Vous êtes sur la page 1sur 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM


ACARA I
SISTEM PERTANAMAN

Semester:
Genap/2015

Oleh :
Riska Rachmawati
A1L013198

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan

kitadalam

penggunaan

lahan,

dan

untuk

menata

ulang kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu :
monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola
tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam
memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam
ini berarti memanfaatkan danmemadukan berbagai komponen yang tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama

tahun

dengan

memperhatikan

curah

hujan

(terutama

padadaerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan


jenis/varietas yangditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam
beberapa jenis tanaman pada lahan dalamwaktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanamandengan cara ini
bisa

dilakukan

pada

dua

atau

lebih

jenis tanaman

yang

relatif

seumur,misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam

tumpangsari

secara

baik

perludiperhatikan

beberapa

faktor

lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaanair,


kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis
tanaman yang akanditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya
disesuaikan dengan ketersediaan air yangada selama pertumbuhan. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapanhara dan air) pada


suatu

petak

lahan

antar tanaman.

Pada

pola

tanam

tumpangsari

sebaiknyadipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai


perakaran yang relatif dalamdan tanaman yang mempunyai perakaran relatif
dangkal. ( Fahmi, 2012)Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman
campuran(polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebihtanaman pada
satu areallahan tanamdalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan.
Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu
yanghampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama,
seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam
kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim
dengan pola tanam tumpang sari dan mengelola usaha tani dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa
dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini dapat dilakukan
pada lahan dan waktu yang sama , dua atau lebih jenis tanaman yang relatif

seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009)
Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua
atau lebih jenistanaman yang lain family secara serempak. Keuntungan
tumpang sari yaitu:

Mencegah dan mengurangi pengangguran musim

Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani

Adanya pengolahan tanah yang minimal

Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai

tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).
Tumpang sari mengkombinasikan bermacam tanaman dalam satu

lahan. Ada banyak manfaat yang diberikan tumpang sari dan kombinasinya
pun beraneka ragam. Jenis - jenis kombinasinya dapat berupa : 1. Tanaman
legum, pohon buah - buah kecil, padi - padian dan tanaman sayuran.
2. Jagung dan kacang - kacangan , jagung akan menaungi kacang - kacangan
dan kacang akan memberi nitrogen bagi jagung. Model tanaman tumpang
sari memiliki banyak keuntungan yaitu: mengurangi kegagalan panen,
mencegah erosi dan meningkatkan hasil petani (sukoco,et.al.1992).
mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan lingkungan dan tenaga
kerja, menekan serangan hama dan penyakit,selain itu (soegidjani,et.al
1986)
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air. Masalah yang timbul
dari budidaya tumpang sari adalah terjadinya persaingan antara dua spesies
yang ditanam, persaingan dapat mencakup air, hara,cahaya dan ruang.
Sebagai dampak persaingan ,baik tanaman utama, maupun tanaman sela,
mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibandingkan petumbuhan
dan hasil tanaman monokultur.

Beets (1982). Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpangsari


senantiasa mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi
antara lain kedalaman dan distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan
fotosintesis, pola serapan unsure hara sehingga diperoleh sauatu
karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan hasil tumapngsari yang
bersifat sinergis (Gomez dan Gomez, 1983 dan Palaniappan, 1985)
Selain itu, menurut Odum, (1983) tanaman yang ditumpangsarikan
adalah tanaman dari lain famili dan yang memneuhi syarat-syarat yaitu
berbeda dalam kebutuhan zat hara, hama dan penyakit kepekaaan terhadap
toksin dan faktor-faktor lain yang mengendalikan yang sama pada
waktuyang berbeda. Pertanaman tumpangsari lebih banyak diketahui
mampu memberikan hasil tanaman secara keseluruhan yang lebih tinggi
dibandingkan monokutur, apabila tepat dalam pemilihan sepesies tanaman
yang ditumpangsarikan.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
B. Pembahasan
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya

budaya sehingga pengertian pola tanam polikultur disini adalah sistem pola
tanam dalam pertanian dengan menanam banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek

lingkungan yang lebih baik.


Keuntungan pola tanam polikultur adalah sebagai berikut:
Dapat mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman (pemantauan
populasi hama) karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan

organisme pengganggu tanaman lainnya.


