Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKENARIO 1
Seorang Mahasiswa berumur 20 tahun datang ke poliklinik unram dengan
keluhan nyeri ulu hati yang berat sampai berguling-guling sejak tadi malam.
Keluhan ini disertai kembung, mual dan muntah. Keluhan seperti ini mulai
dialami sejak 3 tahun yang lalu, kembuh-kambuhan. Dalam 1 minggu, 2-3
kali kambuh, terutama jika terlambat makan dan minum the atau minuman
kecut. Dia sangat khawatir, muntahnya kemarin bercampur darah hitam.
Selama ini dia hanya menggunakan obat kunyah. Dokter kemudian
memberikan obat golongan antasida, antiemetic, penurun produksi asam
lambung.
A. Permasalahan
nyeri ulu hati sampai berguling-guling
nyeri ulu hati disertai kembung, mual, muntah
sehari sebelumnya, muntah bercampur darah hitam
keluhan nyeri ulu hati dialami sejak 3 tahun lalu, kambuh-kambuhan;
dalam 1 minggu, 2-3 kali kambuh, terutama jika terlambat makan
Diagnosa: Dispepsia et causa suspect ulkus peptikum
B. Tujuan terapi
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri ulu hati dan mual
Untuk menghentikan muntah
Mencegah kekambuhan
Istirahat; diet yang baik dan sesuai
C. Daftar kelompok obat yang manjur sesuai tujuan terapi
Terapi:
Penetral asam lambung : Antacid
Penghambat muntah
: antiemetic ( Antagonis 5HT3)
Mencegah kekambuhan: AH2
Mengurangi atau menghentikan produksi asam lambung: Antacid,
Proton Pump Inhibitor (PPI), Antagonis H2 Receptor.
Blok Neuropsikiatri
Blok Neuropsikiatri
A.
Obat
B.
Efficacy
C.
Safety
D.
Suitability
E.
cost
F.
Score
G. Natri
Nilai 90
Menetralkan
umbi
karb asam lambung dengan
onat cepat karena daya
larutnya yang tinggi
H.
tablet
500 mg
U.
Alumu
nium
hidrok
sida
AG.
Magnesi
um
hidro
ksida
Kalsiu
m karbonat
AR.
tablet
500 mg
AQ.
I.
J.
Nilai 60
(untuk mengobati
asidosis sistemik, membuat
urine alkali, dan penggunaan
lokal pada pruritus)
P.
KI: gangguan hati dan
ginjal, penyakit jantung,
kehamilan, hindari
penggunaan jangka panjang
Q.
R.
Nilai 70
Indikasi: Untuk
megobati tukak peptik,
nefrolitiasis fosfat dan
absorben pada keracunan
AC.
KI: hipofosfatemia
AD.
AE.
Nilai 70
KI: hipofosfatemia
AO.
Nilai 60
KI: insufiensi ginjal
AZ.
BA.
BB.
N.
O.
Nilai 70
X.
Nilai 70
Daya menetralkan Y.
ES:
Z.
Eksresi alumunium
asam lambung lambat
fosfat meningkat,
menimbulkan sindrom
deplesi fosfat, konstipasi,
mual, muntah dan
onstruksi usus.
AA.
AB.
Nilai 80
Onset lebih lama
dari kalsium karbonat
tapi lebih cepat dari
alumunium hidroksida,
dosis lebih besar dari
kalsium karbonat
AJ.
AK.
Nilai 70
Efek samping
Diare, kelainan neurologi,
jantung, alkaliuria.
AL.
AM.
Nilai 90
onset cepat, masa
kerjanya lama, dan daya
menetralkan asamnya
tinggi
AU.
AV.
Nilai 50
Fenomena acid
rebound, tinja menjadi
keras, kerusakan ginjal,
hiperkalsemia, alkalosis,
milk alkali sindrom
AW.
AX.
3
BI.
BK.
BL.
V.
W.
AH.
AI.
AS.
AT.
Blok
BE. Neuropsikiatri
Antasid BG. Nilai : 80
a doen
BF.
Nilai 60
ES:
alkalosis sistemik,
edema, perforasi lambung
K.
L.
M.
Onsetnya lebih
lambat daripada antasida
yang larut air seperti
BH.
Nilai 90
Efek samping
saling menghilangkan
karena di kombinasi
BJ.
Botol
1000
210
tablet
S.
Rp.12.188
AF.
210
AP.
220
AN.
AY.
T.
Botol
100 tablet
Rp.5403
BD.
200
BC.
Nilai 70
Kontraindikasi:
hipofosfatemia
Kotak 10X10
BO.
tablet kunyah:
BM. Rp.11.396
Botol 60 ml:
240
F.
Berdasarkan tabel diatas maka P-drug dalam kelompok antasida untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien yaitu antasida doen
(sedian kombinasi Mg(OH)2 + Al(OH)3) dengan total nilai paling tinggi, agar onset kerjanya lebih cepat maka BSO dalam bentuk
suspensi. Untuk dosis dewasa antasida suspensi adalah sehari 3-4 kali dengan dosis CTH 2. Diminum 1-2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
G.
Blok Neuropsikiatri
H. Mencegah Kekambuhan
I. Pilihan obat penurun produksi asam lambung:
J.
Kelom
pok obat
K.
Efficacy
L.
Safety
M.
y
Suitabilit
N.
Score
O.
Antago P.
Nilai: 80
Menghambat reseptor H2 sehingga
nis reseptor H2 Q.
mengurangi produksi asam lambung, tetapi
tidak berpengaruh pada sekresi asam melalui
pengaru kolinergik atau gastrin posprandial
R.
Nilai 80
S.
ESO: ringan
T.
Pusing lelah dan ruam kulit,
Ginekomasti pada pria dan galaktorea
pada wanita pada penggunaan simetidin.
U.
Nilai 80
V.
KI:
Gangguan SSP,
gangguan hepar
dan gangguan
ginjal
W.
240
X.
AA. Nilai 80
AB. ESO:
AC. mual, nyeri abdomen, konstipasi,
flatulensi dan diare
AD. Nilai 80
AE. Pengawa
san pada ibu
hamil, menyusui
dan penyakit
hati.
AF.
250
AG.
PPI
Y.
Nilai: 90
Z.
Menghambat pompa proton pada
membram apikal sel parietal sehingga praktis
menghambat produksi asam lambung
(>90%)
Golongan obat yang dipilih adalah PPI sesuai skor di table di atas.
AH.
AI. Obat
Blok Neuropsikiatri
AJ. Eff
ica
AK.
Safety
AL.
Suitability
AM.
cy
AN.
O
mepraz
ol
AT.Lansop
razol
Blok Neuropsikiatri
ost
AO.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng
AQ.
I: tukak
lambung, tukak
duodenum khususnya
yang disebabkan
NSAID dan bakteri
H. pylori, refluks
esofangitis dan
syndrome zollinger
ellison
AR.
K
apsul
20 mg
kotak
3X10
kapsul
AU.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as
AW.
I: tukak
duodenum, tukak
lambung ringan,
refluks esofangitis
AY.Kapsu
l 30
mg
kotak
2X10
kapsul
AX.
Hati-hati untuk
gagal ginjal, penyakit
hati, kehamilan
AS.
R
p.15.3
13
AZ.
R
p.41.8
am
la
m
bu
ng
BA.
Pa
ntopraz
ol
BG.
Ra
beprazo
Blok Neuropsikiatri
00
BB.
Meng
ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng
BC.
ESO: Gangguan saluran
cerna, mual muntah, kembung,
nyeri lambung, diare, konstipasi,
nyeri kepala dan pusing, insomnia,
penglihatan kabur, ruam kulit,
pruritus, mulut kering, malaise,
reaksi hipesensitifitas.
BD.
