Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah kita mempersiapkan media tanam dan bahan tanam yang hendak
kita gunakan dalam budidaya tanaman, langkah berikutnya ialah mulai
melakukan penanaman. Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa
benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun bukan media
tanah dalam satu bentuk pola tanam (Sastradiharja, 2005). Dalam melakukan
penanaman, pemiliha pola tanam merupakan hal yang sangat penting karena
dengan pola tanam tersebut dapat memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen seperti iklim, tanah, tanaman, dinamika hama dan penyakit dan
aspek sosial ekonomi dalam upaya mendapatkan produksi dam margin yang
tinggi. Selain menentukan pola tanam, pengaturan jarak tanam juga harus
diperhatikan agar antar tanaman tidak saling menaungi sehingga produksi
yang dihasilkan juga akan optimal. Selain pemilihan pola tanam, penggunaan
mulsa juga dapat membantu mengoptimalkan hasil produksi.
1.2 Tujuan
1. Untuk memahami penanaman suatu bahan tanam dalam budidaya tanaman
2. Untuk mengetahui pengertian tanam dan pola tanam
3. Untuk mengatahui pola tanam monokultur dan tumpangsari
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan pola tanam
5. Untuk mengetahui syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan pola
tanam
6. Untuk mengetahui definisi dan fungsi mulsa
7. Untuk mengetahui macam-macam mulsa
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis bahan mulsa
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami penanaman suatu bahan tanam dalam budidaya tanaman
2. Dapat mengetahui pengertian tanam dan pola tanam
3. Dapat mengatahui pola tanam monokultur dan tumpangsari
4. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan pola tanam
5. Dapat mengetahui syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan pola
tanam
6. Dapat mengetahui definisi dan fungsi mulsa
7. Dapat mengetahui macam-macam mulsa
8. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis bahan mulsa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertia Tanam
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada
media tanam baik media tanah maupun bukan media tanah dalam satu bentuk
pola tanam (Sastradiharja, 2005).
2.2 Pengertian Pola Tanam
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanam dalam kurun
waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya
(Mahmudin, 2008).
Menurut Purba (2008) pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada
sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan
tanah.
2.3 Pengertian Pola Tanam Monokultur dan Tumpangsari
Monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu
yang sama (Pracaya, 2007).

Tumpang Sari (intercropping dan interplanting) adalah menanam lebih


dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan
barisan-barisan teratur (Pracaya, 2007).
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Tanam
1. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh
pada persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka
persediaan air untuk tanaman berada dalam jumlah besar, sebaliknya
pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
2. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut,
berpengaruh terhadap suhu dan kelembapanudara dimana keduanya
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3. Debit air yang tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada
musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat
itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
4. Jenis tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman.
5. Sosial ekonomi
Dalam usaha petanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk
dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam
suatu jenis tanaman. (Sandi, 2012)
2.5 Macam-macam Pola Tanam Tumpangsari
Macam-Macam Tumpang Sari Penggolongan sistem pola tanam
tumpangsari antara lain:
1. Mixed Cropping merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang
ditanam dilahan yang sama, pada waktu yang sama atau dengan
jarak/interval waktu tanam yang singkat, dengan pengaturan jarak tanam
yang sudah ditetapkan dan populasi didalamnya sudah tersusun rapi.
Kegunaan sistem ini dalam substansi pertanian adalah untuk mengatur
lingkungan yang tidak stabil dan lahan yang sangat variable, dengan
penerapan sistem ini maka dapat melawan/menekan terhadap kegagalan
panen total. Pada lingkungan yang lebih stabil dan baik total hasil yang
diperoleh lebih tinggi pada lahan tersebut, sebab sumber daya yang
tersedia seperti cahaya, unsur hara, nutrisi tanah dan air lebih efektif dalam
penggunaannya.

