Vous êtes sur la page 1sur 12

ANTI DIABETES

I.

TUJUAN PERCOBAAN

Membuktikan efek hipoglikemia suatu bahan obat

Memahami mekanisme kerja obat penurun glukosa darah

Memahami gejala-gejala dasar farmakologi efek toksik obat penurun glukosa


darah.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan

pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun
apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi
daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin,
yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari
plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada
dalam sel. Di dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan
dalam sel sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh
kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan
meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu
glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control
(Soewolo, 2000).
Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap
mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah
setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke
dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila
kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak

berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula


darah meningkat di atas normal (Anonimous, 2011).
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel
otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen
dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan
adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Soewolo,
2000).
Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak
mencukupi untuk menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati.
Penolakan insulin pada sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin
pada otot mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati
mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan
insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2
(Lopulalan, 2008).
Glukagon merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan
derajad glukosa darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari
glukagon adalah hati. Glukagon mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa
(glikogenesis), mendorong pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino
tertentu (glukoneogenesis) dan mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah.
Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik (Soewolo, 2005).
Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam
mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi
bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting, karena glukosa merupakan bahan
bakar utama untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis
senyawa organik lainnya. Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan
glukosa darah pada konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/
100 mL pada manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin
dilepaskan dan bekerja menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun
dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Melalui umpan

balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif insulin dan
glukagon (Campbell, 2004).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi
insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat
penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah
normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah
140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun
kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung
naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi
oleh sel pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut maupun relatif (Herman,
1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). Kelainan metabolisme yang paling utama ialah
kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu
berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya
sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan
merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia,
kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai pada
infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan
kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ.

Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy,


neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).

Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus

1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)


Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah
yang digunakan untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan
hidup tanpa pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah
terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta () dari pulau-pulau Langerhans (Katzung,
2002).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya
serangan adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun
merupakan pengidap IDDM (Katzung, 2002).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan
dengan kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini
menunjukkan bahwa IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen
pasien dan dapat pula dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacammacam virus (Jones and Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).
2. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan
istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak memerlukan
pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20%

pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu mengontrol kadar glukosa
darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari
tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam
pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel
, tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma
(hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan
memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan
jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor,
yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk
insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang
mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel
pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu
makan. Sel-sel memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP)
intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel dan
metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP.
Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+
melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan insulin
(Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-

reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi
(misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas
tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang
menyebabkan efek insulin(Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental :
pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia.
Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat
dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin
(diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan secara intensif
karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak dapat
memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi
akut maupun kronis (Galaciaet.al, 2002).

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat :

Jarum suntik
Timbangan hewan
Stopwatch
Glucometer
Tissue
Pisau bedah

Bahan :
Mencit
NaCl Fisiologis
Insulin
Glibenclamid
Glukosa
IV.

PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan mencit lalu timbang berat badan mencit.
2. Hitung VAO obat yang akan diberikan pada mencit.

3. Diukur kadar glukosa puasanya dengan menggunakan Glukometer


pada mencit yang belum diberi perlakuan.
4. Berikan obat glibenclamid sebanyak 0,46 ml secara intra muscular.
5. Setelah selang 5 menit, berikan larutan glukosa 2mg/kgBB secara oral
setelah pemberian obat penurun glukosa darah.
6. Lakukanlah pengamatan kadar glukosa darah pada mencit di menit ke
15 dan 30 dengan cara memotong ekor mencit 1 cm keujung, lalu pijit
sampai darah keluar yang langsung diteteskan ke strip pengukur

V.

glukosa darah.
7. Tabelkan hasil,bahas dan tarik kesimpulan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

a) Tabel hasil pengamatan.

Waktu
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Dosis
Insulin 25 ui/ kgBB
Insulin 500 ui/kgBB
Insulin 100 ui/kgBB
Glibenclamid 1
mg/kgBB
Glibenclamid 2
mg/kgBB
Control

6.

Sebelum

15

30

51 mg/dl

45 mg/dl

69 mg/dl

39 mg/dl

58 mg/dl

213 mg/dl

42 mg/dl

30 mg/dl

120 mg/dl

96 mg/dl

55 mg/dl

151 mg/dl

115 mg/dl

perlakuan
160 mg/dl
96 mg/dl
93 mg / dl

Perhitungan VAO :
Diket :
Dosis : 2 mg/kgBB ; konsentrasi : 0,1 mg/ml ;
berat mencit : 23,01 gram ~ 0,023 kg/BB
VAO

BB X DOSIS
C

0,23 kg/ BB X 2 mg/kgBB


0,1 mg/ml
VAO

0,46 ml

Perhitungan kadar glukosa :


