Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ultisol adalah jenis tanah masam yang terbentuk dibawah pengaruh iklim sedang
sampai panas. Tanah ini telah mengalami tingkat pelapukan lanjut dan lebih masam dari
Alfisol, tapi umunnya tidak lebih masam dari Spodosol. Tanah ini selain mengalami proses
podzolisasi juga mengalami latolisasi karena pada horizontal B didominasi oleh besi yang
teroksidasi dan terhidrasi (Buckman dan Brady, 1982).
Ulltisol merupakan tanah mineral yang telah berkembang dan mengalami tingkat
pelapukan lanjut. Proses pembentuka Ultisol berawal dari pencucian yang intensif terhadap
basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai lapisan bawah.
Disamping itu juga pencucian liat yang menghasilkan horizon albik dilapisan atas (elluviasi)
dan horizon argilik dilapisan bawah (Illuviasi). Terjadinya proses pencucian basa-basa dan
liat dalam waktu yang lamaserta ditunjang oleh suhu tanah tahuna n rata-rata lebih dari 8 oC,
maka tejadi pelapukan terhadap mineral dan terbentuknya mineral liat kaolinit
(Hardjowigeno, 1993, cit Sevindrajuta, 1996) .
1
Pada umumnya Ultisol terbentuk pada daerah dengan curah hujan 2500 rnm sampai
3500 mm per tahun dan berada pada ketinggian 50 meter sampai 350 meter dari permukaan
laut sehingga keadaan curah hujan yang tinggi ini merupakan penyebab pencucian unsur hara
dan basa-basa. (Soepraptohardjo, 1978. Cit Sevindrajuta,I996).
Ultisol memiliki sifat kimia, fisika dan biologi yang jelek, sehingga merupakan
kendala bagi tanaman yang tumbuh diatas tanah tersebut, Kendala sifat kimia tersebut antara
lain rendahnya bahan organik, pH tanah yang rendah dan kandungan A1-dd yang tinggi.
Kendala fisik antara lain stabilitas agregat kurang mantap, konsistensi gembur bagian atas
(top soil) dan teguh dilapisan bawah (sub soil), sehingga tingkat permiabilitas dalam hal ini
infiltrasi dan perkolasi sedang hingga lambat (Sarief, 1986). kendala sifat biologinya adalah
kandungan bahan organik yang rendah, sehingga perkembangan fungi
terutama
Actinomycetes yang berfungsi dalam dekomposisi bahan organik menjadi kurang baik,
karena Actinomycetes membutuhkan tersedianya bahan organik yang banyak (Hardjowigeno,
l987).
Ultisol memiliki tingkat pencucian liat dan basa-basa yang tinggi, sebagian besar
kahat Ca, Mg. K, P dan mempunyai kejenuhan Al yang tinggi serta peka terhadap erosi.
Umumnya Ultisol di Indonesia didominasi oleh liat kaolinit, karena itu tanah tersebut
memliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan kesuburan yang rendah (Sudjadi, 1984). Karena
kejenuhan Al yang tinggi pada Ultisol, maka fosfor yang ada dalam tanah atau yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk akan diikat oleh Al menjadi bentuk yang tidak larut dan
ketersediannya rendah bagi tanaman (Buckman dan Brady, 1982).
Miskinnya Ultisol akan ketersediaan P yang diikuti oleh pH rendah menyebabkan
semakin besarnya jumlah P yang harus ditambahkan kedalam tanah agar dapat mencapai
jumlah P yang tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman.
mempertahankan jaminan pelapukan dengan menjaga reaksi tanah (3) rotasi tanaman, yaitu
dengan mengatur tanaman secara bergilir dapat mempertahankan bahan organik tanah.
Untuk memperbaiki kesuburan tanah seperti Ultisol, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik (pupuk kandang) dan bantuan fosfat.
Pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang dapat memperbaiki struktur tanah
dan meningkatkan unsur hara tersedia bagi tanaman, sementara itu batuan fosfat dapat
berfungsi sebagai pupuk P karena mempunyai kandungan
Berdasarkan
bentuknya pupuk organik terbagi atas dua, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Pupuk organik mempunyai kandungan hara lengkap, karena dalam pupuk tersebut
mengandung senyawa yang dibutuhkan tanaman (Isroi, 2010).
