panas
GX.
Pilihan obat analgesic-antipiretik:
GY.
N
ama
golongan

Blok Neuropsikiatri

GZ.

Efficacy

47

HA.

Safety

HB.

Suitability

HC.

Cost

I: nyeri sedang

HH.

KI: gangguan

HE.

HJ. Aspirin

HK.
Bekerja
sebagai inhibitor nonspesifik enzim COX
yang irreversible dan
menghambat nyeri di
daerah subkortikal.

HL.

ESO:
intoleransi lambung,
ulkus lambung dan
duodenum,
hepatotoksik, asma,
rash, toksik ginjal,
dosis tinggi: muntah,
tinnitus, penurunan
pendengaran, vertigo.

HM.
I: nyeri ringan
hingga sedang

HQ.
Bekerja
sebagai inhibitor nonselektif untuk COX

HR.
ESO:
perdarahan dan iritasi
gastrointestinal, rash,
pruritus, tinnitus,
pusing, sakit kepala,
retensi cairan, efek
hematologic dan
gangguan ginjal

HS. I: nyeri ringan-sedang,


demam, penutupan
duktus arteriosus pada
bayi

HP.Ibuprofe
n

Blok Neuropsikiatri

Bekerja
sebagai inhibitor
lemah COX-1 dan
COX-2 pada jaringan
perifer serta memiliki
efek anti-infamasi
yang tidak sifnifikan.

48

HF.ESO: pusing,

HG.

HD.
A
setamino
fen
(Paraceta
mol)

disorientasi,
hepatotoksik,
gangguan ginjal,
perdarahan
gastrointestinal.

HI. Rp 130,20 /
tablet 40 mg

hepar

HN.
KI:
hemophilia, anak <16
tahun

HT.KI: polip hidung,


angioedema, reaksi
bronkospastik akibat
aspirin

HO.
Rp
123,20 / tablet
100 mg

HU.
Rp
147,00 / tablet
200 mg

HW.
Bekerja
menghambat secara
non-selektif COX dan
lipoksigenase

HV.
K
etoprofen

HY.I: nyeri pada rematoid


artritis, osteoartritis dan
dismenorea; nyeri
ringan-sedang

HX.

ESO: gejala
gastrointestinal dan
sistem saraf pusat

HZ.
IC. Bekerja sebagai
inhibitor COX nonselektif

IB. Naproxe
n Sodium

ID. ESO: perdarahan


gastrointestinal bagian
atas, pneumonitis
alergika dan
pseudoporfria

IH. Skor Penilaian Obat Antibiotik:


IJ. Effic

II. Obat
IO.

Parasetamol
IU. Aspirin
JA.Ibuprofen
JG. Ketoprofen
JM.
Napr

acy
IP.
IV.
JB.
JH.
JN.

90
90
90
90
90

IQ.
IW.
JC.
JI.
JO.

80
80
80
80
80

Sodium

49

IM.Cost

bilit

oxen

Blok Neuropsikiatri

IL. Suita

IK. Safet

IR.
IX.
JD.
JJ.
JP.

y
90
0
90
70
70

IN. Total
IS.
IY.
JE.
JK.
JQ.

80
90
70
50
10

KI: -

IE. I: rematologik, nyeri


ringan-sedang

IF. KI: -

IT.
IZ.
JF.
JL.
JR.

340
260
330
290
250

IA. Rp 1890 /
tablet 100 mg

IG. -

JS. P drug untuk pasien ini yaitu Paracetamol.

Blok Neuropsikiatri

50

JT. Penulisan Resep

JU.

dr. Lisantiyas Hardiyanti


SIP: 2011/123/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Seganteng Indah I Cakranegara
Telp. (0370) 672045
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Syr. Amoxicillin ml 60 Lag. I
S.t.d.d. Cth. I a.c.

R/ Gtt.nasal. Otrivin 0,05 % ml 10 Lag. I


S.p.r.n.b.d.d. gtt.nasal. II ND.NS

R/ Syr. Paracetamol ml 60 Lag. I


S.p.r.n.t.d.d. Cth. II p.c.

Pro
: Jodi
Umur : 5 tahun
Alamat

Blok Neuropsikiatri

:-

51

JV.
JW.

