Vous êtes sur la page 1sur 7

A.

Kondisi Politik
Ahli sejarah membagi penduduk jazirah arab menjadi dua yaitu Arab Baidah dan
Arab Baqiyah.
-

Arab Baidah yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Dan tidak dikethui
lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci, seperti kaum Ad dan kaum
Tsamud.
Arab Baqiyah (Arab Lestari), yaitu orng-orang Arab yang masih terdapat jejaknya.
Dinegeri-negeri Jazirah Arab telah berdiri beberapa kerajaan yang sifatnya dan
bentuknya dua macam:
Kerjaan yang bermahkota, tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi dalm
negeri).
Kerjaan tidak bermahkota, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh. Ia juga
mempunyai apa yang dipunyai oleh kerajaan-kerajaan sebenarnya. Kerajaan yang
bermahkota sangat banyak, diantaranya yaitu :
1. Kerajaan Makyam, kerajaan ini terletak diselatan arabia yaitu didaerah Yaman.
2. Kerajaan Saba', kerajaan ini juga berdiri didaerah Yaman yang pada waktu itu
kerajaan Saba' ini menggantikan kerajaan Makyam. Kerajan Saba' mulai berdiri
tahun 950 SM. Mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja, kemudian
bertambah besar dan luas. Sementara itu Kerajan Makyam dan Quthban semakin
kecil dan lemah. Akhirnya roboh dan dikuasai Kerajaan Saba' dan Kerajaan Saba'
berdiri sampai tahuhn 115 SM.
3. Kerajaan Himyar, berdiri mulai Kerajaan Saba' mulai lemah. Kelemahan kerajaan
Saba' memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang
dengan pesat hingga akhirnya kerajaan Himyar dapat menguasai kerajaan Saba'.
4. Kerajaan Hirah, sejarah keamiran Hirah ini mulai sejak abad 111 M. dan terus
berdiri sampai lahirnya Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap
kebudayaan Arab, karena warga negaranya, banyak mengadakan perjalananperjalanan diseluruh jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu
mereka juga menyiarkan kepandaian menulis dan membaca. Karena itu mereka
dapat dianggap sebagai pennyiar ilmu pengetahuan di jazirah Arab.
5. Kerajaan Ghassan, nama Ghassan itu berasal dari mata air di Syam yang disebut
" Ghassan". Kaum Ghassan memerintah dibagian selatan dari negeri Syam dan
dibagian utara dari jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebuayaan yang
tinggi, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan
merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke jazirah Arab.