I: GERD, tukak
lambung, tukak
duodenum khususnya
yang disebabkan
NSAID dan bakteri
H. pylori, refluks
esofangitis dan
syndrome zollinger
Ellison
BE.
D
os 7
tablet
20 mg
Rp.
56.925
BH.
Meng
BK.
BF.7
tablet
40 mg.
Rp.
71.750
,-; 1
vial
Rp.
109.20
5
BL.
ha
m
bat
se
kr
esi
as
am
la
m
bu
ng
P-drug berdasarkan skor diatas adalah Omeprazole dengan dosis 2x20 mg/standar dosis atau 1x40 mg/double dosis.
BM.
Blok Neuropsikiatri
BN.
Pilihan obat antiemetic yang digunakan adalah yang bekerja pada Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ), yakni
antagonis dopamin:
BO. Kelompo
k obat
BP.
BT.
Metoclop
eramid
BU. Nilai: 80
BV. Antagonis
reseptor D2 yang
spesifik (CTZ dan
lambung)
BW.
CB.
don
CC. Nilai: 80
CD. Meningkat
kan
peristaltic
esophagus,
lambung dan usus.
CE.
Domperi
Blok Neuropsikiatri
Efficacy
BQ.
Safety
BR.
Nilai: 70
BX.
EEfek samping: EPS
(Ekstrapiramidal
syndrome), restlesness,
ngantuk, lemah,
agranulocytosis,
methemoglobinemia
Nilai: 75
Suitability
BY. Nilai : 80
BZ. Menurunkan GERD (gastroesofageal
refluks disease), dispepsia ulkus peptikum,
dyspepsia non ulkus, gastroparesis, mual
muntah.
BS.
Score
CA.
230
CH. Nilai: 80
CJ.
CI.
Menurunkan GERD (gastroesofageal 235
refluks disease), dispepsia ulkus peptikum,
dyspepsia non ulkus, gastroparesis, mual
muntah. (Chemoteraphy induced nausea and
vomiting) dan PONV (post operative nausea
and vomiting)
CG.
CK.
Dari skoring di atas, P-drug yang dipilih adalah Domperidon dengan dosis 10 mg tiap 8 jam.
Blok Neuropsikiatri
10
R/ Tab . Domperidon mg 10
no X
S. p. r. n. t. d .d. tab I. a. c
Pro
: Nona Sinta
Umur : 20 Tahun
Alamat
: Jl. Bunga Mawar No. 7
Mataram
CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW. SKENARIO 2
Blok Neuropsikiatri
11
CX.
Diagnosis: konstipasi.
DC.
EFFICACY
DD. SA
FETY
DE. SUITA
BILITY
DF.
Score
DJ.
B Membentuk gel dalam
ulking
usus, melebarkan
agent
usus besar
merangsang aktivitas
peristaltik
DK. Me Tidak di
miliki efek
anjurkan
samping
untuk
obstruksi
penderita
usus dan
gagal ginjal,
Blok Neuropsikiatri
12
DL.
80
esofagus
DM. St
ool
softener
karena
menyebabkan
dehidrasi,
hipotensi dan
kelumpuhan
otot
pernafasan
Mengemulsi tinja,
melunakan tinja
dan
mengengeluarkan
tinja dengan
mudah, tanpa
merangsang
peristaltic usus
DP.
90
s
a
m
p
i
n
g
:
DQ.
Mual
dan
muntah
DO.
Dari tujuan terapi, maka golongan obat yang dipilih adalah Stool
Blok Neuropsikiatri
13
DR.
DS. Nama
Obat
DT.
Efficacy
DU.
Safety
DV.
Suitability
DW.
Dosis
Proconsti 10 : enema 1
mL/mL
proconsti 40 : enema 4
Blok Neuropsikiatri
14
EF.
Tidak di indikasikan
pada anak < 6 tahun, ibu
hamil dan menyusui
DX. C
ost (Rp)
EC.
7.9
EG.
900
7.
rectum untuk
kontraksi dan
juga sebagai
pelicin dan
pelunak tinja
sehingga tinja
mudah keluar
EH. Dioktil Mengemulsi tinja,
natrium
melunakan tinja
sulfosuksinat
dan
(Docusate/
mengengeluarka
EI.
laxatab
n tinja dengan
)
mudah, tanpa
merangsang
peristaltic usus
Blok Neuropsikiatri
mL/mL
triolax supositoria
15
EL.
mg
Tablet 50-300
EM.
EN.
Suspense
4mg/ml
EO.
EP.
Dosis anak 1040mg/hari
EQ.
ER.
Docusate
sodium : 50-360 mg/hr
ES.
EX.
3.2
ET.
Docusate
calcium: 50-360 mg/hr
EU.
EV.
Docusate
potassium : 100-300
mg/hr
EW.
EY.
Blok Neuropsikiatri
16
FB.
Eff
FC.
S
FI.
90
FN. Glyserine
(Laxadine)
FT.
Dioktilnatriu
m sulfosuksinat
(Docusate/
FU. laxatab)
FG.
FH.
GA.
Liquid Parafin
(Laxadine)
FE.
C
FF.
T
FJ.
7
FD.
Suit
a
b
i
l
i
t
y
FK.
60
FL.
7
FM.
2
FO.
60
FP.
5
FQ.
0
FR.
7
FS.
1
FV.
90
FW.
8
FX.
70
FY.
9
FZ.
3
Dari table perbandingan obat diatas, maka P-drug pada pasien ini
adalah Docusate Sodium. Dosis untuk docusat sodium yang diberikan pada
pasien ini adalah 50-360 mg perhari
D. Penulisan Resep
Blok Neuropsikiatri
17
GB.
dr. Lisantiyas Nurani
SIP No : 300/123/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Segara Anak no. 1 Mataram,
No. Telp : 0370 - 640247
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab. Laxatab mg 50
No. XII
S. b.d.d. Tabs. III p.c.
Pro
: Nona Sinta
Umur : 20 Tahun
Alamat
: Jl. Bunga Mawar No. 7
Mataram
GC.
Blok Neuropsikiatri
18
GD.
SKENARIO 3
GE.
Mual
GF.
Diagnosa:
Blok Neuropsikiatri
19
Blok Neuropsikiatri
20
H2
reseptor
antagonis
P.
G. Efficacy
L.
Mengurangi keasaman lambung
dengan menetralisir asam lambung
(HCl). Antasida melindungi mukosa
lambung terhadap asam (dengan
netralisasi) dan terhadap pepsin (yang
menjadi inaktif pada pH di atas 5 dan
diinaktifkan oleh tambahan aluminium
dan magnesium).
Q. Terikat secara selektif dan
berkompetisi dengan reseptor
histamine H2 pada membrane
basolateral sel parietal.
Menghambat pelepasan asam
lambung dari histamine dengan
menghambat asetilkolin dan
gastrin yang berhubungan dengan
sekresi asam
Blok Neuropsikiatri
21
H. Safety
I. Suitability
J. Cost
N. KI: pasien
dengan
gangguan
ginjal
O. Rp.
30
Rp.
2700
R. ESO:
ditoleransidenganbaikdanefek
samping yang jarang.
TerkadangSakitkepala,
kelelahan, bingung, rash,
diare, konstipasi, sedasi,
ginekomasti, libido
berkurang, impoten
S. Kontraindik
asi:
penderita
yang
hipersensitif
terhadapoba
t-obat yang
termasukgol
ongan
H2reseptor
T. Rp.
72
Rp.
200
antagonist
PPIs
(proton
pump
inhibitors)
U.
V.
Mekanismekerja: secara
irreversible memblok H+/K+ ATPase
padasel parietal lambung.
W.