SKENARIO 7

JX.
Seorang laki-laki 40 tahun dating berobat ke praktek dokter
swasta dengan keluhan selalu lapar, haus dan sering kencing
sejak 1 bulan terakhir ini. Hasil anamnesis, pasien
mempunyai riwayat DM dalam keluarganya. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan TD: 170/200 N: 80
x/menit dan P: 20 x/menit TB: 160 cm BB: 90 kg. Oleh dokter
yang
memeriksanya,
pasien
kemudian
dirujuk
ke
laboratorium untuk memeriksa gula darahnya. Gula darah
yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa dan 2 jam
PP. Pasien diminta untuk kembali besok dengan membawa
hasil laboratorium. Keesokan harinya, pasien dating dengan
mambawa hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
tadi pagi, ditemukan GDP: 200 mg/dl GD jam PP: 210 mg/dl.
Dokter
kemudian
memberikan
metformin
dan
glibenclamid, antihipertensi.
A. Permasalahan :
selalu lapar, haus, dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir

Blok Neuropsikiatri

52

Tekanan darah: 170/100 N: 80x/menit dan P 20x/menit, TB 160 cm, BB 90 Kg


riwayat DM dalam keluarganya
GDP: 200 mg/dl, GD 2 jam PP 210 mg/dl
JY. Diagnosa: Diabetes mellitus tipe 2
JZ.
B. Tujuan Terapi
1. Tujuan terapi DM tipe 2:
a. Jangka pendek: untuk mengurangi keluhan yang muncul seperti poliuri, polifagi, polidipsi
b. Jangka panjang: memperlambat laju perkembangan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular.
2. Menurunkan hipertensi < 130/80 mmHg
KA.
C. Prinsip Terapi DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
KB.

Terapi yang diberikan oleh dokter pada pasien di scenario adalah: glibenklamid dan metformin.

1. Metformin
KC.
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki
ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Diliat dari BB (90 Kg) dan TB (160 cm) dari pasien di
scenario, maka BMI pasien di skenario adalah 35.2 dan sudah masuk kategori obesitas. Metformin dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia

Blok Neuropsikiatri

53

(misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
2. Glibenklamid
KD.
KE.
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan:
Penghambat ACE
Penyekat reseptor angiotensin II
Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah
Diuretik dosis rendah
Penghambat reseptor alfa
Antagonis kalsium
KF.
D. Golongan Obat
KG.
Pemilihan golongan obat antihipertensi:
KH.
Golong
an
Oba
t

KI. Efficacy

KJ. Safety

KK.
S
uitabilit
y

KL.
ACEI

KM.
Mengh
ambat
perubahan
enzim
dipeptidase

KO.
ESO
: Acute
Renal
Failure,
hiperkalemi

KP.I: pasien
HT

Blok Neuropsikiatri

54

KQ.
K
I: pasien

peptidil yang
menghidrolisi
s angiotensin I
menjadi
angiotensin II,
menginaktivas
i bradikinin.
KN.
Bersif
at
nefroprotektif

KR.
ARB

KS.
Bekerj
a pada
reseptor AT1
pada otot
polos
pembuluh
darah dan di
otot jantung.
KT.

Blok Neuropsikiatri

Efektif

pada pasien
gangguan
ginjal dan
diabetes,
batuk
kering,
wheezing,
angioedema

hipersen
sitif
terhadap
ACEI,
pasien
yang
diduga
atau
pasien
penderit
a
renovas
kuler,
wanita
hamil.

KV.
ESO
: efek
samping
lebih rendah
dibanding
obat
antihiperten
si yang lain,
insufisiensi

KW.
I
: pasien
HT

55

KX.
K
I:
wanita
hamil

menurunkan
TD pada
pasien HT
dengan kadar
rennin yang
tinggi.

ginjal,
hiperkalemi
a, hipotensi
ortostatik

KU.
Bersif
at
nefroprotektif
KY.

bloc
ker

KZ.
Penuru
nan curah
jantung
melalui
kronotropik
negative, efek
inotropik
jantung dan
inhibisi
pelepasan
renin dari
ginjal.

LA.
ESO
: bradikari,
konduksi
AV
abnormal,
dan gagal
jantung akut

LB.
I
: pasien
HT

LD.
Diuretic

LE.Menurunkan
tekanan darah

LF. ESO:
hipokalemia

LG.
I
: pasien

Blok Neuropsikiatri

56

LC.
K
I: pasien
asma
bronchia
l

dengan
menyebabkan
diuresis

LI.
bloc
ker

LJ. Menghambat
reseptor 1
yang
menginhibisi
katekolamin
pada sel otot
polos vascular
perifer yang
memberikan
efek

