Vous êtes sur la page 1sur 20

1

ANTI JERAWAT DAN SEDIAANNYA


A. PENGERTIAN JERAWAT
Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea
yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar,
1991). Ia merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada
umumnya dan biasanya disertai dengan pembentukan papula, pustula (penonjolan
kulit yang berisi nanah), dan abses (kantung nanah) terutama di daerah yang
banyak mengandung kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 2002). Daerah-daerah
predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung (Harahap, 2000). Definisi lain jerawat adalah suatu kondisi kulit
yang tidak normal di mana terjadi infeksi dan radang pada kelenjar di minyak
pada kulit manusia. Pengertian lain adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit
tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang
B. KLASIFIKASI AKNE VULGARIS
Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat
dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada
pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi
peradangan jerawat. Selain itu, di bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis
jerawat:
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini menyerang
sekitar 20 persen bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 36 bulan juga ditumbuhi
jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris): Jerawat jenis ini adalah yang paling umum
terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 24 tahun.
4. Jerawat konglobata (cystic acne): Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda,
tergolong serius namun jarang terjadi.

C. FAKTOR RESIKO DAN ETIOLOGI


Faktor resiko dan penyebab akne sangat banyak yaitu multifaktorial antara lain :
1) Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Kelenjar minyak
yang diproduksi terlalu berlebih. Kelenjar minyak yang terlalu berlebihan ini bisa
saja dimungkinkan karena salah makan atau memang sudah menjadi genetik
seorang penderita jerawat. Dengan banyaknya kelenjar minyak maka munculnya
kelenjar minyak akan lebih banyak sehingga kemungkinan tersumbatnya folikel
dan pori pori kulit pun akan banyak. Jerawat yang muncul pun akan banyak
2) Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas
kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
3) Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 17 tahun pada wanita,
16 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komeda
dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita (Djuanda, Hamzah dan
Aisyah, 1999).
4) Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi
kejadian akne vulgaris pada remaja (Nami, 2009).
5) Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya
secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi
yang beradang yang baru (Goggin et al, 1999). sebenarnya, stres tidak secara
langsung menyebabkan jerawat. Masalahnya, ada hormon tertentu yang keluar
saat seseorang stres, yang memungkinkan tumbuhnya jerawat. Tak hanya itu, stres
membuat orang tersebut mempunyai pola makan yang cenderung banyak
mengkonsumsi makanan manis dan berlemak, sebagai "pelarian" dari stres.
6) Hormon endokrin:

Faktor hormon seperti pada saat pubertas menginjak belia. Aktivitas hormonal
disini dimaksudkan pada proses perubahan atau siklus hormonal yang terjadi pada
seseorang

a) Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak


berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, pada
testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne (Pochi, Frorstrom &
Lim James, 2006).
b) Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap
produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal
dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan
produksi sebum.
c) Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek
terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus
menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne
premenstrual (Suyono, 2002).
7) Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak
dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau
komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita
makan.
8) Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah
hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Bertambah hebatnya akne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV
melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas
tersebut.
9)

Bakteria.

Mikroba

yang

terlibat

pada

terbentuknya

akne

adalah

corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.


Bakteri yang berada di dalam pori pori kulit bisa menyebabkan munculnya
jerawat.

Propionibacterium

acnes

(P.

acnes)

merupakan

bakteri

yang

menyebabkan jerawat. P. acnes merupakan bakteri unaerob yang menyebabkan

jerawat. P.acne, yang cenderung berkembang biak didalam kelenjar sebaceous


yang tersumbat, yang menghasilkan zat-zat yang menimbulkan iritasi daerah
sekitarnya.Kelenjar tersebut terus membengkak, dan mungkin akan pecah,
kemudian menyebarkan radang ke kulit daerah sekitarnya.Inilah yang
menyebabkan jerawatbatu jenis yang paling mungkin, yaitu meninggalkan
pigmentasi jangka panjang dan bekas luka
10) Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar
(faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen),
dan krem malam secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan
suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa
lesi papulopustular pada pipi dan dagu.
11). Adanya sumbatan lapisan kulit. Sumbatan pada lapisan kulit mati pada
pori-pori yang terinfeksi. Kulit mati yang menumpuk atau terakumulasi akan
menyebabkan tersumbatnya folikel dan pori pori. hal tersebut bisa menyebabkan
jerawat karena tidak ada jalan keluar bagi kelenjar minyak dan akan menyebabkan
terbentuknya komedo. Kalau parah bisa menjadi jerawat yang teinfeksi bakteri
jerawat.