Bahan organik tanah dapat mempengaruhi ketersediaan fosfor melalui hasil
dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2.
Asam-asam organik
menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat mengikat ion Al, Fe dan
Mn dari dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion A1, Fe danMn yang bebas
dalam larutan akan berkurang dan diharapkan fosfor tersedia akan lebih banyak (Hakim et al,
1986).
3
Pemberian bahan organik pada tanah minelal masam selain meningkatkan kadar C
organik, N-total dan basa-basa, juga dapat menekan anasir-anasir pengikat P, sehingga P
tersedia meningkat dan menurunkan kandungan dan kejenuhan Al tanah (Soepardi, 1984).
Untuk mernperbaiki kesuburan tanah seperti Ultisol, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan penambahan batuan fosfat dan bahan organik (pupuk kandang).
Batuan fosfat dapat berfungsi sebagai pupuk P karena mempunyai kandungan P2O5 yang
cukup tinggi, dapat mencapai 30 % atau lebih. Chang dan Kun (1986), menyatakan bahwa
pemberian batuan fosfat sebagai sumber pupuk P pada tanah-tanah masam lebih efesien
dibanding dengan lainnya. Hal ini disebabkan batuan fosfat yang diberikan dalam waktu
kurang dari setengah tahun kira-kira 50% yang berubah menjadi Fe-P dan Al-P. Batuan
fosfat mempunyai kandungan P dan Ca yang tinggi dan mempunyai efek sisa, sehingga baik
digunakan untuk merubah P dan Ca yang miskin pada tanah masam.
Disamping Ultisol memiliki faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, kedelai juga
menghadapi berbagai kendala dalam hal pengembangannya baik dari segi kultur teknis
maupun teknologi untuk meningkatkan produktifitasnya baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Di Indonesia produksi kedelai masih tergolong rendah, bila dibandingkan dengan
negara-negara lain. Rendahnya produksi yang didapatkan petani disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain : kultur teknis yang sederhana dan pemakaian varitas lokal yang potensinya
masih rendah. Usaha untuk
ditempuh dengan cara : (l) mengembangkan varietas toleran terhadap keracunan Al, Mn atau
yang sanggup menyerap hara fosfor, walaupun ketersediaan hara ini rendah sekali dalam
tanah , (2) mengurangi bahkan meniadakan kendala-kendala tanah masam itu sendiri dengan
memanipulasi sifat fisika dan kimia tanah malalui pengapuran, pemupukan dan pemberian
pupuk kandang (bahan organik), atau (3) kombinasi dari kedua pendekatan tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian dengan judul :
Respon Hasil Tanaman kedelai (glicyne max (l) merr) di polybag dan sifat kimia Ultisol
akibat pemberian berbagai jenis pupuk kandang dengan batuan posfat.
Tujuan
penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hasil kedelai dan perbaikan sifat kimia Ultisol
akibat pemberian berbagai jenis pupuk kandang dengan batuan posfat. 2) untuk menentukan
kombinasi yang tepat akibat dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang dengan batuan
fosfat terhadap hasil kedelai dan perbaikan sifat imia Ultisol.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UMSB Payakumbuh, di
Koto Nan Ampek Kota Payakumbuh pada ketinggian tempat + 512 meter dari permukaan
laut, dengan menggunakan tanah ordo Ultisol yang berasal dari Nagari Sarilamak Kabupaten
50 Kota,. Kemudian dilanjutkan dengan analisa tanah di laboratorium. Penelitian dimulai dari
bulan Januari 2013 sampai bulan April 2013.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan
dan 4 ulangan, data di analisis dengan uji F pada taraf 5 %, dan dilanjutkan dengan uji
Duncan's New Multiple Rank Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %.
Perlakuan masing-masing adalah sebagai berikut :
A. Tanpa pemberian pupuk kandang + Batuan Posfat (5 gr/polybag)
B. Pemberian pupuk kandang Sapi (100 gr/polygbag) + Batuan Posfat (5 gr/polybag)
C. Pemberian pupuk kandang Kambing (100 gr/polybag) + Batuan Posfat (5 gr/polybag)
D. Pemberian pupuk kandang ayam (100 gr/polybag) + Batuan Posfat (5 gram/polybag).
PELAKSANAAN PENELITIAN.
