Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Askep THT dan Wicara
Nama Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
Fifie Dini S
Galih Dwi C
Hadian Chumaidi
Heni Yusnia
Ika Sulistyani
(02.09.061)
(02.09.062)
(02.09.063)
(02.09.064)
(02.09.065)
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat serta Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Tidak lupa
ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
membantu, yaitu :
1. Ibu Ketjuk Herminaju, SST, SPd, MM, selaku direktur STIKes Hutama
Abdi Husada Tulungagung.
2. Ibu Leny Indrawati, Skep, Ners, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Askep THT dan Wicara.
3. Teman-teman semua tingkat II B.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik
dan
saran
dari
pembaca
yang
sifatnya
membangun
Penyusun
demi
BAB I
ISI
1. Definisi
Labirinitis adalah peradangan pada labirin yang disebabkan otitis
media supuratif kronis terutama yang disebabkan kolesteatom, yang
menyebabkan kerusakan pada vestibuler labirin, sehingga terbentuk
fistula. Pada keadaan ini fistula masuk, sehingga terjadi labirinitis.
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinitis
umum (general). Ada dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan
labirinitis supuratif.
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan
labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam
bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik
difus.
2. Etiologi
Cytomegalovirus
Mumps virus
Rubella virus
Parainfluenza virus
Influenza virus
Adenovirus
Varicella-zooster virus
Herpes simplex virus 1 S.pneumonia
N.meningitidis
Mycobacteria tuberculosis
Bacteroides species
Proteus species
Moraxella catarrhalis
Streptococus species
Staphylococus species
3. Manifestasi klinis
Labirinitis difus:
o Vertigo spontan
o Nistagmus rotatoar biasanya kea rah telinga yang sakit
o Mual, muntah, ataksia, tuli saraf (+)
4. Patofisiologi
Labirinitis serosa difus
Timbulnya labirinitis serosa difus ini dimulai dari masuknya
toksin bakteri melalui tingkat bulat, tingkat lonjong, atau melalui
erosi tulang labirin ke dalam telinga dalam dan menimbulkan
infeksi. Infeksi tersebut mencapai endosteum melalui saluran
darah.
Labirinitis supuratif akut difus
Kelainan patologi terdiri dari infiltrasi labirin oleh sel-sel
leukosit polimorfonuklear dan dekstruksi struktur jaringan lunak.
Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk jaringan
granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik
tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya
sekuestrum, paresis fasialis dan penyebaran infeksi ke intra
cranial. Mual, muntah, vertigo dan ataksis dapat berat sekali bila
awal dari perjalanan labirinitis supyratif tersebut cepat. Pada
bentuk yang perkembangannya lebih lambat, gejalan akan lebih
ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat
nistagmus horizontal rotator yang komponen cepatnya
mengarah ke telinga yang sehat. Dalam beberapa jam pertama
penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat
mengarah ke telinga yang sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan
mengakibatkan tuli saraf permanent.suhu badan normal atau
5. Komplikasi
6. Penatalaksanaan
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring
total,
diberikan
sedatif
ringan,
drainase
telinga
tengah
harus
pertama.Sedatif
ringan
mungkin
diperlukan
pada
periode
intrakranial
dan
tidak
memberi
respon
terhadap
7. Diagnosa Diferensial
Pada labirinitis serosa, ketulian bersifat temporer, biasanya tidak
berat, sedangkan pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total
permanen. Bila pada perubahan menjadi labirinitis supuratif. Bila
pendengaran masih tersisa sakkit sedikit di salah satu sisi, berarti tidak
terjadi labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis serosa difus
harus dibedakan dengan ketullian pada penyakit noninflamasi labirin
dan saraf ke VIII.
Pada labirinitis supuratif akut difus, diagnosa ditegakkan dari
riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis denngan hilangnya secara
total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan rontgen telinga tengah,
os mastoid dan os petrosus mungkin menggambarkan sejumlah
kelainan yang tidak berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai
terdapat iritasi meningial, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan
spinal.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I.
Riwayat kesehatan
1. Identitas pasien
: .................................................................................
2. Riwayat
adanya
kelainan
nyeri
: .................................................................................
3. Riwayat
infeksi
saluran
nafas
atas
yang
berulang : ........................................................
4. Riwayat alergi
: .................................................................................
5. OMA berkurang
: .................................................................................
II.
Pengkajian fisik
1. Nyeri telinga
2. Perasaan
penuh
dan
penurunan
pendengaran
: .........................................................
3. Suhu mengingkat
: .................................................................................
4. Malaise
: ...............................................................
..................
5. Vertigo
: ...............................................................
..................
6. Ortore
: ...............................................................
..................
7. Pemeriksaan
dengan
otoskop
tentang
stadium : ...........................................................
III.
Pengkajian psikososial
1. Nyeri
ortore
berpengaruh
pada
interaksi
: ..........................................................
2. Aktifitas terbatas
: .................................................................................
3. Takut
menghadapi
pembedahan
4. Pemeriksaan
: ...........................................................
laboratorium
: .................................................................................
IV.
tindakan
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Audiometri
2. X-ray
V.
: pendengaran menurun
: terhadap kondisi patologi
Pemeriksaan pendengaran
1. Tes suara bisikan
2. Tes garpulata
B. Diagnosa Keperawatan
Rasa cemas b/d ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Kerusakan berkomunikasi b/d proses pendengaran.
Resiko tinggi trauma b/d gangguan persepsi pendengaran.
C. Intervensi Keperawatan
1. Rasa cemas b/d ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
T/: untuk mengurangi rasa cemas klien.
a. Kaji kemampuan klien dalam membaca dan menulis.
R/:
Komunikasi dengan cara menulis dapat efektif
mempertahankan
kemandirian
klien, harga
diri
serta
dalam
kontak
sosialnya.
b. anjurkan keluarga klien untuk membantu mengajari bahasa isyarat.
R/: memungkinksan klien tetap dapat berkomunikasi sesuai tingkat
kemampuannya
sehingga
dapat
mengurangi
rasa
cemas
frustasinya.
2. kerusakan berkomunikasi b/d proses pendengaran.
T/: agar kerusakan dalam berkomunikasi dapat berkurang.
a. Beritahukan/kenalakan pada klien semua alternatif
&
metode
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boises LR, Higler PA. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
EGC: Jakarta: 1997.
2. Efianty A.S, Nurbaiti I, jenny B, Ratna D.R: Buku Ajar Ilmu kesehatan
THT, Edisi 6: FKUI: 2007.
3. www.google.com