Blok Neuropsikiatri

,
hiperkalsem
ia,
hiperglikemi
a,
hiperlipide
mia, dan
disfungsi
seksual
(thiazide)
hiperkalemi
a (diuretic
hemat
kalium)
LL.ESO:
hipotensi
ortostatik
yang
disertai
dengan
pusing atau
pingsan
sesaat,
palpitasi,

57

HT
LH.
K
I: pasien
renovas
cular
disease

LM.
I
: pasien
HT
LN.
I: -

vasodilatasi,
tidak
mengubah
aktivitas 2
sehingga tidak
menimbulkan
efek
takikardia.
LK.
Mengu
rangu
resistensi
insulin
LO.
CCB

LP. Menyebabkan
relaksasi
jantung dan
otot polos
dengan cara
menghambat
channel
kalsium yang
sensitive
terhadap
voltase.

Blok Neuropsikiatri

dan juga
sinkope
dalam satu
hingga tiga
jam setelah
dosis
pertama
atau terjadi
lebih lambat
setelah dosis
yang lebih
tinggi.
LQ.
ESO
: hipotensi
dan
menyebabka
n iskemia
miokard
atau
serebral,
sakit kepala,
muka
merah,
edema

58

LR.
I
: pasien
HT
LS.KI: -

perifer.
LT.
LU.

Blok Neuropsikiatri

59

LV.Penilaian untuk pemilihan golongan obat antihipertensi:


LW.
Golong
an
oba
t
MB.
ACEI
MG.
ARB
ML.

blo
cker
MQ.
Diureti
c
MV.

blo
cker
NA.
CCB

LX.
Efficacy

LY.Safety

LZ.Suitab
ility

MA.
Total

MC.
90
MH.
90
MM.
80

MD.
70
MI.
80
MN.
70

ME.
80
MJ.
90
MO.
70

MF.
240
MK.
260
MP.
220

MR.
80

MS.
70

MT.
75

MU.
225

MW.
90

MX.
65

MY.
70

MZ.
225

NB.
80

NC.
70

ND.
70

NE.
220

Blok Neuropsikiatri

60

NF.Golongan obat yang digunakan pada psien diskenario untuk menurunkan tekanan darahnya mencapai target adalah golongan ARB.

Blok Neuropsikiatri

61

E. Nama Golongan Obat


F. Golongan ARB
G.
obat

Nama

H.

L.
an

Losart

M. Bekerja dengan cara


memblok
vasokonstriktor,
Bekerja pada reseptor
AT1 pada otot polos
pembuluh darah dan di
otot jantung.

S.
an

Valsart T.
Bekerja pada
reseptor AT1 pada otot
polos pembuluh darah dan
di otot jantung.

Z.
Kande
sartan

Efficacy

I.

AA. Angiotensin
receptor antagonis.
Kandesartan mengikat
reseptor angiotensin II AT1

Blok Neuropsikiatri

Safety

J.

Suitability

K.

Cost

N.
ES: biasanya
ringan, pusing,
gangguan pengecap,
hiperkalemia,
angioedema

O.
Indikasi: hipertensi,
nefropati diabetic pada pasien DM
tipe 2
P.
Q.
KI: menyusui

R.
Tablet 50 mg
3x10 : 126.000,-

U.
ES: kelelahan,
sakit kepala, mimisan,
trombositopeni, nyeri
sendi, nyeri otot,
neutropeni

V.
Indikasi: hipertensi, gagal
jantung pada pasien yang
intoleransi ACEI
W.
X.
KI: gangguan fungsi hati
berat, sirosis, obstruksi empedu,
menyusuui, hipersensitif terhadp
komponen obat

Y.
Tablet 8 gram
2x14 92.400,-

AB. ES: vertigo,


sakit kepala, hepatitis
akut, hiponatremia,
sakit sendi, nyeri otot,

AC. Indikasi: hipertensi;


kombinasi dengan HCT
AD.

AF.
Tablet 8 mg x
14 144.55o,-

62

mencegah angiotensin
berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi

ruam, urtikaria

AE.

KI: menyusui, kolestasis.

AG.
artan

Olmes

AH. Bekerja pada


reseptor AT1 pada otot
polos pembuluh darah dan
di otot jantung.

AI.
ES: nyeri
abdomen, diare,
dyspepsia, mual, gejala
influenza, rhinitis,
hematuria, ISK, nyeri
otot, ruam

AJ.
Indikasi: hipertensi
AK.
AL. KI: kelainan fungsi hati,
ginjal sedang sampai berat,
menyusui.