D. PATOGENESIS
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan
kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang berhubungan
dengan terjadinya akne :
1

Kenaikan sekseri sebum


Kelenjar minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan
penghasilan sebum. Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada
waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak.
Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum. Pertumbuhan
kelenjar palit dan produksi sebum dibawah pengaruh hormon androgen.
Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang
normal berada dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit yang lebih

aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen


di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil
sebum.Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan
oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada
kelenjar palit terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti
bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan dibeberapa
tempat yang kaya akan kelenjar palit..Akne mungkin juga berhubungan
dengan komposisi lemak. Sebum bersifat komedogenik tersusun dari
campuaran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kholesterol, lipid polar,
dan trigliserida. Pada penderita akne terdapat kecenderungan mempunyai
kadar skualen dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam
lemak terutama asam leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan
dengan terjadinya hiperkeratinisasi pada kelenjar sebasea
2

Keratinasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan


korniosit dalam saluran pilosebasea.
Hal ini dapat disebabkan :

bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea

Pelepasan korniosit yang tidak adekuat

Kombinasi kedua faktor diatas.


Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu

sifat komedo.
Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam
linoleik dalam sebum. Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum
pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat
menyebabkan defisiensi asam lenoleik pada epitel folikel, yang akan
menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel.
Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang menimbulkan
peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan unsur penting dalam

seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne.


Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga
adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis
folikel
3

Pertumbuhan kuman,
propionibacterium acnes yang cepat (folikel polisebaceous) yang

tersumbat akan memerangkap nutrient dan sebum serta menggalakkan


pertumbuhan kuman. Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok
bakteri

Corynebacteria.

Propionibacterium

acnes

Bakteri
berperan

ini

termasuk

pada

flora

patogenesis

normal
jerawat

kulit.
dengan

menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam
lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan
sistem imun dan mendukung terjadinya akne. Propionibacterium acnes
termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri
anaerob gram positif yang toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini
telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat
menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin
immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh). Ciri-ciri penting dari
bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang
terlihat pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan
tidak menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang
atau campuran antara bentuk batang/filamen dengan bentuk kokoid.
Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob
fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Beberapa bersifat patogen
untuk hewan dan tanaman .
Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut poripori tersumbat. Pori-pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel,
yang mengandung rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak
membantu menjaga kelembaban kulit dan mengangkat sel kulit mati. Ketika

kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak


menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri. Mekanisme terjadinya
jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak stratum corneum dan
stratum

germinat

dengan

cara

menyekresikan

bahan

kimia

yang

menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam


lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka
inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang
mengeras akan membesar
4

Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium


acnes.
Faktor yang menyebabkan peradangan pada akne belumlah diketahui

dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang
dihasilkan oleh C.Acnesseperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan
nioranidase, memegang peranan penting dalam proses peradangan.
Factor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan
komplemen untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik
leukosit nucleus polimorfi (PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel,
PMN dapat mencerna C. Acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa
menyebabkan kerusakan dari folikel sebasea. Limfosit dapat merupakan
pencetus terbentuknya sitokin.Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di
dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non
spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa.Pada masa permulaan
peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi aktivasi jalur
komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement
pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu
antibody terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita akne hebat.

E. GEJALA DAN TANDA


Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi,
yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas.
Dapat disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau

kista. Komedo lazim dikenal sebagai kepala hitam (komedo terbuka) dan kepala
putih (komedo tertutup) (Strauss, 1991). Isi komedo ialah sebum yang kental atau
padat. Isi kista biasanya pus dan darah. Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi
granulomatosa dalam peradangan karena asam lemak atau piokokus, jaringan
parut dan keloid.
F. PENATALAKSANAAN AKNE VULGARIS
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua
usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi
akibat pengaruh berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras,
familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang
kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita (Djuanda, Hamzah dan
Aisyah, 1999).

