Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan jasa dan kegiatan yang
dilakukan wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut
PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam
negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak Peghasilan.
Bila penerima penghasilan adalah WPOP sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN)
maka akan dikenai PPh Pasal 21, sedangkan bila penerima penghasilan adalah orang
pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) selain Bentuk Usaha
Tetap (BUT) akan dikenai PPh pasal 26.
2. PEMBAHASAN
2.1 Kompensasi Karyawan: Tunai Versus Natura
Umumnya, karyawan mendapatkan kompensasi/imbalan berupa gaji dan imbalan lain baik
yang berbentuk uang maupun dalam bentuk remunerasi lainnya. Imbalan tersebut dikenal
dengan istilah benefit in cash dan benefit in kind. Istilah yang pertama mengacu kepada
gaji, tunjangan, dsb. yang merupakan imbalan dalam bentuk kas baik diterima tunai, cek
ataupun transfer rekening. Sementara, istilah yang kedua mengacu kepada imbalan selain
kas seperti barang, fasilitas, dan semacamnya. Natura dan kenikmatan lebih mengacu
kepada istilah kedua yang merupakan benefit in kind ataupun lazim dikenal dengan
istilah lain berupa fringe benefit.
Secara pajak, kebijakan kompensasi atau pemilihan bentuk penghasilan untuk karyawan
akan memberikan dampak PPh Pasal 21 yang berbeda bagi perusahaan yang bersangkutan.
Misalnya, dampak pajak atas pemberian tunjangan transport akan berbeda dengan
pemberian fasilitas antar jemput karyawan atau pemberian mobil dinas.
Untuk perusahaan yang dikenakan PPh badan dengan tarif umum (pasal 17 UU PPh),
bukan yang dikenakan PPh Final atau dikenakan PPh berdasarkan deemed profit, pada
Manajemen Perpajakan
dasarnya berlaku prinsip umum antara PPh Pasal 21 dengan PPh badan. Pertama, apabila
penghasilan pegawai dalam bentuk tunai (bersifat benefit in cash), maka penghasilan itu
menjadi Objek PPh Pasal 21 (taxable income/TI). Di PPh badan, dapat dibebankan sebagai
biaya (deductible expenses/DE). Contohnya, pembayaran gaji, THR, tunjangan-tunjangan,
dan sebagainya.
Kedua, apabila penghasilan pegawai dalam bentuk natura, fasilitas atau kenikmatan
(bersifat benefit in kinds), maka penghasilan tersebut bukan merupakan Objek PPh Pasal
21 (non taxable income/NTI). Di PPh badan, tidak dapat dibebankan sebagai biaya (non
deductible expenses/NDE). Contohnya, pemberian fasilitas berobat gratis, pemberian
kendaraan, dan sebagainya.
Di luar kedua prinsip tersebut, peraturan pajak dapat menetapkan perlakuan khusus untuk
transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pembayaran tantiem atau bonus yang diambil dari
laba ditahan (retained earning), walaupun merupakan Objek PPh Pasal 21, tetapi di PPh
badan tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
2.2 Gross Method, Net Method dan Gross Up Method
Gross method merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggng
sendiri jumlah pajak penghasilannya.
Net method merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung
PPh pasal 21 karyawan.
Gross-up Method merupakan metode pemotongan pajak, dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak PPH pasal 21 yang diformulasikan jumlahnya sam besar
dengan jumlah pajak- PPh pasal 21 yang akan dipotong dari karyawan.
Dengan menggunakan metode gross up adalah untuk memuaskan dan meningkatkan
motivasi karyawan. Dengan menggunakan metode ini karyawan akan merasa puas
karena PPh 21 ditanggung seluruhnya oleh perusahaan. Dengan demikian karyawan
akan meningkatkan produktivitas.