Farmakokinetik: Padaumumnya,
absorbsidari PPIs
tidakberpengaruhjikadiberikanbersamaan
denganmakanan. Untukomeprazol,
lansoprazole, esomeprazole
dipengaruhisedikitabsorbsinyaolehmaka
nan, namuntidakmemilikiefek yang
signifikanterhadapefikasiobat.
Rentangwaktuparuheliminasinya = 0,5-2
jam, efekmaksimalbiasadidapatkandalam
2-3 hari.
X.
AB.
AC.
AD.
AE.
Blok Neuropsikiatri
22
Y. Efeksamping: sakitkepala,
mual,diare,
nyeriperut,lemah,ngantuk.
Efeksamping yang jarang:
rash, gatal-gatal,
flatulen,konstipasi,
cemas,depresi, berkurangnya
absorbs vit.B12
dalampenggunaan PPIs
jangkapanjang,
eritemamultiforme,pancreatiti
s, Steven Johnson Syndrome.
Z. Kontraindik
asi:
penderita
yang
hipersensitif
terhadapoba
t-obat yang
termasukgol
ongan PPIs
AA.
Rp. 400
Rp.1
700
AF.
AG.
AH.
AI.
SKENARIO 4
AJ.
Seorang anak laki-laki, umur 5 tahun, dibawa ke Puskesmas
dengan keluhan demam tinggi, batuk berdahak dan pilek.
Keluhan ini dirasakan di sekolahnya kemarin. Ibunya sangat
khawatir sesak anaknya kambuh, karena biasanya sesak
anaknya kambuh jika batuk pilek. Hasil pemeriksaan fisik:
suhu 39,2 C, respirasi 28 x/menit, tidak terdengar wheezing,
ronki (-). Dokter kemudian memberikan obat antipiretik,
mukolitik-ekspektoran, dekongestan dan salbutamol.
AK.
AL.
Blok Neuropsikiatri
23
AM.
AN.
AO.
AP.
SKENARIO 5
AQ.
Seorang perempuan, usia 35 tahun datang dengan keluhan
gatal-gatal di lipatan pahanya, sejak 3 hari terakhir. Pasien
sudah sering mengalami keluhan ini, terutama jika makan
seafood, dan berkeringat di daerah lipatan pahanya. Hasil
pemeriksaan terlihat lesi madidans (basah), kemerahan,
terlihat lesi satelit, dokter kemudian memberikan obat
derivat hidrokortison, antihistamin dan antijamur.
A. PERMASALAHAN
Gatal-gatal pada lipatan paha, sejak 3 hari terakhir.
Sudah sering mengalami, terutama jika makan sea food dan berkeringat di lipatan paha.
Terlihat lesi madidans (basah), kemerahan, terlihat sel satelit.
AR.
Diagnosis : Dermatitis alergi dengan infeksi sekunder (jamur)
AS.
Blok Neuropsikiatri
24
B. TUJUAN TERAPI
Mengurangi keluhan gatal pada pasien
Mongobati infeksi jamur
AT.
C. GOLONGAN OBAT YANG DIPILIH
AU.
Pilihan golongan obat antihistamin:
AV.
AW.
H1
AY.Efi
cac
y
AZ.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif
yag reversible pada
reseptor H1. Obat ini
didistribusi secara luas
dalam tubuh.
Blok Neuropsikiatri
Antihistamin
AX.
H2
25
Antihistamin
BA.
Berkompetisi
secara reversible
dengan histamine pada
situs reseptor H2,
sehingga efeknya
selektif pada H2 dan
tidak mempengaruhi
reseptor H1 dan H3
BB.
BC.
I:
Suitabi
lity - Pengobatan alergi
- Mencegah terjadinya motion
sickness
- Keluhan mual muntah pada
pasien hamil
BD.
BE.
I:
KI:
- Ibu hamil
BF.KI:
- Pasien lansia
- Ibu menyusui
BG.
Safety
BH.
ESO:
BJ. ESO:
- Efek sedative
- Efek antimuskarini
- Menyebabkan aritmia jantung
- Kelahiran anak cacat pada
pasien ibu hamil
BI.
Blok Neuropsikiatri
- Diare
- Pening
- Mengantuk
- Sakit kepala
- Ruam
- Efek samping lainnya:
sembelit, muntah, artralgia
(nyeri sendi)
26
BK.
Score
BN.
BL.
100
BM.
60
Dari tabel di atas, p-drug yang paling sesuai digunakan untuk pasien kasus alergi adalah Antihstamin H1
Blok Neuropsikiatri
27
BO.
BP.Obat
BQ.
Eficacy
BR.
Suitability
BU.
D
oksepin
BV.
Menyakat efek
BW.
I:
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag - Pasien depresi
- Pasien pruritus, seperti dermatitis
reversible pada reseptor H1.
atopikal
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.
BX.
KI:
BS.Safety
BY.
BT.S
co
re
ESO:
CA.
- Menimbulkan kantuk
- Disorientasi
- Kebingungan
BZ.
CC.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1.
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.
Blok Neuropsikiatri
28
CD.
I: Antihistamin,
antiemetic, antispasmodic,
parkinsonisme, reaksi
ekstrapiramidal karena obat
CE.
KI:
CF.ESO:
- Efek antimuskarinik
- Kuat menimbulkan
sedasi
- Somnolens
CG.
- Efek gastrointestinal
minimal
CH.
P
irilamin
CL.
CN.
K
lorfenir
amin
maleat
CO.
Menyakat efek
histamine dengan cara
antagonism kompetitif yag
reversible pada reseptor H1.
Obat ini didistribusi secara
luas dalam tubuh.
CR.
CV.
I: Untuk reaksi alergi
dengan pruritus, ruam dan
urtikaria kolinergik, dan untuk
premedikasi untuk anestesi
umum
CW.
ESO:
Efek sedasi,
gangguan mata
dengan tekanan
intraokular
meningkat
Blok Neuropsikiatri
29
ESO:
CM.
- Somnolens
CK.
KI: Penderita dengan - Efek Gastrointestinal
umum terjadi
pengalaman hipersensitif pada
pirilamin
ESO:
CS.
- Efek sedasi
- Sering melibatkan
stimulasi SSP
CQ.
KI: serangan asma akut
dan bayi premature
CX.
CZ.
I: Pengobatan perennial
rinitis, alergi rinitis musiman
dan kronik idiopatik urtikaria
DA.
KI: ibu menyusui,
penderita dengan pengalaman
hipersensitif pada Cetirizine
DC.
ESO:
Menyebabkan
kantuk yang
lebih sering
DD.
DJ.
DN.
ESO:
Menyebabkan
kantuk
DO.
DB.
DE.
P Menyakat efek histamine dengan
rometaz
cara antagonism kompetitif yag
in
reversible pada reseptor H1. Obat
ini didistribusi secara luas dalam
tubuh.
Efek antikolinergiknya kuat.
Mempunyai efek antiemetik
DG.
I: Sebagai antiallergic
(alergi rhinitis)
DH.
KI: Penderita dengan
pengalaman hipersensitif pada
prometazin
DF.
DK.
S Menyakat efek histamine dengan
iprohep
cara antagonism kompetitif yag
tadin
reversible pada reseptor H1. Obat
Blok Neuropsikiatri
30
DL.
I: Manifestasi alergi di
kulit atau pada urtikaria dan
angioedema, Cold urticaria,
Alergi rhinitis, Vasomotor
Blok Neuropsikiatri
31
rhinitis
DM.
KI: Penderita yang
hipersensitif terhadap
Siproheptadin, Bayi baru lahir
atau prematur, Wanita
menyusui, Tukak lambung
stenosis.
DQ.
I: loratadine mengobati
gejala-gejala seperti urtikaria
kronik dan gangguan alergi
pada kulit
DR.
KI: Hipersensirif
terhadap loratadine.
DS.
ESO:
Insidensi
minimal
DT.
DU.
DV.