AM. Tablet 20 mg x
30: 310.150,-

AN.
artan

Telmis

AO. Angiotensin
receptor antagonis.
Kandesartan mengikat
reseptor angiotensin II AT1
mencegah angiotensin
berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi

AP.
ES: gangguan
saluran cerna, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri
punggung, kram kaki,
ansietas, vertigo,
takikardi, insomnia,
dyspneu, depresi, ruam
dan gatal

AQ. Indikasi: hipertensi


essensial
AR.
AS. KI: hipersensitif, koleastasis
dan gangguan karena obstruksi
empedu, kahamilan trimester 2 dan
3, menyusui.

AT.
Tablet 40 mg x
2x10: 242.00,-

AU.
tan

Irbesar AV. Angiotensin


receptor antagonis.
Kandesartan mengikat
reseptor angiotensin II AT1
mencegah angiotensin

AW. ES: mual,


muntah, lelah, nyeri
pada otot, dyspepsia,
takikardi, batuk,

AX. Indikasi: hipertensi, untuk


menurunkan albuminurea mikro
dan makro pada pasien hipertensi
dengan DM tipe 2 yang mengalami

BA. Tablet 150 mg x


2x10: 138.000,-

Blok Neuropsikiatri

63

berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi

arthalgia

BB.
BC.

Blok Neuropsikiatri

64

netropati
AY.
AZ. KI: hamil dan menyusui.

BD.

Penilaian untuk obat antihipertensi:

BE. Golon
gan obat
BK. Losart
an
BQ. Valsar
tan
BW. Kande
sartan
CC. Olmes
artan
CI.
Telmis
artan
CO. Irbesa
rtan
CU.

BF.Efficacy

BG.

Safety

BH. Suitab
ility
BN. 80

BI. Cost

BJ. Total

BL.

80

BM.

80

BO.

85

BP.325

BR.

80

BS.70

BT.70

BU.

90

BV.

310

BX.

80

BY.

70

BZ.

CA.

70

CB.

290

CD.

80

CE.

70

CF.70

CG.

60

CH.

280

CJ. 80

CK.

70

CL.

70

CM.

65

CN.

285

CP.80

CQ.

70

CR.

90

CS.80

70

CT.320

Berdasarkan hasil scoring jenis obat dari golongan ARB yang digunakan pada pasien diskenario, maka P drug yang dipilih

adalah Losartan.

Blok Neuropsikiatri

65

CV.

Penulisan Resep

CW.
dr. Lisantiyas Hardiyanti
SIP: 2011/123/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Seganteng Indah I Cakranegara
Telp. (0370) 672045
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab Metformin mg 500 No. XIV
S.u.d.d.p.c.tab

R/ Tab Glibenclamid mg 5 No. XIV


S.u.d.d.p.c.tab

R/ Tab Losartan mg 5 No. XIV


S.u.d.d.tab

Pro
: Jodi
Umur : 40 tahun
Alamat

Blok Neuropsikiatri

:-

66

CX.
CY. SKENARIO 8
CZ.
Seorang pria, 65 tahun, sudah menderita DM sejak usia 40
tahun. Dating ke poli penyakit dalam untuk control. Hasil
pemeriksaan lab menunjukkan pasien ini sejak 3 bulan
terakhir tidak memberikan respon terhadap penggunaan
obat oral diabet, meskipun telah dikombinasi oleh dokternya.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 190/110 mmHg, nadi 90
x/menit, pernapasan normal. Permasalahan yang dialami
oleh pasien ini adalah ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi
obat, terutama yang pemberiannya diulang. Dokter
kemudian memberikan insulin dan metformin dan
antihipertensi pada pasien ini.

1. Daftar masalah: tidak memberikan respon obat oral meskipun telah dikombinasi dan ketidakpatuhan minum obat dan pasien juga
mengalami hipertensi.
2. Diagnosis: diabetes melitus tipe II diagnosis komplikasi : hipertensi derajat 2
3. Tujuan terapi:
Umum: meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes
Jangka pendek: menghilangkan keluhan, memberikan respon terhadap obat, tetap mengendalikan hipertensinya

Blok Neuropsikiatri

67


DA.

Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati
Prinsip penatalaksanaan hipertensi derajat 2 pada penderita DM tipe II

1. Indikasi pengobatan : bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80 mmHg.
2. Sasaran (target penurunan) tekanan darah: <130/80 mmHg namun harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai dan dapat dicoba
menurunkan dosis secara bertahap.
3. Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis secara
langsung.
DB.