6. Hijaz, Hijaz berbeda dengan negeri-negeri arab yang lain, telah dapat menjaga
kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hijaz dijajah, diduduki dan dipengaruhi
negara-nagara asing. Hal itu disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya,
sehingga tidak menimbulkan keinginan pada negara-negara lain untuk
menjajahnya.
7. Mekkah, yaitu kota tempat berdirinya Ka'bah. Dikeliling Ka'bah didirikan
berbagai patung untuk disembah sebagai Tuhan orang-orang Arab. Pada mulanya
Mekkah dan Ka'bah dikuasai oleh Nabi Ismail, kemudian putra sulungnya Nabit,
kemudian oleh penguasa-penguasa dari kabilah Jurhum. Kemudian kabilah
Jurhum diganti oleh kabilah Khuza'ah, yang datang dari Yaman setelah runtuhnya
bendungan Ma'rib, dan berkusa di Mekkah selama 300 th. Dalam periode ini
mereka banyk membuat kesalahan, terutama dalam bidang agama.
Dalam abad V M, kaum Quraisy merebut pimpinan Mekkah dan Ka'bah dari
Khuza'ah. Dibawah pimpinan kaum Quraisy Mekkah menjadi maju. Untuk
mengurus Mekkah dan sekitarnya, didirikanlah semacam pemerintahan oleh
kaum Quraisy. Pada zaman Abdul Muthalib Mekkah lebih maju dan telaga ZamZam disempurnakan pemugarannya yaitu dalam tahun 540 M.
B. Kondisi Politik dan Ekonomi
Sebelum datangnya Islam bangsa Arab telah menjalani sebuah proses perjalanan
sejarah yang panjang. Di Arab selatan misalnya, otoritas raja pertama kali berdiri sekitar
1300 SM. yang dikenal dengan daulah al-Muayyaniyah sampai pada tahun 630 SM.
kemudian ada juga daulah Sabaiyah yang melangsungkan kekuasaannya sekitar tahun
800 SM. sampai 115 SM. daulah ini yang disebutkan dalam bible bahwa ia memiliki
seorang ratu yang memiliki hubungan dengan raja Sulaiman. Sekitar tahun 750 SM. salah
seorang rajanya membangun bendungan Marib yang sangat terkenal dan menjadi pusat
pengairan pertanian pada kerajaan ini dalam waktu yang cukup lama. Daulah ini
kemudian digantikan oleh daulah Himyariyah dari kabilah Himyar. Daulah Himyar ini
berlangsung dalam dua periode yang pertama dengan ibu kota Raidan berlangsung dari
tahun 115 SM.-300 M. periode ini merupakan awal kejatuhan dan kemunduran Saba.
Kemudian pada awal abad ke empat daulah Himyar periode kedua mencoba bangkit
kembali dan berlangsung hingga tahun 525 M. pada periode ini terjadi goncangan akibat
peperangan antar keluarga kabilah Himyar yang berakibat pada masuknya Romawi ke
Aden sekitar tahun 340 M.
Di wilayah utara Arab, ada daulah al-Anbati yang berdiri sekitar abad keenam
sebelum masehi. Daerah kekuasaanya sekitar Syam hingga bagian utara Syiria. Daulah
ini diperintah oleh seorang raja yang mengklaim menerima otoritas ketuhanan dan
memiliki beberapa administrasi yang memusat, tetapi benar-benar tergantung pada

dukungan koalisi klan dan kepala suku. Pada tahun 85 SM. sebuah kerajaan baru yang
beribukota di Petra menguasai sebagian besar Yordania dan Syiria. Kerajaan ini menjalin
hubungan perdagangan dengan Yaman, Mesir, Damaskus dan kota-kota pesisir Palestina.
Kerajaan ini berakhir pada tahun 106 M. ketika ia dihancurkan oleh pasukan Romawi.
Kedua kerajaan ini telah menjalin hubungan cukup lama sekitar tahun 65 SM. dan
menjadi buruk pada awal abad pertama hingga ditaklukkan. Kerajaan selanjutnya yang
muncul setelah kejatuhan Petra ialah Palmyra, memperluas daerah kekuasaannya hingga
ke seluruh wilayah padang pasir dan sejumlah perbatasan sekitar. Mengembangkan
jaringan perdagangan, mengembangkan sejumlah kuil dan yang paling menandai
kehebatan masyarakat Palmyra adalah menguatnya pengaruh hellenistik.
Pada pertengahan abad keenam seluruh kerajaan pinggiran mengalami
disintegrasi. Jazirah Arab didominasi oleh dua kerajaan besar yaitu Byzantium (Romawi)
di barat dan Sasaniyah (Persia) di timur. Byzantium berpusat di Konstantinopel dengan
agama negaranya adalah Nasrani sedangkan Sasaniyah menjadikan Isfahan, Iran sebagai
pusat kekuasaan dengan Zoroaster sebagai agama Negara. Kedua negara ini berupaya
menegakkan dominasi terhadap kerajaan-kerajaan pinggiran demi melindungi
perdagangan dan pengelolaan wilayah oasis.
Setelah Petra dan Palmyra hancur, Romawi berusaha mempertahankan propinsipropinsi dengan merekrut serikat bangsa Arab sebagai pengawal mereka dalam
menghadapi kekuatan Arab lainnya dan Sasania. Begitupun sebaliknya, Sasania
menguatkan dominasinya dengan mengayomi sebuah negara kacil yakni kerajaan Lakhm
yang diperintah oleh keluarga Lakhm yang berpusat di Hirah, sebuah kota di bagian hilir
sungai Eufrat.
Pergelutan kekuasaan politik terus berlanjut, Byzantium dan Sasaniyah terus
terlibat dalam konflik baik konflik langsung ataupun konflik pengaruh. Pasukan
Abyssinia yang berada dibawa pengaruh Byzantium didorong untuk menguasai daerahdaerah di jazirah Arab. Mereka juga menyerang Arab tengah pada tahun 535 M. dan
menerobos ke Hijaz pada tahun 570 M. termasuk menyerang Makkah walaupun gagal,
demi mengamankan jalur perdagangan Yaman-Syiria. Di sisi lain ia kemudian terusir dari
Yaman oleh kerajaan Sasania pada tahun 572 M. pada periode ini, perekonomian
masyarakat Arab Selatan merosot dan kesatuan politik nyaris musnah, sementara Hijaz
memulai fase kebangkitan perekonomiannya.
Di tengah pergolakan politik tersebut, Makkah tetap teguh dalam sistem politik
non-blok, menentang perpecahan politik dan sosial, dan tetap memberikan perhatian
utama dalam urusan sosial dan ekonomi. Makkah yang menjadi pusat penyimpanan
berhala dan dewa-dewa kesukuan dan menjadi tujuan ziarah tahunan, yang juga
disepakati sebagai bulan gencatan senjata memberikan keuntungan ekonomi bagi
Makkah dengan memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk melakukan transaksi