DZ.
cacy
Efi
DW. Amphoter
icin B
DX.
EA. Bersifat
selektif dalam
efek fungsidnya.
Obat ini terikat
pada eergosterol,
suatu sterol
dalam membra
sel jamur. Obat
ini mengubah
permeabilitas sel
melalui
pembentukan
lubang-lubang
yang
memungkinkan
pembocoran ionion dan
makromolekul
intraseluler,
sehingga
Blok Neuropsikiatri
Flucytosine
32
DY.
Azole
ED. Mengurang
i sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450
pada jamur.
mengakibatkan
kematian sel.
EE.
Sui EF.
I:
Hampir
semua
tability
infeksi mikotik
- Terapi empiris
- Pengobatan ulkus
dan keratitis
- Artritis karena
jamur
EG. KI: -
EN.
ety
Saf
EO. ESO:
- Demam
- Menggigil
- Spasme Otot
- Muntah
- Sakit kepala
- Hipotensi
Blok Neuropsikiatri
triphosphate (FUTP),
yang menghambat
sintesis DNA dan
RNA sesuai
urutannya.
EH. I: Terbatas
pada penggunaan
terapi kombinasi
dengan
ampohotericin B
untuk meningitis
cryptococcal atau
dengan itraconazole
untuk
chromoblastomycosis
EI.
KI: EJ.
EP.
ESO:
- Anemia
- Leukopenia
- Trombositopenia
33
EK. I: Berbagai
spesies candida,
Cryptococcus
neoformans, mikosis
endemik
(blastomycosis,
coccidiodomycosis,
histoplasmosis).
EL.
Infeksi-infeksi
aspergillus.
EM. KI:
EQ. ESO:
- Gangguan
Gastrointestinal
- Abnormalitas enzim hati
ER.
ore
Sc
ES.
60
ET.
30
EU.
90
EV.Dari tabel di atas, obat yang paling sesuai untuk pasien pada kasus adalah golongan Azole.
Blok Neuropsikiatri
34
EW.
EX.
EY.
Klotrimazol
EZ.
Ekonazol
FA.
Ketokonazol
FD.
Eficacy
FE. Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur
FF.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pa
FG. pada jamur
FK.
Suitability
FL.
I: Infeksi
jamur pada kulit
FM. KI: -
FN. I: Infeksi
FO. I:
- Infeksi jamur pada
jamur pada kulit,
kulit
vaginal kandidiasis
- Infeksi jamur
sistemik atau yang
resistn
- Vulval kandidiasis
FR.
Safety
FX.
Cost
FS.
ESO:
- Iritasi kulit
- Sensitivitas
FY.
Blok Neuropsikiatri
FH. Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur
FB.
Mikonazol
Sulkonazol
FI.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui
penghambatan
enzim-enzim
sitokrom P450 pada
jamur
FJ.
Mengurangi
sintesis ergosterol
melalui penghambatan
enzim-enzim sitokrom
P450 pada jamur
FP.
I: Infeksi
jamur pada kulit
FQ. I: Infeksi
jamur pada kulit
FT.
ESO: Reaksi
hipersensitivitas
FZ.
GA.
35
FC.
GB.
FW. ESO:
- Iritasi Kulit
- Sensitivitas
GC.
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
Hidrokortison
Hidrokortiso merupakan salah satu dari tujuh golongan glukokortikoid topikal dengan bentuk sediaan:
Hidrokortison velerat salep 0,2%
: nama dagang WESTCORT
Hidrokortison burirat krim 0,1%
: nama dagang LECOID
Hidrokortison krim 0,5% , salep 1,5%, lotion 2,5% : nama dagang HYTONE , NURTRICORT, PENECCORT
GJ.
GN. Hidrok
ortison
Eficacy
GK.
GL.
Safety
GM.
GP.
I: Insuficiency
GS. ESO:
GX.
GT. Kulit menjadi tipis dan rapuh,
adrenokortikosteroid,
GU. Pemberian hidrokortison topikal
reaksi hipersensitifitas,
dapat menyebabkan vasokonstriksi
penyakit kulit, radang
GV.
usus, hemoroid
GW. Toksisitas:
reumatik, penyakit mata - Lokal: atrofi kulit, hipopigentasi, sria,
GQ. KI:
talangiekstasia, purpura, erupsi
GR. Infeksi jamur
menyerupai akne, pertumbuhan jamur
sistemik, ileocolostomi
di kulit dan bakteri yang berlebihan
pascaoperasi,
- Sistemik: Supresi sumbu hipotalamushipersensitivitas
hipofisis-adrenal dan ganguan
terhadap hidrokortison
pertumbuhan terutaa pada anak anak.
atau kompne obat
lainnya
GY.
GZ.
Blok Neuropsikiatri
Suitability
36
Cost
HA.
Penulisan Resep
HB.
dr. Baiduri Yasintiani
SIP: 2012/261191/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Gili Trawangan no.22
Telp. (0370) 623640
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Cr Miconazole 2% tube I
S.t.d.d.u.e.
Pro
:Umur : 35 tahun
Alamat
HC.
HD.
Blok Neuropsikiatri
37
:Mataram
HE.
SKENARIO 6
HF.
Jodi, umur 5 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan keluar cairan kuning berbau dari telinga kanan sejak
kemarin. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Telinga
terasa penuh dan sakit. Keluhan lainnya hidung buntu dan
beringus, demam sudah hilang. Hasil pemeriksaan fisik,
otore (+) pada telinga kanan, nadi 80 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 38 C. Dokter kemudian meresepkan
antibiotic, dekongestan dan antipiretik.
A. Daftar Masalah:
Keluar cairan kuning berbau dari telinga kanan
Telinga terasa penuh dan sakit
Hidung buntu dan beringus
Suhu 380 C
HG.
B. Tujuan Terapi:
Mengatasi infeksi
Mengurangi rasa sakit
Mengobati keluhan hidung buntu dan beringus
Menurunkan demam
Blok Neuropsikiatri
38
HH.
HJ.
Blok Neuropsikiatri
39
C. Mengatasi Infeksi
D. Pemilihan terapi untuk profilaksis bakteri (terapi causal):
E. Nama
golongan
F. Efficacy
G. Safety
H. Suitability
I. Tetrasiklin
N. Kloramfen
ikol
S. Cotrimoksaz
ole
Y. I: enteritis infeksiosa,
toksoplasmosis, nokardiasis
U. Menghambat enzim
Blok Neuropsikiatri
esofagus, hepatotoksisitas,
pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas dan reaksi
hipersensitivitas (demam).
40
X.
AA.
AC.
Flo
rokuinolo
n
AH.
Sef
alosporin
AB.
AD.
Merupakan analog
dari asam nalidixic yang aktif
melawan bakteri gram positif
dan gram negatif. Obat ini
memblok sintesis DNA dengan
cara menghambat enzim
topoisomerase II (DNA
gyrase) dan topoisomerase IV.
Obat ini memiliki aktivitas
bakterisidal dan lebih efektif
melawan bakteri gram negatif
dibandingkan bakteri gram
positif.
AE.
AK.
AG.
AL.Gen I:
AM.
terutama aktif
terhadap kuman gram positif
AN.
Gen II:
AO.
kurang aktif
terhadap bakteri gram
positif, tapi lebih aktif
Blok Neuropsikiatri
41
AR.
Pe
nisilin
Ob
at
BE. Tetrasiklin
BJ. Kloramfen
BA.
BB.
Efficacy
Safety
BF.
BK.
Blok Neuropsikiatri
90
90
BG.
BL.
60
70
42
BC.
Suitabili
BH.
BM.
ty
0
70
AW.
AX.
BD.
Total
BI.
BN.
150
230
ikol
BO.
Co- BP.
90
BQ.
90
BR.
75
BS.