G. OVER THE COUNTER ACNE TREATMENTS


1. Benzoil peroksida
Benzoil peroksida umumnya ditemukan di OTC pada wash, krim, dan lotion anti
jerawat. Bahkan, 23% dari orang berusia 13-27 telah menggunakan produk
benzoil peroksida OTC. Benzoil peroksida pertama digunakan pada tahun 1917
untuk pemutih tepung. Pada tahun 1960, benzoil peroksida mulai memiliki peran
medis untuk mengobati kaki dan ulkus dekubitus. Beberapa tahun kemudian, pada
tahun 1979, pertama kali digunakan untuk mengobati jerawat. Benzoil peroksida
memiliki peran sebagai antibakteri, anti-inflamasi, komedolitik, yang efektif
digunakan sebagai obat jerawat.
Benzoil peroksida juga memiliki sifat antimikroba terhadap Propionibacterium
acnes dan stafilokokus aureus. Satu studi menunjukkan bahwa hampir 2 - log 10
dapat menurunkan konsentrasi P. acnes setelah 2 hari menggunakan 5% benzoil
peroksida.

Benzoil peroksida memiliki sifat antimikroba yang lebih besar terhadap P. acnes
daripada antibiotik topikal lain. Namun, tidak seperti antibiotik, benzoyl peroxide
tidak akan menginduksi resistensi bakteri. Antibiotik topikal jika dengan
penambahan benzoil peroksida akan meningkatkan efek bakterisida dari antibiotik
(Gambar 60.1). Selain itu, Benzoyl peroksida akan mencegah perkembangan
resistensi P. acnes bila digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik topikal atau
oral.

Benzoil peroksida juga berperan sebagai anti-inflamasi dengan menurunkan


radikal bebas dan juga dengan mengurangi densitas P. Acnes. Dengan menurunnya
P. Acnes dapat menunjukkan efek anti-inflamasi yang sangat luas karena bakteri
menginduksi monosit untuk menghasilkan tumor necrosis factor (TNF - ),
interleukin - 1 , dan interleukin - 8.
Kekuatan anti - inflamasi dan efek antibakteri benzoil peroksida dapat
menjadikan hasil klinis yang baik. Seperti yang ditunjukkan dalam sebuah
penelitian besar di Inggris. Penelitian ini menggunakan 5 antimikroba sebagai
obat jerawa selama 18 minggu. Subyek yang digunakan baik oxytetracycline oral,
minocycline oral, benzoil peroksida, Eritromisin topikal dan benzoyl peroxide
yang digunakan secara terpisah, atau produk kombinasi dengan mengandung
eritromisin topikal dan benzoil peroksida. 5% benzoyl peroxide digunakan dua
kali sehari memiliki keampuhan yang mirip dengan 100 mg minocycline sekali
sehari. Penelitian ini juga dilakukan analisis mengenai efektivitas biaya

10

menyatakan bahwa benzoil peroksida adalah 12 kali lebih efektif hemat biaya
daripada minocycline.
Selain anti - inflamasi, benzoil peroksida juga berperan sebagai komedolitik.
Salah satu studi memanfaatkan uji comedogenicity dengan menggunakan telinga
kelinci dan berhasil menunjukkan penurunan 10% komedo dari kelinci tersebut.
Benzoil peroksida tersedia OTC dalam kisaran 2,5 - 10% sebagai produk washes
atau leave-on (misalnya krim, lotion, gel). produk leave-on dapat mengurangi
jumlah

P. acnes yang lebih efektif daripada washes, meskipun keduanya

signifikan dapat mengurangi P. acnes pada kulit.