perdagangan bahkan sampai mendirikan lokasi khusus untuk proses transaksi


perdagangan seperti rempah-rempah.
Setelah keruntuhan Petra dan Palmyra, Makkah secara tidak sengaja menjadi
pewaris kemakmuran. Orang-orang Makkah menjalankan sistem politik integratif,
membuat kesepakatan perjanjian keamanan perdagangan dengan daerah-daerah
sekitarnya. Mereka mendatangkan rempah-rempah, sutera dan obat-obatan pakaian dan
budak dari Afrika atau dari wilayah timur jauh untuk dibawa ke Syiria dan kemudian
mereka kembali dengan uang, senjata, biji-bijian serta minuman anggur. Tapi perlu
diperhatikan bahwa proses perdagangan yang dilakukan oleh Makkah bukan berarti
terjadi hanya setelah keruntuhan dua daerah yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi
perdagangan telah menjadi unsur terpenting dalam perekonomian Arab pra-Islam.
Pada mulanya Makkah didirikan sebagai pusat perdagangan lokal di sekitar pusat
kegiatan keagamaan yang selanjutnya kemudian meningkat menjadi pusat perdagangan
bertaraf internasional. hal tersebut sangat memungkinkan karena posisi Makkah yang
sangat strategis. Makkah berada pada jalaur perdagangan dari Yaman dengan Syiria juga
dari Abysina ke Irak.
Burhanuddin Dallu menyebutkan faktor-faktor yang mendorong kemajuan
perdagangan Arab pra-Islam sebagai berikut :
1. Kemajuan produksi lokal berupa barang pecah belah dan kemajuan aspek pertanian.
2. Adanya anggapan bahwa pedagang merupakan profesi yang paling bergengsi.
3. Terjalinnya suku-suku ke dalam politik dan perjanjian perdagangan lokal maupun
regional antara pembesar Hijaz di satu pihak dengan penguasa Syam, Persia, dan Ethopia
di pihak lain.
4. Letak geografis Hijaz yang sangat strategis di jazirah Arab.
5. Mundurnya perekonomian dua imperium besar, Byzantium dan Sasaniyah, karena
keduanya terlibat peperangan terus menerus.
6. Jatuhnya Arab selatan dan Yaman secara politis ke tangan orang Ethiopia pada tahun
525 M. dan kemudian ke tangan Persia pada tahun 575 M.
7. Dibangunnya pasar lokal dan pasar musiman di Hijaz, seperti Ukaz, Majna, Zu alMajaz, Pasar Bani Qaniqua, Dumat al-Jandal, Yamamah, dan pasar Wahat.
8. Terblokadenya lalu lintas perdagangan Byzantium di utara Hijaz dan Laut Merah.
9. Terisolasinya pedagangan orang Eithopia di laut merah karena diblokade tentara
Yaman pada tahun 575 M.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas didominasi oleh faktor eksternal,