255
le
BT.Florokuino BU.
90
BV.
60
BW.
10
BX.
160
lon
BY.
BZ.
90
CA.
80
CB.
80
CC.
250
alosporin
CD.
Pen CE.
90
CF.
80
CG.
90
CH.
260
Trimoxazo
Sef
isilin
CI. Golongan obat yang sesuai untuk pasien ini yaitu Penisilin. Pemilihan terapi untuk pasien adalah obat per oral, pilihan obatnya:
CJ.Nama
obat
CK.
CO.
P
enisilin
VK
CU.
C
loxacillin
Blok Neuropsikiatri
Efficacy
antibacterial yang
sempit, menghambat
sintesis dinding bakteri
CV.Spesifik untuk
stafilokokus
CL.
CQ.
ESO: efek
gastrointestinal,
kejang, demam,
anemia hemolitik,
nefritis interstisial
akut, reaksi
hipersensitifitas
CW.
43
Safety
ESO: reaksi
CM.
Suitability
CR.
I: infeksi
minor (respirasi,
otitis media, sinusitis,
kulit, urinary)
CN.
Cost
CT.Rp 130,20 /
tablet 40 mg
I: infeksi
CZ.
alergi
staphylococci lokal
CY.
KI: alergi
penisilin
DA.
A
moxicilli
n
DG.
DH.
DN.
DB.
Aktifitas lebih
tinggi melawan
bakteri, mekanismenya
dengan penetrasi
membrane luar bakteri
gram negatif
DC.
ESO: demam,
urtikaria, rash, reaksi
alergi, gejala system
saraf pusat
DD.
I: sinusitis,
otitis, infeksi saluran
kemih dan respiratori
bawah
DE.KI: alergi penisilin
Obat
Penisili
DI. Effi
DO.
n VK
DT.
Cloxacil
DU.
lin
DZ.
Amoxic
EA.
illin
DJ. Safe
cacy
ty
DK.
Suitabili
ty
DL.
DM.
Cost
Total
80
DP.
70
DQ.
90
DR.
80
DS.
150
70
DV.
80
DW.
70
DX.
90
DY.
230
90
EB.
70
EC.
90
ED.
70
EE.
250
EF. P drug untuk pasien ini yaitu Amoxicillin 50 mg/kgBB selama 5 hari.
EG.
Blok Neuropsikiatri
44
DF. Rp 3091,00 /
botol 60 ml
EK.
Efficacy
EN.
Phenyle
phrine
EO.
Bekerja sebagai
agonis alpha secara
langsung.
EP. Phenylephrine merupakan
agonis reseptor 1; obat ini
dapat mengaktivasi
reseptor hanya pada
konsentrasi yang tinggi.
EL.
Safety
EQ.
ESO: asidosis
metabolic; sakit kepala,
ansietas, lemah, tremor,
parestesia, respon
pilomotor, penurunan
perfusi renal, penurunan
outpun renal, distress
respirasi.
EM.
Suitability
ER.
EU.
Phenylp
ropanolamine
EW.
ESO: Resiko stroke
hemoragik, shg ditarik
FDA; supresi nafsu makan ;
hipertensi, palpitasi.
Insomnia, pusing, mual,
Xerostomia
EX.
EZ.Ephedrine
FB.ESO: meningkatkan
tekanan darah,
bronkodilatasi, iritasi
setempat, mual,sakit kepala;
FC.KI: hipersensitivitas
terhadap ephedrine,
aritmia jantung,cardiac ,
glaukoma, pasien yang
Blok Neuropsikiatri
45
I: kongesti nasal
EY.KI: hipersensitivitas
FE.Oxymethazolin
e
FK.
Xylomet
azoline
Blok Neuropsikiatri
46
setelah penggunaan
berlebihan terjadi
toleransi,efek menghilang,
kongesti berulang; efek
kardiovaskuler
meminum agen
simpatomimetik lainnya.
FD.
I: kongesti nasal
FG.
ESO: reboundcongesti (penggunaan
jangkapanjang); sensasi
menyengat dan panas
sementara;bersin dan nasal
mukosa kering; hipertensi,
palpitasi.
FH.
KI:
hipersensitivitas
FM.
ESO: iritasi
setempat, mual,sakit kepala;
setelah penggunaan
berlebihan terjadi
toleransi,efek menghilang,
kongesti berulang; efek
kardiovaskuler
FN.
KI: -
FO.
I: kongesti nasal
FQ.
obat
Nama
FR.
Efficacy
FS.Safety
FT.Suitabil
ity
FU.
otal
FV.Phenylephrine
FW.
80
FX.
70
FY.90
FZ.240
GA.
Phenylp
ropanolamine
GB.
70
GC.
80
GD.
0
GF.Ephedrine
GG.
70
GH.
80
GI. 90
GK.
Oxymet
hazoline
GL.
90
GM.
85
GN.
0
GO.
45
GP.Xylometazoline
GQ.
90
GR.
80
GS.
0
GT.
60
GE.
40
GJ. 240
GU.
P drug untuk pasien ini yaitu Xylometazoline, anak umur 2-12 tahun pemberian tetes hidung (0,05 %) 2-3 kali tiap 8-10
jam
GV.
GW. Menurunkan Panas
GX.
Pilihan obat analgesic-antipiretik:
GY.
N
ama
golongan
Blok Neuropsikiatri
GZ.
Efficacy
47
HA.
Safety
HB.
Suitability
HC.
Cost
I: nyeri sedang
HH.
KI: gangguan
HE.
HJ. Aspirin
HK.
Bekerja
sebagai inhibitor nonspesifik enzim COX
yang irreversible dan
menghambat nyeri di
daerah subkortikal.
HL.
ESO:
intoleransi lambung,
ulkus lambung dan
duodenum,
hepatotoksik, asma,
rash, toksik ginjal,
dosis tinggi: muntah,
tinnitus, penurunan
pendengaran, vertigo.
HM.
I: nyeri ringan
hingga sedang
HQ.
Bekerja
sebagai inhibitor nonselektif untuk COX
HR.
ESO:
perdarahan dan iritasi
gastrointestinal, rash,
pruritus, tinnitus,
pusing, sakit kepala,
retensi cairan, efek
hematologic dan
gangguan ginjal
HP.Ibuprofe
n
Blok Neuropsikiatri
Bekerja
sebagai inhibitor
lemah COX-1 dan
COX-2 pada jaringan
perifer serta memiliki
efek anti-infamasi
yang tidak sifnifikan.
48
HF.ESO: pusing,
HG.
HD.
A
setamino
fen
(Paraceta
mol)
disorientasi,
hepatotoksik,
gangguan ginjal,
perdarahan
gastrointestinal.
HI. Rp 130,20 /
tablet 40 mg
hepar
HN.
KI:
hemophilia, anak <16
tahun
HO.
Rp
123,20 / tablet
100 mg
HU.
Rp
147,00 / tablet
200 mg
HW.
Bekerja
menghambat secara
non-selektif COX dan
lipoksigenase
HV.
K
etoprofen
HX.
ESO: gejala
gastrointestinal dan
sistem saraf pusat
HZ.
IC. Bekerja sebagai
inhibitor COX nonselektif
IB. Naproxe
n Sodium
II. Obat
IO.
Parasetamol
IU. Aspirin
JA.Ibuprofen
JG. Ketoprofen
JM.
Napr
acy
IP.
IV.
JB.
JH.
JN.
90
90
90
90
90
IQ.
IW.
JC.
JI.
JO.
80
80
80
80
80
Sodium
49
IM.Cost
bilit
oxen
Blok Neuropsikiatri
IL. Suita
IK. Safet
IR.
IX.
JD.
JJ.
JP.
y
90
0
90
70
70
IN. Total
IS.
IY.
JE.
JK.
JQ.