Ada beberapa indikasi bahwa formulasi gel mungkin lebih stabil dan dapat
melepaskan benzoyl peroxide lebih konsisten daripada krim dan lotion.
Peningkatan kekuatan benzoil peroksida tampaknya hanya untuk mengintensifkan
iritasi. Iritasi kulit akibat benzoil peroksida merupakan salah satu hambatan
terbesar untuk digunakan seperti kemerahan, menyengat, dan kekeringan. Banyak
pasien menggambarkan ini sebagai "alergi" terhadap benzoil peroksida. Padahal
estimasi terhadap alergi benzoyl peroksida
pasien jerawat.
Contoh sediaan anti-acne benzoyl peroxide:

diperkirakan hanya 1-2,5% pada

11

Pasien harus diperingatkan tentang benzoyl yang dapat menyebabkan dan juga
harus diberitahu tentang kecenderungan untuk benzoil peroksida digunakan
sebagai pemutih kain dan rambut. Selain keberadaan pada OTC, benzoil peroksida
juga tersedia sebagai resep. Produk resep ini mungkin berisi formulasi yang
berbeda yang dapat meningkatkan penetrasi dan mengurangi iritasi. Namun, dua
kasus - studi kontrol menunjukkan tidak ada korelasi antara penggunaan benzoil
karena studi tikus telah menunjukkan bahwa benzoil peroksida dapat
menghasilkan untai DNA istirahat, dan telah ada beberapa pertanyaan untuk
potensi karsinogenik nya peroksida dan kanker kulit. Selain itu, 23 studi
carcinogenicity pada tikus menghasilkan hasil negatif. Evaluasi epidemiologi
menunjukkan ada hubungan antara benzoil peroksida dan melanoma ganas.

2. Asam alfa hidroksi

Asam alfa hidroksi mempunyai sifat dapat larut dalam air, mampu berpenetrasi
kedalam epidermis bahkan ke dalam lapisan dermis pada konsentrasi yang lebih
tinggi. Asam alfa hidroksi berperan dengan desquamating stratum korneum (yaitu
pengelupasan kulit). Secara khusus, asam alfa hidroksi mempengaruhi adhesi

12

corneocyte di stratum korneum atas oleh kalsium kelat. Hasil ini secara klinis
pada penampilan dapat memperhalus kulit, dan juga dapat mengurangi ukuran
pori-pori. Asam alfa - hidroksi juga dapat berpenetrasi melewati dermis dan dapat
meningkatkan kolagen. Efek ini dapat membantu untuk pencegahan dan
pengobatan hiperpigmentasi pasca jerawat. Asam alfa hidroksi yang paling umum
pada OTC adalah asam glikolat (berasal dari tebu) dan asam laktat (dari susu
asam) yang ditemukan dalam konsentrasi kurang dari 10%.
Contoh sediaan anti-acne asam-alfa hidroksi:

3.

Retinoid Topikal
Retinoid topikal digunakan sebagai lini pertama untuk jerawat yang ringan

sampai sedang baik yang berupa jerawat komedo ataupun jerawat akibat
inflamasi. Retinoid topikal juga diminati untuk terapi pemeliharaan, tujuannya
adalah untuk mencegah mikrokomedo muncul kembali dan untuk meminimalisir
penggunaan antibiotik pada jerawat.
Dalam mengatasi jerawat, retinoid topikal bekerja sebagai agen
komedolitik dengan menargetkan microkomedo yang merupakan prekursor
pembentukan

semua

lesi

jerawat.

Dengan

menghambat

pembentukan

mikrokomedo, maka pembentukan komedo dewasa dan lesi inflamasi juga akan
terhambat sehingga hasilnya, baik itu lesi inflamasi ataupun komedo bisa samasama berkurang. Selain sebagai agen komedolitik, retinoid topikal diketahui juga
memiliki kemampuan sebagai anti inflamasi. Retinoid topikal dapat memodulasi
respon imun, mediator inflamasi, dan migrasi sel-sel yang berperan dalam
inflamasi.

13

Saat ini retinoid topikal yang tersedia untuk mengatasi masalah jerawat
diantaranya tretinoin, adapalene, tazarotene, isotretinoin topikal, motretinide,
retinaldehid, dan retinoyl glucuronide. Kesemua retinoid topikal tersebut memiliki
perbedaan pada struktur kimia, kekuatan komedosupresif, dan tolerabilitasnya.
Namun, mekanisme aksinya tetap menargetkan mikrokomedo yang menjadi
originator semua lesi jerawat.