Mampu menambah kesuburan. Hal ini dapat di lakukan dengan menanam
tanaman dari family leguminosa atau sejenis kacang-kacangnan yang
memiliki kandungan unsur N (nitrogen) dalam tanah karena adanya bakteri

rhizobium yang terdapat dalam bintil akar.


Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi
dengan rotasi tanaman sehingga dapat memutus siklus organisme

penganggu tanaman
Salah satu keuntungan yang lain dari pola tanam polikultur ini adalah
memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan
karenakarena bila hara salah sau komoditas rendah. Dapat ditutup oleh
harga komoditas lainnya
Kekurangan sistem pola tanam polikultur adalah sebagai berikut:

Terjadinya persaingan dalam mendapatkan dan menggunakan unsur hara


antar tanaman dalam tanah

Organisme

pengganggu

tanaman

banyak.

Sehingga

sulit

dalam

pengendaliannya dan memerlukan biaya yang lebih mahal


Polikultur di bagi kedalam beberapa jenis. Jenis-jenis pola tanam
polikultur terbagi menjadi ke dalam beberapa pola tanam. Diantaranya
sebagai berikut:
a. Tumpang sari (inter cropping) adalah pola penanaman lebih dari satu jenis
tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu
tempat yang sama.m beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara
lain pemanfaatan lahan kosong di sela-sela tanaman pokok. Peningkatan
produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya.
Air serta unsur hara. Disamping dapat mengurangi resiko kegagalan paen
dan menekan pertumbuhan gulma. Dalam budidaya pertanian. Salah satu
jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman
jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan nitrogen tinggi.
Sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas akibat
adanya bintil akar pada kedelai yang disebabkan oleh bakteri rhizobium
(bakteri pengikat N). Sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi
oleh kelebihan nitrogen pada tanaman kedelai.
Tanaman jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan
terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari.
Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting
untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
Keuntungan tumpang sari yaitu:

Mencegah dan mengurangi pengangguran musim


memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
Adanya pengolahan tanah yang minimal

Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai

tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh

tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).


b. Tumpang gilir (Multiple Cropping) adalah pola tanam ini dapat dilakukan
secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lain untuk mendapatkan keuntungan maksimum.
c.Tanaman bersisipan (Relay Cropping) adalah pola tanam denga
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Pada
umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan.
Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu
produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut
untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disispkan agar
waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha
meningktkan pendapatan.
c. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )
Merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa
diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan
efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.
Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubikayu
e.
Tanaman bergiliran ( Sequential Planting)
Merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan
secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam
tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.
Pola pertanian monokultur adalah pola tanam dalam dunia pertanian
dengan menanam tanaman sejenis pada suatu bidang lahan bedengan,

maupun guludan. Sebagai contoh adalah pada lahan sawah yang hanya
ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja.

Kelebihan pola tanam Monokultur ini adalah untuk meningkatkan hasil


pertanian karena pada suatu bidangn lahan yang sama hanya di tanami
tanaman sejenis saja sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih baik

banyak dan maksimal.


Kekurangan pola tanam Monokultur adalah pola tanam dalam dunia
pertanian yang tidak mantap karena hanya terdiri satu jenis tanaman saja
dalam suatu bidang atau lahan pertanian. Fakta yang lain adalah pada tanah
pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida. Jika tidak
tanaman pertanian mudah terserang hama dan penyakit. Jika tanaman
pertania terserang hama, maka dalam cepat hama itu akan menyerang
wilayah yang luas, sehingga dalam hal ini petani tidak dapat panen dan
memanen hasil pertaniannya dikarenakan tanamannya terserang hama
semua. Kelemahan sistem pola ini adalah tanaman relatif mudah terserang
hama maupun penyakit.
Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran bernilai ekonomis
tinggi. Tanaman ini dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan petani,
pendapatan negara, penyumbang keanekaragaman bahan pangan serta
kecukupan gizi. Salah satu upaya meningkatkan produktifitas dan kualitas
bawang merah yang sesuai dengan permintaan konsumen adalah
penggunaan bibit berupa benih atau biji (true shallot seed = TSS).
Keuntungan usahatani bawang merah dengan biji ini antara lain dapat
menurunkan biaya produksi, penyimpanan serta distribusinya lebih mudah,
disamping itu juga dapat menciptakan varietas unggul baru. Budidaya