Blok Neuropsikiatri

68

A. Keputusan dokter
B. Pilihan obat insulin:
C. Keter
angan

D. NPH

K. Suita
bility

R. Effic
acy

F.
Sc

G. Insulin Glargine

H.
Sc

I. Insulin Detemir

J.
Sc

L. Nama lain =
isophane.
Merupakan
insulin
intermediate
yang
mempunyai
durasi kerja
10-16 jam.
Indikasi : DM
tipe I dan II

M.
85

N. Diabetes mellitus tipe I anak


dan dewasa, serta diabetes tipe
2 yang membutuhkan insulin
kerja panjang untuk mengontrol
hiperglikemia.

O.
90

P. I: DM tipe I (pada
anak dan
dewasa), DM tipe
II (dewasa). Bisa
diberikan sehari
sekali saat makam
malam dan 2x
sehari waktu
tidur. Bisa pada
pasien gemuk

Q.
90

NPH merupakan
insulin dan
protamine yang
berada pada
kadaan stokiometri

S.
90

T. Insulin glargine merupakan


suatu analog recombinant
human insulin dengan kerja
panjang (hingga 24 jam).
Insulin diproduksi dengan

W.
90

X. Merupakan
insulin human
analog dengan
onset kerja 2-4
jam dan durasi

Y.
90

E. (Neutral
Protamine
Hagedorn)

Blok Neuropsikiatri

69

sehingga cristal
yang terbentuk
tidak menyisakan
bentuk aslinya.
Insulin tipe-tipe ini
mempunyai
keuntungan PZI
Variabilitas dalam
absorpsi,
pemberian preparat
yang tidak
konsisten kepada
pasien, dan
perbedaan sifat
farmakokinetik
dapat
menyebabkan
respon glukosa
yang labil,
hipoglikemia
nokturnal, dan
hiperglikemia saat
puasa.

Blok Neuropsikiatri

teknologi rekombinan DNA


menggunakan bakteri nonpatogen Escherichia coli (K12).
Berbeda dengan insulin reguler,
pada insulin glargine asam
amino asparagine pada posisi
A21 digantikan dengan glisin,
dan 2 arginin ditambahkan pada
atom C ujung dari rantai B.
Insulin glargine didisain kurang
larut pada pH netral, tapi larut
sempurna pada pH 4, seperti
dalam preparat injeksi.
U. Setelah injeksi subkutan,
larutan asam dinetralkan
sehingga membentuk
mikropresipitat. Mikropresipitat
ini lalu akan mengeluarkan
secara perlahan insulin glargine.
Pelepasan kontinu selama 24
jam dengan konsentrasi relatif
konstan tanpa peningkatan
nyata. Profil ini akan
memungkinkan pemberian

70

kerja obat 22-24


jam.

sekali sehari sebagai insulin


basal (kerja panjang). Lama
kerja tidak berbeda pada
perbedaan pemberian subkutan
pada perut, deltoid, atau paha.
V. Insulin glargine sebagian
dimetabolisme di ujung
karboksil rantai B pada depot
subkutan membentuk 2
metabolit aktif. Metabolit ini
memiliki aktivitas sama seperti
insulin pada uji in vitro.
Keduanya yaitu M1 (21A-Glyinsulin) dan M2 (21A-Gly-des30B-Thr-insulin). Keduanya,
bagian obat yang tak berubah
dan hasil metabolime,
ditemukan di sirkulasi.
Z. Safet
y

AA.
ESO:
bertambah BB
lebih sering
terjadi, resiko
hipogilekmik
lebih tinggi

Blok Neuropsikiatri

AB.
70

71

AC.
ESO: gangguan
penglihatan yang bersifat
sementara, retinopati berat,
hipoglikemik berat, reaksi
antibodi terhadap insulin,
retensi natrium, udem,

AE.
80

AF.ESO:
hipokalsemi,
lipodistrofi,
pruritus, memar,
bertambah BB,
edema. Reaksi

AH.
70

bronkospasme, penurunan TD,


sirkulasi kolaps/syok dan reaksi
alergi berat mengancam
jiwa.

injeksi : nyeri,
gatal, gatal bintik
merah bengkak,
dan peradangan.
AG.
KI: tidak
boleh digabung
dengan insulin
lain yang diluted
maupun mix.

AD.
KI: hipersensitif
terhadap insulin glargine

AI. TOTAL

AO.

AJ.
24

AK.

TOTAL

AL.
26

AM.

TOTAL

AN.
25

P-drugs : insulin Glargine, Lanctus. Dosis Insulin glargine memiliki potensi yang sama dengan insulin manusia.

Pemberian sekali sehari relatif konstan menurunkan kadar glukosa.