keberhasilan perdagangan bangsa Arab seakan-akan adalah peristiwa yang terjadi secara
kebetulan atau hanya sekedar faktor keberuntungan dengan tidak mengabaikan faktor
internal walaupun kecil. Padahal tidak bisa disanggah, bahwa beberapa faktor yang di
sebut di atas tak memiliki makna tanpa adanya aktor-aktor intelektual sebagai bagian dari
faktor internal yang mampu membaca dan memanfaatkan peluang-peluang tersebut.
Pencapaian kesuksesan perdagangan khususnya di Makkah tidak terlepas dari
peran Hasyim, kakek nabi Muhammad sebagai aktor intelektual yang mampu membaca
peluang-peluang tersebut, memiliki kemampuan diplomatis yang mengantarkanya pada
kerjasama pada penjaminan keamanan dari imperium besar ketika melakukan
perdagangan.
C. Kondisi Sosial
Ada dua cara dalam mempelajari syair Arab dimasa Jahiliyah, kedua cara itu sangat
besar faedahnya :
- Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat dihargai.
- Mempelajari syair itu dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan
budi pekerti bangsa Arab.
Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimulyakan
oleh bangsa Arab. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyir-penyair, untuk
mendengarkan syair-syair mereka.
Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul, yaitu : Pasar Ukaz,
Majinnah, dan Zul Majas. Dipasar-pasar itu penyir-penyair memperdengarkan syairnya
yang telah disiapkannya untuk maksud itu, dengan di kelilingi oleh warga sukunya; yang
memuji dan merasa bangga dengan penyair-penyair mereka. Dipilihlah diantara syairsyair itu yang terbagus, lalu digantungkan di Ka'bah tidak jauh dari patung dewa-dewa
pujaan mereka.Seorang penyair mempunyai kedudukan yang sangat amat tinggi dalam
masyarakat bangsa Arab.Salah satu pengaruh dari syair pada bangsa Arab ialah bahwa
syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat
menghina-dinakan seseorang yang tadinya mulia.
Sebagai contoh dapat kita sebutkan disini Abdul 'Uzza Ibnu 'Amir, dia adalah
seorang yang hidupnya melarat dan putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemudapemuda yang mau memperistri mereka. Kemudian dia dipuji oleh al A'sya seorang
penyair ulung. Syair al A'sya yang berisi pujian itu tersiar kemana-mana. Dengan
demikian menjadi masyhurlah Abdul 'Uzza itu; penghidupanya menjadi baik, maka
berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya. Itulah syair dan demikianlah
pengaruhnya, syair itu sebagai suatu seni yang telah menggambarkan kehidupan, budi
pekerti, dan adat istiadat bangsa Arab.
Syair-syair dari penyair-penyair yang hidup dimasa Jahiliyah menjadi sumber
yang terpenting bagi sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Syair-syair dapat
menggambarkan kehidupan bangsa Arab dimasa Jahiliyyah. Orang yang membaca syair

Arab, akan melihat kehidupan bangsa Arab tergambar dengan jelas pada syair itu. Dia
akan melihat padang pasir kemah-kemah tempat permainan dan sumber-sumber air. Dia
akan mendengar tutur kata pemimpin-pemimpin laki-laki dan wanita. Di akan mendengar
bunyi kuda dan gemerincingan pedang. Syair itu akan mengisahkan kepadanya
peperangan-peperangan, adat istidat dan budi pekerti bangsa Arab, dan banyak lagi halhal lain yang syair Arab Jahiliyah itu adalah sumber untuk mengetahuinya.