bawang merah memerlukan air yang cukup terutama saat pembentukan


umbi. Tanaman bawang merah yang kekurangan air pada fase pembentukan
umbi dapat mengakibatkan penurunan produksi secara signifikan. Hal utama
dalam budidaya bawang merah adalah menjaga tanah dalam keadaan cukup
lembab.
SYARAT TUMBUH TANAMAN BAWANG MERAH
Tanaman bawang merah memerlukan curah hujan antara 100-200
mm/bulan dengan ketinggian tempat optimal 10-200 mdpl. Meskipun
demikian, bawang merah masih dapat tumbuh dan berproduksi di ketinggian
sampai dengan 800 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah 20-30C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan,
lama penyinaran 12 jam. Tanaman bawang merah dapat beradaptasi pada
kelembaban udara (rH 80-90%). Kelembaban udara dan kelembaban tanah
yang relatif tinggi (> 90%) dapat merangsang terjadinya serangan penyakit.
Angin

sepoi-sepoi

berpengaruh

baik

terhadap

pertumbuhan

dan

pembentukan umbi bawang merah. Tanaman bawang merah membutuhkan


tanah gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, serta mudah
menyediakan air dengan aerasi udara baik dan tidak becek. Budidaya
bawang merah dapat dilakukan pada lahan sawah maupun lahan kering.
Tanaman Buncis termasuk tanaman semusim yang di bedakan atas dua
tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan tipe tegak. Kacang Buncis tipe
merambat umumnya berbatang memanjang setinggi 2-3 meter, sedangkan
tipe Buncis tegak mempuyai batang pendek setinggi 50-60 cm. Batang
tanaman Buncis umumnya berbuku-buku, yang merupakan tempat melekat

tangkai daun. Daun Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk
jorong segi tiga (Rukmana, 1994).
Tanaman buncis memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah
sampai pada kedalaman 1 meter. Akar-akar yang tumbuh mendatar dari
pangkal batang umumnya menyebar pada kedalaman sekitar 60 90 cm.
Sebagian akar akarnya mebentuk bintil-bintil yang merupakan sumber
utama unsur Nitrogen dan sebagian lagi tanpa nodula yang fungsinya antara
lain menyerap air dan unsur hara (SetianingsihdanKhaerodin,1991).
Kacang buncis termasuk tanaman menyerbuk sendiri, tetapi persilangan
alami sering terjadi meskipun dalam jumlah atau persentase sangat sedikit.
Bunga buncis mekar pada pagi hari sekitar jam 07.00-0800 WIB. Dari
proses-proses penyerbukan bunga akan dihasilkan buah yang disebut
polong. Polong buncis berbentuk panjang bulat atau panjang pipih dengan
panjang berkisar antara 12-13cm (Rukmana, 1994).
Syarat Tumbuh Tanaman Buncis
Tanaman buncis memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
dapat tumbuh dengan baik, yaitu:
a. Iklim
Tanaman Buncis dapat tumbuh baik apabila ditanaman di dataran
tinggi yaitu pada ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup
kemungkinan untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter
dpl.
Temperatur udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar antara
20-500C. Di luar kisaran temperatur tersebut produksinya tidak maksimal.
Umumnya tanaman Buncis menghendaki kelembaban 50-60%, kondisi

terlalu lembab dapat mengundang hama dan penyakit sehingga dapat


mengancam pertumbuhan tanaman (Setiawan, 1994).
b. Curah Hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah
hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada
akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan
(menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu
banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman
buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut
dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu
tinggi.
c. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 25C. Pada suhu kurang dari 20 C tanaman tidak dapat melakukan proses
fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada
suhu udara yang lebih tinggi dari 25C banyak polong yang hampa. Hal ini
terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses
fotosintesis pada suhutinggi.
d. Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau
sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk
tanaman yang tidak membutuhkan naungan.