Tanah diambil di Kenagarian Sarilamak Kecamatan Harau Kabupaten 50 Kota pada
kedalaman 0 20 cm dilakukan secara Bulk Komposit, kemudian dikering anginkan,
dihaluskan dan diayak dengan ayakan 2 rnm. Selanjutnya tanah bulk komposit diaduk secara
sempurna sampai homogen, lalu dimasukkan kedalam masing-masing polybag sebanyak 10
kg sebagai media tempat penanaman kedelai. Polybag yang sudah terisi tanah, sesuai
perlakuan diberi pupuk kandang (100 gram/polybag) dan batuan posfat (5 gram/polybag), dan
kemudian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Setelah dua minggu masa inkubasi berakhir, dilakukan penanaman kedelai yang sudah
di diberi inokulasi dengan tanah bekas tanaman kedelai, sebanyak 2 biji per polybag secara
tugal sedalam 3 cm.
Pemupukan sebagai pupuk dasar dilakukan pada saat tanam dengan dosis 50 kg/ha
Urea (0,25 gram/polybag), 50 kg/ha KCI (0,25 gram/polybag). Pemberian pupuk dilakukan
secara tugal pada kedalaman 5 cm dengan jarak 5 cm dari benih kedelai. Pemberian pupuk
tersebut dihitung berdasarkan berat tanah pada masing-masing polybag.
Pemeliharaan berupa penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara mekanis, dengan membuang bagian yang terkena hama dan penyakit.
5
Panen kedelai dilakukan setelah tanaman berumur 89 hari, dengan kriteria, polong
telah mengering dan berwarna coklat, batang dan daun telah menguning serta sebagian daun
telah gugur.
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan terhadap sifat kimia tanah, yang meliputi :
Kandungan C organik tanah, pH (H2O), Ca-dd, Mg-dd, Al-dd, KTK, P tersedia, P total dan.
Sedangkan pengamatan terhadap tanah meliputi : Biomas kering tanaman kedelai, Berat
kering biji kedelai per pot, Berat 100 biji.
II.
C. Organik Tanah.
Tabel 1. Respon pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat terhadap
Kandungan C-organik tanah.
Perlakuan
Kandungan C- organik (%)
Tanpa pupuk kandang + Batuan Posfat (A)
1,35 a
1,73
1,83
b c
1,87
KK =
8,49 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 %
menurut uji lanjut DNMRT.
Dari Tabel 1. Terlihat bahwa pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan
posfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan C-organik tanah, dibandingkan
tanpa pemberian pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan
C-organik. Terjadinya peningkatan kandungan C-organik tanah ini, karena pupuk kandang
yang digunakan merupakan sumber utama dari bahan organik.
merupakan setiap bahan yang berasal dari sisa-sisa tanaman atau hewan yang dapat diberikan
diatas atau dalam permukaan tanah yang dapat menambah kandungan C-organik dan unsur
hara tanah.
Pemberian bahan organik pada tanah minelal masam selain meningkatkan kadar
C-organik, N-total dan basa-basa, juga dapat menekan anasir-anasir pengikat P, sehingga Ptersedia meningkat dan menurunkan kandungan dan kejenuhan Al tanah (Soepardi, 1984).
Effendi (1995) menjelaskan, tujuan utama dari pemupukan dengan pupuk organik adalah
6
untuk menambah kandungan humus tanah untuk memperbaiki keadaan fisik, kimia dan
biologi dari atau dalam tanah, untuk menaikan jumlah hara tanah yang dapat diambil
tanaman.
2.
Tabel 2. Respon pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat terhadap pH
(H2O) dan Al-dd tanah.
Perlakuan
pH (H2O)
Al-dd
Tanpa pupuk kandang + Batuan Posfat
5,30 a
0,10 a
5,35 a b
0,08
5,48
bc
0,06
5,60
0,06
KK =
5,9 %
13,5 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 %
menurut uji lanjut DNMRT.
