Vous êtes sur la page 1sur 39

Skenario A Blok 17 Reproductive System

Mrs. Y, 37 years old, from middle income family come to doctor (public health
centre) with chief complain vaginal bleeding. The mother also complains
abdominal cramping. She also missed her period for about 8 weeks. The mother
also feels nauseous, sometimes have vomiting and breast tenderness. Since 1 year
ago she complain about vaginal discharge with smelly odor and sometime
accompanied by vulvar itchy. She already have 2 children before and the youngest
child is 6 years old. Her husband is a truck driver.
You act as the doctor in public health centre and anlayse this case.
In the examination findings:
Height=155cm; weight 50 kg; Blood preassure=120/80 mmHG; Pulse=80x/m;
RR=20x/m
Palpebral conjunctival looked normal, hyperpigmented breasts
External examination:
Abdomen flat and souffle, symmetric, uterine fundal not paplable, there is no
mass, no pain tenderness and no free fluid sign.
Internal Examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come out from
external os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical motion
tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium
within normal limit.
Hb 11 g/dL; WBC 16.000/mm3 ; ESR 15 mm/hour Peripheral Blood Image: WNL
Urine: Pregnancy test (HCG) positive

Term Clarification:
1. Vaginal Bleeding: Pendarahan pada struktur selubung yang
menghubungkan vulva ke cervix.
2. Vulvar Itchy : Rasa gatal yang terjadi pada daerah sekitar vulva.
3. Portio Livide : Bintik kebiruan pada portiotanda suatu kehamilan.
4. Abdominal cramp : Kontraksi muskular spasmodik yang nyeri pada daerah
abdomen.
5. Breast tenderness : Keadaan sensitifitas yang tidak biasa terhadap
sentuhan atau tekanan pada daerah dada.
6. Vaginal Discharge : Suatu eksresi atau substansi yang dikeluarkan melalui
vagina.
7. Adnexa : tambahan atau struktur ekstra dari suatu organ
8. Polip : Setiap pertumbuhan atau masa yang menonjol dari membran
mukosa.
9. Hyperpigmented Breast : Perubahan warna pada payudara yang terlihat
lebih mencolok dari sekitarnya.
10. Parametrium : Perluasan selubung subserosa bagian supraservikal uterus
ke lateral di antara lapisan ligamentum cardinale.
11. Abdomen souffle : Abdomen yang datar dan lemas, tidak ada penegangan.
12. HCG : Hormon yang dihasilkan oleh sel tropoblast sincytial yang bisa
digunakan sebagai penanda kehamilan
13. G3P2A0 : Kehamilan ke-3, Partus ke-2, Abortus tidak ada

Identifikasi Masalah:
1. Ny. Y, 37 tahun, datang ke puskesmas, dengan keluhan utama pendarahan
pada vagina.
2. Keluhan tambahan:
a. Abdominal cramping
b. Tidak mengalami menstruasi selama 8 minggu
c. Mual dan Muntah
d. Breast tenderness
3. Sejak 1 tahun yang lalu terdapat vaginal discharge yang berbau menyengat
dan gatal.

4. Ny. Y berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah, telah memiliki


dua anak, dan yang paling kecil berusia 6 tahun, dan suaminya bekerja
sebagai seorang supir truk.
5. In the examination findings:
Height=155cm; weight 50 kg; Blood preassure=120/80 mmHG;
Pulse=80x/m; RR=20x/m
Palpebral conjunctival looked normal, hyperpigmented breasts
External examination:
Abdomen flat and souffle, symmetric, uterine fundal not paplable, there is
no mass, no pain tenderness and no free fluid sign.
Internal Examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come
out from external os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical
motion tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and
parametrium within normal limit.
Hb 11 g/dL; WBC 16.000/mm3 ; ESR 15 mm/hour Peripheral Blood
Image: WNL
Urine: Pregnancy test (HCG) positive

Analisis Masalah:
1. Bagaimana hubungan usia, sosial ekonomi, pekerjaan suami dengan status
gynecologist dan keadaan yang dialami Ny. Y?
Jawab:
Status ekonomi menengah kebawah berhubungan erat dengan
kurangnya pendidikan ibu dan juga kurang memungkinkan untuk

mendapatkan gizi yang baik.


Suami dengan pekerjaan sebagai supir truk memiliki risiko terkena
penyakit menular seksual (PMS), dengan cara melakukan
hubungan seksual dengan WIL yang memiliki riwayat vaginosis
bacterialis (PMS) sehingga suaminya ini menularkan penyakit ini
ke isterinya saat melakukan hubungan seksual. Salah satu keluhan
yang dialami Ny. Y adalah adanya vaginal discharge yang berbau
dan gatal, dapat dinyatakan sebagai adanya infeksi yang

disebabkan oleh PMS.


Usia 37 tahun hamil pada usia > 35 tahun merupakan kehamilan

yang berisiko tinggi


G3P2A0 kehamilan sekarang adalah kehamilan yang ketiga
bagi ibu ini, sudah memiliki 2 anak, Tidak ada riwayat abortus

genetik maupun autoimun.


Jarak kehamilan 6 tahun Jarak kehamilan yg lama berhubungan
dengan faktor risiko abortus

2. Apa saja kemungkinan penyebab dari vaginal bleeding? Dan apa


kaitannya dengan kasus ini?
Jawab:
Pada kehamilan muda atau < 20 minggu, vaginal bleeding sering dikaitkan
dengan
a. Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dengan batasan usia kehamilan < 20 minggu atau berat
janin < 500 gr.
b. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan yang tumbuh atau berimplantasi di luar endometrium
kavum uteri
4

c. Mola hidatidosa
Kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
hidropobik
Pada kehamilan > 20 minggu, vaginal bleeding sering dikaitkan dengan :
a. Plasenta previa
b. Solution previa
c. Vasa previa
Mekanisme vaginal bleeding pada kasus Ny.Y pada usia kehamilan < 20
minggu seringkali disebabkan oleh faktor fetal. Pada umumnya kedua hal
tersebut bisa terjadi karena dua hal, yaitu :
a. Fetal tidak berkembang dengan baik
Gangguan implantasi
3. Apa saja penyebab dari:
a. Abdominal cramping
Jawab :
Kram pada abdomen
Kram merupakan nyeri yang hebat akibat spasme organ visera yang
berongga.
Etiologi :
kontraksi uterus
kehamilan Ektopik Terganggu
kurangnya asupan oksigen ke uterus
meningkatnya hormon progesteron dan relaxin (fisiologis pada
kehamilan)
Patofisiologi:
Infeksi transmisi ke plasenta inflamasi di villi chorion
pelepasan sitokin nekrosis hasil konsepsi bisa terlepas dari tempat
implantasi embrio dianggap sbg benda asing uterus berkontraksi
untuk mengeluarkannya dari cavum uteri konstriksi pembuluh
darah myometrium (a.radialis) iskemik nyeri hebat (kram).

b. Tidak mendapat menstruasi selama 8 minggu

Jawab:
Tidak mengalami mens, dapat digolongkan ke dalam amenorrea,
amenorrea sekunder dapat disebabkan karena kehamilan (apalagi dari
pemeriksaan PT didapatkan betaHCG positif)
c. Mual dan Muntah
Jawab:
Penyebab :
Diduga pada kasus ibu ini sedang hamil. Hal ini menyebabkan kadar
estrogen dan HCG meningkat dan hal inilah yang menjadi penyebab ia
mengalami mual dan muntah.

Nausea dan vomiting


Perubahan fisik selama

kehamilan

dipercaya

menyebabkan

overstimulasi pada kontrol neurologis mual dan muntah yang berada


di batang otak. Perubahan fisik tersebut antara lain :
Peningkatan hormon HCG dan estrogen dalam darah pada

trimester pertama,
Peregangan pada otot uterus, menekan lambung (mencetuskan
perasaan penuh) dan usus (yang menyebabkan pencernaan

kurang efisien)
Relaksasi relatif

menyebabkan pencernaan kurang efisien)


Peningkatan asam lambung yang disebabkan lambung kosong

pada

otot

saluran

pencernaan

(yang

atau makan makanan yang salah.


Dampak muntah :

Menyebabkan ketegangan pada otot abdomen dan rasa sakit,


Namun mekanisme fisik muntah tidak berbahaya pada fetus.
Fetus terlindung secara sempurna dalam kantong yang
berisi cairan amnion.
yang berkepanjangan

Muntah

menyebabkan

dehidrasi

dan

kehilangan berat badan ibu hamil yang menyebabkan deprivasi


7

nutrisi pada fetus dan meningkatnya resiko berat badan bayi lahir
rendah.
d. Breast Tenderness
Jawab:
Breast tenderness
Breast tenderness merupakan rasa sakit, bengkak, dan nyeri yang
dirasakan pada payudara akibat peningkatan sensitivitas payudara,
biasanya timbul pada minggu keenam dan kedelapan kehamilan.
Etiologi : etiologi pada kasus ini adalah perubahan jaringan pada
payudara akibat kehamilan.
Patofisiologi:
Kehamilan perubahan hormonal estrogen dan progesterone
estrogen menyebabkan perkembangan duktus payudara dan
progesterone menyebabkan perkembangan lobules payudara
menyebabkan pembesaran payudara dan aliran darah ke payudara
sensitivitas payudara breast tenderness

4. Apa hubungan dari keluhan tambahan dengan keluhan utama yang dialami
Ny. Y? (mekanisme)
8

Jawab:
Kadar hormon HCG dan esterogen yang meningkat drastis pada
trimester pertama akan memicu bagian otak yang mengontrol mual dan
muntah. Selain itu, saluran cerna juga menjadi terdesak karena
memberi ruang untuk janin tumbuh. Akibatnya terjadi refluks asam
(keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja
lebih lambat menyerap makanan, sehingga menyebabkan mual dan
muntah.
Payudara kencang, pengaruh dari peningkatan hormon esterogen pada
ductus mammae, dan hormon progresteron pada alveoli.
5. Bagaimana hubungan riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan yang
dialami Ny. Y sekarang?
Jawab:
Vaginal discharge yang dialami ibu Y selama 1 tahun terakhir
mengindikaikan bahwa ibu terkena infeksi dibagian genitalnya infeksi
inilah yang mungkin memjadi penyebab abortus pada kasus ini
6. Apa saja yang dapat menyebabkan adanya vaginal discharge yang berbau
menyengat dan gatal?
Jawab:
Infeksi vagina oleh jamur (Candida albicans) atau parasit (Tricomonas)

Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis,


trikomonas, dan candidiasis. Bakterial vaginosis merupakan
gangguan vagina yang sering terjadi ditandai dengan keputihan dan
bau tak sdap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun,
bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan pH vagina
meningkat.

b. Faktor Hygiene yang jelek

Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan


timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban vagina

yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah


menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (Antibiotik, Kortikosteroid, dan Pil KB) dalam
waktu lama.

Karena pemakaian obat- obatan khususnya anti biotik yang terlalu


lama dapat menimbulkan sistem imuitas dalam tubuh. Sedangkan
penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan hormonal wanita.
Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul
keputihan.

d. Stress

Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor


otak mengalami stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami
perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya
keputihan.

Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang


dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti
tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang
berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti
tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena
keputihan, seorang ibu bahkan bisa kehilangan bayinya.

7. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan umum?


Jawab:
Kasus

Nilai Normal

Interpretasi

Tinggi badan

155 cm

BMI = 20,83

Normal

Berat badan

50 kg

Tekanan darah

120/80 mmHg

120/80 mmHg

Normal

Frekuensi nadi

80x/menit

60-100x/menit

Normal
10

Frekuensi napas

20x/menit

16-24 x/menit

Normal

Konjunctiva

Normal

Normal

Normal

hiperpigmentasi

Tanda

palpebra
payudara

kehamilan
Mekanisme hiperpigmentasi payudara
Kehamilan hormone kortikosteroid (estrogen dan progesterone)
merangsang melanosit peningkatan produksi melanin deposit
pigmen yang berlebihan di daerah areola mammae hiperpigmentasi
payudara
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan internal?
Jawab:
Speculum examination
Portio livide

Tanda chardwick = Peningkatan


vaskularisasi
warna
unggu

yang menimbulkan

kebiruan

pada

mukosa

vagina, vulva dan serviks akibat


meningkatnya hormon estrogen.
(tanda kehamilan)
External os terbuka dengan darah Terjadinya
yang keluar dari eksternal os

dilatasi serviks yang

menunjukkan
Terdapat

tanda

darah

kehamilan.
menunjukkan

terjadinya abortus.
Tidak ada erosi, tidak ada laserasi, Normal
tidak ada polip
Bimanual examination

11

Interpretasi
Serviks soft

Menunjukkan adanya kehamilan

External os terbuka

Dilatasi servik menunjukkan


terjadinya abortus

No cervical motion tenderness

Normal, tidak ada peradangan atau


kelainan di adnexa

Ukuran uteri 8 minggu

Kehamilan dengan usia 8 minggu

Adnexa dan parametrium normal

Normal (menyingkirkan DD : KET)

9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan external?


Jawab:
Kasus

interpretasi

Abdomen flat dan souffle

Tidak ada massa, cairan di


rongga abdomen

simetris
Fundus uteri tidak teraba

Kehamilan masih muda,


sehingga belum cukup
besar untuk teraba dan juga
telah terjadi aborsi

Tidak ada nyeri tekan dan

Normal

massa abdomen
Tidak ada tanda cairan

Tidak ada ascites

10. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan laboratorium?


Jawab:

Hemoglobin
WBC

KASUS

Nilai Normal

Interpretasi

11g/dl

11-14 g/dl

Normal

16.000/mm3

5000-

Leukositosis

10000/mm3
ESR

15 mm/hour

Westergreen 0-

Normal
12

20mm/jam
Wintrobe 0-15
mm/jam
Darah tepi

Dalam batas

Normal

Normal

normal
HCG

Tanda kehamilan

11. Apa diagnosis differential kasus ini?


Jawab:

Perdarahan
pervaginam

Abortus

Abortus

Abortus

Kehamilan

Mola

inkomplit

insipiens

komplit

ektopik

hidatidosa

infeksiosa
+
+
(sedang (sedang-

+
(sedikit)

+
(sedikit)

+
(sedikit-

banyak
berbau)
+
+
+

Demam
Kram perut
Tanda-tanda

& banyak)
+
+

banyak)
+/+

?
+
+

kehamilan
(amenorea,
muntah,

berlebihan)

mamae
+
+
+
+
+
Lebih kecil Sesuai usia Lebih kecil Sedikit

+
Lunak

dari

lebih

usia gestasi

gestasi
Portio livide
OUE terbuka

&

muntah

mual,

tegang)
Abdomen simetris
Nyeri tekan
Ukuran uterus

?
+
+
(mual

+
+

Nyeri goyang serviks Adneksa


& Normal

dari

usia membesar

gestasi

dari normal

dari

+
+

+
Terbuka/

+
Tetutup

gestasi
+
+

Normal

Tertutup
Normal

+
Terdapat

?
13

dan
besar
usia

parametrium

massa

Anemia

adneksa
+

Masih +

+
+

Tergantung

+/-

jumlah
Leukositosis
HCG

+
+

perdarahan
+

+
Meningkat 2x
lipat

12. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kasus ini?


Jawab:
USG transabdominal maupun transvaginal
- Menentuan adanya kehidupan janin atau tidak,
- Melihat gerakan dan denyut jantung janin
- Untuk mengethui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan
atau belum
- Menyingkirkan diagnosis adanya kehamilan ektopik atau tidak
- Mengetahui letak sumber perdarahan
Kultur mikroorganisme/pap smear untuk menentukan bakteri
penyeban infeksi
13. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan apa diagnosis kerja kasus ini?
Jawab:
Cara Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a) Gejala atau keluhan utama: Perdarahan pervaginam
b) Riwayat perjalanan penyakit :
1. Kram abdomen
2. Tidak haid selama 8 minggu
3. Mual muntah
4. Breast tenderness
5. 1 tahun yang lalu, Ny. Y, mengeluhkan adanya sekret
c)
d)
e)
f)

vagina yang berbau dan gatal pada vulva


Riwayat obstetrik: Kehamilan ketiga
Riwayat abortus: Riwayat penyakit terdahulu: Riwayat penyakit keluarga: tidak diketahui (informasi belum

lengkap)
g) Informasi tambahan: Suami Ny. Y, seorang supir truk
2. Pemeriksaan Fisik
14

1. Hyperpigmented breast
2. Speculum examination : portio livide, external os terbuka
dengan darah keluar dari external os
3. Bimanual examination : external os terbuka, ukuran uterus
sekitar 8 minggu kehamilan
4. Pemeriksaan darah : Hb 11 g/dL, WBC : 16.000/mm3
5. Urin : B hCG positif
3. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Analisis Darah
3. Kultur bakteri
4. Pap Smear
Diagnosis Kerja
Abortus Insipien
14. Apa etiologi dan faktor resiko kasus ini?
Jawab:
Ada beberapa penyebab abortus, di antaranya sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
a.
Kelainan kromosom
b.
Lingkungan kurang sempurna
c.
Pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta
3. Penyakit ibu
4. Kelainan traktus genitalis
Pada abortus habitualis, ada 3 golongan penyebab yaitu:
1.