e. Kelembapan udara
Kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 %
(sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari
lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa
jenis aphids (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan
70-80%.
f. Tanah
Tanah yang cocok bagi tanaman Buncis adalah Regosol, Latosol dan
Andosol yang merupakan tanah lempung ringan dan memiliki draenase
yang baik. Sifat tanah untuk Buncis gembur, remah dan keasaman (pH)
adalah berkisar 5,5-6.
Teknik Penanaman Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya,
sehingga saat menanam yang paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat
cocok untuk fase pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta pemasakkan
polong. Pada fase ini di khawatirkan akan terjadi serangan penyakit bercak
bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk mengatasi curah hujan yang terlalu
tinggi dapat dibuat saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya
dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu
dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal
perkecambahan.
Penentuan Pola Tanam Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar
atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan.
Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan

tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan mempermudah pekerjaan


selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan, pembumbunan
dan panen. Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk
tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka
sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40
cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena
gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak
tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan
tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
Pembuatan Lubang Tanam Setelah menentukan jarak tanam, kemudian
membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus,
sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris atau tali.
Tempat yang diberi tanda tersebut juga ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm
untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, sedangkan untuk tanah liat dapat
digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan
airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum
mampu berkecambah. Cara Penanaman Tanaman buncis tidak memerlukan
persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga
benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun. Tiap lubang tanam
dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman berikutnya Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari
sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan
benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari
setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan

memudahkan pemeliharaan. Penggulu dan Peninggian guludan atau


bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih
baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan
adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan
memelihara struktur tanah.
Pemangkasan Untuk memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh
buah yang banyak, tanaman buncis perlu dipangkas. Pemangkasan sebatas
pembentukan sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman
telah berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan juga dimaksudkan untuk
mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat
perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan dapat
digunakan sebagai sayuran.
Pemupukan Tindakan pemupukan pada tanaman buncis perlu
dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam
jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan berkurang karena
tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang
melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman. Apabila
keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka
makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga
tanaman tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut,
perlu tambahan dari luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan
pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam
tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan produksinya akan
melimpah. Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21 hari setelah
tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg/ha, caranya

cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup

kembali dengan tunggal atau diinjak dengan kaki.


Pengairan Air
yang diberikan alam sangat bervariasi dan seringkali tidak sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu, diperlukan pengaturan pengairan.
Biasanya pengairan dilakukan bila penanamannya dilakukan pada musim
kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali
sehari, setiap pagi dan sore. Bila penanamannya dilakukan pada musim
hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya.
Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat di antara

bedengan atau guludan.


Pemeliharaan Lain
Untuk tanaman buncis tipe merambat perlu diberi turus atau lanjaran,
supaya pertumbuhannya dapat lebih baik. Biasanya turus atau lanjaran ini
dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm. Turus
tersebut ditancap didekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan
diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih
kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan
peninggian guludan yang pertama, yaitu pada tanaman berumur 20 hari.

Panen

Ciri dan Umur Panen Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman


berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Warna polong agak muda dan suram
b) Permukaan kulitnya agak kasar
c) Biji dalam polong belum menonjol
d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup
Cara Panen Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin
sebab bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong
bincis dapat terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut
sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi

karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit tersebut berkembang


sampai ke polong-polongnya. Cara panen yang dilakukan biasanya dengan
cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam
yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada
polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk
kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun. Periode Panen
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari
sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polonh yang seragam dalam
tingkat kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur
lebih dari 80 hari, atau kira0kira sejumlah 7 kali panen.
Prakiraan Produksi Bila dalam pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah
baik, artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas maka produksi
perhektar dapat mencapai 150 kuintal polong segar.
Persiapan Lahan Budidaya Bawang Merah
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, pencangkulan
sedalam 30 cm (dikeringanginkan selama 15 hari), pembuatan bedengan
dengan lebar 80-100 cm serta tinggi 30 cm (lahan kering) dan 60 cm (lahan
sawah) dengan lebar parit 30-40 cm, pemberian pupuk kandang yang sudah
difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1,2
ton/ha, persiapan selanjutnya melakukan pengadukan/pencacakan bedengan
agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, kemudian
dilakukan penugalan untuk pembuatan lubang tanam.
Persiapan Bibit dan Penanaman Budidaya Bawang Merah