Dari Tabel 2. terlihat bahwa pemberian berbagai jenis pupuk kandang dengan batuan
fosfat memberikan pengaruh nyata terhadap pH (H2O) dan Al-dd tanah. peningkatan pH
(H2O) dan penurunan Al-dd tertinggi diberikan oleh pemberian pupuk kandang kambing dan
batuan posfat. Peningkatan pH (H2O) seiring dengan penurunan Al-dd ini disebabkan oleh
pemberian pupuk kandang yang berbeda ditambah batuan posfat. Pupuk kandang sebagai
bahan organik akan mengalami perombahan lebih lanjut yang banyak menghasilkan asamasam organik dan sejumlah posfat.
adanya asam-asam
meningkatkan pH tanah dan ketersediaan posfor juga lebih meningkat karena asam-asam
organik dapat mengikat logam Al dan Fe. Hal ini seperti dikemukakan oleh Muzakir (1990),
yang menyatakan bahwa asam-asam organik seperti asam molanat, asam oksalat dan asam
tartat akan menghasilkan anion organik yang dapat mengikat ion Al dari dalam larutan tanah,
kemudian mernbentuk komplek yang sukar larut. Disamping itu pemberian batuan posfat ke
dalam tanah akan meningkatkan pH, karena terjadinya penumpukan posfat. Peningkatan pH
ini mengakibatkan hidrogen yang diikat koloid organik dan koloid liat berionisasi dan dapat
digantikan digantikan. Peningkatar pH tanah seiring dengan penurunan Al-dd tanah.
Dikemukakan lebih lanjut oleh Van Straaten (2002), pengaruh batuan fosfat alam
terhadap peningkatan pH disebabkan oleh penurunan konsentrasi ion H+ di dalam tanah.
7
Penurunan konsentrasi ion H+ ini disebabkan oleh adanya reaksi antara batuan fosfat alam
(Carbonate-hydroxy-apatit) dengan ion H+ dalam tanah, makin tinggi dosis batuan fosfat
alam, makin tinggi ion H+ diperlukan, sehingga pH tanah akan meningkat.
3.
Tabel 3. Respon pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat terhadap Mg-dd
dan Ca-dd tanah.(me/100g)
Perlakuan
Mg-dd
Ca-dd
Tanpa pupuk kandang + Batuan Posfat
1,32 a
1,49
1,66
4,29
1,68
4,22
KK =
4,41 %
3,36
3,34
2,80 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 %
menurut uji lanjut DNMRT.
Dari Tabel 3 dapat dilihat, pemberian pupuk kandang dan bantuan posfat
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Mg-dd dan Ca-dd. Perlakuan pemberian
pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing ditambah batuan posfat, memberikan
peningkatan tertinggi terhadap Mg-dd dan Ca-dd tanah Ultisol. Terjadinya peningkatan Mgdd dan Ca-dd, disebabkan pupuk kandang yang diberikan mampu meningkatkan kationkation basa. Soesrosudirdjo(1982) menyatakan, pupuk kandang didalam tanah merupakan
persediaan zat makanan tanaman yang secara berangsur-angsur menjadi bebas dan tersedia
bagi tanaman, oleh karena itu tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang dalam jangka
waktu lama masih dapat memberikan hasil yang baik.
Batuan posfat menyumbangkan kation basa seperti Ca+2, namun diperkirakan bahwa
posfat yang diberikan belum larut secara sempurna dan dosis 1 ton per hektar masih rendah
untuk tanah jenis Ultisol. Soepardi (1983) menyatakan bahwa batuan posfat merupakan
pupuk posfat yang paling sukar larut dibandingkan dengan pupuk posfat lainnya.
4.
P tersedia
Tabel 4. Respon pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat terhadap P
tersedia (ppm).
Perlakuan
P-tersedia
Tanpa pupuk kandang + Batuan Posfat
69,75 a
82,00 a b
8
103,50
b c
126,75
KK =
16,8 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 %
menurut uji lanjut DNMRT.
Dari Tabel 6 dapat dilihat, bahwa pernberian berbagai jenis pupuk kandang dengan
batuan fosfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap P-tersedia. Peningkatan P-tersedia
tertinggi diberikan oleh pupuk kandang kambing, kemudian disusul oleh pupuk kandang
ayam dan kandang sapi, masing-masing ditambah batuan posfat. Peningkatan P-tersedia ini
terjadi karena pupuk kandang dan batuan posfat banyak menyumbangkan P ke dalam tanah.
Bahan organik tanah dapat mempengaruhi ketersediaan posfor melalui hasil
dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2.
