Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Skenario
Mrs. Rima, a 36-years old woman in her pregnancy delivered twin sons 24
hours ago. There wewre no significant antenatal complications. She had
been prescribed ferrous sulphate and folic acid during pregnancy as
anaemiaprophylaxis, and her last haemoglobin was 10.9 g/dl at 38 weeks.
The fetuses were within normal range for growth and liquor volume on
serialscan estimations. A vaginal delivery was planned and she went into
spontaneous labour at 38 weeks and 4 days. The labour had been
unremarkable and the midwife recorded both placentae as appearing
complete.
As this was a twin pregnancy, an intevenous canulla has been inserted
when labour established. The lochia has been heavily since delivery but
the womanis now bleeding very heavily and passing large clots of blood.
On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and
there is also approximately 500 mL of the blood clot on the bed.
The woman is conscious but drowsy and pale. Height= 155 cm, Weight=
50 Kg
In the examination findings:
The temperature is 35,9oC, blood pressure 100/60 mmHg, and heart rate
112/min. the peripheries feel cool. The uterus is palpable to the umbilicus
and feels soft. The abdomen is otherwise soft and non-tender. On vaginal
inspection there is a second-degree laceration of the perineum which has
been sutured but you are unable to assess further due to the presence of
profuse bleeding.
The midwife sent blood tests 30 min ago because she was concerned about
the blood loss at the time.
Haemoglobin: 7.2 g%
Mean cell volume: 99.0 fL
White cell count: 3.200/mm3
Platelets: 131.000/mm3
International normalized ratio (INR): 1.3
Activated partial thromboplastin time (APTT): 39
Sodium: 138 mEq/dL
Potassium: 3.5 mEq/dL
II.
Klarifikasi Istilah
1. Kehamilan kembar dua : Kehamilan dengan dua janin, berasal dari
satu ovum atau dua ovum.
2. Lochia : secret vagina yang berlangsung selama minggu 1 atau 2
setelah persalinan
3. Anemia : penurunan dibawah normal dalam jumlah eritrosit,
banyaknya hemoglobin atau volume sel darah merah dalam darah
4. Intravenous Cannula : pipa untuk dimasukkan ke dalam suatu
saluran atau rongga (vena)
5. Placenta : organ yang merupakan ciri khas mamalia pada saat
kehamilan, menghubungkan ibu dan anaknya, mengadakan sekresi
endokrin dan pertukaran selektif substansi yang dapat larut, serta
terbawa darah melalui lapisan rahim dan bagian trofoblast yang
mengandung pembuluh-pembuluh darah
6. Spontaneous labour : kelahiran tanpa adanya intervensi dari orang
lain.
7. Laserasi pada perineum derajat dua : Robekan mengenai selaput
lender vagina & otot perineum transversalis tetapi tidak mengenai
sphingter ani.
8. INR : Perbandingan waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku
dengan waktu rata-rata darah membeku pada orang normal
9. Profuse bleeding : Perdarahan yang banyak.
10. APTT : digunakan untuk menilai faktor instrinsik
11. Liquor volume : Cairan amnion, cairan yang terdapat dalam
kantung amnion(amniotic sac).
12. Ferrous Sulfate : Besi (II) sulfate or ferrous sulfate adalah senyawa
kimia dengan formula FeSO4. Biasanya digunakan untuk
mengobati anemia defisiensi besi.
13. Asam folat : Vitamin B9 larut dalam air. Kekurangan zat ini pada
awal kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan.
III.
Identifikasi Masalah
1. Ny. Rima, 36 tahun G1P1A0, melahirkan anak laki-laki kembar
24 jam yang lalu.
Analisis Masalah
1. Apa dampak
primigravida,
36
tahun
dengan
postpartum
hemorrhage?
Primigravida merupakan faktor risiko terjadinya postpartum
hemorrhage e.c laserasi jalan lahir. Pada kasus ini, terjadi laserasi
derajat dua perineum, keadaan ini tidak terlalu signifikan untuk
mennyebabkan pasien jatuh kedalam keadaan umum yang buruk.
Umur 36 tahun secara tidak langsung dapat menyebabkan
postpartum hemorrhage. Umur 36 tahun meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan kembar. Kehamilan kembar ini dapat
menyebabkan postpartum hemorrhage.
2. Apa hubungan persalinan bayi kembar dengan PPH?
Kehamilan kembar menyebabkan terjadinya distensi uterus yang
berlebihan, bila hal ini berlangsung lama, hal ini akan
menyebabkan hilangnya kemampuan otot-otot uterus untuk
berkontaksi (atonia uteri). Hilangnya kontraksi otot-otot uterus ini
menyebabkan pembuluh darah uterus tidak terkompresi sehingga
perdarahan terus terjadi. Keadaan ini dikenal sebagai Postpartum
hemorrhage (PPH).
