Vous êtes sur la page 1sur 13

ABSTRAK

Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan


fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah
analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik menggunakan reagen. Metode yang
digunakan adalah maserasi . Simplisia yang digunakan pada percobaan ini adalah daun
mengkudu. Hasil dari percobaan ini yaitu saponin tidak ditemukan dalam daun mengkudu
(memberikan hasil yang negatif). Senyawa alkaloid, flavanoid, tanin, kuinon, steroid,
triterpenoid ditemukan dalam daun mengkudu. Uji positif fitokimia pada daun mengkudu
menunjukan yaitu ditandai dengan terbentuknya beberapa ciri khas saat direaksikan spesifik
dengan reagen-reagen.
Kata kunci : mengkudu, fitokimia, senyawa sekunder tumbuhan

VI. PEMBAHASAN
Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan
fitokimi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang mendasari percobaan ini
adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan ujji-uji spesifik. Metode yang digunakan
dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi

positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini
digunakan pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa
aktif dan dapat digunakan sebagai obat, pestisida, dll.
Simplisia yang digunakan adalah daun mengkudu. Simplisia daun mengkudu sebelum
digunakan di iris-iris terlebih dahulu lalu diangin-angin selama 2 malam tanpa terkena
paparan cahaya matahari. Hal ini dilakukan agar daun mengkudu memiliki luas permukaan
yang besar sehingga sehingga mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen. Daun
mengkudu diangin-anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan H2O hilang. Karena jika
masih banyak terkandung H2O maka golongan kimia (yaitu alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam daun mengkudu akan sedikit.
Karena terikat oleh zat-zat pengotor H2O tersebut. Daun mengkudu yang dianginkan tidak
terkena paparan cahaya matahari karena pada paparan matahari banyak terpancar gelombanggelombang yang mampu merusak komponen dalam dau, seperti UV.
6.1. Uji Alkaloid
Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia daun mengkudu
mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen
heterosiklik vyang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin.
Daun mengkudu yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia, yang
bertujuan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia. Alkaloid
yang bersifat polar akan larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Hal ini sesuai
dengan prinsip like dissolve like. Amonia digunakan sebagai pelarut karena amonia
mangandung atom N dimana alkaloid juga mengandung atom N sehingga kelarutannnya
menjadi lebih besar. Selain itu, amonia juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida
pada alkaloid. Ikatan glikosida adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom)
dimana 1 karbon terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah
dengan penambahan ammonia dimana H dari NH3 akan masuk menggantikan R pada OR.
Reaksinya adalah sebagai berikut :

OH

+H

+ R + NH2

H
N
H

N
H

(Fessenden, 1999)
Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida yang terputus akibat
penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah like dissolve like. Karena sifat
kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan senyawa polar kloroform juga bisa
melarutkan senyawa non polar seperti glikosida.
Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang mengandung alkaloid dari
residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan HCl (1:10) yang bertujuan
unttuk membentuk garam ammonium R3NH+Cl-.
Reaksi yang terjadi :
OH
N
H

OH

HCl
N

Alkaloid (pelletierine)

+ Cl-

(Fessenden, 1999)
Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat
terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 2 kali agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl. Pada proses ekstraksi
diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat
polar (alkaloid) dan lapisan bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform berada
dibawah karena memiliki berat jenis (yaitu 1,484 g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu
1,268 gmL)
(Markham, 1988)
Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya, karena
diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut
dibagi menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya dengan reagen Dragendorf
dan mayer. Filtrat pertama ditambahkan pereaksi Dragendorf yang mengandung ion Bi3+
dan HI, dimana uji positif jika terbentuk endapan merah bata.
Reaksinya :

OH

OH

+ BiHI4
N
H

+ HI
N

alkaloid

Bi

I3

(Harbone, 1977)
Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan KI. Uji
positif jika terbentuk putih.
Reaksinya :
HgI2 + 2KCl
HgCl2 + 2KI
K2 (HgI2)

HgI2 + 2KI
OH
N
H

OH

K2 (HgI2)
N

Alkaloid (pelletierine)

KH (HgI2)

(Harbone, 1977)
Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II mengalami perubahan dan warna
larutan tetap bening keruh. Hal ini menunjukan bahwa senyawa alkaloid tidak terkandung
dalam daun mengkudu. Dengan kata lain uji ini menghasilkan uji positif pada daun
mengkudu.
6.2. Uji Saponin
Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung pada
simplisia daun mengkudu. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil
pada molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,
dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih. Metode pengujian
saponin dilakukan dengan mendidihkan daun mengkudu yang telah dihaluskan ke dalam
air. Tujuan pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air, kerena
saponin larut dalam air .
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar kandungan
saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk
memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti
alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal

hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat
seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai
permukaan aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin
dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air.
H

H
OH

OH
N

H
HO

HO
O
H

HO

OH

HO

OH
OH

(Fessenden, 1999)
Penambahan HCl 2N dilakukan untuk menguji kestabilan busa. Penambahan HCl
dilakukan dalam jumlah yang sedikit ( tetes) karena apabila ditambahkan dalam jumlah
yang banyak dapat menurunkan permukaan aktif sabun.
Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya
busa atau buih pada larutan tersebut setelah ditambah HCl 2N. Larutan tersebut hanya
menghasilkan larutan bening. Hal ini menunjukan bahwa didalam daun mengkudu tidak
mengandung saponin, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor,
misalnya air pada lapisan daun mengkudu.
6.3. Uji flavonoid
Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid dalam simplisia daun
mengkudu. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom kuinon, terdiri
dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai linear yang terdiri dari 3 atom
karbon. Penentuan uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan
HCl pada filtrat saponin. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi
yang melepaskan panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas
dan pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk ini
adalah gas H2.

Reaksi yang terjadi :


Mg + 2HCl

Mg2+ + 2Cl- + H2
(Markham, 1988)
Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan H2. Dimana MgCl2

berada dalam kesetimbangan. Reaksi :


MgCl2 (aq)
MgCl+ (aq) + Cl- (aq)
(Markham, 1988)
MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavonoid yang mengalami resonansi,
sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan
gugus hidroksil.
Reaksi yang terjadi :
O

MgCl+

flavonoid

MgCl

+ Amilalkohol

OH

(Markham, 1988)
Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+
mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain.
Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal ini disebabkan
flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang juga bersifat polar
mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar, misalnya
kuinon hal ini berdasarkan like dissolve like.
Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid ke dalam
amilalkohol. Uji positif untuk flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna merah
lembayung.
Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna sedikit merah dan
lapisan bawah bening. Hal ini menunjukan hasil yang positif, bahwa di dalam daun
mengkudu mengandung flavonoid.

6.4. Uji Tanin


Uji tanin bertujuan untuk adanya tanin dalam simplisia daun mengkudu. Tanin
merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena) yang dapat
larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki tanin
dengan molekul air. Oleh karena itu penentuan tanin pada daun mengkudu dilakukan
dengan penambahan air pada daun mengkudu kemudian didihkan. Tanin yang bersifat
polar akan larut dalam air yang bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip like dissolve
like. Kelarutan tanin yang tinggi terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka
dilakukan proses pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak. Selain itu proses
pendidihan juga berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan
bentuk monomer-monomer tanin bebas.
Kemudian dilakukan pendinginan untuk mengendapkan senyawa-senyawa
pengotor yang tidak larut pada suhu rendah, misalnya saponin. Selanjutnya adalah
penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan tanin dari simplisia dan senyawa lain
yang terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid, serta residualnya.
Filtrat ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai sumber atom
pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk
kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan
ligan tanin. Uji positif yaitu terbentuk larutan berwarna cokelat kehitaman.
Reaksi yang terjadi :

OH
HO

OH

O
HO

O
HO

OH

+ FeCl3

O O
O

HO

O
O
OH

HO

O
OH

2+

HO

OH

O
HO

O
HO

OH
O O

+ H+

HO

O
O
HO

Fe

(Markham, 1988)
Dari percobaan menunjukan hasil positif karena larutan tetap berwarna kuning.
Hal ini menunjukan bahwa didalam daun mengkudu mengandung senyawa tanin.
6.5. Uji Kuinon
Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon dalam simplisia daun
mengkudu. Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar
seperti kromofor pada benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang
berkonjugaasi dengan R ikatan rangkap karbon.
Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan daun mengkudu dalam
air. Pendidihan berfungsi untuk memperbesar kelarutan kuinon dalam air, karena
senyawa kuinolin larut dalam air. Selanjutnya dilakukan pendinginan pada temperatur
kamar yang bertujuan untuk mengendapkan pengotor (misalnya alkaloid, steroid, dll)
yang tidak larut pada suhu rendah. Setelah itu larutan disaring untuk memisahkan residu
daun mengkudu dari filtrat yang akan dianalisis senyawa kuinonnya.

Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH berfungsi


untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat. Ion enolat
tersebut akan mampu mengadakan resonansi antar elektron pada ikatan rangkap , karena
terjadinya resonansi ini ion enolat dapat menyerap cahaya tertentu dan memantulkan
warna.
Reaksi :
O

O
OH

H2N

+ NaOH

HO

H2N

+ H2 O

HO

Na

KUINON

(Fessenden, 1999)
Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna
merah. Pada percobaan ini terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan
bawah berwarna sedikit merah. Hal ini menunjukan bahwa pada percobaan ini
menghasilkan uji positif, karena menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini
menunjukan bahwa didalam daun mengkudu mengandung senyawa kuinon, hal ini
mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan daun
mengkudu.
6.6. Uji steroid/triterpenoid
Uji

steroid/triterpenoid

bertujuan

untuk

mengetahui

adanya

kandungan

steroid/triterpenoid pada simplisia daun mengkudu. Tahap pertama yang dilakukan adalah
maserasi terhadap daun mengkudu halus ke dalam eter selama 1 jam. Maserasi
merupakan proses perendaman selama beberapa waktu agar zat (steroid/triterpenoid)
yang terkandung dalam simplisia daun mengkudu dapat keluar atau terekstrak. Maserasi
dilakukan selama 1 jam dengan pelarut eter karena waktu 1 jam adalah waktu yang
optimum untuk mengeluarkan atau mengekstrak steroid/triterpenoid yang terkandung
dalam simplisia. Pelarut yang digunakan adalah eter yang bersifat nonpolar karena steroid
merupakan senyawa organik yang memiliki sifat nonpolar sehingga steroid dapat larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter, sesuai dengan prinsip like dissolve like.

Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan tujuan untuk


memisahkan residu daun mengkudu dari filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan
pada suhu kamar dalam cawan petri. Penguapan berfungsi untuk menghilangkan pelarut
eter yang tersisa pada filtrate, digunakan suhu kamar karena pelarut eter mudah menguap
atau volatil sehingga tidak dibutuhkan banyak energi. Residu yang diperoleh dari
penguapan kemudian ditambah dengan asam asetat anhidrat dimana asam asetat anhidrat
akan bereaksi dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan kompleks asetil
steroid.
Reaksi yang terjadi :
O
O

OH

3HC

H
O

CH3

H3C

CH3COOH
H

C
O

Steroid

(Fessenden, 1999)
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid.
H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam
asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah masuk
mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa kompleks yang
dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid.
Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna biru.
Sedangkan uji positif terhadap triterpenoid adalah jika terbentuk kristal/endapan
berwarna merah kecoklatan.
Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan berwarna biru keunguan, hal ini
menunjukan bahwa daun mengkudu mengandung steroid. Selain itu terdapat pula
kristalin merah kecoklatan yang menunjukan pada daun mengkudu juga mengandung
senyawa triterpenoid.

H
OH

H
O
H
HO
H

TRITERPENOID

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan penapisan
kimia dalam suatu simplisia.
2. Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
3. Pada simplisia daun mengkudu mengandung senyawa kimia, antara lain :
a. Senyawa alkaloid
b. Senyawa flavonoid
c. Senyawa tanin
d. Senyawa kuinon
e. Senyawa steroid ( terbentuknya warna biru keunguan ).
f. Senyawa triterpenoid ( terbentuknya kristalin merah kecoklatan ).
7.2 Saran

1. Pada uji alkaloid, sampel yang digerus dengan pelarut amonia dan kloroform dilakukan
dengan cepat dikarenakan pelarut bersifat volatile.
2. Pada pengujian saponin, flavonoid, tanin, dan kuinon, dilakukan dengan perebusan daun
mengkudu pada pelarut air selama 5 menit dilakukan secara bersamaan karena preparasi
sampelnya sama.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta
Budavani, 1989, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta
Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press, Oxford
Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites, Chapman and Hall, London
Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta
Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier Science Publishing
Company Inc, New York
Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press, Semarang
Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung
Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical Drugs and Biologicals,
Merk Index Co Ink, New Jersey
Yutian, 2005, Pharmaceutical Metabolite Research, School of Pharmacy Second Military
Medical University, Shanghai, China

Vous aimerez peut-être aussi