Asam-asam organik
menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat mengikat ion Al, Fe dan
Mn dari dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion Al, Fe danMn yang bebas
dalam larutan akan berkurang dan diharapkan posfor tersedia akan lebih banyak (Hakim et al,
1986). Disamping itu peningkatan P-tersedia ini terjadi karena pernberian batuan posfat dan
pupuk kandang dilakukan secara bersamaan. Soepardi( 1983) menyatakan, bahwa unsur
posfor ketersediaannya meningkat bila disitu terdapat bahan organik yang sedang mengalami
pelapukan.
Pemberian batuan posfat sebagai sumber pupuk P pada tanah-tanah masam lebih
efesien dibandingkan dengan lainnya. Hal ini disebabkan batuan posfat yang diberikan
dalam waktu kurang dari setengah tahun kira-kira 50 % yang berubah menjadi Fe-P dan Al-P.
Batuan posfat mempunyai kandungan N dan Ca yang tinggi dan mempunyai efek sisa,
sehingga baik digunakan untuk merubah P dan Ca yang miskin pada tanah masam. Menurut
Adiningsih dan Mulyadi, (1992) bahwa pemupukan dengan batuan posfat yang diiringi
dengan pemakaian bahan organik, ternyata memberikan pengaruh yang positif terhadap
perbaikan produktivitas tanah. Hal ini ditujukkan dengan peningkatan kadar P-tersedia, Pekstak HCL 25 % dan kadar bahan organik tanah serta menurunnya kadar aluminium.
Pengaruh residu pemupukan batuan posfat terhadap peningkatan kadar P-tersedia masih
bertahan sampai dengan 7 musim penanaman tanaman pangan setelah rehabilitasi lahan.
Dalam pada itu Maryanto dan Abubakar (2010), mengemukakan, bahwa pemberian batuan
posfat alam menurunkan kelarutan aluminium, meningkatkan pH tanah, P-tersedia tanah,
serapan P, bobot segar dan bobot kering tanaman.
9
PengamatanTanaman.
1.
Tabel 5. Respon pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat terhadap biomas
kering dan berat biji kering tanaman kedelai
Biomas Kering
Berat biji
Perlakuan
(gram/polybag)
(gram/plybag)
Tanpa pupuk kandang + Batuan Posfat
101,49 a
8,6 a
Pemberian pupuk kandang Sapi + Batuan Posfat
109,37
11,2
110,94
11,9
120,52
KK =
11,92%
13,7
9,5 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 %
menurut uji lanjut DNMRT.
Hasil analisis pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat berpengaruh
nyata terhadap biomas kering dan berat biji kering kedelai. Tabel 5, dapat dilihat bahwa
pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan batuan posfat memberikan pengaruh yang
nyata terbadap biomas kering dan berat biji kering kedelai. Pemberian pupuk kandang
kambing dengan batuan posfat marnberikan berat tertinggi terhadap biomas kering kedelai
yaitu : 120,52 gram/polybag, dan berat biji kering kedelai sebesar 13,7 gram/polybag.
Tingginya berat biomas kering dan berat biji kering kedelai ini seperti Gambar 1.
sejalan dengan perbaikan sifat kimia Ultisol, terutama peningkatan C-organik pada Tabel 1.,
peningkatan pH tanah Tabel 2., dan P-tersedia Tabel 4.
140
120
Biomas Kering
(gram/polybag)
100
80
60
40
20
0
Tanpa pupuk
kandang +
Batuan Posfat
Peningkatan bobot segar dan bobot kering tanaman ini disebabkan oleh
peningkatan ketersediaan dan serapan hara P oleh tanaman. (Maryanto dan Abubakar, 2010).
KESIMPULAN.
1. Pemberian berbagai jenis pupuk kandang dengan batuan fosfat dapat meningkatkan
C-organik tanah, pH tanah, menurunkan Al-dd tanah, meningkatkan Mg-dd, Ca-dd
dan P-tersedia Tanah.
2. Pemberian pupuk kandang kambing dengan batuan fosfat memberikan peningkatan
terbaik terhadap biomas kering dan berat biji kering tanaman kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. Muljadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alangalang dalam Prosiding Seminar Lahan Alang-alang: Pemanfaatan Lahan Alang-alang
untuk Usaha Tani Berkelanjutan. Bogor. 1 Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor. Hal 29-42.
11
Africa. ICRAF.
12