Vous êtes sur la page 1sur 5

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006

GEOSEISMIK SURVEY AND TECHNIQUE :


UPAYA INDUSTRI PERMINYAKAN UNTUK MENEMUKAN
CADANGAN BARU MINYAK DAN GAS BUMI
Saifatur Rusli
Laboratorium Fisika Rekayasa, Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl. Arif Rahman Hakim 100 Surabaya 60117
email: alirusli@telkom.net

ABSTRAK
Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki potensial yang cukup besar di
bidang Sumber Daya Alam, khususnya cadangan minyak dan gas bumi. Metode yang
digunakan untuk kepentingan survei eksplorasi adalah geoseismik karena metode ini
memiliki tingkat akurasi dan resolusi yang tinggi serta tingkat penetrasi yang dalam
untuk menentukan prospek minyak dan gas bumi sehingga penerapan dan pemanfaatan
teknologi seismik sebagai alat operasi survei seismik eksplorasi kian dibutuhkan oleh
Industri Perminyakan sebagai upaya untuk menemukan lokasi cadangan sumber energi
baru minyak dan gas bumi yang notabene tak terbarukan.
Industri Perminyakan di Indonesia telah tumbuh dengan pesat sejak Pemerintah
mendirikan satu-satunya Perusahaan Tambang Minyak dan Gas Bumi (PERTAMINA)
pada tahun 1968. PERTAMINA sebagai pemegang izin tunggal pengelola sumber
minyak dan gas bumi mempunyai hak istimewa yaitu memiliki wewenang dalam
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di darat maupun di laut
wilayah Indonesia. Dengan intensifnya kegiatan tersebut selanjutnya PERTAMINA
menggandeng Industri Perminyakan Asing dengan sistem KPS (Kontraktor Production
Shearing) sehingga menjadikan Indonesia sebagai penghasil minyak dan gas bumi
terbesar di ASEAN.
Kata kunci: Geoseismik Survey and Technique, Industri Perminyakan dan KPS

PENDAHULUAN
Industri minyak dan gas bumi modern di Indonesia dimulai pada tahun 1871 di
desa Maja, Majalengka, Jawa Barat oleh seorang pengusaha Belanda, sedangkan
lapangan minyak dan gas bumi pertama kali di Indonesia ditemukan di Telaga Tiga dan
Telaga Said Sumatra utara pada tahun 1883 oleh perusahaan bernama Shell. Pada tahun
1968, setelah mengalami proses yang panjang, Pemerintah mendirikan satu-satunya
Perusahaan Minyak Nasional dengan nama PERTAMINA (Perusahaan Tambang
Minyak dan Gasbumi Negara).
Pada tahun-tahun berikutnya Pertamina bekerja sama dengan Perusahaan
Minyak Asing dengan sistem PSC (Production Sharing Contract) atau yang lebih
dikenal dengan nama KPS (Kontraktor Production Sharing). Pertamina dan PSC
melakukan kontrak perjanjian untuk melakukan kerjasama eksplorasi dan eksploitasi
minyak dan gas bumi di seluruh wilayah Indonesia dengan kontrak kerja eksistensi
selama kurang lebih 30 tahun. Dalam hal ini, Pertamina mendapatkan royalti dan pajak
atas kegiatan operasional PSC di Indonesia dengan kisaran antara 80% untuk Pertamina

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006

dan 20% untuk PSC, adakalanya bervariasi antara 65 : 35 hingga 90 : 10 untuk


Pertamina dan PSC (IPA, 2005).
Arti Minyak dan Gas Bumi Sebagai Sumber Energi
Minyak dan gas bumi adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari unsur kimia
Karbon (80%), Hidrogen (15%) serta unsur lain 5% yang meliputi : Oksigen, Nitrogen
dan Belerang (Koesoemadinata, RP., 1980). Minyak dan gas bumi merupakan bahan
yang paling penting di Indonesia saat ini sebagai sumber energi karena minyak dan gas
bumi merupakan sumber energi utama bagi pembangkit tenaga listrik, sebagai
penggerak dari mesin motor, mesin disel, mesin pesawat terbang, bahan bakar rumah
tangga serta untuk penggerak mesin-mesin industri.
Data IPA (Indonesian Petroleum of Association) pada Tabel 1, menunjukkan
pada tahun 1995 konsumsi gas bumi oleh industri domestik menunjukkan angka 571,2
BCF (Billion Cubic Feet) dan terus mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6,1% per
tahun (kecuali tahun 1998) hingga pada tahun 1999 sebesar 708,7 BCF sehingga
diprediksi angka konsumsi gas bumi oleh industri pada akhir tahun 2005 menembus
angka 1000 BCF.
Tabel 1. Konsumsi Gas Bumi oleh Industri Domestik (IPA, 2005)
UNITS
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF
BCF

