Vous êtes sur la page 1sur 7

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS I

ETIK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH
Devi Claudia Palupi

(4C/130012095)

Fakultas Ilmu Kesehatan


Program Studi S1 Keperawatan

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SURABAYA


YAYASAN RS ISLAM SURABAYA
2013

Contoh Kasus
Seorang wanita umur 27 tahun, hamil G1 P0 A0 19 minggu, datang ke rumah
sakit Dr. Moewardi. Datang dengan keluhan diare kronis dan batuk lama, rasa lemah,
serta berat badan semakin menurun. Penderita oleh triage RSDM di suspect IO dan
menjalani rawat inap. Dari anamnesa terhadap penderita, didapatkan kalau penderita
berprofesi sebagai ibu rumah tangga, menikah baru satu kali, tidak punya riwayat
pemakai narkoba suntik atau gonta-ganti pasangan tetapi penderita adalah istri kedua
dari seorang laki-laki yang mempunyai riwayat gonta-ganti pasangan.
Kemudian oleh dokter bangsal dikonsulkan ke bagian VCT (Voluntary
Counseling Testing), paru, dan obsgin. Setelah menjalani berbagai macam
pemerikaan baik foto rontgen dan laboratorium, penderita dinyatakan serotipe (+)
dengan infeksi oportunistik. Karena bersifat rahasia, hasil serotipe (+) oleh petugas
VCT disampaikan langsung kepada penderita dan oleh petugas penderita
diperbolehkan untuk menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada orang yang
bisa dipercaya dengan motivasi agar penderita tetap untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan. Oleh penderita menyampaikan hasil tersebut kepada kakak penderita.
Disini terjadi konflik karena kakak penderita merasa adiknya adalah orang
rumahan yang baik-baik saja. Semua masalah akhirnya tertuju pada suami penderita
yang oleh keluarga penderita dianggap sebagai sumber masalah. Suami penderita
merasa terpojok dengan riwayat gonta-ganti pasangan mencoba membela diri bahwa
dia bukan sebagai sumber penularan karena dia merasa sehat-sehat saja. Dengan
marah-marah, suami penderita mencaci-maki petugas medis dan paramedis. Dari tim
VCT, akhirnya dijelaskan pada suami penderita bahwa sudah dilakukan prosedur
yang benar dan dari tiga kali pemeriksaan tim VCT akhirnya dinyatakan serotipe (+).
Dari tim VCT memberi anjuran kepada suami penderita agar mau dilakukan
pemeriksaan oleh tim VCT agar jelas sumber penularan yang didapat oleh ibu hamil
ini. Dengan kengototan, suami penderita bersumpah kalau bukan dia sumber
penularannya, bahwa dia baik-baik saja, selalu sehat, tidak pernah sakit.

Suami penderita tetap kekeh kepada keyakinannya kalau rumah sakit telah
salah dalam memeriksa istri keduanya ini. Bahkan akan menuntut pihak rumah sakit
ke

pengadilan. Akhir

cerita

ini

dipulangpaksakan oleh suami penderita.

tidak

jelas

karena

penderita

kemudian

Penyelesaian Kasus Dilema Etik


Perawat berada di berbagai situasi sehari-hari yang mengharuskan mereka
untuk membuat keputusan-keputusan profesional dan bertindak sesuai keputusan
tersebut. Keputusan tersebut biasanya dibuat dalam hubungannya dengan orang lain
(klien, keluarga, dan profesi kesehatan lain). Ketika keputusan etik dibuat, setiap
orang yang terlibat harus menghormati, keputusan terbaik data dicapai meskipun
dalam dilema yang sulit sekalipun. Keputusan yang dibuat bukan yang paling benar
tetapi yang paling baik karena di dalam dilema etik tidak ada yang benar maupun
yang salah. Penyelesaian dilema etik dikenal dengan prinsip DECIDE.
D

= Define the problem(s)

= Ethical review

= Consider the options

= Investigate outcomes

= Decide on action

= Evaluate results

1. Memperjelas Masalah
Pada kasus ini terdapat dua pihak, yaitu suami penderita dan keluarga penderita,
yang saling menyalahkan satu sama lain walaupun tanpa bukti yang jelas.
Keluarga penderita menuduh suami penderita sebagai sumber masalah sehingga
penderita mengidap penyakit yang serius. Sedangkan suami penderita terus
membela diri bahwa dia dalam keadaan sehat dan tidak mungkin sebagai sumber
penularan penyakit. Namun, keegoisan kedua belah pihak tanpa disadari akan
merugikan penderita yang sedang hamil. Penderita kemudian dipulangpaksakan
oleh suami penderita dan mengancam untuk menuntut pihak rumah sakit ke
pengadilan.
2. Identifikasi Komponen Etik
Setelah masalah teridentifikasi, perawat harus menggambarkan komponenkomponen etik yang terlibat. Komponen etik yang terlibat dalam kasus ini adalah

