Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
TUJUAN PERCOBAAN
TINJAUAN PUSTAKA
Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan
pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun
apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi
daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin,
yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari
plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada
dalam sel. Di dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan
dalam sel sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh
kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan
meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu
glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control
(Soewolo, 2000).
Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap
mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah
setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke
dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila
kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak
balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif insulin dan
glukagon (Campbell, 2004).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi
insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat
penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah
normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah
140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun
kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung
naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi
oleh sel pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut maupun relatif (Herman,
1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). Kelainan metabolisme yang paling utama ialah
kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu
berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya
sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan
merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia,
kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai pada
infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan
kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ.
pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu mengontrol kadar glukosa
darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari
tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam
pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel
, tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma
(hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan
memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan
jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor,
yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk
insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang
mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel
pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu
makan. Sel-sel memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP)
intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel dan
metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP.
Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+
melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan insulin
(Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-
reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi
(misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas
tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang
menyebabkan efek insulin(Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental :
pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia.
Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat
dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin
(diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan secara intensif
karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak dapat
memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi
akut maupun kronis (Galaciaet.al, 2002).
III.
Jarum suntik
Timbangan hewan
Stopwatch
Glucometer
Tissue
Pisau bedah
Bahan :
Mencit
NaCl Fisiologis
Insulin
Glibenclamid
Glukosa
IV.
PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan mencit lalu timbang berat badan mencit.
2. Hitung VAO obat yang akan diberikan pada mencit.
V.
glukosa darah.
7. Tabelkan hasil,bahas dan tarik kesimpulan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Waktu
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Dosis
Insulin 25 ui/ kgBB
Insulin 500 ui/kgBB
Insulin 100 ui/kgBB
Glibenclamid 1
mg/kgBB
Glibenclamid 2
mg/kgBB
Control
6.
Sebelum
15
30
51 mg/dl
45 mg/dl
69 mg/dl
39 mg/dl
58 mg/dl
213 mg/dl
42 mg/dl
30 mg/dl
120 mg/dl
96 mg/dl
55 mg/dl
151 mg/dl
115 mg/dl
perlakuan
160 mg/dl
96 mg/dl
93 mg / dl
Perhitungan VAO :
Diket :
Dosis : 2 mg/kgBB ; konsentrasi : 0,1 mg/ml ;
berat mencit : 23,01 gram ~ 0,023 kg/BB
VAO
BB X DOSIS
C
0,46 ml
C : 0,2 mg/ml
BB X DOSIS
=
C
0,23 kg/ BB X 2 mg/kgBB
0,2 mg/ml
VAO
0,23 ml
b) Pembahasan
Diabetes Militus
masuk sel- merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi
insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida C. Kecauli itu sulfonilurea
dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Berdasarkan hasil pengamatan maka terjadi penurunan glukosa dalam darah
pada mencit. Hal ini berdasarkan pengamatan yang dilihat pada menit ke 30
dimana glukosa dalam darah pada mencit mengslsmi prnurunsn yaitu dari 120
mg/dl hingga 96 mg/dl. Penurunan ini terjadi karena obat glibenclamid telah
memberikan aksi dari obat tersebut yaitu menurunkan glukosa dalam darah
menjadi normal kembali. Karena seperti yang telah diketahui bahwa Kadar
glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Sehingga
glibenclamid mampu menormalkan keadaan gkukosa dalam darah.
Sedangkan pada kelompok control yang hanya diberikan larutan NaCl fisiologis
terjadi penurunan glukosa dalam darah pada menit ke 30. Seharusnya penurunan
ini tida terjadi diakibatkan mencit tidak diberikan obat penurun glukosa dalam
darah. Sehingga setelah diinduksi larutan glukosa semestinya kadar glukosa terus
meningkat berjalannya waktu yang dikarenakan tidak ada yang mengambatnya
selayaknya pada pemberian obat insulin dan glibenclamid. Hal ini mungkin dapat
terjadi dikarenakan pemberian dosis pada mencit yang salah atau tidak tepat dan
juga adanya factor biologis dari hewan tersebut. Namun apabila dibandingkan
dengan jobat insulin, ternyata insulin lebih dapat dengan cepat memberikan
respon menurunkan glukosa darah pada menit ke 15 diibandingkan dengan
glibenclamid yang bekerja pada menit ke 30.
VI.
KESIMPULAN
Berdarakan hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ;
VII.
DAFTAR PUSTAKA
o Campbell, Neil A. dkk. 2004 .Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
o Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2.
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
o Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekilas Tentang Diabetes
Mellitus. Jakarta: Media Artikel.
o Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
o Nurachman, Zeily. 2003. Diabetes. Bandung: ITB.
o Romdoni, Rochmad. 2007. Puasa Itu Sehat. Surabaya: Jawa Pos.
o Soewolo, dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Jakarta: Pengembangan Guru
Sekolah Menengah
o Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM