Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Semester:
Genap/2015
Oleh :
Riska Rachmawati
A1L013198
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan
kitadalam
penggunaan
lahan,
dan
untuk
menata
ulang kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu :
monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola
tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam
memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam
ini berarti memanfaatkan danmemadukan berbagai komponen yang tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama
tahun
dengan
memperhatikan
curah
hujan
(terutama
dilakukan
pada
dua
atau
lebih
jenis tanaman
yang
relatif
seumur,misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam
tumpangsari
secara
baik
perludiperhatikan
beberapa
faktor
petak
lahan
antar tanaman.
Pada
pola
tanam
tumpangsari
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim
dengan pola tanam tumpang sari dan mengelola usaha tani dengan baik.
seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009)
Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua
atau lebih jenistanaman yang lain family secara serempak. Keuntungan
tumpang sari yaitu:
Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai
tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).
Tumpang sari mengkombinasikan bermacam tanaman dalam satu
lahan. Ada banyak manfaat yang diberikan tumpang sari dan kombinasinya
pun beraneka ragam. Jenis - jenis kombinasinya dapat berupa : 1. Tanaman
legum, pohon buah - buah kecil, padi - padian dan tanaman sayuran.
2. Jagung dan kacang - kacangan , jagung akan menaungi kacang - kacangan
dan kacang akan memberi nitrogen bagi jagung. Model tanaman tumpang
sari memiliki banyak keuntungan yaitu: mengurangi kegagalan panen,
mencegah erosi dan meningkatkan hasil petani (sukoco,et.al.1992).
mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan lingkungan dan tenaga
kerja, menekan serangan hama dan penyakit,selain itu (soegidjani,et.al
1986)
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air. Masalah yang timbul
dari budidaya tumpang sari adalah terjadinya persaingan antara dua spesies
yang ditanam, persaingan dapat mencakup air, hara,cahaya dan ruang.
Sebagai dampak persaingan ,baik tanaman utama, maupun tanaman sela,
mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibandingkan petumbuhan
dan hasil tanaman monokultur.
IV.
budaya sehingga pengertian pola tanam polikultur disini adalah sistem pola
tanam dalam pertanian dengan menanam banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek
penganggu tanaman
Salah satu keuntungan yang lain dari pola tanam polikultur ini adalah
memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan
karenakarena bila hara salah sau komoditas rendah. Dapat ditutup oleh
harga komoditas lainnya
Kekurangan sistem pola tanam polikultur adalah sebagai berikut:
Organisme
pengganggu
tanaman
banyak.
Sehingga
sulit
dalam
Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai
tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh
maupun guludan. Sebagai contoh adalah pada lahan sawah yang hanya
ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja.
sepoi-sepoi
berpengaruh
baik
terhadap
pertumbuhan
dan
tangkai daun. Daun Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk
jorong segi tiga (Rukmana, 1994).
Tanaman buncis memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah
sampai pada kedalaman 1 meter. Akar-akar yang tumbuh mendatar dari
pangkal batang umumnya menyebar pada kedalaman sekitar 60 90 cm.
Sebagian akar akarnya mebentuk bintil-bintil yang merupakan sumber
utama unsur Nitrogen dan sebagian lagi tanpa nodula yang fungsinya antara
lain menyerap air dan unsur hara (SetianingsihdanKhaerodin,1991).
Kacang buncis termasuk tanaman menyerbuk sendiri, tetapi persilangan
alami sering terjadi meskipun dalam jumlah atau persentase sangat sedikit.
Bunga buncis mekar pada pagi hari sekitar jam 07.00-0800 WIB. Dari
proses-proses penyerbukan bunga akan dihasilkan buah yang disebut
polong. Polong buncis berbentuk panjang bulat atau panjang pipih dengan
panjang berkisar antara 12-13cm (Rukmana, 1994).
Syarat Tumbuh Tanaman Buncis
Tanaman buncis memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
dapat tumbuh dengan baik, yaitu:
a. Iklim
Tanaman Buncis dapat tumbuh baik apabila ditanaman di dataran
tinggi yaitu pada ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup
kemungkinan untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter
dpl.
Temperatur udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar antara
20-500C. Di luar kisaran temperatur tersebut produksinya tidak maksimal.
Umumnya tanaman Buncis menghendaki kelembaban 50-60%, kondisi
e. Kelembapan udara
Kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 %
(sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari
lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa
jenis aphids (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan
70-80%.
f. Tanah
Tanah yang cocok bagi tanaman Buncis adalah Regosol, Latosol dan
Andosol yang merupakan tanah lempung ringan dan memiliki draenase
yang baik. Sifat tanah untuk Buncis gembur, remah dan keasaman (pH)
adalah berkisar 5,5-6.
Teknik Penanaman Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya,
sehingga saat menanam yang paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat
cocok untuk fase pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta pemasakkan
polong. Pada fase ini di khawatirkan akan terjadi serangan penyakit bercak
bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk mengatasi curah hujan yang terlalu
tinggi dapat dibuat saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya
dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu
dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal
perkecambahan.
Penentuan Pola Tanam Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar
atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan.
Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman berikutnya Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari
sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan
benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari
setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan
Panen
mulsa
PHP),
dijaga
dalam
keadaan
lembab.
tidak
seragam.
Hal ini
akan
berpengaruh
terhadap
keseragaman pemanenan.
Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Bawang Merah
Sanitasi
lahan
budidaya
bawang
merah
meliputi
pengendalian
Panen sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan cuaca cerah. Untuk
menghindari umbi tertinggal dalam tanah, 1-2 hari sebelum panen dilakukan
penyiraman terlebih dahulu menggunakan air. Panen dilakukan dengan
mencabut seluruh tanaman secara hati-hati, kemudian setiap satu genggam
diikat dengan 1/3 daun bagian atas. Pengikatan bertujuan untuk
memudahkan penanganan berikutnya.
Sedangkan jika di bandingkan dengan saat praktikum di laksanakan pada
teknik budidaya tanaman buncis dan bawang merah adalah sebagai berikut:
a. Penanaman dan pemupukan dasar
Penanaman dilakukan secara tumpangsari antara tanaman utama
buncis atau jagung dengan komoditas lainnya, penanaman dilakukan
serempak untuk semua petak/perlakuan. Penanaman dilakukan
setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar.
b. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan sebanyak bagian pupuk N dilakukan pada
saat 4 minggu setelah tanam
c. Pengairan
Pemberian air dilakukan bila tanaman kekurangan air/kekeringan,
tergantung kepada curah hujan pada hari itu\
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada
serangan, dengan menggunakan pestisida
Menurut literatur (Rukmana, 1994). Hama penyakit pada Tanaman Buncis
adalah sebagai berikut:
a. Kumbang daun Penyebab: kumbang Henose-pilachna signatipennis atau
Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang
ini
disebabkan
oleh
cendawan Colletotrichum
cokelat danapabila dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Selain menyerang
buncis, penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP
dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
d. Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens yang
termasuk ke dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat tersebar melalui air
hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang
terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah,
sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida
CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.
e. Penyakit Hawar Daun
Hidupnya dapat bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa
tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan
serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman.
Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan
kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering,
dan berwarna cokelat kekuning-kuningan dan suhu optimum 30C.Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri ini dapat
berkembang pada suhu lebih dari 20C. Apabila serangannya hebat, daun
berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok.
Berdasarkan literatur (Muhadjir, 2005) hama penyakit tanaman bawang
merah sebagai berikut::
Layu Fusarium
Layu Fusarium menyerang tanaman bawang merah pada bagian dasar umbi
lapis, sehingga pertumbuhan akar dan umbi bawang merah terganggu.
Gejala serangan dapat diamati secara visual, yaitu daun menguning
cenderung terpelintir, tanaman mudah dicabut karena akar membusuk. Pada
dasar umbi terlihat cendawan putih, sedangkan pada umbi lapis jika
dipotong membujur terlihat pembusukan yang berawal dari dasar umbi
kemudian meluas ke atas maupun ke samping.
Ngelumpruk
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Stemhylium vesicarium (Wallr
Simmons). Gejala serangan penyakit ngelumpruk pada tanaman bawang
merah adalah terdapat bercak kekuningan yang tumbuh sangat banyak pada
seluruh
bagian
tanaman.
Bercak Cercospora
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora duddidae (Walles).
Gejala serangan penyakit bercak Cercospora pada tanaman bawang merah
adalah terjadinya bercak klorosis pada ujung daun dan sering tampak
terpisah dengan infeksi pada pangkal batang. Daun tampak belang-belang.
Bercak klorosis berbentuk bulat berwarna pucat dan bergaris tengah 3-5
mm. Pusat bercak berwarna cokelat serta terdapat bintik-bintik yang
merupakan konidiofora jamur. Pengendalian secara kimiawi menggunakan
fungisidansistemik.
Bercak Alternaria
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria porri (Ell.) Cif. Gejala
serangan penyakit bercak Alternaria pada tanaman bawang merah adalah
adanya bercak pada daun dengan pusat bercak berwarna ungu atau lebih
gelap. Pada daerah tersebut dapat ditemukan konidiofor yang mampu
berkecambah membentuk konidiospora. Penyakit bercak daun Alternaria
porri dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik,
contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Embun Bulu
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor (Berk)
Casp. Gejala serangan penyakit embun bulu pada tanaman bawang merah
terjadi pada awal pertumbuhan. Infeksi terlihat terutama saat daun basah
terkena embuh, terlihat warna putih menyerupai bulu-bulu halus. Penyakit
embun bulu dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil
tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida
kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Antraknosa
ion
logam
untuk
membentuk
senyawa
kompleks,
kualitas
tanah
Sedangkan
pada
lebih
baik
praktikum
dibandingkan
yang
pupuk
dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 1997. Sowing Time and Fertilization Effects on Groundnut after
Maize on an Alfisol.Upland in Indonesia. International Arachis New
Letter. 17 (57-59)
Sukoco,Y.,Reintjes.Havertkort,dan
Depan. Kanisus. Yogyakarta.
Woker,
1992. Pertanian
Masa