Vous êtes sur la page 1sur 10

ASKEP kanker serviks

Classic

Flipcard

Magazine

Mosaic

Sidebar

Snapshot

Timeslide
January 10th, 2012
1

ASKEP KANKER SERVIKS

Disusun Oleh :
Nama
: VERANICA H. MPAPA
NPM
: PK 115 09 069
Semester/kls
: IV/A

PSIK STIK-IJ PALU


2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari selsel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Selsel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian.
Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis
kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat men yerang semua
p e r e m p u a n , terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker
servikss e d a n g k a n d i As i a P a s i f i k s e t i a p 4 m e n i t s e o r a n g p e r e m p u a n
m e n i n g g a l k a r e n a kanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang
paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan
Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000
perempuan yang didiagnosat e r k e n a k a n k e r s e r v i k s s e b a n y a k 1 4 3 . 0 0 0
p e r e m p u a n m e n i n g g a l k a r e n a n y a ( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan
s a l a h s a t u penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru
datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit
untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat khawatir dan
cemas dengan keadaannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya .
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara
lain :
a. Umur pertama kali
melakukan hubungan seksual
Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah kehamilan dan
partus
Kanker serviks
terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah

perkawinan
Wani
ta yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
d. Infeksi
virus
Infeks
i virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga
sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial
Ekonomi
Karsinoma
serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan
sirkumsisi
Diduga
adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g.
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel
kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingka
t
0
I
Ia

Ib
II
II a
II b
III a
III b
IV

IV a

Kriteria
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
Penyebaran sampai bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum
dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang
jauh
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar

IV b

dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi


Telah terjadi metastasi jauh.

D. Penatalaksaan Medis
Tingkat
0
Ia
I b dan II a
II b , III dan
IV
IV a dan IV b

Penatalaksaan
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

E. Pemeriksaan
diagnostic
a.
Sitologi/Pap
Smear
Keuntungan,
murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak
dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b.
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau
porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang
yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
c.
Koloskopi
Mem
eriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40
kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d.
Kolpomikroskopi
Melih
at hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
e.
Biopsi
Deng

an biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.


f.
Konisasi
Den
gan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang
jelas.
F.
Terapi
a.Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua
stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti
operasi.
b.Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
c. Komplikasi
irradiasi
Kerentanan kandungan
kencing
Diarrhea
Perdarahan
rectal
Fistula vesico atau
rectovaginalis
d.Operasi
Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
e.Kombinasi
Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan
sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan
peredaran
darah.
f. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu
post terapi keadaan masih tetap sama.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN


Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama. Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit
sekarang
Klien datang
dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu
ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4. Riwayat penyakit
terdahulu.
Perlu ditanyakan
pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu
ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit
keluarga
Perlu ditanyakan
apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat
psikososial
Dalam
pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan
keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
1.
Inspeksi

Perdarahan
keputihan

2.
palpasi
nyeri
abdomen
punggung bawah

nyeri

Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya
informasi.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infuse
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:

Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.


Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan
Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin
dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan
komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang
sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya


informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b. Jumlah kehamilan dan partus
c. Jumlah perkawinan
d. Infeksi virus
e. Sosial Ekonomi
f. Hygiene dan sirkumsisi
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep Ca serviks serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUTAKA

Bagian SMF Obgin UNHAS. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar. 1999
Ida Bagus G. M., Prof, dr. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta.
1998
Marilynn E.D. & Maryn M. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2001
Sarwono.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 1997

Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan


terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi.
Intervensi:
a) Baringkan pasien diatas tempat tidur.
b) Kaji kepatenan kateter abdomen.
c) Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
d) Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Vous aimerez peut-être aussi