80
90
70
50
10
KI: -
IF. KI: -
IT.
IZ.
JF.
JL.
JR.
340
260
330
290
250
IA. Rp 1890 /
tablet 100 mg
IG. -
Blok Neuropsikiatri
50
JU.
Pro
: Jodi
Umur : 5 tahun
Alamat
Blok Neuropsikiatri
:-
51
JV.
JW.
SKENARIO 7
JX.
Seorang laki-laki 40 tahun dating berobat ke praktek dokter
swasta dengan keluhan selalu lapar, haus dan sering kencing
sejak 1 bulan terakhir ini. Hasil anamnesis, pasien
mempunyai riwayat DM dalam keluarganya. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan TD: 170/200 N: 80
x/menit dan P: 20 x/menit TB: 160 cm BB: 90 kg. Oleh dokter
yang
memeriksanya,
pasien
kemudian
dirujuk
ke
laboratorium untuk memeriksa gula darahnya. Gula darah
yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa dan 2 jam
PP. Pasien diminta untuk kembali besok dengan membawa
hasil laboratorium. Keesokan harinya, pasien dating dengan
mambawa hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
tadi pagi, ditemukan GDP: 200 mg/dl GD jam PP: 210 mg/dl.
Dokter
kemudian
memberikan
metformin
dan
glibenclamid, antihipertensi.
A. Permasalahan :
selalu lapar, haus, dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir
Blok Neuropsikiatri
52
Terapi yang diberikan oleh dokter pada pasien di scenario adalah: glibenklamid dan metformin.
1. Metformin
KC.
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki
ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Diliat dari BB (90 Kg) dan TB (160 cm) dari pasien di
scenario, maka BMI pasien di skenario adalah 35.2 dan sudah masuk kategori obesitas. Metformin dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
Blok Neuropsikiatri
53
(misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
2. Glibenklamid
KD.
KE.
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan:
Penghambat ACE
Penyekat reseptor angiotensin II
Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah
Diuretik dosis rendah
Penghambat reseptor alfa
Antagonis kalsium
KF.
D. Golongan Obat
KG.
Pemilihan golongan obat antihipertensi:
KH.
Golong
an
Oba
t
KI. Efficacy
KJ. Safety
KK.
S
uitabilit
y
KL.
ACEI
KM.
Mengh
ambat
perubahan
enzim
dipeptidase
KO.
ESO
: Acute
Renal
Failure,
hiperkalemi
KP.I: pasien
HT
Blok Neuropsikiatri
54
KQ.
K
I: pasien
peptidil yang
menghidrolisi
s angiotensin I
menjadi
angiotensin II,
menginaktivas
i bradikinin.
KN.
Bersif
at
nefroprotektif
KR.
ARB
KS.
Bekerj
a pada
reseptor AT1
pada otot
polos
pembuluh
darah dan di
otot jantung.
KT.
Blok Neuropsikiatri
Efektif
pada pasien
gangguan
ginjal dan
diabetes,
batuk
kering,
wheezing,
angioedema
hipersen
sitif
terhadap
ACEI,
pasien
yang
diduga
atau
pasien
penderit
a
renovas
kuler,
wanita
hamil.
KV.
ESO
: efek
samping
lebih rendah
dibanding
obat
antihiperten
si yang lain,
insufisiensi
KW.
I
: pasien
HT
55
KX.
K
I:
wanita
hamil
menurunkan
TD pada
pasien HT
dengan kadar
rennin yang
tinggi.
ginjal,
hiperkalemi
a, hipotensi
ortostatik
KU.
Bersif
at
nefroprotektif
KY.
bloc
ker
KZ.
Penuru
nan curah
jantung
melalui
kronotropik
negative, efek
inotropik
jantung dan
inhibisi
pelepasan
renin dari
ginjal.
LA.
ESO
: bradikari,
konduksi
AV
abnormal,
dan gagal
jantung akut
LB.
I
: pasien
HT
LD.
Diuretic
LE.Menurunkan
tekanan darah
LF. ESO:
hipokalemia
LG.
I
: pasien
Blok Neuropsikiatri
56
LC.
K
I: pasien
asma
bronchia
l
dengan
menyebabkan
diuresis
LI.
bloc
ker
LJ. Menghambat
reseptor 1
yang
menginhibisi
katekolamin
pada sel otot
polos vascular
perifer yang
memberikan
efek
Blok Neuropsikiatri
,
hiperkalsem
ia,
hiperglikemi
a,
hiperlipide
mia, dan
disfungsi
seksual
(thiazide)
hiperkalemi
a (diuretic
hemat
kalium)
LL.ESO:
hipotensi
ortostatik
yang
disertai
dengan
pusing atau
pingsan
sesaat,
palpitasi,
57
HT
LH.
K
I: pasien
renovas
cular
disease
LM.
I
: pasien
HT
LN.
I: -
vasodilatasi,
tidak
mengubah
aktivitas 2
sehingga tidak
menimbulkan
efek
takikardia.
LK.
Mengu
rangu
resistensi
insulin
LO.
CCB
LP. Menyebabkan
relaksasi
jantung dan
otot polos
dengan cara
menghambat
channel
kalsium yang
sensitive
terhadap
voltase.
Blok Neuropsikiatri
dan juga
sinkope
dalam satu
hingga tiga
jam setelah
dosis
pertama
atau terjadi
lebih lambat
setelah dosis
yang lebih
tinggi.
LQ.
ESO
: hipotensi
dan
menyebabka
n iskemia
miokard
atau
serebral,
sakit kepala,
muka
merah,
edema
58
LR.
I
: pasien
HT
LS.KI: -
perifer.
LT.
LU.
Blok Neuropsikiatri
59
blo
cker
MQ.
Diureti
c
MV.
blo
cker
NA.
CCB
LX.
Efficacy
LY.Safety
LZ.Suitab
ility
MA.
Total
MC.
90
MH.
90
MM.
80
MD.
70
MI.
80
MN.
70
ME.
80
MJ.
90
MO.
70
MF.
240
MK.
260
MP.
220
MR.
80
MS.
70
MT.
75
MU.
225
MW.
90
MX.
65
MY.
70
MZ.
225
NB.
80
NC.
70
ND.
70
NE.
220
Blok Neuropsikiatri
60
NF.Golongan obat yang digunakan pada psien diskenario untuk menurunkan tekanan darahnya mencapai target adalah golongan ARB.
Blok Neuropsikiatri
61
Nama
H.
L.
an
Losart
S.
an
Valsart T.
Bekerja pada
reseptor AT1 pada otot
polos pembuluh darah dan
di otot jantung.
Z.
Kande
sartan
Efficacy
I.
AA. Angiotensin
receptor antagonis.
Kandesartan mengikat
reseptor angiotensin II AT1
Blok Neuropsikiatri
Safety
J.
Suitability
K.
Cost
N.
ES: biasanya
ringan, pusing,
gangguan pengecap,
hiperkalemia,
angioedema
O.
Indikasi: hipertensi,
nefropati diabetic pada pasien DM
tipe 2
P.
Q.
KI: menyusui
R.
Tablet 50 mg
3x10 : 126.000,-
U.
ES: kelelahan,
sakit kepala, mimisan,
trombositopeni, nyeri
sendi, nyeri otot,
neutropeni
V.
Indikasi: hipertensi, gagal
jantung pada pasien yang
intoleransi ACEI
W.
X.
KI: gangguan fungsi hati
berat, sirosis, obstruksi empedu,
menyusuui, hipersensitif terhadp
komponen obat
Y.
Tablet 8 gram
2x14 92.400,-
AF.
Tablet 8 mg x
14 144.55o,-
62
mencegah angiotensin
berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi
ruam, urtikaria
AE.
AG.
artan
Olmes
AI.