2.3 Konsep Taxable dan Deductible Terkait dengan Unsur Biaya Karywan
Prinsip taxability deductibility adalah prinsip yang menjelaskan tentang pos- pos yang
dapat/tidak dapat dikenai pajak penghasilan (objek pajak dan bukan objek pajak
Manajemen Perpajakan
penghasilan) dan pos- pos yang dapat atau tidak dibiayakan(pengurang penghasilan
bruto) yang mekanismenya : jika pada pihak pemberi kerja pemberian imbalan/
penghasilan dapat dibiayakan (pengurang penghasilan bruto), maka pada pihak
karywan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Sebaliknya jika pada pihak
karyawan pemberian imbalan/ penghasilan tersebut bukan merupakan penghasilan,
maka pada pihak pemberi kerja tidak dapat dibiayakan (bukan pengurang penghasilan
bruto).
Prinsip taxability deductibility merupakan prinsip dasar yang lazim diterapkan dalam
perencanaan pajak yang pada umumnya dilakukan dengan mengubah atau
menkonversikan penghasilan yang merupakan objek pajak menjadi penghasilan yang
bukan objek pajak atau sebaliknya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan
menjadi biaya yang boleh dikurangi, dengan konsekuensi terjadinya perubahan pajak
terhutang akibat pengurangan atau konversi tersebut. Apakah perubahan jumlah pajak
terhutang akan menjadi lebih besar, lebih kecil atau sama dengan jumlah pajak
terhutang akibat koreksi fiskal, tentunya harus dipertimbangkan mana yang lebih
menguntungkan perusahaan.
Jika kondisi keuangan perusahaan baik dn perusahaan menghasilkan laba besar, maka
salah satu alternatif yang direkomendasikan adalah mengkaji maana yang lebih
menguntungkan antara memberikan kesejakteraan kepada karyawan dalam bentuk
tunjangan (uang) atau dalam natura ( benefit in kind).
Jenis imbalan
Perlakuan
Biaya
Perusahaan
Imbalan dalam bentuk uang Deductible
Imbalan dalam bentuk Non deductible
bagi Penerima
Taxable
Non taxable
natura
Objek Pajak
Manajemen Perpajakan
Tarif
Sifat
.
1
PPh
pensiun
bulanan
yang
diterima pasal 17 UU
pensiunan
PPh
pasal 17 UU
PPh
2.025.0000
Upah yang diterima oleh tenaga kerja lepas
berupa
upa
borongan
harian/
dan
minggua/
uang
saku
satuan/
harian:
2.025.000
2.025.000
5%
Honorarium
yang
diterima
dewan pasal 17 UU
Manajemen Perpajakan
PPh
PPh
pasal 17 UU
PPh
yang
tidak
bersifat
11
pasal 17 UU
PPh
Manajemen Perpajakan
0%
Final
5%
Final
15%
Final
d. >Rp. 500 jt
25%
Final
15%
Final
14
dari
pekerjaan,
jasa
dan
pasal 17 UU
PPh
Bagi Pemberi
Penghasilan
Jenis Biaya
Nondeductible
Dividen
Ya
Penghasilan
Jenis Penghasilan
NontaxableBagi
Yang Menerima
Pembayaran dari
perusahaan
Ya
yang
dibayarkan
asuransi
kepada
oleh
orang
pribadi
perusahaan
sehubungan
asuransi
dengan
kepada
asuransi
kesehatan
pemegang
asuransi
polis
kecelakaan,
asuransi
jiwa,
asuransi dwiguna,
dan
asuransi
Manajemen Perpajakan
beasiswa
Bantuan
atau
Ya
sumbangan
Bantuan
atau
Ya
sumbangan
Warisan
Ya
Warisan
Ya
Gaji
diterima
atau
Ya
yang
dibayarkan
diperoleh anggota
kepada anggota
perseroan
persekutuan,
komanditer yang
firma,
modalnya
perseroan
tidak
terbagi
atas
Ya
atau
komanditer
saham-saham,
yang modalnya
persekutuan,
tidak
perkumpulan,
atas saham
terbagi
unit
KIK
Manajemen Perpajakan
Beda tetap
Bagi perusahaan: semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba
kena pajak , dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena
pajak. Bagi Ditjend Pajak: tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba
kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor
penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak
bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena
pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya bukan merupakan
bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain tanpa daftar normatif). Di
dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan beda tetap (Permanent
Difference), yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba
neto untuk akuntansi komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan
akuntansi pajak. Contoh penghasilan: sumbangan, Penghasilan bunga deposito.