Kelainan pada zigot

2.

Malfungsi endometrium
1.

Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam


pertum-buhan endometrium adalah:

3.

2.

Kelainan hormonal

3.

Gangguan nutrisi

4.

Penyakit infeksi

5.

Kelainan imunologi

6.

Faktor psikologis

Kelainan anatomik pada uterus

15

15. Bagaimana epidemiologi kasus ini?


Jawab:
Jumlah abortus yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya usia
gestasional, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan pada 2%
selepas 14 minggu. Berikut ini adalah table epidemiologi pada awal kehamilan:
No Variabel

Persentase

Abortus sewaktu konsepsi

50-70

Jumlah keseluruhan abortus secara klinis

25-30

Sebelum 6 minggu

18

6-9 minggu

Lebih dari 9 minggu

Lebih dari 14 minggu

Jumlah abortus pada primigravida usia dibawah 6-10


40 tahun

Jumlah abortus pada primigravida usia diatas 40 30-40


tahun

10

Abortus berulang

1-2

11

Abortus habitualis

25-30

12

Kehamilan ektopik per kelahiran hidup

13

Mola Hidatidosa Complete

0,1

Campbell, Monga. International Students Edition, Gynaecology by Ten Teacher.


18th

16. Bagaimana patofisiologi kasus ini?


Jawab:
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks
ovum. Granula korteks didalam ovum atau oosit sekunder berfusi dengan
membrane plasma sel, sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan
16

secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona


pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak
dapat ditembus oleh spermatozoa lain.
Kedua pronukleus saling mendekati membentuk zygot yang terdiri dari
bahan genetik perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom
yaitu 44 kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan
zygot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung
banyak zat asam amino dan enzim. Dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel
yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium morula dimana
sebelumnya telah terjadi pembelahan-pembelahan yang di peroleh dari vitelus,
hingga volume vitelus ini makin berkurang yang akhirnya terisi seluruhnya oleh
morula.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula
yang disebut blastokista dimana bagian luarnya adalah jaringan tropoblas dan
dibagian dalamnya disebut massa sel dalam (inner cell mass) pada satu kutub.
Blastokista itu sendiri tertanam diantara jaringan sel epitel dari mukosa uterus
pada hari ke 6-7 setelah ovulasi. Kemudian terjadi diferensiasi menjadi masa
sinsitial. Pada hari ke-8, trofoblas berdiferensiasi menjadi lapisan luar (outer
multinucleated sintitiotrofoblast) dan membentuk lapisan dalam (primitive
mononuclear sytotrofoblast). Kemudian massa sinsitial berpenetrasi diantara sel
epitel dan akan segera menyebar ke stroma. Pada hari ke-9 vakuola atau lakuna
muncul pada sinsitial dan akan segera membesar kemudian akan segera menyatu.
Pembentukan dari sirkulasi uteroplasenta yang potensial terjadi ketika kapiler
vena ibu bersentuhan dengan sinsitial maka darah akan dapat lewat melalui sistem
lakuna. Lakuna akan menjadi daerah intervilus dari plasenta. Pada hari 12-13
setelah fertilisasi, blastokista sudah sepenuhnya melekat pada stroma desidua
sehingga epitel dari permukaan uterus akan terus tumbuh. Hal ini menandakan
bahwasanya tahap awal dari implantasi akan disertai dengan sedikit nekrosis dari

17

jaringan atau reaksi inflamasi dari jaringan mukosa. Setelah fase inisial nidasi,
diferensiasi dari trofoblas dapat terjadi pada dua jalur utama yaitu villous dan
ekstra villous. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kedua jenis dari jalur
diferensiasi yang dipisahkan oleh kedua fungsi dari kedua trofoblas ini dan tipe
dari sel maternal, dimana masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Villus
trofoblas sepenuhnya menutupi seluruh villi chorialis plasenta dan berfungsi
untuk transportasi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Dalam 2 minggu
perkembangan konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh
darah endometrium, kemudian terbentuk sinus intertrofoblastik yang merupakan
ruangan yang berisi darah maternal. Sirkulasi darah janin ini berakhir dilengkung
kapiler ( capillary loops ) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi
dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui
vena uterina. Vili korialis akan tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu
plasenta. Hasil konsepsi diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili
korialis dan berpangkal pada korion. Korion ini terbentuk oleh karena adanya
chorionic membrane. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua
basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, korion tersebut dinamakan
korion frondosum. Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh
darah janin dan lapisan korion.
Didapati bahwa trombosis dari pembuluh darah uteroplasenta akan
menyebabkan perfusi ke plasenta terganggu. Kegagalan pada endovaskular dan
interstisial dari diferensiasi extravillus trofoblas akan menyebabkan abortus pada
awal kehamilan. Pada kasus lain dari abortus spontan pada awal kehamilan,
sinsitial extravillous trofoblas tidak mencapai arteri spiralis. Hal ini menyebabkan
arteri tidak berpulsasi dan suplai darah yang melalui arteri spiralis tidak akan
adekuat sampai akhir kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terjadinya
abortus spontan.

17. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?


Jawab:

18

Penanganan Awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:

Keadaan umum pasien


Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 kali per menit)


Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut
bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan

kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu


Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau
pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang

porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)


Tentukan melalui evaluasi medik

apakah

pasien

dapat

ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah


dilakukan stabilisasi)
Penanganan Spesifik Abortus Insipiens

Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi.


Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan
peralatan aspirasi vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin
dikeluarkan. Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan

prosedur dilatasi dan kuretase (D & K).


Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia
gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan

dengan:
Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat

diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan
dengan AVM atau prosedur dilatasi dan kuretase (hati-hati resiko
perforasi).

18. Bagaimana prognosis kasus ini?


19

Jawab:
Prognosis Ibu:
Vitam
: Bonam
Functionam : Dubia ad bonam
Prognosis fetus:
Vitam : Malam
19. Bagaimana komplikasi kasus ini?
Jawab:
a. Anemi oleh karena perdarahaan
b. Perforasi karena tindakan kuret
c. Infeksi
d. Syok pendaran atau syok endoseptik
20. Bagaimana preventif kasus ini?
Jawab:
Mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus
Pemeriksaan terhadap suami-istri
Harus lebih banyak istirahat pada penderita abortus habitualis
Jangan bersenggama pada hamil muda
Perbanyak makanan bergizi
Batasi pemakaian obat-obatan
21. Apa KDU kasus ini?
Jawab:

Kompetensi 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan

tambahan

yang

diminta

oleh

dokter

(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter


dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke
spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

Hipotesis
20

Ny. Y, 37 tahun, G3P2A0, mengalami abortus insipien et causa infeksi dan


advance maternal age.

21

Kerangka Konsep
Pekerjaan Suami
sebagai supir truk
STD (Sexual
Transmitted
disease)

Ny. Y, 37 tahun,
G3P2A0
Usia anak terakhir 6
tahun

Vulvar Itchy,
vaginal discharge
with smelly odor

Tidak mendapat Haid 8


minggu
Kehamilan

Mual dan Muntah


Breast Tenderness
Hiperpigmentasi
payudara

Infeksi Kronis
Usia >35 tahun
Jarak antara
kehamilan >5
tahun

Pendarahan Vagina

Abortus Spontan
Os ostium terbuka
Abortus Insipien

22

Sintesis
Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Uterus
Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang
terfertilisasi dan sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai
dilahirkan. Uterus terletak anterior terhadap rectum dan posterior terhadap urinary
bladder. Berbentuk seperti pear terbalik. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda tergantung usia dan pernah melahirkan atau belum. Ukuran uterus
pada wanita yang belum pernah hamil (nullipara) adalah panjang 7,5 cm, lebar 5
cm dan tebal 2,5 cm. Pada wanita yang sudah pernah hamil, ukuran uterus lebih
besar, sedangkan pada wanita yang sudah menopause, ukuran uterus lebih kecil
karena pengaruh hormon seks yang menurun.
Ukuran panjang uterus normalnya pada

Anak-anak

: 2-3 cm

Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan)

: 6-8 cm

Premultipara (wanita yang pernah melahirkan 1 kali)

: 7 cm

Multipara (wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1)

: 8-9 cm

Uterus terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu :


1.

Body (corpus), adalah bagian uterus (2/3 superior uterus) yang melebar,
terletak di antara kedua lembar ligmentum latum, tidak dapat digerakkan,
terdiri atas:
1.

Fundus, adalah bagian uterus yang berbentuk seperti kubah berada


di bagian superior dan tempat dimana terletaknya superior uterine
tube orifice.

2.

uterine cavity

3.

Isthmus, adalah bagian yang agk mengkerut/mengecil, letaknya


sedikit agak di cervix

2.

Cervix adalah bagian uterus (1/3 inferioruterus) yang lebih sempit


berbentuk seperti tabung yang dekat dengan vagina yang berisi cervical
canal, cervical canal yang menghadap ke luar disebut internal os (pars
23

supravaginalis cervicis), sedangkan cervical canal yang menghadap ke


luar disebut dengan external os (portio vaginalis cervicis).

Posisi normal uterus : antefleksio dan anteversio.


Macam-macam posisi uterus:
1.

Flexio

Flexi adalah sudut antara cervix uteri dan corpus uteri.


Menghadap anterior anteflexio
Menghadap posterior retroflexio
2.

Versio

Versi adalah sudut antara vagina dan cervix uteri.


Menghadap anterior anteversio
Menghadap posterior retroversio
Struktur Penyokong Uterus
1.

M. levator ani dan urogenital diaphragm

2.

Ovariant Ligament (lig. Ovarii proprium):

menghubungkan ujung

proksimal ovarium pada sudut lateral uterus, tepat di bawah tub uterine.
3.

Broad Ligament (lig. Latum uteri) : terisi oleh jaringan ikat longgar
(parametrium) tempat berjalannya arteri dan vena uteri, pembuluh lymph,
ureter. Fungsinya untuk menetapkan kedudukan uterus. Terletak disebelah
lateral uterus kanan kiri kemudian meluas dan melebar sampai mencapai
dinding lateral pelvis dan dasar pelvis seolah-olah menggantung pada tuba.
Broad ligament terdiri dari mesometrium (bagian utama yang melekat
pada uterus), mesosalpinx (terletak antara ovarium, ovarian ligament dan
tuba uterine), dan mesovarium (tempat ovarium melekat).

4.

Suspensory Ligament (lig. Infundibulo pelvicum) : terletak disebelah


lateral broad ligament, mengikat ovarium dan infundibulum ke bagian
lateral pelvic cavity sehingga menggantungkan uterus pada dinding pelvis.

