Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORIS
1.1 DEFENISI
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. ( Marilynn E. Doenges, 1999 ).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi
akut jaringan paru oleh mikroorganisme. ( Elizabeth J. Corwin, 2000 ).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. ( Arif Mansjoer, 2000 ).
Pneumonia adalah proses inflamantori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius. ( Suzanne C. Smeltzer, 2001 ).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang terjadi pada
anak. ( Cecily L. Betz, 2002 ).
1.2 ETIOLOGI
Pneumonia biasanya disebabkan oleh :
1. Barbagai agen infeksi : bakteri, jamur, virus, dan parasit
2. Predisposisi : Hipostatik, iritan kimia, terapi radiasi, aspirasi, ISPA atas
Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri. Di negara berkembang yang
tersering sebagai penyebab pneumonia pada anak ialah oleh Streptococcus pneumoniae
( S. pneumoniae ) dan Haemophilus influenzae ( H. influenzae ).
S. pneumoniae tercatat menimbulkan lebih dari 90 % pneumonia bakteri. Dikenal
lebih dari 80 serotipe S. pneumoniae, diantaranya serotype 1,3,6,7,14,18,19, dan 23
diketahui memyebabkan pneumonia. H. influenzae tipe b merupakan penyebab tersering
pneumonia pada anak dari strain ini. H. influenzae tipe a,c dan d jarang menimbulkan
pneumonia. H. influenzae non-tipik sering menimbulkan ISPA atas termasuk otitis media
dan sinusitis di Negara maju. Namun di negara berkembang, H. influenzae non-tipik juga
dilaporkan sebagai penyebab pneumonia.
Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus ( S. aureus ) sebagai
penyebab pneumonia. Pneumonia stafilokokus merupakan infeksi berat, serius dan sangat
progresif dengan mortalitas yang tinggi.
Mycoplasma pneumoniae ( M. pneumoniae ) sering dilaporkan sebagai salah satu
penyebab pneumonia pada anak besar. Mikoplasma ialah salah satu dari 3 genus pada
family Mycoplasmataseae. Mikroorganisme ini mempunyai struktur yang sangat primitif
berbentuk bulat ( garis tengah 125 250 nm ) atau berupa filament halus ( panjang antara
beberapa nm sampai 250 nm ). Mikoplasma tidak mempunyai dinding sel, tidak
mempunyai rambut getar hingga tidak mempunyai kemampuan untuk bergerak secara
aktif. M. pneumoniae adalah satu satunya spesies mikoplasma yang dikenal
menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada manusia.
Bakteri lain yang dapat menimbulkan pneumonia ialah Streptococcus grup B,
Streptococcus grup A. Klebsiela pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Chalamydia
trachomatis, bakteri anaerob, Legionella pneumophila, Neisseria meningitidis, basil
enterik Gram negatif dan lain lain.
1.3.2
Fisiologi
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3 dari
tebal ventrikel kiri. Perbadaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonary ada darah yang langsung mengalir ke
paru paru dari aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah kaya
oksigen ( Oxygenated ) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relative
kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung udara dari
ventrikel kanan ke paru paru. Cabang cabangnya menyentuh saluran saluran
bronchial, sampai ke alveoli halus.
Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler
itu menyentuh dinding alveoli ( gelembung udara ). Jadi darah dan udara hanya
dipisahkan oleh dinding kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorokkan yang keluar melalui tampuk
paru peru ke serambi jantung kiri ( darah mengandung O2 ), sisa dari vena
pulmonalis ditentukan dari setiap paru paru oleh vena bronkialis dan ada yang
mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru paru mempunyai
persediaan darah ganda.
: 16 18 x / menit
: 24 x / menit
: 30 x/ menit
2.
Arus darah melalui paru paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang
tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian
4. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida
lebih muda berdifusi dari pada oksigen
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
memperbasar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O 2 dan
pengeluaran CO2 lebih banyak.
Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )
Darah merah ( hemoglobin ) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh
tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan
oksigen ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru
paru dan di paru paru terjadi pernafasan eksternal.