14

Tretinoin tersedia dalam enam kekuatan dan tiga formulasi diantaranya


krim (0,025%, 0,05%, dan 0,1%), gel (0,01% dan 0,025%), dan liquid (0,05%).
Formulasi
dan konsentrasi pada setiap negara bisa bervariasi. Penggunaan tretinoin dapat
mengiritasi kulit yang meliputi eritema, rasa terbakar dan pruritus. Individu
dengan kulit sensitif akan mudah mengalami iritasi kulit dengan penggunaan
tretinoin. Untuk mengatasi hal itu, tretinoin harus dimulai dari dosis rendah
terlebih dahulu. Akan tetapi, kini sudah tersedia tretinoin yang telah direformulasi
untuk mengatasi masalah tolerabilitas tersebut. Formula tersebut diantaranya
mikro tretinoin dantretinoin terpolimerisasi.
Adapalene adalah retinoid generasi ketiga yang tersedia dalam bentuk
krim, gel, dan larutan konsentrasi 0,1%. Keamanan dan keefektifan yang dimiliki
adapalene telah dibuktikan dalam beberapa uji klinis. Baru-baru ini, sebuah studi
meta-analisis yang melibatkan lebih dari 900 pasien menunjukkan hasil bahwa
adapalene gel 0,1% sama efektifnya dengan gel tretinoin 0,025% dimana terjadi
penurunan jumlah lesi sekitar 49% sampai 63% pada pasien yang menerima
Adapalene selama 12 minggu. Selain itu, adapalene diketahui lebih dapat ditolerir

15

dibandingkan tretinoin. Untuk Isotretinoin kini telah tersedia dalam bentuk gel.
Perlu diperhatikan bahwa isotretinoin topikal berbeda dengan isotretinoin oral.
Isotretinoin topikal tidak mengurangi sebum. Justru sebaliknya, penggunaan
isotretinoin topikal dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sama halnya seperti pada
tretinoin.

Tazarotene, tersedia sebagai gel atau krim dengan konsentrasi 0,05% atau
0,1% (konsentrasi 0,1% telah disetujui untuk pengobatan jerawat). Tazarotene
telah terbukti efektif dalam beberapa uji klinis. Dalam studi double-blind selama
12-minggu, gel tazarotene 0,1% dan 0,05% gel yang diaplikasikan setiap sekali
sehari dan menunjukkan hasil yang baik dalam mengurangi jumlah lesi. Kedua gel
tersebut juga terbukti memiliki profil tolerabilitas yang masih dapat diterima. Efek
samping yang memang terjadi hanya iritasi lokal. Studi lainnya, membandingkan
antara tazatorene dengan tretinoin. Hasilnya menunjukkan bahwa tazarotene
sekali sehari lebih efektif daripada penggunaan tretinoin sekali sehari dalam
mengurangi papula dan komedo terbuka (blackhead).
Retinoid topikal diketahui dapat mengubah folikel pada wajah sehingga
mampu meningkatkan penetrasi obat lain seperti antibiotik topikal. Pada jerawat
yang timbul akibat inflamasi, harus dimulai dengan pemberian retinoid topikal
yang dikombinasikan dengan antibiotik hingga inflamasinya selesai. Setelah
inflamasi berakhir, hentikan penggunaan antibiotik saja karena penggunaan
antibiotik jangka panjang dapat menyebabkan resistensi terutama jika antibiotik
digunakan sebagai monoterapi. Untuk penggunaan retinoid topikal tetap

16

dilanjutkan untuk menghambat komedo agar tidak muncul kembali. Retinoid


topikal juga menjadi pilihan bagi individu berkulit gelap karena tidak
menyebabkan hiperpigmentasi.

4.