Contoh biaya: biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan.
Perincian beda tetap menurut sak dan menurut fiskal:
a. Penghasilan Bunga Bank Penghasilan di luar usaha Sudah dipotong PPh yang
bersifat final
b. Penghasilan Deviden Penghasilan di luar usaha Masuk dalam pengecualian
objek pajak
c. Biaya Sumbangan/Hadiah
Biaya
(tercantum
dalam
laba/rugi)
Tidak
mengurangi penghasilan
d. Keuntungan dari penyertaan saham di BEI Penghasilan di luar usaha Tidak
menambah penghasilan
e. Penghasilan dari sumbangan/hibah Penghasilan luar biasa Tidak menambah
penghasilan
f. Tunjangan pegawai dalam bentuk natura Penghasilan (bagi pegawai) dan biaya
(bagi pemberi kerja) Tidak mengurangi penghasilan
Manajemen Perpajakan
Beda waktu
Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat
pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban
(pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana
pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan Garis Lurus (Straight Line
Method) sementara perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang
lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban
penyusutan. Prakiraan Umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberi
kontribusi atas perbedaan tersebut. Dengan kata lain perbedaan metode yang
digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Dalam Akuntansi
Perpajakan ini disebut dengan beda waktu (Time Difference), yaitu penghasilan
dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial, tetapi tidak dapat
diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode
pengakuan. Contoh penghasilan: pendapatan laba selisih kurs. Contoh biaya: biaya
penyusutan, biaya sewa.
Manajemen Perpajakan
1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
3)
4)
5)
6)
Manajemen Perpajakan
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan
l. Persediaan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode penghitungan
yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
m. Penyusutan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode
penghitungan yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008
tentang PPh.
n. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya.
Manajemen Perpajakan
Manajemen Perpajakan
10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
12) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
13) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
15) Persediaan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan
metode
jumlahnya
kurang
jumlah
berdasarkan
metode
atau karyawannya. Dalam hal ini ada pilihan bagi para pemberi kerja tersebut, memotong
langsung dari gaji karyawan atau membantu karyawan dan pegawainya dengan cara
menanggung PPh Pasal 21 yang terutang. Tinggal pilih, mana yang menguntungkan.
Dalam kacamata UU PPh, menanggung PPh tersebut dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya
memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dlsb, atau dengan
cara kedua yaitu menanggung PPh tanpa memberikan tunjangan pajak.
Jika dilihat secara kasat mata, kedua cara ini sebenarnya sama saja karena PPh Pasal 21
yang terutang tidak dibebankan kepada karyawan (tidak dipotong dari gaji atau
penghasilan karyawan) melainkan ditanggung sendiri oleh perusahaan atau pemberi kerja.
Tetapi jika dilihat dari sisi UU dan ketentuan peraturan PPh, masing-masing mendapat
perlakuan perpajakan yang berbeda. Untuk menciptakan penghematan pajak dalam
pemberian kompensasi dan biaya karyawan, perusahaan dapat berpegang pada prinsipprinsip perpajakan.
Manajemen Perpajakan
DAFTAR REFERENSI
Pohan, Chairil Anwar (2013). Manajemen Perpajakan.Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
Pasal 6 dan Pasal 9 UU no. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
http://www.pajak.go.id
https://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal
http://www.barakanamla.com/pph-21/165-uang-atau-barang
Manajemen Perpajakan