Blok Neuropsikiatri

72

AP.MetforminXR
AQ.
Keterang
an

AR.

Metformin

AS.
Suitabilit
y

AT.Dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Biasanya


sering dipakai sebagai obat kombinasi OHO. Tidak
sampai menyebabkan hipoglikemik. Tersedia
diberbagai apotik dan puskesmas. Dosis pemberian
1x1.

AU.
Efficacy

AV.Merupakan obat OHO yang meningkatkan


sensitivitas insulin, mempunyai efek utama
mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping jugamemperbaiki
ambilan glukosa.

AW.
Safety

AX.
Efek samping : dispepsia, diare, asidosis
laktat, mual, dan muntah, penurunan penyerapan
vitamin B12, eritema, pruritus, urtikari dan hepatitis.
AY.Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal,
ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti
hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan,
baru mengalami infark miokardia, gangguan hati),

Blok Neuropsikiatri

73

menggunakan kontras media yang mengandung


iodin (jangan, menggunakan metformin sebelum
fungsi ginjal kembali normal) dan menggunakan
anestesi umum (hentikan metformin pada hari
pembedahan dan mulai kembali bila fungsi ginjal
kembali normal), wanita hamil dan menyusui.
AZ.
Cost

BA.

Generik 500 mg @ Rp112.89,00

BB.
BC.

P-drug : Metformin tablet 500 mg once daily bersama/sesudah makan

BD.

Blok Neuropsikiatri

74

BE.

Antihipertensi pada DM
BF.Kelo
mpok
Obat

BG.

BJ. ARB

BK.
I: Cocok
sebagai alternatif
dari penghambat
ACEI dalam
tatalaksana gagal
jantung atau
nefropati akibat
diabetes.
BL.

Suitability

KI:

Tidak boleh diberikan


pada Kehamilan
trimester kedua dan
ketiga dan harus segera
dihentikan setelah
diketaui hamil.
Tidak boleh diberikan
pada ibu menyusui.
Harga cukup mahal

Blok Neuropsikiatri

BH.

Efficacy

Sifatnya mirip dengan penghambat ACEI, tetapi obat gol ini


tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin
lainya, sehingga tidak menimbulkan batuk persisten.
Menghambat efek angiostensi II sehingga merelaksasi otot
polos dan mengakibatkan vasodilatasi, meningkatkan retensi
garam dan air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan
mengurangi hipertropi sel.
Sub tipe reseptor angiostensi II ada 2 yaitu AT1 dan AT 2. AT 1
terutama ditemukan pada jaringan vaskuler dan miokradium
serta di otak, ginjal dan sel-sel glomerulus adrenal yang
mensekresi aldosteron. Sedangkan AT2 banyak ditemukan
pada medul adrenal, ginjal dan SSP.

75

BI. Safety

BM.
ESO:
biasanya ringan,
hipotensi
simptomatik
termasuk
pusing,
hiperkalemi
kadang terjadi,
angioedema.

BN.
ACEI

BO.
I: efektif
untuk hipertensi
ringan, sedang,
maupun berat, serta
sangat baik untuk
hipertensi pada
diabetes,
dislipidemia,
obesitas, dan gagal
jantung kongestif,
serta penyakit
jantung koroner,
dan lain-lain,
namun kurang
efektif pada orang
lanjut usia.
Merupakan obat
first line untuk
pasien pasien
dengan DM

Menghambat pembentukan angiotensin I menjadi angiostensi


II sehingga mampu menurunkan resistensi perifer.
ACEI menurunkan tekanan darah terutama dengan
menurunkan tahanan vaskular perifer. Tidak terjadi refleks
takikardi, diduga karena penyesuaian kembali baroreseptor
atau peningkatan aktivitas parasimpatis.
Penghambatan perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron
Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah
Juga diduga berperan dalam menghambat pembentukan
angiotensin II secara local di endotel pembuluh darah
ACE inhibitor memiliki keuntungan khusus untuk pasien DM
dan akan memperlambat perkembangan dan progresifitas
diabetik glomerulopati

BQ.
ESO:
meningkatkan
efek
hipoglikemik
insulin, batuk
kering
kadangkala
diikuti
gangguan
napas,
hipotensi,
hiperkalemia,
gagal ginjal
akut, dan
angiodema

BP.KI: kehamilan
trimester kedua dan
ketiga (teratogenik)
BR.

BS.I: pasien hipertensi

Blok Neuropsikiatri

BV.

76

Menghambat arus masuk ion kalsium melalui

BW.