rasa takut suami terhadap hal yang akan terjadi atas pemeriksaan yang ditawarkan
tenaga kesehatan untuk memeriksa status kesehatannya. Rasa takut menjadi lebih
besar dengan adanya tuduhan dari pihak keluarga penderita. Selain itu, pihak
keluarga penderita menuduh dengan riwayat masa lalu suami penderita walapun
tidak ada bukti yang jelas.
3. Identifikasi Orang yang Terlibat
Pada kasus ini pihak yang terlibat dalam permasalahan etik adalah penderita,
suami penderita, keluarga penderita, janin yang dikandung oleh penderita, tenaga
kesehatan, dan rumah sakit. Tenaga kesehatan yang terlibat adalah perawat, dokter,
tim atau bagian VCT, paru, obsgin, serta staf rumah sakit yang mengetahui hasil
pemeriksaan laboratorium. Karena klien yang menjadi korban adalah penderita
(istri), maka penentu keputusan terletak pada penderita dan suami penderita.
4. Identifikasi Alternatif yang Dapat Diberikan
Dalam kasus ini, penderita menjadi korban penularan penyakit yang belum
diketahui sumber penularannya. Namun keluarga penderita menganggap suami
penderita adalah sumber masalah sebagai orang yang menularkan penyakit
tersebut karena masa lalu suami penderita merupakan orang yang suka gonta-ganti
pasangan. Akan tetapi, anggapan itu keluarga penderita belum tentu benar. Suami
penderita enggan untuk melakukan pemeriksaan dengan alasan bahwa keadaannya
sehat-sehat saja.
Alternatif-alternatif yang dapat diberikan untuk dapat memecahkan masalah ini
adalah sebagai berikut.
a. Memberi nasihat kepada kedua belah pihak, yaitu suami penderita dan
keluarga penderita agar tidak saling menuduh dan menyalahkan tanpa bukti
yang jelas. Diharapkan dengan nasihat yang diberikan situasi di dalam
keluarga penderita dapat mencair sehingga lebih mudah untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
b. Menyelesaikan dengan jalan damai dan kekeluargaan. Cara ini ditempuh
dengan membujuk suami penderita agar menyetujui tindakan untuk
pemeriksaan laboratorium sehingga sumber masalah dapat segera diketahui

dan dapat dicegah penularannya kepada orang lain. Perawat harus


memberikan informasi atau pilihan, yaitu sisi positif apabila suami penderita
menyetujui pemeriksaan atau sisi negatif apabila suami penderita tidak
melakukan pemeriksaan laboratorium. Diharapkan suami dapat mengetahui
risiko-risiko yang akan terjadi terhadap istri (penderita) serta janin yang
sedang dikandung oleh penderita.
c. Apabila suami penderita tetap tidak menyetujui diadakannya pemeriksaan
laboratorium, serta keluarga penderita juga tetap menuduh tanpa bukti yang
jelas, sebaiknya perawat serta tenaga kesehatan lain tetap menghargai
keputusan klien.
5. Terapkan Prinsip Etik
Prinsip-prinsip etik yang dapat diterapkan dalam kasus ini adalah sebagai berikut.
a. Azas menghormati otonomi klien (autonomy)
Setelah mendapatkan informasi yang memadai,penderita dan suami penderita
berhak memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan. Penderita dan suami
penderita berhak untuk dihormati dan didengarkan pendapatnya, untuk itu
perlu adanya persetujuan tindakan medik (informed consent). Tenaga
kesehatan, khususnya perawat, yang terlibat tidak boleh memaksakan suatu
tindakan atau pengobatan.
b. Azas manfaat (beneficence)
Semua tindakan seperti pemeriksaan laboratorium terhadap penderita dan
suami penderita harus bermanfaat. Untuk itu, perawat harus menyadari bahwa
tindakan yang akan dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan,
kesembuhan, dan pemecahan masalah penderita. Kesehatan penderita dan
janin yang dikandungnya senantiasa harus diutamakan oleh perawat.
c. Azas tidak merugikan (nonmaleficence)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primum Non
Nocere (yang paling utama, jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis,
maupun sosial akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan
hendaknya seminimal mungkin.

d. Azas kejujuran (veracity)


Perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas tindakan apa yang akan
dilakukan, serta akibat yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan
hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan penderita.
e. Azas kerahasiaan (confidentiality)
Perawat harus menghormati privasi dan kerahasiaan penderita, meskipun
penderita telah meninggal.
6. Memutuskan Tindakan
Tindakan yang diambil adalah dengan memberi nasihat kepada kedua belah pihak,
yaitu suami penderita dan keluarga penderita agar tidak saling menuduh dan
menyalahkan tanpa bukti yang jelas. Selain itu, dilakukan pula usaha untuk
membujuk suami penderita agar menyetujui tindakan untuk pemeriksaan
laboratorium sehingga sumber masalah dapat segera diketahui dan dapat dicegah
penularannya kepada orang lain karena penyakit yang diderita merupakan penyakit
yang serius dan sangat dibutuhkan pencegahan agar orang-orang di sekeliling
penderita tidak tertular.

Vous aimerez peut-être aussi