Daya Muat Paru Paru
Besarnya daya muat udara dalam paru paru 4.500 ml 5.000 ml ( 4,5 5
liter ). Udara yang diproses dalam paru paru ( inspirasi dan ekspirasi ) hanya 10
%, lebih kurang 500 ml disebut juga udara pasang surut ( tidal air ) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
1.4
PATOFISIOLOGI
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah
infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mukroorganisme di paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh penjamu. Selain itu, toksin toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak
sel sel sistem pernafasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok, yang perjalanannya tergambar jelas pada
pneumonia pneumokokus.
1.5
MANIFESTASI KLINIK
Secara umum gejala dan tanda pneumonia dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal, dan gelisah.
2.
3.
Tanda pneumonia berupa pada perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas
melemah dan ronki, adanya retraksi ( penarikan dinding dada ke dalam waktu
waktu bernafas = chest indrawing ) bersama dengan peningkatan frekuensi
nafas merupakan tanda klinik pneumonia yang bermakna.
4.
Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak akskursi dada tertinggal di
daerah efusi. Pada pemeriksaan fisik terdengan pekak perkusi, fremitus
berkurang dan suara nafas melemah. Suara nafas tubuler didapatkan persis di
atas batas cairan dan didaerah yang tidak terkena. Nyeri dada karena iritasi
pleura mungkin hebat dan menganggu gerakan dada. Friction rub dapat
terdengar di daerah pleura yang terkena. Bila efusi pleura bertambah maka
sesak maka sesak nafas pun makin bertambah tetapi nyeri pleura makin
berkurang berubah jadi nyeri tumpul. Kaku kuduk / meningismus ( iritasi
meningen tanpa inflamasi ) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri
abdomen ( kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah ). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak
selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
5.
1.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik / penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
pneumonia adalah :
- Sinar X
- GDA
- JDL
- Pemeriksaan serologi
AIDS,
memungkinkan
berkembangnya
pneumonia bakterial.
: Membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus. Misalnya virus atau Legionella, aglutinin
dingin.
menurun.
Mungkin
terjadi
perembesan
( hipoksemia ).
- LED
: Meningkat
- Elektrolit
: Natrium dan klorida mungkin rendah
- Bilirubin
: Mungkin meningkat
- Aspirasi perkutan / biopsy jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik. Pemeriksaan gram /
kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik,
atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada ; bakteri
yang
umum
Stapilococcus
meliputi
aureus,
Diplococcus
A-hemolitik
pneumonia,
streptococcus,
1.7
PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup :
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Adapun hal hal yang perlu dikaji dalam pengkajian pada pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia adalah : ( Cecily L. Betz, 2002 )
1. Kaji pengkajian respiratori, antara lain :
a.
Bernafas
5. Frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kesimetrisan
6. Pola napas apnea, takipnea
7. Retraksi suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular
8. Pernapasan cupig hidung
9. Posisi yang nyaman
b.
2.
Tingkat aktivitas
3.
4.
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala :
a.
Kelemahan, kelelahan
b.
Insomnia
Tanda :
a. Letargi
b. Penurunan toleransi terhadap aktivitas
SIRKULASI
Gejala :
a. Riwayat adanya GJK kronis
Tanda :
a.
Takikardia
b.
INTEGRITAS EGO
Gejala :
a. Banyaknya stressor, masalah financial
MAKANAN / CAIRAN
Gejala :
a. Kehilangan nafsu makan, mual / muntah.
b. Riwayat diabetes mellitus
Tanda :
a. Distensi abdomen
b. Hiperaktif bunyi usus
c. Kulit kering dengan turgor buruk
d. Penampilan kakeksia ( malnutrisi )
NEUROSENSORI
Gejala :
a. Sakit kepala daerah frontal ( influenza )
Tanda :
a. Perubahan mental ( bingung, somnolen )
NYERI / KENYAMANAN
Gejala :
a. Sakit kepala
b. Nyeri dada ( pleuritik ), meningkat oleh batuk ; nyeri dada substernal ( influenza ).
c. Mialgia, artralgia
Tanda :
a. Melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
untuk
membatasi gerakan ).