Diket :
VAO

C : 0,2 mg/ml
BB X DOSIS
=
C
0,23 kg/ BB X 2 mg/kgBB
0,2 mg/ml

VAO

0,23 ml

b) Pembahasan
Diabetes Militus

merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal


bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dalam
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari
110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya
diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi
160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut
akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk membuktikan efek
hipoglikemik dari obat obat penurun glukosa darah yang diberikan terhadap

hewan percobaan (mencit). Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu


dipuasakan untuk menghilangkan factor makanan. Walaupun demikian factor
variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga factor ini relative
dapat mempengaruhi hasil.
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat
glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil
glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang
reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan
dari alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip glukotest, masukka
strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada tempat
reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera pada layar
glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu dalam strip
terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip
maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
Pemberian obat penurun glukosa darah diberikan secara intra muscular hal ini
dikarenakan agar obat yang telah di berikan dapat langsung masuk kedalam
pembuluh darah dan tidak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memberukan aksi dibandingkan pemberiannya secara oral. Larutan glukosa yang
diberikan merupakan penginduksi dari kenaikan glukosa darah. Larutan ini
diberikan secara oral pada mencit. Pemberian obat yang lebih dahulu diberikan
disebabkan karena memberikan jeda waktu terhadap obat untuk dapat melakukan
serangkaian mekanismenya yang nantinya akan terespon apabila penginduksi gula
darah diberikan. Pada percobaan kali ini, glibenclamid dan insulin merupakan
contoh obat yang digunakan pada praktikum anti diabetes. Mekanisme kerja
glibenclamid adalah Merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel langerhans
pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada
membran sel sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini
akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan

masuk sel- merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi
insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida C. Kecauli itu sulfonilurea
dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Berdasarkan hasil pengamatan maka terjadi penurunan glukosa dalam darah
pada mencit. Hal ini berdasarkan pengamatan yang dilihat pada menit ke 30
dimana glukosa dalam darah pada mencit mengslsmi prnurunsn yaitu dari 120
mg/dl hingga 96 mg/dl. Penurunan ini terjadi karena obat glibenclamid telah
memberikan aksi dari obat tersebut yaitu menurunkan glukosa dalam darah
menjadi normal kembali. Karena seperti yang telah diketahui bahwa Kadar
glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Sehingga
glibenclamid mampu menormalkan keadaan gkukosa dalam darah.
Sedangkan pada kelompok control yang hanya diberikan larutan NaCl fisiologis
terjadi penurunan glukosa dalam darah pada menit ke 30. Seharusnya penurunan
ini tida terjadi diakibatkan mencit tidak diberikan obat penurun glukosa dalam
darah. Sehingga setelah diinduksi larutan glukosa semestinya kadar glukosa terus
meningkat berjalannya waktu yang dikarenakan tidak ada yang mengambatnya
selayaknya pada pemberian obat insulin dan glibenclamid. Hal ini mungkin dapat
terjadi dikarenakan pemberian dosis pada mencit yang salah atau tidak tepat dan
juga adanya factor biologis dari hewan tersebut. Namun apabila dibandingkan
dengan jobat insulin, ternyata insulin lebih dapat dengan cepat memberikan
respon menurunkan glukosa darah pada menit ke 15 diibandingkan dengan
glibenclamid yang bekerja pada menit ke 30.

VI.
KESIMPULAN
Berdarakan hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ;

Praktikum ini bertujuan melihat efektifitas obat glibenclamid ada mencit


dengan menggunakan alat glucometer.
Kadar Gula Darah (KGD) puasa hewan percobaan (mencit) adalah antara
30 mg/dl.
Pada kondisi normal, kadar gula darah tubuh akan selalu terkendali,
berkisar 70 -110 mg/dL. Oleh pengaruh kerja hormone insulin diproduksi
oleh kalenjer pancreas.
Setelah pemberian larutan glukosa maka KGD hewan percobaan jauh
meningkat yaitu sekitar 120 mg/dl.
Pemberian Glibenklamid pada hewan percobaan dapat menurunkan kadar
gula darah (KGD). Dimana glibenclamid bekerja dengan cara merangsang
sekresi insulin oleh sel pulau langerhans di pancreas.
Obat glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonylurea
yang cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe II.
Insulin lebih cepat bekerja menurunkan kadar gula daripada glibenclamid.

VII.

DAFTAR PUSTAKA
o Campbell, Neil A. dkk. 2004 .Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
o Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2.
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
o Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekilas Tentang Diabetes
Mellitus. Jakarta: Media Artikel.
o Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
o Nurachman, Zeily. 2003. Diabetes. Bandung: ITB.
o Romdoni, Rochmad. 2007. Puasa Itu Sehat. Surabaya: Jawa Pos.
o Soewolo, dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Jakarta: Pengembangan Guru
Sekolah Menengah
o Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM

Vous aimerez peut-être aussi