24

5.

Round Ligament (lig. Teres uteri / lig. Retundum) : melekat pada bagian
bawah depan dari tempat masuknya tuba uterine ke dalam uterus dan akan
berjalan ke lateral depan. Fungsinya untuk mempertahankan uterus dalam
psisi anteversio dan antefleksio (normal) serta pada saat kehamilan akan
menahan uterus pada posisi tegak.

6.

Cardinal Ligament (lig. Transversum cervicis / lig. Cervical lateral) :


melekat pada cervix dan vagina atas (lateral part dari fornix vagina)
kemudian menuju ke dinding lateral pelvis.

7.

Uterosacral Ligament (lig. Sacrouterinum / lig. Recto uterinum) :


melekat pada os. Sacrum dan pada peralihan corpus menuju cervix.

8.

Pubocervical ligaments

Topografi
1.

Superior

: colon sigmoid, ileum

2.

Inferior

: vesica urinary, vagina

3.

Posterior

: rectum

4.

Lateral

: ureter, tuba uterine, ovarium

5.

Dextra

: ceacum, appendix

Vaskularisasi dan Venous drainage:


Uterina artery (cabang dari internal iliac artery) Arcuate artery Radial artery
Straight arterioles (supply stratum basalis) dan Spiral arteriola (supply stratum
functionalis) uterine veins internal iliac veins
Innervasi:

Terutama diinnervasi oleh sympathetic nerve splanchnic nerve

Visceral afferent nerve dari uterus dan ovarium bersama sympathetic fiber
ke T12, L1 dan L2

Innervasi Parasimpathetic: S2, S3, S4 pelvic splanchnic nerve uterus


dan vagina

Afferent (rasa sakit dari vagina dan uterus) pudendal nerve


25

Lymphatic drainage:

Lymph dari cervix nodus hypogastricus

Lymph dri corpus uterus nodus iliaca internal dan nodus limfticus
peraorta

Vaskularisasi uterus, vagina dan ovarium


Ovarium divaskularisasi oleh ovarian branches, yang merupakan cabang dari
ovarian artery. Ovarian artery sendiri merupakan cabang langsung dari abdominal
aorta, selain itu ovarian branches juga merupakan cabang dari uterine artery.
Sedangkan tuba uterina divaskularisasi oleh tubal branches yang merupakan
cabang dari ovarian artery dan uterine artery. Pada vagina divaskularisasi oleh
vaginal artery yang merupakan cabang dari uterine artery selain itu juga vagina
divaskularisasi oleh internal pudendal artery. Untuk uterus sendiri divaskularisasi
oleh uterine artery. Uterine artery sendiri berasal dari nternal iliac artery yang
merupakan percabangan dari common iliac artery. Common iliac artery sendiri
adalah percabangan langsung dari abdominal aorta. Pada uterus, uterine artery
bercabang menjadi dua, yaitu arcuate artery yang memvaskularisasi otot polos
sirkular

myometrium

dan

radial

artery

yang

memvaskularisasi

bagian

myometrium yang lebih dalam. Sebelum masuk ke endometrium, radial artery


bercabang menjadi dua, yaitu straight arteriols yang memvaskularisasi ke bagian
stratum basalis dan spiral arteriols yang memvaskularisasi ke bagian stratum
fungsionalis.
Sebagai drainasenya terdapat plexus vagina dari vagina, pampiniform plexus dari
ovarium dan plexus uterine dari uterus. Yang nantinya akan menyatu menjadi
vagina vein, pampiniform vein dan bersatu menjadi uterine vein.

Abortus
Definisi Abortus

26

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
Epidemiologi Abortus
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut, di mana
terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.
Dalam sebuah penelitian di RSUP Adam Malik Medan dari tahun 20052010, didapatkan kesimpulan bahwa dari total 53 wanita yang mengalami
abortus spontan, sebanyak 28 wanita (52,8%) berusia 21-34 tahun, 21
wanita (39,6%) berusia 35 tahun ke atas, dan 4 wanita (7,6%) berusia di
bawah 20 tahun.

Etiologi Abortus
Ada beberapa penyebab abortus, di antaranya sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
a.
Kelainan kromosom
b.
Lingkungan kurang sempurna
c.
Pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta
3. Penyakit ibu
4. Kelainan traktus genitalis
Pada abortus habitualis, ada 3 golongan penyebab yaitu:
1. Kelainan pada zigot
2. Malfungsi endometrium
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertum-buhan
endometrium adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Kelainan hormonal
Gangguan nutrisi
Penyakit infeksi
Kelainan imunologi
Faktor psikologis
27

3. Kelainan anatomik pada uterus


Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis, dengan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum
menjadi terlepas dan hal ini merangsang kontraksi uterus sehingga
menyebabkan ekspulsi. Jika kantung kehamilan dibuka, cairan biasanya
ditemukan di sekitar janin kecil yang mengalami maserasi, atau
kemungkinan lain adalah tidak adanya janin yang disebut dengan blighted
ovum.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin
telah mati lama (missed abortion).
Jenis-jenis Abortus
Abortus dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan. 6
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.
2. Abortus buatan
Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan. Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat
intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses
kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran,
aborsi, atau abortus provokatus.
3. Abortus terapeutik

28

Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas


indikasi medik. Indikasi abortus terapeutik adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
-

Indikasi sosial
Indikasi psikiatrik:
Neurosis berat
Psikosis
Indikasi medik:
Penyakit jantung berat, gagal jantung
Penyakit ginjal kronik berat, gagal ginjal
Penyakit maligna, terutama payudara atau serviks uteri
Indikasi fetus:
Infeksi virus
Penyakit hemolitik
Defek genetik
Defek kongenital yang tidak kompatibel dengan kehidupan
normal, misalnya anensefali, spina bifida.
Terdapat berbagai jenis abortus yang termasuk dalam kategori

abortus spontan, antara lain adalah:


1. Abortus imminens
Abortus

imminens

adalah

terjadinya

perdarahan

bercak

yang

menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam


kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
2. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah perdarahan ringan hingga sedang pada
kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum
uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan
akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda di mana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui
kanalis servikalis. Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
29

4.