ESO:

CCB

dengan DM dan
dengan kadar renin
yang rendah seperti
pada usia lanjut.
Bisa juga
digunakan pada
pasien angina
pectoris.

saluran lambat membran sel aktif, mempengaruhi sel


miokard jantung dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard,
pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam
jantung, tonus vaskuler sistemik atau koroner

tidak
mempunyai
efek samping
metabolik, baik
terhadap lipid,
gula darah
maupun asam
urat.

BT.KI: gagal jantung,


karena menekan
fungsi jantung
BU.
BX.
ACEI+CC
B

BY.
I: Pasien
hipertensi derajat
ringan, sedang,
berat, dengan
gangguan ginjal
dan endotel
pembuluh darah.
Pasien tua usia 6069 tahun
BZ.

Blok Neuropsikiatri

CB.
Kombinasi ACE inhibitor dan CCB memiliki
efek positif pada fungsi endotel yang tampak pada
mekanisme produksi oksida nitrit dan efek antioksidan.
CC.
Perlindungan pada ginjal diperoleh dari blokade
RAAS (renin-angiotensin-aldosterone) dengan
mekanisme kompleks, yakni efek hemodinamika
berupa penurunan tekanan darah sistemik, penurunan
tekanan glomerular kapiler yang disebabkan dilatasi
arteri efferent glomerular, dan penurunan proteinuria.
Efek non hemodinamik berupa stimulasi pada

KI: pasien

77

CF.ESO:
metabolisme
karbohidrat
glukosa hampir
absen.
Mengganggu
efek kerja
insulin.

gagal ginjal dan


gagal jantung

degradasi matriks ekstraselular dan penghambatan


inflitrasi makrofag.

CA.

CD.
CCB merupakan antihipertensi yang efektif,
namun efek ekskresi protein urin pada pasien dengan
penyakit ginjal proteinuria dan insufisiensi ginjal
belum terlihat nyata. Seperti tampak dalam review
terbaru yang menunjukkan penggunaan
dihydropyridine CCB pada pasien dengan proteinuria
ternyata tidak menurunkan kondisi proteinurianya,
meski terdapat penurunan tekanan darah.
CE.
Tetapi nampaknya keuntungan berupa
penurunan tekanan darah disertai pengurangan
proteinuria bisa diperoleh sekaligus dengan pemberian
kombinasi CCB dengan ACE inhibitor (verapamil dan
trandolapril). Hasil studi oleh Bakris GL dkk yang
mengkaji efek pemberian kombinasi ACE
inhibitor/CCB pada proteinuria dengan diabetic
nephropathy, memperlihatkan pengurangan proteinuria
meski pada pemberian dosis rendah.

CG.
DIURETI
K

CH.
I: hipertensi Menurunkan reabsorpsi tubulus terhadap Na+ dan
ringan sampai
meningkatkan ekskresi air dan Na+ sehingga menurunkan
sedang, efektif
volume plasma.
pada orang kulit
Diuretik efektif menurunkan tekanan darah sampai 10-15

Blok Neuropsikiatri

78

CK.
ESO:
menurunkan
efek
hipoglikemik

hitam, orang usia


mmHg pada sebagian besar pasien.
Walaupun
farmakokinetika dan farmakodinamika berbagai
lanjut, pasien
diuretik berbeda, tetapi titik akhir efek terapeutik dalam
dengan obesitas,
pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek
dan kelompok
natriuresisnya.
pasien dengan
Diuretik
diperlukan untuk melawan kecendrungan terjadinya
peningkatan
retensi natrium pada pasien dengan deplesi natrium yang
volume plasma
relatif
atau pasien dengan
aktivitas renin
plasma yang
rendah.
CI. KI: belum
diketahui lebih
jelas, diabetes
mellitus (tiazid
dapat
menyebabkan
hiperglikemi
karena mengurangi
sekresi insulin).

CL.
Tiazid:
dosis tinggi me
nyebabkan
hipokalemia
CM.
Diuretik
kuat:
hiperkalsiuria
dan
menurunkan
kalsium darah
CN.
Diuretik
hemat kalium:
ginekomastia,
mastodinia,
gangguan
menstruasi, dan
penurunan
libido pria

CJ. KI relatif: ibu


hamil karena
menurunkan

Blok Neuropsikiatri

insulin

79

perfusi
uteroplasenta
CO.

Penilaian untuk golongan obat antihipertensi

CP.Keterang

CQ.

an
CU.

uitability
CV.
90

RB
CZ.

DA.

CEI
DE.