ES: nyeri
abdomen, diare,
dyspepsia, mual, gejala
influenza, rhinitis,
hematuria, ISK, nyeri
otot, ruam
AJ.
Indikasi: hipertensi
AK.
AL. KI: kelainan fungsi hati,
ginjal sedang sampai berat,
menyusui.
AM. Tablet 20 mg x
30: 310.150,-
AN.
artan
Telmis
AO. Angiotensin
receptor antagonis.
Kandesartan mengikat
reseptor angiotensin II AT1
mencegah angiotensin
berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi
AP.
ES: gangguan
saluran cerna, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri
punggung, kram kaki,
ansietas, vertigo,
takikardi, insomnia,
dyspneu, depresi, ruam
dan gatal
AT.
Tablet 40 mg x
2x10: 242.00,-
AU.
tan
Blok Neuropsikiatri
63
berikatan dengan
reseptornya tidak terjadi
vasokonstriksi
arthalgia
BB.
BC.
Blok Neuropsikiatri
64
netropati
AY.
AZ. KI: hamil dan menyusui.
BD.
BE. Golon
gan obat
BK. Losart
an
BQ. Valsar
tan
BW. Kande
sartan
CC. Olmes
artan
CI.
Telmis
artan
CO. Irbesa
rtan
CU.
BF.Efficacy
BG.
Safety
BH. Suitab
ility
BN. 80
BI. Cost
BJ. Total
BL.
80
BM.
80
BO.
85
BP.325
BR.
80
BS.70
BT.70
BU.
90
BV.
310
BX.
80
BY.
70
BZ.
CA.
70
CB.
290
CD.
80
CE.
70
CF.70
CG.
60
CH.
280
CJ. 80
CK.
70
CL.
70
CM.
65
CN.
285
CP.80
CQ.
70
CR.
90
CS.80
70
CT.320
Berdasarkan hasil scoring jenis obat dari golongan ARB yang digunakan pada pasien diskenario, maka P drug yang dipilih
adalah Losartan.
Blok Neuropsikiatri
65
CV.
Penulisan Resep
CW.
dr. Lisantiyas Hardiyanti
SIP: 2011/123/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Seganteng Indah I Cakranegara
Telp. (0370) 672045
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab Metformin mg 500 No. XIV
S.u.d.d.p.c.tab
Pro
: Jodi
Umur : 40 tahun
Alamat
Blok Neuropsikiatri
:-
66
CX.
CY. SKENARIO 8
CZ.
Seorang pria, 65 tahun, sudah menderita DM sejak usia 40
tahun. Dating ke poli penyakit dalam untuk control. Hasil
pemeriksaan lab menunjukkan pasien ini sejak 3 bulan
terakhir tidak memberikan respon terhadap penggunaan
obat oral diabet, meskipun telah dikombinasi oleh dokternya.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 190/110 mmHg, nadi 90
x/menit, pernapasan normal. Permasalahan yang dialami
oleh pasien ini adalah ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi
obat, terutama yang pemberiannya diulang. Dokter
kemudian memberikan insulin dan metformin dan
antihipertensi pada pasien ini.
1. Daftar masalah: tidak memberikan respon obat oral meskipun telah dikombinasi dan ketidakpatuhan minum obat dan pasien juga
mengalami hipertensi.
2. Diagnosis: diabetes melitus tipe II diagnosis komplikasi : hipertensi derajat 2
3. Tujuan terapi:
Umum: meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes
Jangka pendek: menghilangkan keluhan, memberikan respon terhadap obat, tetap mengendalikan hipertensinya
Blok Neuropsikiatri
67
DA.
Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati
Prinsip penatalaksanaan hipertensi derajat 2 pada penderita DM tipe II
1. Indikasi pengobatan : bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80 mmHg.
2. Sasaran (target penurunan) tekanan darah: <130/80 mmHg namun harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai dan dapat dicoba
menurunkan dosis secara bertahap.
3. Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis secara
langsung.
DB.
Blok Neuropsikiatri
68
A. Keputusan dokter
B. Pilihan obat insulin:
C. Keter
angan
D. NPH
K. Suita
bility
R. Effic
acy
F.
Sc
G. Insulin Glargine
H.
Sc
I. Insulin Detemir
J.
Sc
L. Nama lain =
isophane.
Merupakan
insulin
intermediate
yang
mempunyai
durasi kerja
10-16 jam.
Indikasi : DM
tipe I dan II
M.
85
O.
90
P. I: DM tipe I (pada
anak dan
dewasa), DM tipe
II (dewasa). Bisa
diberikan sehari
sekali saat makam
malam dan 2x
sehari waktu
tidur. Bisa pada
pasien gemuk
Q.
90
NPH merupakan
insulin dan
protamine yang
berada pada
kadaan stokiometri
S.
90
W.
90
X. Merupakan
insulin human
analog dengan
onset kerja 2-4
jam dan durasi
Y.
90
E. (Neutral
Protamine
Hagedorn)
Blok Neuropsikiatri
69
sehingga cristal
yang terbentuk
tidak menyisakan
bentuk aslinya.
Insulin tipe-tipe ini
mempunyai
keuntungan PZI
Variabilitas dalam
absorpsi,
pemberian preparat
yang tidak
konsisten kepada
pasien, dan
perbedaan sifat
farmakokinetik
dapat
menyebabkan
respon glukosa
yang labil,
hipoglikemia
nokturnal, dan
hiperglikemia saat
puasa.
Blok Neuropsikiatri
70
AA.
ESO:
bertambah BB
lebih sering
terjadi, resiko
hipogilekmik
lebih tinggi
Blok Neuropsikiatri
AB.
70
71
AC.
ESO: gangguan
penglihatan yang bersifat
sementara, retinopati berat,
hipoglikemik berat, reaksi
antibodi terhadap insulin,
retensi natrium, udem,
AE.
80
AF.ESO:
hipokalsemi,
lipodistrofi,
pruritus, memar,
bertambah BB,
edema. Reaksi
AH.
70
injeksi : nyeri,
gatal, gatal bintik
merah bengkak,
dan peradangan.
AG.
KI: tidak
boleh digabung
dengan insulin
lain yang diluted
maupun mix.
AD.
KI: hipersensitif
terhadap insulin glargine
AI. TOTAL
AO.
AJ.
24
AK.
TOTAL
AL.
26
AM.
TOTAL
AN.
25
P-drugs : insulin Glargine, Lanctus. Dosis Insulin glargine memiliki potensi yang sama dengan insulin manusia.
Blok Neuropsikiatri
72
AP.MetforminXR
AQ.
Keterang
an
AR.
Metformin
AS.
Suitabilit
y
AU.
Efficacy
AW.
Safety
AX.
Efek samping : dispepsia, diare, asidosis
laktat, mual, dan muntah, penurunan penyerapan
vitamin B12, eritema, pruritus, urtikari dan hepatitis.
AY.Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal,
ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti
hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan,
baru mengalami infark miokardia, gangguan hati),
Blok Neuropsikiatri
73
BA.
BB.
BC.
BD.
Blok Neuropsikiatri
74
BE.
Antihipertensi pada DM
BF.Kelo
mpok
Obat
BG.
BJ. ARB
BK.
I: Cocok
sebagai alternatif
dari penghambat
ACEI dalam
tatalaksana gagal
jantung atau
nefropati akibat
diabetes.
BL.
Suitability
KI:
Blok Neuropsikiatri
BH.
Efficacy
75
BI. Safety
BM.
ESO:
biasanya ringan,
hipotensi
simptomatik
termasuk
pusing,
hiperkalemi
kadang terjadi,
angioedema.
BN.
ACEI
BO.