PERNAFASAN
Gejala :
a. Riwayat adanya / ISK kronis, PPOM, merokok.
b. Takipnea, dispnea prograsif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal
Tanda :
a. Sputum merah muda, berkarat atau purulen
b. Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi
c. Fremitus : taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi
d. Gesekan friksi pleural
e. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronchial
f. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
KEAMANAN
Gejala :
a. Riwayat gangguan sistem imun, misalnya SLE, AIDS, penggunaan steroid atau
kemoterapi,institusionalisasi, ketidakmampuan umum
b. Demam ( misalnya : 38,5 39,6 0 C )
Tanda :
a. Berkeringat
b. Menggigil berulang, gemetar
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Gangguan
Pernafasan : Pneumonia adalah : ( Marilynn E. Doengoes, 1999 )
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum ; nyeri pleuritik ; penurunan
energi, kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler ( efek inflamasi ) ; gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ( demam,
perpindahan kurva oksihemoglobin ) ; gangguan pengiriman oksigen ( hipoventilasi ).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ; kelemahan umum ; kelelahan yang berhubungan dengan
gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan
dan dispnea.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutujan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ; anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, bau dan rasa sputum dan
pengobatan aerosol ; distens abdomen / gas yang berhubungan dengan menelan udara
selama episode dispnea.
II.
RENCANA KEPERAWATAN
Adapun rencana keperawatan yang mungkin dibuat berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain : ( Marilynn E. Doengoes, 1999 )
Dx 1 :
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum ; nyeri pleuritik ; penurunan energi,
kelemahan
Tujuan :
Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea,
sianosis
Rencana Tindakan :
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan / atau cairan paru
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas
adventisius, misal : krekels, mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
nafas bronkial ( normal pada bronkus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan nafas / obstruksi
3. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan /bantu pasien mempelajari melakukan
batuk, misalnya : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru paru / jalan nafas
lebih kecil. Batuk adaalh mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silis
untuk mempertahankan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan
dada dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat
4. Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml / hari ( kecuali kontraindikasi ). Tawarkan air
hangat, daripada dingin
Rasional : Cairan ( khususnya yang hangat ) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Kolaborasi
humidifikasi
Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan ( termasuk yang tak
tampak ) dan memobilisasikan sekret
9. Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
Rasional :
Dx 2 :
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
( efek inflamasi ) ; gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ( demam, perpindahan
kurva oksihemoglobin ) ; gangguan pengiriman oksigen ( hipoventilasi )
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
Rencana Tindakan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas
Rasional :
7. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki vantilasi
8. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah
muda / berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah
Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia
dan membutuhkan intervensi medik segera
Kolaborasi :
9. Berikan terapi oksigen dengan benar, misalnya : dengan nasal prong, masker, masker
venturi
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO 2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi
pasien
Dx 3 :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ; kelemahan umum ; kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur
yang berhubunagn dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan dan dispnea
Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktivitas
Dengan Kriteria Evaluasi :
Rencana Tindakan :
kebutuhan oksigen
Dx 4:
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutujan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi ;
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, bau dan rasa sputum dan pengobatan
aerosol ; distensi abdomen / gas yang berhubungan dengan menelan udara selama episode
dispnea.
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat /
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering ( roti panggang,
krekers ) dan / atau makanan yang menarik untuk pasien
Rasional :
DAFTAR PUSTAKA
Betz, L. Cecily. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta : EGC. 2005.
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal bedah, Edisi 8, Volume 1, Editor : Suzanne C.
Smeltzer, Brenda G. Bare ; Alih Bahasa : Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta :
EGC. 2001.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi, Alih Bahasa : Brahm U. Pendit, Editor :
Endah P. Jakarta : EGC. 2000.
Doengoes, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih Bahasa : I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati ; Editor Edisi Bahasa Indonesia : Monica Ester, Yasmin Asih.
Jakarta : EGC. 1999.