90

DF.80

CR.

Ef

CS.

Sa

CT.

To

ficacy
CW.
85

fety
CX.

90

tal
CY.

26

DB.

DC.

70

5
DD.

24

85

DG.

85

DH.

80

5
DI. 225

DL.

85

DM.

90

DN.

27

DQ.

85

DR.

70

0
DS.

23

CEI+CC
B
DJ. CCB
DO.

DK.
Di

DP.80

95

uretik

DT.
DU.

Blok Neuropsikiatri

80

DV.

Pilihan obat antihipertensi (Ca Channel Blocker):

DW.
Keterangan

DX.

Suitability

EA.
Amlodipin

EB.
I: diindikasikan
untuk pengobatan hipertensi, dapat
digunakan sebagai agen tunggal untuk
mengontrol tekanan darah pada
sebagian besar penderita hipertensi.
Juga diindikasikan untuk pengobatan
iskemia myokardial, dapat digunankan
sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan obatEC.
KI: hipersensifitas
terhadap dyhidropiridine, gangguan
fungsi ginjal dan hati, kehamilan,
menyusui, anak-anak

EG.
Nifedipin

EH.
I : terapi dan
propilaksi gangguan koroner, terutama
angina pectoris, hipertensi, insufisiensi
koroner kronik
EI. KI: wanita hamil dan menyusui, syok

Blok Neuropsikiatri

81

DY.
fficacy

DZ.

ED.
ekelompok obat
yang bekerja
dengan
menghambat
masuknya ion
chanel Ca+
melewati slow
chanel yang
terdapat pada
membran sel
(sarkolema).

EF. ESO : sakit kepala,


udema, letih, somnolensi,
mual, nyeri perut, kulit
memerah, palpitasi,
pening.

EE.Menghambat arus
masuk ion kalsium
melalui saluran
lambat membran
sel aktif,
mempengaruhi sel
miokard jantung
dan sel otot polos

Safety

EK.
ESO :
ringan dan hanya
sementara, rasa panas,
rasa berat kepala, mual
dan pusing, udem
subcutan, hipotensi dan
palpitasi.

kardiogenik, hipersensifitas.
EL.
Verapamil

EM.

I : angina pectoris

EN.
KI: hipotensi atau
syokkardiogenik, gangguan konduksi
(AV blok tingkat 2 dan 3, SA blok),
sick sinus syndrome, penderita dengan
antiflutter, dll.

EQ.
ER.

Blok Neuropsikiatri

82

pembuluh darah,
sehingga
mengurangi
kemampuan
kontraksi miokard,
pembentukan dan
propagasi impuls
elektrik dalam
jantung, tonus
vaskuler sistemik
atau koroner.

EP. ESO: hipotensi ortostatik,


maul, konstipasi, sakit
kepala dan gelisah

ES.

Scoring untuk pilihan obat CCK:


ET.

EU.

eteranga

EV.

uitability

ficacy

n
EY.Amlodipi

EZ.

n
FD.

Ni

FE.85

FF. 90

fedipin
FI. Verapam

FJ. 85

FK.

90

FA.

il
FN.

Ef

EW.

Sa

fety
90

90

EX.

To

tal

FB.

85

FC.

26

FG.

85

5
FH.

26

0
FM.

25

FL.75

0
P-drug amlodipin : Untuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari.

Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual dan tingkat keparahan penyakitnya.
Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amlodipin
satu kali sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan bersama anti hipertansi lain.
FO.

Blok Neuropsikiatri

83

FP.Penulisan Resep
FQ.
dr. Delfiann Oktatugara Rayes
SIP: 2012/041091/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Lestari no.17 Pejeruk Bangket
Telp. (0370) 625772
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab. Metformin mg 500 No. XIV
S.u.d.d. tab 1 p.c

R/ Tab. Amlodipin 5 mg No. XIV


S.u.d.d. tab 1 p.c

R/ Inj. Insulin IU 10 Pen 1


S.u.d.d Inj. I.C. o.n.

Pro
:Umur : 40 tahun
Alamat

Blok Neuropsikiatri

84

: Mataram

FR.

Blok Neuropsikiatri

85

FS.
FT.
FU.

Analisa Resep

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa pasien diberikan terapi sesuai dengan penyakit yang diberikan. Dalam menentukan pdrugs untuk setiap pasien, harus disesuaikan dengan keluhan yang ada serta dinilai dari efikasi,
safety, suitability serta cost-nya.
FV.

Blok Neuropsikiatri

86

Vous aimerez peut-être aussi