Asam

Salisilat
Asam salisilat merupakan terapi jerawat yang tertua. Manfaatnya dalam
merawat kulit telah dikenal selama beberapa generasi. Asam salisilat juga dapat
ditemukan dalam berbagai tanaman seperti pohon willow, daun wintergreen, dan
bunga chamomile. Pada penggunaan topikal, asam salisilat digunakan untuk
beberapa gangguan kulit seperti jerawat, ketombe, psoriasis, atau ichthyosis.
Asam salisilat merupakan satu-satunya golongan asam b-hidroksi yang
digunakan untuk mengatasi masalah dermatologi. Tidak seperti kelompok asam ahidroksi, asam salisilat ini dapat larut dalam lemak sehingga tidak hanya mampu
berpenetrasi ke epidermis saja tetapi juga sampai ke kelenjar minyak (unit
pilosebaseus). Dengan daya penetrasinya yang tinggi, membuat asam salisilat
memiliki kemampuan komedolitik.
Penggunaan asam salisilat efektif untuk jerawat tingkat ringan sampai
sedang yakni jerawat yang berupa jerawat non inflamasi (komedo) dan beberapa
jerawat inflamasi (papula dan pustula). Konsentrasi asam salisilat yang
direkomendasikan untuk mengatasi jerawat adalah 0,5-2% dan digunakan tiap dua
kali sehari. Asam salisilat dapat mengatasi jerawat melalui aktifitasnya sebagai
agen

komedolitik

dengan

menganggu

pembentukan

atau

meluruhkan

microkomedo yang tentunya dapat mencegah mikrokomedo berkembang


membentuk lesi jerawat.

17

Efek komedolitik yang dimiliki oleh asam salisilat memang tidak sekuat
retinoid topikal. Oleh karena itu, asam salisilat digunakan sebagai terapi topikal
alternatif pada pasien yang tidak mentolerir penggunaan topikal retinoid yang
dapat mengiritasi kulit.Berbeda dengan benzoyl peroksida, asam salisilat tidak
dapat mencegah resistensi apabila digunakan secara kombinasi dengan antibiotik.

5. Sulfur
Sulfur merupakan senyawa non logam berwarna kuning dan telah
digunakan

sejak

zaman

Hipocrates

untuk

mengatasi

masalah

jerawat.

Penggunaannya yang terus berlangsung sampai saat ini terkait dengan


kemampuannya sebagai anti jamur dan anti bakteri. Selain itu, diyakini bahwa

18

sulfur juga memiliki efek keratolitik. Sulfur dapat berinteraksi dengan cystein
pada startum korneum menghasilkan hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida lalu akan
mendegradasi keratin. Semakin kecil ukuran partikel sulfur, semakin banyak
interaksi yang dapat terjadi dengan keratin maka akan semakin besar juga efek
keratolitiknya.
Sulfur dapat ditemukan baik pada OTC ataupun produk jerawat topikal
yang diresepkan, dengan konsentrasi mulai dari 1-10 %. Sulfur tersedia dalam
bentuk lotion, krim, sabun dan salep. Khasiat tampaknya meningkat bila belerang
dikombinasikan dengan benzoil peroksida dan sulfacetamide dan sulfur juga
ditemukan dalam kombinasi dengan resorsinol atau asam salisilat.
Sulfur memiliki kekurangan yakni dapat menyebabkan perubahan warna
pada kulit dan memiliki bau yang tidak sedap sehingga penggunaan sulfur sebagai
monoterapi kini semakin terbatas. Namun kombinasi sulfacetamide dan sulfur
dapat efektif dalam pengobatan lesi jerawat inflamasi tanpa efek samping. Studi
terhadap penggunaan lotion sulfacetamide-sulfur menunjukkan penurunan lesi
inflamasi sebesar 83 % setelah 12 minggu.

19

H. CONTOH FORMULASI SEDIAAN ANTI JERAWAT


1. Acne cream- Sulfur

2. Acne lather scrub gel Benzoyl Peroxide

DAFTAR PUSTAKA

20

Zoe Diana Draelos and Lauren A Thaman, Formulation of skin Care Product,
Taylor & Francis, New York, 2006.
Ernest W. Flick. 1999. Cosmetic and Toiletry Formulations Second Edition
Volume 1. USA: Noyes Publication.
American Family Physician. 2000.Topical Therapy for Acne. American Academy of
Family Physiacian.
Harrald, dkk. 2003. Management of Acne: A Report from Global Alliance to
Improve Outcomes in Acne. France: American Academy of Dermatology.
Webster, Anthony F. 2003. Acne and Its Therapy. USA: Informa Healthcare.

Vous aimerez peut-être aussi