MARKETED GAS
DOMESTIC USES
Fertiliser Production
Electricity Generation
Duri Steam Flood
Oil Refinery and LPG Plants
City Gas Reticulation (PGN)
Krakatau Steel
Petrochemical Plants
Cement
Kertas Kraft (Paper)
Fajar Surya Wisesa
CNG SPBBG
Others
Total Marketed
Gas Domestic Uses

Year
1995
190.6
209.0
0.0
58.5
41.2
40.0
17.1
5.6
4.2
0.0
0.0
4.9
571.2

1996
203.2
233.1
0.0
50.2
49.1
40.6
18.5
5.0
3.9
1.3
0.7
1.0
606.5

1997
206.9
233.7
0.0
50.9
55.7
36.0
19.4
4.6
4.1
3.6
0.8
3.1
618.9

1998
205.3
220.4
0.0
57.4
43.9
32.8
16.0
1.5
4.2
0.5
1.1
3.7
586.9

1999
205.7
210.1
132.0
52.2
47.9
29.2
16.5
2.3
4.1
2.3
1.1
5.2
708.7

Konsumen untuk saat ini lebih memilih minyak dan gas bumi sebagai bahan
energi karena mempunyai keunggulan daripada sumber energi lain, khususnya ditinjau
dari segi teknis dan ekonomis. Keunggulan tersebut disebabkan karena berbagai sifat
fisika tertentu dari minyak dan gas bumi, antara lain:
1. Sifat cair minyak dan gas bumi.
2. Minyak dan gas bumi mempunyai nilai kalori tinggi.
3. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam bahan bakar.
4. Minyak bumi menghasilkan berbagai macam pelumas.
5. Minyak dan gas bumi dapat bersifat sebagai bahan baku industri kimia.
Karena alasan-alasan tersebut di atas menyebabkan ketergantungan peradaban manusia
pada minyak dan gas bumi semakin besar.

ISBN : 979-99735-1-1
A-4-2

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006

Industri Perminyakan Asing (PSC) di Indonesia


Lebih dari 90% minyak dan gas bumi Indonesia diproduksi oleh Industri
Perminyakan Asing dalam bentuk kontak kerja dengan Pertamina yang dinamakan PSC
(Production Sharing Contract) atau lebih dikenal dengan nama KPS (Kontraktor
Production Sharing). PSC yang beroperasi di Indonesia bertujuan untuk mengeksplorasi
area yang berpotensial terdapatnya minyak dan gas bumi, pengembangan area gas bumi,
proyek recovery wilayah dan eksplorasi perminyakan lepas pantai.
Adapun beberapa komponen dasar kontrak kerja Pertamina terhadap
beroperasinya PSC di Indonesia antara lain:
1. Pembagian bonus, meliputi bonus eksplorasi dan produksi.
2. Komitmen eksplorasi.
3. Pengembangan wilayah.
4. Investasi.
5. Biaya produksi minyak dan gas bumi.
Metodologi Geofisika Seismik pada Survei Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan penting dalam industri energi pada umumnya
dan khususnya Industri Perminyakan. Jadi, adalah jelas bahwa demi kelangsungan
peradaban manusia maka diperlukan minyak dan gas bumi secara terus-menerus dan
dengan demikian cadangan makin menciut sehingga dengan eksplorasi sajalah cadangan
akan bertambah atau setidak-tidaknya mampu dipertahankan eksistensinya.
Urutan eksplorasi minyak dan gas bumi dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan eksplorasi.
2. Operasi survei lapangan.
3. Penilaian dan prognosis proyek.
4. Pemboran eksplorasi.
5. Pengembangan dan revaluasi daerah.
Peranan geofisika, khususnya metode geofisika seismik, adalah sangat penting
pada tahap detail penentuan prospek untuk operasi survei lapangan. Pada survei detail,
metode seismik merupakan metode yang paling teliti dewasa ini dan telah melampaui
kemampuan geologi permukaan.
Metode seismik yang digunakan adalah seismik refleksi, dimana metode ini
adalah metode perambatan gelombang seismik yang dibangkitkan oleh sumber getar
buatan yang diletakkan di permukaan. Metode seismik refleksi memiliki keunggulan
bila dibandingkan dengan metode geofisika lainnya, misalnya : memiliki tingkat akurasi
dan resolusi yang tinggi serta tingkat penetrasi yang dalam. Metode ini secara luas
digunakan oleh Industri Perminyakan untuk menentukan prospek minyak dan gas bumi
berdasarkan informasi gelombang seismik pantulan.
Survei seismik eksplorasi didasarkan pada pengukuran waktu tempuh
gelombang seismik terpantul oleh lapisan diskontinyuitas batuan bawah permukaan.
Gelombang tersebut dibangkitkan oleh sumber getar buatan yang ditempatkan di
permukaan bumi dan untuk mendeteksi gelombang pantulan digunakan receiver berupa
geopon yang diletakkan di permukaan dengan asumsi garis lurus antara sumber getar
terhadap geopon (Telford, WM., 1996) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.