Abortus komplit
Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan muda di mana
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri. 5 Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil.
Selain itu dikenal pula abortus servikalis, missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.

Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi, dan syok.
1.

Perdarahan
Hal ini dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

2.

3.
4.

waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi.
Infeksi
Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

Diagnosis
Evaluasi medik mencakup riwayat medik, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan panggul untuk menegakkan diagnosis dan penentuan
tindakan selanjutnya.

Riwayat Medik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan dengan Spekulum (Inspekulo)
Pemeriksaan Bimanual
30

Nilai Besar dan Posisi Uterus


a. Uterus Anteversi
b. Uterus Retroversi
c. Uterus Lateroposisi
Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian
dari:

Keadaan umum pasien


Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 kali per menit)


Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut
bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan

kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu

Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau


pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang
porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)

Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat


ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah
dilakukan stabilisasi)
2. Penanganan Spesifik
1.

Abortus Imminens
Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah

baring secara total


Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara

berlebihan atau melakukan hubungan seksual

Bila:
Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal terjadwal dan
penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
Perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin. Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau
mola).

31

Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan


hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologik.

2.

Abortus Insipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi.
Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan
peralatan aspirasi vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin
dikeluarkan. Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan

dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D & K).

Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau


usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan
pendahuluan dengan:
Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai
dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil
konsepsi.
Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat


dikeluarkan dengan AVM atau prosedur dilatasi dan kuretase (hatihati resiko perforasi).
3.

Abortus Inkomplit
Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi

setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).


Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital

atau cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan:


Bila perdarahan berhenti, beri Ergometrin 0.2 mg IM atau
Misoprostol 400 mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau dilatasi dan kuretase (pilihan tergantung dari usia
gestasi, pembukaan serviks, dan keberadaan bagian-bagian janin).

32

Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis

(Ampicillin 500 mg oral atau Doxycycline 100 mg).


Bila terjadi infeksi, beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazole 500

mg setiap 8 jam.

Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16


minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM.

Bila pasien tampak anemik, berikan Sulfas ferosus 600 mg per


hari selama 2 minggu (untuk anemia sedang) atau transfusi darah
(untuk anemia berat).
Oksitosin drip
Oksitosin drip diperlukan pada evakuasi sisa konsepsi pada
kasus abortus inkomplit trimester kedua. Dosis oksitosin untuk
tindakan ini dapat mencapai 200 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
infus dengan kecepatan 30-40 tetes per menit. Ini dilakukan untuk
membuat uterus berkontraksi dengan baik agar dapat mengeluarkan
sisa konsepsi dan membuat dinding uterus tebal dan kuat (mencegah
perforasi). Perhatikan timbulnya efek samping dari pemberian
oksitosin dosis tinggi ini. Sebagai pengganti, dapat diberikan
misoprostol 600 mg per oral. Setelah prosedur selesai, pantau tanda
vital pasien. Pantau tanda vital pasca tindakan hingga pasien
dianggap stabil.
Perawatan pasca tindakan
Pantau tanda vital mulai dari saat pasien masih berada di atas
meja tindakan. Berikan antibiotik sebagai upaya profilaksis,
terutama apabila ditemui tanda-tanda infeksi. Berikan penjelasan:
-

Hindarkan hubungan seksual atau memasukkan sesuatu ke dalam


vagina (tampon, bilasan) hingga perdarahan benar-benar berhenti

(5-7 hari).
Kesuburan dapat kembali dalam 2 minggu pasca keguguran
sehingga perlu dilakukan konseling tentang kemungkinan akan
33

terjadinya kehamilan atau tawaran menggunakan kontrasepsi bila


-

pasien belum ingin hamil.


Tempat kunjungan ulang atau fasilitas kesehatan yang dapat
memberikan pertolongan gawat darurat (bila diperlukan).
Kontrasepsi pasca keguguran
Bila usia kehamilan di bawah 12 minggu, setelah abortus
selesai, kesuburan akan kembali (paling cepat) dalam 11 hari. Pada
abortus spontan, umumnya mereka ingin untuk segera hamil
kembali. Bila tidak terdapat kelainan medik, maka keinginan
tersebut disalurkan ke bagian klinik infertilitas. Kecuali metode
alamiah, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh
pasien pasca keguguran.

4.

Abortus Komplit
Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1

tablet per hari untuk 3 hari.

Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas


ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging,
dan telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.

Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi


antibiotik, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik
profilaksis.
5.

Abortus Infeksiosa
Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis. Apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk

pasien ke Rumah Sakit.


Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang
dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika (misalnya:

Ampicillin 1 gr, Metronidazole 500 mg).


Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan
antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi
34

pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera


mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian
perforasi pada kondisi ini).
6. Missed Abortion
Missed abortion seharusnya ditangani di Rumah Sakit atas

pertimbangan:
Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga
prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan risiko perforasi

lebih tinggi.

Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup


sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12

jam.
Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang
berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.
Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Aspirasi vakum manual adalah serangkaian proses untuk
melepaskan dan mengeluarkan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi dan manipulasi instrumen ke
dalam kavum uteri. Pelepasan tersebut dilakukan dengan jalan
menghisap dengan tekanan vakum dan mengerok dinding kavum
uteri dengan kanula plastik yang mempunyai lubang di bagian
ujungnya. Tekanan vakum dihasilkan dari pengosongan udara di
dalam tabung (syringe) 60 ml dan tekanan tersebut disalurkan
melalui kanula (Karmanns cannula) dengan membuka katup
pengendali (valve).
Kuretase
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang
melekat pada dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan
memanipulasi instrumen (sendok kuret) ke dalam cavum uteri.
Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik
35

pengerokan secara sistematik. Kuretase diindikasikan pada abortus


inkomplit dan abortus septik.
Teknik Induksi Aborsi (Abortus Terapeutik)
Di banyak negara, induksi (terapeutik) aborsi kini dianggap
legal. Tujuan melegalkan abortus ini adalah:
-

Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial


dan ekonomi, mendapatkan abortus yang dilakukan tenaga
kesehatan profesional yang terlatih di dalam lingkungan higiene

yang baik, setelah konseling.


Mengurangi frekuensi abortus ilegal yang dilakukan dalam
lingkungan yang tidak higienis, yang sering disertai angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Sekuele Induksi Aborsi
Induksi aborsi yang dilakukan sebelum kehamilan minggu
ke-12 di klinik yang mempunyai fasilitas dan staf yang baik hanya
sedikit disertai komplikasi. Kurang dari 1% wanita mendapat
infeksi, dan angka mortalitasnya kurang dari 1 per 100.000 abortus.
Setelah kehamilan minggu ke-12, angka komplikasi meningkat
menjadi 3-5% dengan angka mortalitas 9-12 per 100.000. Tidak
terjadi penurunan fertilitas atau peningkatan risiko abortus spontan,
kelahiran preterm, atau kematian janin pada kehamilan berikutnya.
Pencegahan Abortus

Mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus

Pemeriksaan terhadap suami-istri

Harus lebih banyak istirahat pada penderita abortus


habitualis

Jangan bersenggama pada hamil muda

Perbanyak makanan bergizi


36

Batasi pemakaian obat-obatan

ABORTUS INSIPIEN

A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, yaitu sebelum usia kehamilan 28 minggu
dan sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
Abortus insipien adalah abortus yang sedang mengancam di mana telah
terjadi pendataran serviks dan osteum uteri telah membuka akan tetapi
hasil dari konsepsi masih berada di dalam kavum uteri.
Abortus insipien yaitu peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. (wiknjosastro, 2002 :305 )
B. Etiologi
1. Kelainan ovum
Menurut Hertig dan kawan-kawan, pertumbuhan abnormal dari fetus
sering menyebabkan abortus spontan, menurut penyelidikan mereka dari
1000 abortus spontan maka 48,9% disebabkan karena ovum yang
patologis. 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio dan 9,6%
disebabkan oleh plasenta yang abnormal. 6% diantaranya terdapat
degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang dikarenakan kelainan ovum
berkurang kemunngkinannya jika kehamilan lebih dari 1 bulan, artinya
makin muda kehamilan saat terjadinya abortus, makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum.
2. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
Anomaly kongital (hipoplasia uteri)
Kelainan letak dari uterus, seperti retrofleksi uteri fiksata
3.Gangguan sirkulasi plasenta
Di jumpai pada ibu yang menderita penyakit seperti hipertensi, nefritis
4.Penyakit-penyakit ibu, misalnya: penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan demam tinggi seperti tipoid, pneumonia
5. Antagonis rhesus
Yaitu pada antogonis rhesus darah ibu yang melalui plasenta merusak
darah fetus sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat
meninggalnya fetus
6.Rangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi, misal:
terkejut, ketakutan, obat-obatan dan lain-lain.
7. Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi dan
37

lain-lain.
C. Patologi
Pada permulaan terjadi pendarahan dalam desidua basalis diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian hasil konsepsi terlepas
karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi
dikeluarkan seluruhnya karena vili korealis belum menembus desidua
basalis terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk
agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian tertinggal karena itu
akan banyak terjadi pendarahan.
D. Tanda dan gejala
Perdarahan lebih banyak
Perut mules (sakit) lebih hebat dikarenakan kontraksi rahim kuat
Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan/ hasil konsepsi dapat diraba.
Gambaran klinik :
Apabila setelah abortus pendarahan makin banyak dan disertai rasa mules
yang semakin sering semakin kuat dan semakin dirasakan sakit disertai
dilatasi servik. Hasil konsepsi seluruhnya masih berada di dalam kavum
uteri. Dengan semakin kuatnya kontraksi uterus serviks terbuka dan
semakin banyak pendarahan dan pada suatu ketika hasil konsepsi
terdorong keluar dari kavum uteri.
E. Tindakan yang dilakukan pada abortus insipiens
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya di sertai dengan
perdarahan, dan pengosongan uterus memakai kuret vakum, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam, dan suntikan ergometrin 0,2 mg IM.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam dextrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
F. Komplikasi
Anemi oleh karena perdarahan
Perforasi karena tindakan kuret
38

Infeksi
Syok pendaran atau syok endoseptik
Resusitasi cairan hendaknya dilakukan terlebih dahulu dengan NACL atau
RL disusul dengan transfusi darah.
G. Hal-hal yang harus diperhatikan ibu hamil saat terjadi pendarahan pada
trimester I
Jika pendarahan sedikit, seperti bercak-bercak darah pada menstruasi,
maka dianjurkan untuk ibu hamil agar beristirahat tirah baring
Jika perdarahan semakin lama semakin banyak, maka lebih baik
periksakan segera ke rumah sakit.

39

Vous aimerez peut-être aussi