2. Relay Cropping merupakan sistem pola tanam dengan penanaman dua atau
lebih tanaman tahunan. Dimana tanaman yang mempunyai umur berbuah
lebih panjang ditanam pada penanaman pertama, sedang tanaman yang ke2 ditanam setelah tanaman yang pertama telah berkembang atau mendekati
panen. Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat
melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen
pada tahun itu.
3. Strip Cropping/Inter Cropping adalah sistem format pola tanam dengan
penanaman secara pola baris sejajar rapi dan konservasi tanah dimana
pengaturan jarak tanamnya sudah ditetapkan dan pada format satu baris
terdiri dari satu jenis tanaman dari berbagai jenis tanaman. Kegunaan
sistem ini yaitu biasanya digunakan pada tanaman yang mempunyai umur
berbuah lebih pendek, sehingga dalam penggolahan tanah tidak sampai
membongkar lapisan tanah yang paling bawah/bedrock, sehingga dapat
menekan penggunaan waktu tanam.
4. Multiple Cropping merupakan sistem pola tanam yang mengarahkan pada
peningkatan produktivitas lahan dan melindungi lahan dari erosi. Teknik
ini melibatkan tanaman percontohan, dimana dalam satu lahan tumbuh dua
atau lebih tanaman budidaya yang mempunyai umur sama serta
pertumbuhan dari tanaman tersebut berada pada lahan dan waktu tanam
yang sama, dalam satu baris tanaman terdapat dua atau lebih jenis tanaman
(Romulo A. del Castillo, 1994).
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pola Tanam Monokultur dan Tumpangsari
A. Pola Tanam Monokultur

Kelebihan pola tanam monokultur adalah luasan yang sama akan


diperoleh volume hasil yang lebih banyak, kualitas yang lebih baik dan
seragam dibandingkan dengan pola penanaman campuran atau tumapang

sari.
Pengelolaan juga lebih mudah karena jenis tanamannya seragam.
Pola ini memiliki kelemahan, yaitu apabila terjadi serangan hama dan

penyakit, penyebarannya lebih mudah meluas.


Karena kebutuhan haranya sama, maka persaingan antar pohon untuk
mendapatkan hara pada pola monokultur lebih tinggi dari Pola tumpang

sari (Pramono,dkk., 2010)


B. Pola Tanam Tumpangsari

Kelebihan

dari

pola

tanam

tumpangsari

ialah

efektif

untuk

mengendalikan erosi, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan,


memperkecil resiko kegagalan, meningkatkan pendapatan bersih per
tahun

dan

terdistribusi

secara

merata,

meningkatkan

efisiensi

penggunaan pupuk, memenuhi kebutuhan pangan, memperbaiki sifat


fisika dan kimia tanah karena dapat diperoleh serasah atau limbah panen

dari tanaman sela yang dikembalika ke tanah.


Kekurangannya yaitu, terjadi persaingan pengambilan hara, air, dan

cahaya matahari antar tanaman (Prihandana, 2008).


2.7 Syarat yang Harus Diperhatikan dalam Pola Tanam
1. Ketersediaan air yang mencangkup waktu dan lamanya ketersediaan
yang tergantung pada kinerja air.
2. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
3. Tinggi tempat dan permukaan laut, terutama berhubungan dengan suhu
udara, tanah dan ketersediaan air.
4. Efisiensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat potensial
5. Ketersediaan air dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis
dan varietas menurut agroekosistem dan toleran terhadap hama.
6. Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil. (Willem, 1982)
2.8 Pengertian Mulsa
Mulsa adalah bahan-bahan alami atu sintetik yang diberikan di atas tanah
secara artificial (Harsono, 2009).
2.9 Fungsi Mulsa
Fungsi mulsa antara lain untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga
kestabilan suhu udara dan kelembaban tanah, mencegah percikan air tanah
mengenai buah, dan menekan serangan penyakit busuk buah (Rukmana,
1994).
2.10 Jenis-jenis Mulsa (Organik dan Anorganik) Beserta Contohnya
a) Mulsa organic
Mulsa organik adalah mulsa yang berasal dari sisa panen, tanaman
pupuk hijau atau limbah hasil kegiatan pertanian, yang dapat menutupi
permukaan tanah, dan dapat melestarikan produktivitas lahan untuk jangka
waktu yang lama. Contoh: mulsa jerami, sekam bakar dan batang jagung
(Lakitan, 1995).
b) Mulsa anorganik
Mulsa anorganik adalah mulsa yang meliputi semua bahan yang
bernilai ekonomis tinggi seperti plastik dan batuan dalam bentuk ukuran 210 cm. Contoh: Mulsa plastic (Lakitan, 1995).

2.11

Kelebihan dan Kekurangan Jenis Mulsa (Organik dan Anorganik)


a) Mulsa Organik
Keuntungan: lebih mudah didapatkan karena dapat diperoleh
secara gratis, memiliki efek menurunkan suhu tanah, konservasi
tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat tanaman
pengganngu, dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan
organik dalam tanah, mulsa jerami kaya akan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman yaitu K, Al, dan Mg
Kekurangan: menyebabkan timbulnya cendawan pada kelembabab
yang tinggi, tidak tersedia sepanjang musim tanam, tidak dapat
dipergunakan lagi untuk masa tanam berikutnya (Umboh, 1997).
b) Mulsa Anorganik
Kelebihan: dapat diperoleh setiap saat, memiliki efek yang
beragam terhadap suhu tanah tergantung jenis plastik, dapat
menekan erosi, mudah diangkut sehingga dapat digunakan di setiap
tempat, dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung
perawatan bahan mulsa.
Kekurangan: tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah
karena sifatnya sukar lapuk, serta harganya relatif mahal (Umboh,
1997).