ISBN : 979-99735-1-1
A-4-3

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006

Gambar 1. Prinsip Dasar Metode Seismik

Dengan mempelajari waktu tempuh serta kecepatan gelombang seismik maka


dapat direkonstruksi sinar gelombangnya. Selanjutnya rekaman seismik tersebut
ditampilkan dalam bentuk penampang yang dikenal dengan nama penampang seismik
(Gambar 2) sehingga sifat fisis batuan bawah permukaan dapat dikenali atau
diinterpretasikan.

Gambar 2. Penampang Seismik

Survei seismik yang dilakukan oleh Industri Perminyakan bukanlah sekali saja
melainkan berkali-kali dan secara kontinyu meskipun pada daerah eksplorasi tersebut
telah dilakukan survei seismik sebelumnya. Biasanya daerah yang menjadi prospek
minyak dan gas bumi ditandai dengan gambar tertentu, misalnya pada gambar 2 adalah
tanda untuk sumur minyak dan gas bumi yang akan dieksploitasi. Adalah paradoks
sekali bahwa sampai saat ini cadangan minyak dan gas bumi bukannya menciut tetapi
bertambah meningkat berkat penggunaan teknologi seismik.
Potensi Minyak dan Gas Bumi Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi minyak dan gas bumi
terbesar di ASEAN, hal ini lebih dikarenakan posisi geografis Indonesia daripada
karena produksi (Koesoemadinata, RP., 1980). Dengan produksi lebih dari 1 juta barel
per hari menjadikan Indonesia sebagai negara yang penting bagi produksi minyak dan
gas bumi di wilayah Asia karena letaknya yang berdekatan dengan negara konsumen,
misalnya : Jepang. Bila dibandingkan dengan negara-negara produsen minyak dunia,

ISBN : 979-99735-1-1
A-4-4

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006

Indonesia menyumbangkan 2,5% dari produksi harian dunia yang telah mencapai angka
produksi lebih dari 40 juta barel per hari.
Salah satu keunggulan minyak bumi Indonesia adalah kadar belerang yang
rendah (< 1%) bila dibandingkan dengan negara Timur Tengah (2%) sehingga sangat
menguntungkan dunia yang semakin mencemaskan bahaya polusi udara.
Data IPA, 2005 (Gambar 3) memperlihatkan cekungan minyak dan gas bumi di
Indonesia yang terbagi menjadi 68 wilayah cekungan darat dan laut yang sangat
berpotensial untuk terdapatnya minyak dan gas bumi. Dengan teknologi seismik potensi
tersebut dapat dieksplorasi secara maksimal sehingga nantinya dapat ditemukan
cadangan baru minyak dan gas bumi.
96 E

100 E

104 E

108 E

112 E

116 E

120 E

124 E

128 E

132 E

136 E

140 E

144 E

Mani la

THAILAND

TYPES OF BASINS

LIST OF BASINS

Bangkok

INTRACRATONIC

OCEANIC TRENCH*

PASSIVE MARGIN

FOREARC

ABORTED RIFT

INTRA-ARC

ISLAND ARC

CAMBODIA

OCEANIC AND
REMNANT OCEANIC

12 N
Pnom Pene

FOREDEEP
VIETNAM

FORELAND

PLATFORM

Ho Chiminth

PULL-APART

BACK-ARC

THRUST FOLD BELT

TRANSFORM MARGIN

SUSPENDED

SUTURES

outh

Chi n

18 NORTH WEST JAVA


19 NORTH EAST JAVA
20 FLORES
21 WEST NATUNA
22 EAST NATUNA
23 MELAWI
24 KETUNGAU
25 PEMBUANG
26 BARITO
27 ASEM ASEM & PASIR
28 PATERNOSTER
29 UPPER KUTEI
30 KUTEI
31 MUARA
32 NORTH EAST KALIMANTAN
33 CELEBES
34 NORTH MAKASSAR

1 NORTH SUMATRA
2 CENTRAL SUMATRA
3 OMBILIN
4 SOUTH SUMATRA
5 MEULABOH
6 NIAS
7 MENTAWAI
8 SUNDA STRAIT
9 SOUTH WEST JAVA
10 SOUTH JAVA
11 SOUTH BALI-LOMBOK
12 SOUTH CENTRAL JAVA
13 SOUTH EAST JAVA
14 SUNDA
15 ASRI
VERA
a16
Sea
17 BILLITON