3. Apa saja yang dapat menyebabkan PPH?
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
- Hipotoni sampai atonia uteri
Akibat anestesi
Distensi berlebihan(Gemelli, anak besar, hidramnion)
Partus lama, partus kasep
Partus presipitatus/ partus terlalu cepat
Persalinan karena induksi oksitosin
Multiparitas
Korioamnionitis
Perna atonia sebelumnya
Sisa Plasenta
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
3. Gangguan koagulasi
Lokia
Rubra
Waktu
1-3 hari
Warna
Merah kehitaman
Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa
Sanguilent
3-7 hari
a
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/
kecoklatan
Alba
>14 hari
plasenta
Mengandung leukosit, selaput
Putih
berbaring
daripada
berdiri.
Total
jumlah
rata-rata
kembar
siam
cukup
besar.
Pasalnya
waktu
-Gestasional diabetes
Komplikasi Bayi :
-Kelainan letak
-Plasenta previa
-Solutio plasenta
-Ketuban pecah dini (KPD)
-Prematuritas
-Prolapsus tali pusat
-Pertumbuhan janin terhambat(PJT)
-Anomali congenital
-Morbilitas dan motalitas perinatal
8. Apa dampak perdarahan bagi ibu pada kasus?
Syok hipovolemik, jika tidak diatasi dengan cepat dapat
menyebabkan kematian ibu.
9. Apa tanda-tanda syok?
Sistem Kardiovaskuler
- Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya
pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan
tekanan darah.
- Nadi cepat dan halus.
- Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan,
karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan
1/3 dari volume sirkulasi darah.
- Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling
baik.
- CVP rendah.
Sistem Respirasi
- Pernapasan cepat dan dangkal.
Sistem saraf pusat
- Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan
darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi
gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan
ringan,
takikardi
minimal,
hipotensi
sedikit,
syntocinon.
Persiapan persalinan yang berpotensi komplikasi atau operasi,
misal persalinan kembar atau sungsang atau trial of scar
(percobaan persalinan pervaginam pada ibu yang pernah
melahirkan caesar)
Pemberian cairan dengan blok epidural
Komplikasi :
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh
akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler,
terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan
jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan
sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum
infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena,
terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat
dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah,
terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke
dalam pembuluh darah.
11. Apa interpretasi dan mekanisme keabnormalitasan pemeriksaan
fisik?
Pemeriksaan fisik
Nilai
Nilai normal
Interpretasi
TB
155 cm
BB
50 kg
Tekanan Darah
100/60 mmHg
101-120/61-80
Hipotensi
HR
112
60-100 x/menit
Takikardi
Temperatur
35,9
36,5-37,2
Hipotermi
Perifer
Terasa dingin
BMI= 20.8
Normal
(Ekstrimitas)
10
Uterus
Inspeksi vagina
Teraba setinggi
Teraba dibawah
umbilicus dan
umbilicus dan
terasa lunak
teraba keras
Laserasi derajat
Atonia uteri
Robekan mengenai
selaput lender vagina
& otot perineum
transversalis tetapi
tidak mengenai
sphingter ani.
Mekanisme keabnormalan :
-Atonia uteri Pembuluh darah tempat plasenta tidak terkompresi
Perdarahan Volume intravascular tahan perifer
Hipotensi
-Atonia uteri Pembuluh darah tempat plasenta tidak terkompresi
Perdarahan Hb Perfusi Oksigen Respon sistem
kardiovaskular sebagai kompensasi Takikardi
-Atonia uteri Pembuluh darah tempat plasenta tidak terkompresi
Perdarahan Hb Perfusi Oksigen Vaskularisasi
diutama organ-organ penting disbanding perifer vasokontriksi
pembuluh darah perifer Hipotermi dan ekstrimitas dingin
Hasil
7,2 g/dl
99.0 fL
Nilai Normal
11-14 g/dl
80- 100 fl
Interpretasi
Anemia
Normal,
anemia
11
3.200/mm3
131.000/mm3
1.3
39
138 mEq/dL
3.5 mEq/dL
5.2 mmol/dL
64 mol/dL
normositik
Menurun
Trombositopenia
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Mekanisme keabnormalan :
Atonia uteri Pembuluh darah tempat plasenta tidak terkompresi
Perdarahan Eritrosit, wbc, platelet keluar Hb , WBC ,
Platelet .
dan lembek
Perdarahan segera setelah anak lahir
Syok
Bekukan
darah
DIAGNOSIS
KERJA
pada
menghambat
aliran
darah keluar
12
lahir
Uterus
keras
Plasenta lengkap
kontraksi
Pucat
Lemah
Menggigil
dan
Robekan jalan
lahir
Neurogenik syok
Pucat dan limbung
Inversio uteri
14. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan apa WD pada kasus ini?
Ditemukan perdarahan masih aktif, banyak, dan bergumpal setelah
bayi dan plasenta lahir. Terjadi perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah bayi lahir. Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Working diagnosis kasus ini adalah postpartum hemorrhage e.c
atonia uteria
15. Apa etiologi dan faktor risiko pada kasus ini? (4,5,6,7)
Etiologi :
1. Overdistention
uterus,
seperti
gemeli
makrosomia,
2.
3.
4.
5.
6.
13
3. Partus lama;
4. Grande multipara;
5. Penggunaan uterus relaxants (Magnesium sulfat);
6. Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia );
7. Perdarahan antepartum (Plasenta previa atau Solutio plasenta);
8. Riwayat perdarahan postpartum;
9. Obesitas;
10. Umur > 35 tahun;
11. Tindakan operasi dengan anestesi terlalu dalam.
15
takikardia.