BAB III

BAHAN DAN METODE PELAKSANAAN


3.1 Alat dan Bahan (+fungsi)
No. Alat

Fungsi

1.

Cangkul

Untuk Mengolah tanah

2.

Tali Rafia

3.

Meteran/Penggaris

4.

Kayu Penegak

Sebagai penegak tali rafia

5.

Tugal

Untuk menugal tanah

Gembor/alat

6.

penyiram tanaman

Untuk Membuat petakan lahan ataupun


pembatas lahan.
Untuk mengukur tali rafia, panjang jarak
tanam, dan mengukur tinggi tanaman.

Untuk menyiram tanaman

7.

Cangkul kecil

No.
1.
2.
3.

Bahan
Benih jagung manis
Bibit ubi kayu
Benih kedelai
Pupuk Urea, SP36 dan

4.
5.

KCl
Jerami padi

Untuk membersihkan gulma

Fungsi
Sebagai bahan tanam
Sebagai bahan tanam
Sebagai bahan tanam
Sebagai bahan pupuk yang digunakan
Sebagai mulsa

3.2 Cara Kerja (Diagram alir)


3.2.1 Cara Kerja Tanam dan Pola Tanam

3.2.2 Cara Kerja Mulsa dan Pemulsaan

3.3 Aanalisa Perlakuan


Siapkan alat dan bahan sebelum melakukan praktikum. Setiap kelompok
mengolah 2 lahan, lahan pertama ditanami jagung secara monokultur,
sedangkan lahan yang kedua tumpangsari ubikayu dengan kedelai. Sebelum
melakukan penanaman lahan sudah dioalahmenggunakan mesin traktor oleh
pak tani. Kemudian dicangkul kembali oleh kelompok kami, agar tanah dari
bongkahan tanah yang masih kasar menjadi halus dan rata. Kemudian buat
garis imajiner jarak tanam jagung 70x 30 cm. Berarti jarak tanam 70 x 30 cm
berarti jarak antara baris 70 cm

dan jarak dalam baris 30 cm, baris

memanjang searah panjang petak. Dan ubi kayu 70 x 30 cm dengan membuat


ajir patok atau tanda, begitu pula aturan pada ubi kayu sama seperti pada
jagung. Selanjutnya pada lahan 1 buat lubang tanam jagung dan lahan ke 2
ubi kayu dengan tugal melalui pertolongan simpul penanda jarak tanam pada
tali rafia. Lalu tanam benih jagung setiap lubang tanam 3 biji, dengan jarak
tanam sesuai perlakuan. Pada lahan 2 tanam bibit ubi kayu dengan panjang
stek batang 20 cm. Kemudian Tanam benih kedelai untuk tumpangsari
dengan ubi kayu (setiap lubang 3 biji) diantara 2 lubang tanam jagung dan
kedelai ditanam dalam barisan diantara 2 tanaman ubi kayu. Bersamaan tanam
dilakukan pemberian pupuk dasar SP36. Sedang pemberian pupuk Urea pada
kedua tanaman dilakukan pad asst penyiangan yakni 14 Hst dan 35 Hst.

Langkah selanjutnya lakukan pemeliharaan tanaman, siram tanaman 1 minggu


sekali atau melihat kondisi tanah, serta beri mulsa pada sebagian tanaman
jagung dan sebagian lagi tidak, tanaman yang diberi mulsa harus benar-benar
tertutup oleh mulsa dan jangan terlalu tebal. Namun sebelum pemberian mulsa
lahan harus dibersihkann dahulu dari gulma. Hal ini untuk membandingkan
nantinya bagaimana pengaruh mulsa bagi tanaman. Langkah terakhir lakukan
pengamatan setiap minggu dimulai dari 14 Hst, untuk jagung amati tinggi
tanaman, jumlah daun, waktu muncul malai, dan jumlah tongkol (waktu
panen). Sedangkan ubi kayu amati tinggi tunas dan jumlah daun, serta amati
pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan gulma. Jika perlu dokumentasikan.
Catat hasil pengamatannya.

Vous aimerez peut-être aussi