35 SOUTH MAKASSAR
36 LARIANG
37 SPERMONDE
38 SALAYAR
39 SENGKANG
40 BONE
41 GORONTALO
42 SOUTH MINAHASA
43 NORTH MINAHASA
44 BANGGAI-SULA
45 SALABANGKA
46 MANUI
47 BUTON
48 BANDA
49 SAVU
50 TIMOR
Palawan
51 TANIMBAR-KAIS

Mi ndor o

INDONESIA BASINS

52 WEBER
53 SERAM (BULA)
54 NE HALMAHERA (KAU BAY)
55 EAST HALMAHERA (BULI BAY)
56 SE HALMHERA (WEDA BAY)
57 ARAFURA
Samar
58 ARU
59 AKIMEUGAH
60 CENTRAL IRIAN JAYA
Panay
61 LENGGURU
62 BINTUNI
63 TELUK BERAU-AJUMARU
64 MISOOL-ONIN
65 SALAWATI
66 WAIPOGA-WAROPEN

PHILIPPINES

PACIFIC
OCEAN

Negros

This dis tribution of basin in Indone sia is not an official docum ent. This m ap has be en prepared and modified
from the previous PERTAMINA/BEICEP 1982 and 1985 non exclusive studies.

08 N
Mi ndan ao

D
AN

TH
AIL
AN
MA
LAYS D
IA

AIL
TH

TH
AI
DO LA
NE ND
SIA

IN

Sandakan

1
M

22

a
la

Banda Aceh

BRUNEI

SABAH

Lhokseumawe

c
S

a
a

tr

PHILIPPINES
INDONESIA

Natuna

M
IN ALA
D
O Y
N S
ES IA
IA

Kualalumpur

SA

RA

Morotai

32

Sulawesi

31

24
Samarinda

30

34

K
a
ri

Palangkaraya

m
a

25

ta
S

Bang ka

26

Plaju

14

Bengkulu

Waigeo

27

56
44

Ujungpandang

Banda

Bali

Pasuruhan

13

Bali
Denpasar

Sea

Flores

Sea

Wetar

Dili

49

Timor

Sea

Sumba

Kupang

O C E A N

Timor

PAPUA NEW
GUNEA

Kobr oor

Trangan

57
A r af u r a

S ea
Yos Sudarso

Alor
Flores
Sumbawa

Sawu

I N D I A N

Wakem

58

Lombok

11

59

Kai

51

ar

20

Mata ram

10

52

48

Surabaya

Yogyakarta

Sea

40

Madu ra

Semarang

12

08 S

I R I A N J A YA

Buton

47

39

38

J AVA

61

60

37

19
Cirebon

Bandung

Buru

35

Sea

Jakarta

Jayapura

53 64

Seram

46

28

66

Cendrawasih Bay

62

Sea

Ambon
Kendari

16

18

Yape n

63

Misool

Seram

Lampung

Enggano

Biak

65

Obi

Mangole
Talibu

45

17
J a va

Bacan

Banggai

Laut

15

Sea

Palu

36 SULAWESI

Banjarmasin

it

4
7

04 S

Beli tung

tr

Palembang

Pagai

Sea

55
M aluku

Tan

KALIMANTAN
Jambi

Sakakemang
Block

Sipura

Halmahera

41

ka

Mahakam
Total

Ma

AT

23

ar

29

ss

Pontianak

Singkep

Siberut

54

St

SU

Tana Batu

HALMAHERA
Mana do

it

Bintan

Pekanbaru

Padang

00

43

Sea

42

Kucing

Sea

INDONESIA

Sea

Batam

PAPUA NEW GUINEA

SIA
INDONE IA
AYS
MAL

Natuna

SINGAPORE

AK

imb

IA

Toba Lake
Simeule

Nias

33

Anambas

ra

Meda n

Brunei Darusalam

LA

it

04 N

21

INDONESIA
AUSTRALIA

50

12 S

AUSTRALIA
KILOMETERS
0

500

AUSTRALIA

16 S

Gambar 3. Cekungan Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IPA, 2005)

KESIMPULAN
1. Dari data cekungan minyak dan gas bumi di Indonesia ternyata sebagian besar
cadangan minyak dan gas bumi Indoensia berada di kawasan laut (offshore)
sehingga pada masa yang akan datang arah survei seismik harus berubah dari darat
(onshore) menuju laut (offshore).
2. Survei geoseismik harus disinergikan dengan survei geoteknik lainnya (geodesi,
geologi, rekayasa sipil, dll) agar data yang lebih cermat dapat dikorelasi untuk
memberikan informasi database eksplorasi yang lebih detail dan komprehensif guna
keperluan pencarian sumber-sumber energi baru.

DAFTAR PUSTAKA
Koesoemadinata, RP, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi Kedua, ITB Bandung 1980.
Telford WM., et.al, Applied Geophysics Second Edition, Cambridge Univ. Press, United
Kingdom, 1996.

ISBN : 979-99735-1-1
A-4-5

Vous aimerez peut-être aussi