Pemberian misoprostol 800-1.000 ug per-rektal.
Kompresi bimanual eksternal dan/atau internal.
Kompresi aorta abdominalis.
Pemasangan tampon kondom, kondom dalam cavum
uteri disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet
gelang dan diisi cairan infus 200 ml yang akan
mengurangi perdarahan dan menghindari tindakan
operatif.
Catatan: tindakan memasang tampon kasa uterovaginal tidak dianjurkan dan hanya bersifat temporer
16
17
tambahan
yang
diminta
oleh
18
Hipotesis
Ny. Rima, 36 tahun, G1P1A0, riwayat persalinan bayi kembar, mengalami
perdarahan pasca persalinan e.c atonia uteri.
VI.
Kerangka Konsep
Usia 36
tahun
Gemelli
Teraba
setinggi
umblikus
VII.
Ny.Rima, G1P1A0,
mengalami PPH
Atonia uteri
Perdarah
an
segera
Kontraksi
tidak ada
Syok
Hemorrhagi
c
Hipotensi
Takikardi
Ekstrimit
Sintesis
as dingin
I. PERDARAHAN POSTPARTUM (Postpartum Hemorrhage)
I. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
kelahiran.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
19
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
II. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
20
21
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
IV. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darahpembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
22
23
Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta
dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta
belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati
karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu
yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami
perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada
persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim
jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding
rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat
perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan
massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila
tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan
kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero
vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga
rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann
dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau
pengangkatan rahim.
Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus
lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu
regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar,
Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio
24
25
26
27
28
- Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika
Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi
perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi
uterus yang kuat.
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak
hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar
fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang
pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
29
VI. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak
berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen
uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan
penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan
yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri
yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut.
Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain
selain atoni uteri.
Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada
fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta
secara manual harus dilakukan.
30
31
pada
kehamilan
dengan
janin
ganda,
oleh
karena
itu
32
mempertimbangkan
kehamilan
ganda
sebagai
kehamilan
dengan
33
dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata
sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta
pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian
diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat
menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal
maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya
sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin
output maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan.
Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan
untuk
memberikan
perbaikan
bagi
ibu
dan
diharapkan
untuk
satu
janin
atau
keduanya
kemungkinan
terjadi.
36
5,6
%.
37
Derajat
pembatasan
pertumbuhan
dalam
kembar
dua
ultrasonografi
dilakukan
untuk
mengetahui
adanya
dilakukan
pemberian
kortikosteroid
diperlukan
untuk
39
kedua
seperti
biasa.
Apabila janin kedua letak lintang dengan denyut jantung janin dalam
keadaan baik, tindakan versi luar intrapartum merupakan pilihan. Setelah
bagian presentasi terfiksasi pada pintu atas panggul, selaput ketuban
dipecah selanjutnya dipimpin seperti biasanya. Bila janin kedua letak
lintang atau terjadi prolap tali pusat dan terjadi solusio plasenta tindakan
obsterik harus segera dilakukan, yaitu dengan dilakukan versi ekstraksi
pada letak lintang dan ekstraksi vakum atau forseps pada letak kepala.
Seksio sesarea dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolaps
tali pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar atau janin pertama
presentasi bokong dan janin kedua presentasi kepala, dikhawatirkan terjadi
interloking dalam perjalanan persalinannya. Sebaiknya pada pertolongan
persalinan kembar dipasang infus profilaksis untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partumnya. Pada kala empat
diberikan sintikan 10 unit sintosinon ditambah 0,2 mg methergin
intravena.
Kemungkinan lain pada persalinan kembar dengan usia kehamilan preterm
dengan janin pertama presentasi bokong adalah terjadinya aftercoming
head oleh karena pada janin prematur lingkar kepala jauh lebih besar
dibandingkan lingkar dada, disamping itu ukuran janin kecil sehingga
ektremitas dan tubuh janin dapat dilahirkan pada dilatasi servik yang
belum lengkap, prolapsus tali pusat juga sering terjadi pada persalinan
preterm. Apabila kemungkinan-kemungkinan ini dapat diprediksikan,
tindakan
seksio
sesarea
adalah
tindakan
yang
bijaksana.
40
Bayi 1
Cek presentasi
- Bila verteks lakukan pertolongan sama dengan presentasi
-
: adanya prolaps
Pecahkan ketuban.
Periksa djj.
41
VIII.
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri William Edisi 18.
Jakarta: EGC, 1995.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat, Eds: Hanifa
Wiknjosastro dkk. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012
3. Nelson GS, Birch C. Compression jahitans for uterine atony and
hemorrhage following Sesareaean delivery. Int J Gynecol Obstet
2006;92:248250.
4. Syok dan Penanggulangannya.Tempo. Maret 2001. Web. 12 Maret
2013.< http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/sek-1.htm/>
5. Postpartum Hemorrhage.Medscape reference. Desember 2012. Web.
12 Maret 2013.< http://emedicine.medscape.com/article/275038overview#showall/>
42