D. Kondisi Agama
Ada perlainan pendapat dalam kalangan ahli-ahli sejarah agama tentang
menentukan keadaan keadaan yang menolong bagi pertumbuhan dan perkembangan
naluri beragama itu.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa naluri beragama akan tumbuh dan
berkembang, bila fikiran telah maju dan kecerdasan tinggi; bila manusia telah sampai
kepada taraf berfikir tentang dirinya, bagaimana dirinya itu dijadikan, tenaga-tenaga dan
daya-daya apa yang ada pada dirinya itu, bagaimana dia dapat melihat dan mendengar
dan sebagainya.
Sedang sebagian lain berpendapat bahwa naluri beragama itu tumbuh dan
berkembang, dimana perbedaan gejala-gejala alam amat jelas kelihatannya, dimana
manusia merasa lemah berhadapan dengan gejala-gejala alam itu, maka timbullah
keinginannya hendak meminta pertolongan atau meminta perlindungan kepada gejalagejala alam itu. Beginilah halnya manusia primitif ; dikala mereka melihat hujan, angin,
penyakit, maut, binatang-binatang buas, mereka merasakan kelemahan mereka maka oleh
karena itu dicarilah perlindungan. Juga terdapat dari bekas-bekas zaman purbakala itu
telah dapat diketahui orang, apakah agama yang dipeluk pada masa itu. Rupanya mereka
juga menyembah bulan dan matahari, mereka sifatkan kedua benda itu dengan
bermacam-macam sifat, mereka sembah. Barang kali lantaran dialah penerang yang
utama alam ini, dan bintang-bintang adalah sebagai pahlawan-pahlawan wakil Tuhan
Matahari.
Penyelidikan-penyelidikan ilmiah telah menunjukkan bahwa jazirah Arab yang
sekarang merupakan padang pasir yang tandus, dahulunya adalah bumi yang subur dan
hijau, yang telah menganugerahkan kepada penduduknya berbagai macam kemakmuran.
Oleh karena itu amat boleh jadi perasaan keagamaan telah timbul pada bangsa Arab
semenjak zaman yang disebutkan. Dikatakan demikian karena semangat beragama amat
kuat pada bangsa Arab, hal ini adalah nyata dan tidak diragukan lagi, serta dapat
disaksikan setiap hari.
Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk.
Mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim, setelah Nabi Ibrahim melarikan dii dari kaumnya
yang hendak membakar dengan api, karena beliau mengingkari dan melawan dewa-dewa
mereka.

Tetapi bangsa Arab setelah mengikuti Nabi Ibrahim lantas kembali lagi
menyembah berhala. Berhala-berhala itu mereka buat dari batu dan ditegakkan di Ka'bah.
Dengan demikian agama Nabi Ibrahim bercampur-aduklah dengan kepercayaan Watsani,
dan hampir-hampir kepercayaan Watsani itu dapat mengalahkan agama Nabi Ibrahim,
atau benar-benar agama Nabi Ibrahim telah kalah oleh kepercayaan Watsani.

Daftar pustaka
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/kondisi-sosial-politik-dan-agamaarab.html#.UkgxMdLwmY0Dalam bidang polotik , masyarakat Arab pra- Islam ditandai dua

kekuatan besar Bizantium (Romawi) dan Sasaniah (Persia) keduanya senantiasa terlibat dalam
konflik dan peperangan. Tujuan dari peperangan yang terjadi untuk mempertahankan dan
memperluas wilayah kekuasaan masing-masing. Wilayah seperti Suriah dan Mesir telah menjadi
ajang perebutan, sehingga silih berganti dikekuasai oleh kerajaan besar

Vous aimerez peut-être aussi