I: efektif
untuk hipertensi
ringan, sedang,
maupun berat, serta
sangat baik untuk
hipertensi pada
diabetes,
dislipidemia,
obesitas, dan gagal
jantung kongestif,
serta penyakit
jantung koroner,
dan lain-lain,
namun kurang
efektif pada orang
lanjut usia.
Merupakan obat
first line untuk
pasien pasien
dengan DM
BQ.
ESO:
meningkatkan
efek
hipoglikemik
insulin, batuk
kering
kadangkala
diikuti
gangguan
napas,
hipotensi,
hiperkalemia,
gagal ginjal
akut, dan
angiodema
BP.KI: kehamilan
trimester kedua dan
ketiga (teratogenik)
BR.
Blok Neuropsikiatri
BV.
76
BW.
ESO:
CCB
dengan DM dan
dengan kadar renin
yang rendah seperti
pada usia lanjut.
Bisa juga
digunakan pada
pasien angina
pectoris.
tidak
mempunyai
efek samping
metabolik, baik
terhadap lipid,
gula darah
maupun asam
urat.
BY.
I: Pasien
hipertensi derajat
ringan, sedang,
berat, dengan
gangguan ginjal
dan endotel
pembuluh darah.
Pasien tua usia 6069 tahun
BZ.
Blok Neuropsikiatri
CB.
Kombinasi ACE inhibitor dan CCB memiliki
efek positif pada fungsi endotel yang tampak pada
mekanisme produksi oksida nitrit dan efek antioksidan.
CC.
Perlindungan pada ginjal diperoleh dari blokade
RAAS (renin-angiotensin-aldosterone) dengan
mekanisme kompleks, yakni efek hemodinamika
berupa penurunan tekanan darah sistemik, penurunan
tekanan glomerular kapiler yang disebabkan dilatasi
arteri efferent glomerular, dan penurunan proteinuria.
Efek non hemodinamik berupa stimulasi pada
KI: pasien
77
CF.ESO:
metabolisme
karbohidrat
glukosa hampir
absen.
Mengganggu
efek kerja
insulin.
CA.
CD.
CCB merupakan antihipertensi yang efektif,
namun efek ekskresi protein urin pada pasien dengan
penyakit ginjal proteinuria dan insufisiensi ginjal
belum terlihat nyata. Seperti tampak dalam review
terbaru yang menunjukkan penggunaan
dihydropyridine CCB pada pasien dengan proteinuria
ternyata tidak menurunkan kondisi proteinurianya,
meski terdapat penurunan tekanan darah.
CE.
Tetapi nampaknya keuntungan berupa
penurunan tekanan darah disertai pengurangan
proteinuria bisa diperoleh sekaligus dengan pemberian
kombinasi CCB dengan ACE inhibitor (verapamil dan
trandolapril). Hasil studi oleh Bakris GL dkk yang
mengkaji efek pemberian kombinasi ACE
inhibitor/CCB pada proteinuria dengan diabetic
nephropathy, memperlihatkan pengurangan proteinuria
meski pada pemberian dosis rendah.
CG.
DIURETI
K
CH.
I: hipertensi Menurunkan reabsorpsi tubulus terhadap Na+ dan
ringan sampai
meningkatkan ekskresi air dan Na+ sehingga menurunkan
sedang, efektif
volume plasma.
pada orang kulit
Diuretik efektif menurunkan tekanan darah sampai 10-15
Blok Neuropsikiatri
78
CK.
ESO:
menurunkan
efek
hipoglikemik
CL.
Tiazid:
dosis tinggi me
nyebabkan
hipokalemia
CM.
Diuretik
kuat:
hiperkalsiuria
dan
menurunkan
kalsium darah
CN.
Diuretik
hemat kalium:
ginekomastia,
mastodinia,
gangguan
menstruasi, dan
penurunan
libido pria
Blok Neuropsikiatri
insulin
79
perfusi
uteroplasenta
CO.
CP.Keterang
CQ.
an
CU.
uitability
CV.
90
RB
CZ.
DA.
CEI
DE.
90
DF.80
CR.
Ef
CS.
Sa
CT.
To
ficacy
CW.
85
fety
CX.
90
tal
CY.
26
DB.
DC.
70
5
DD.
24
85
DG.
85
DH.
80
5
DI. 225
DL.
85
DM.
90
DN.
27
DQ.
85
DR.
70
0
DS.
23
CEI+CC
B
DJ. CCB
DO.
DK.
Di
DP.80
95
uretik
DT.
DU.
Blok Neuropsikiatri
80
DV.
DW.
Keterangan
DX.
Suitability
EA.
Amlodipin
EB.
I: diindikasikan
untuk pengobatan hipertensi, dapat
digunakan sebagai agen tunggal untuk
mengontrol tekanan darah pada
sebagian besar penderita hipertensi.
Juga diindikasikan untuk pengobatan
iskemia myokardial, dapat digunankan
sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan obatEC.
KI: hipersensifitas
terhadap dyhidropiridine, gangguan
fungsi ginjal dan hati, kehamilan,
menyusui, anak-anak
EG.
Nifedipin
EH.
I : terapi dan
propilaksi gangguan koroner, terutama
angina pectoris, hipertensi, insufisiensi
koroner kronik
EI. KI: wanita hamil dan menyusui, syok
Blok Neuropsikiatri
81
DY.
fficacy
DZ.
ED.
ekelompok obat
yang bekerja
dengan
menghambat
masuknya ion
chanel Ca+
melewati slow
chanel yang
terdapat pada
membran sel
(sarkolema).
EE.Menghambat arus
masuk ion kalsium
melalui saluran
lambat membran
sel aktif,
mempengaruhi sel
miokard jantung
dan sel otot polos
Safety
EK.
ESO :
ringan dan hanya
sementara, rasa panas,
rasa berat kepala, mual
dan pusing, udem
subcutan, hipotensi dan
palpitasi.
kardiogenik, hipersensifitas.
EL.
Verapamil
EM.
I : angina pectoris
EN.
KI: hipotensi atau
syokkardiogenik, gangguan konduksi
(AV blok tingkat 2 dan 3, SA blok),
sick sinus syndrome, penderita dengan
antiflutter, dll.
EQ.
ER.
Blok Neuropsikiatri
82
pembuluh darah,
sehingga
mengurangi
kemampuan
kontraksi miokard,
pembentukan dan
propagasi impuls
elektrik dalam
jantung, tonus
vaskuler sistemik
atau koroner.
ES.
EU.
eteranga
EV.
uitability
ficacy
n
EY.Amlodipi
EZ.
n
FD.
Ni
FE.85
FF. 90
fedipin
FI. Verapam
FJ. 85
FK.
90
FA.
il
FN.
Ef
EW.
Sa
fety
90
90
EX.
To
tal
FB.
85
FC.
26
FG.
85
5
FH.
26
0
FM.
25
FL.75
0
P-drug amlodipin : Untuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual dan tingkat keparahan penyakitnya.
Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amlodipin
satu kali sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan bersama anti hipertansi lain.
FO.
Blok Neuropsikiatri
83
FP.Penulisan Resep
FQ.
dr. Delfiann Oktatugara Rayes
SIP: 2012/041091/UP/DINKES
Praktek:
Jl. Lestari no.17 Pejeruk Bangket
Telp. (0370) 625772
Mataram, 8 Juni 2012
R/ Tab. Metformin mg 500 No. XIV
S.u.d.d. tab 1 p.c
Pro
:Umur : 40 tahun
Alamat
Blok Neuropsikiatri
84
: Mataram
FR.
Blok Neuropsikiatri
85
FS.
FT.
FU.
Analisa Resep
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pasien diberikan terapi sesuai dengan penyakit yang diberikan. Dalam menentukan pdrugs untuk setiap pasien, harus disesuaikan dengan keluhan yang ada serta dinilai dari efikasi,
safety, suitability serta cost-nya.
FV.
Blok Neuropsikiatri
86