Persiapan pembibitan bawang merah membutuhkan rumah atau sungkup


pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kebutuhan benih bawang merah
sebanyak 3 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur dan
intensitas cahaya matahari sempurna. Cangkul tanah sedalam 30 cm hingga
gembur, kemudian keringanginkan selama 2 minggu. Buat bedengan dengan
ukuran lebar 80-100 cm dan tinggi 30 cm. Berikan pupuk kandang yang
telah difermentasi sebanyak 2 kg/m2, NPK 15-15-15 sebanyak 10 gram/m2.
Buat alur-alur dangkal dengan arah alur memotong panjang bedengan. Jarak
antaralur 5-10 cm. Tebar biji bawang merah secara merata pada alur
kemudian tutup tipis dengan tanah. Untuk mempercepat perkecambahan
benih permukaan media ditutup menggunakan kain goni (bisa juga
menggunakan

mulsa

PHP),

dijaga

dalam

keadaan

lembab.

Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah


berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik
transparan. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, dibuka lagi jam
15.00-17.00. Umur 7 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara
penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah,
dilakukan setiap pagi. Penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif
simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan pada umur
15 hss (hari setelah semai). Dosis/konsentrasi dosis terendah.
Bibit bawang merah berumur 30 hari siap untuk di tanam. Sebelum ditanam,
bibit yang telah dicabut direndam dalam larutan karbofuran (konsentrasi 1
gr/ liter selama 2 jam). Penanaman berjumlah satu tanaman per titik tanam,
usahakan posisi berdiri tegak. Jarak tanam ideal untuk musim kemarau 10

cm x 5 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 10 cm x 10


cm. Padatkan tanah dekat pangkal batang secara pelan.
Kegiatan pemeliharaan pada budidaya bawang merah:
Penyulaman Budidaya Bawang Merah
Penyulaman dilakukan sampai umur tanaman 2 minggu. Tanaman bawang
merah yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan
pertumbuhan

tidak

seragam.

Hal ini

akan

berpengaruh

terhadap

keseragaman pemanenan.
Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Bawang Merah
Sanitasi

lahan

budidaya

bawang

merah

meliputi

pengendalian

gulma/rumput (penyiangan), pengendalian air saat musim hujan sehingga


tidak muncul genangan serta pencabutan tanaman bawang merah yang
terserang hama penyakit. Penyiangan dilakukan sebelum melakukan
pemupukan susulan baik pemupukan susulan pertama maupun kedua.
Penyiangan gulma dapat dicabut secara manual atau menggunakan alat
gosrok/landak.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban
dua hari sekali selama 15-30 menit tergantung kondisi kelembaban tanah.
Pemupukan Susulan Budidaya Bawang Merah
Pemupukan susulan budidaya bawang merah meliputi pupuk akar dan
pupuk daun. Pupuk akar diberikan secara larikan, dibenamkan dalam tanah

sedalam 10 cm sebanyak 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan umur 10


hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150
kg/ha dan pupuk urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan
umur 30 HST menggunakanpupuk NPK 15-15-15 sebanyak 200 kg/ha.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan umur 14 hst dengan
konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat serta
kalium tinggi diberikan umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan
kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada
umur 30 hst, dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.
Panen
Tanaman bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hss di dataran
rendah, 80-100 hss di dataran tinggi. Tanaman bawang merah siap panen
ditandai sebagai berikut:
1. Pangkal daun jika dipegan sudah lemah.
2. 70-80% daun berwarna kuning.
3. Daun bagian atas mulai rebah.
4. Umbi bawang merah kelihatan tersembul di atas permukaan tanah
5. Sudah terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau
bawang merah yang khas, serta terlihat warna merah tua atau merah
keunguan pada umbi bawang merah.

Panen sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan cuaca cerah. Untuk
menghindari umbi tertinggal dalam tanah, 1-2 hari sebelum panen dilakukan
penyiraman terlebih dahulu menggunakan air. Panen dilakukan dengan
mencabut seluruh tanaman secara hati-hati, kemudian setiap satu genggam
diikat dengan 1/3 daun bagian atas. Pengikatan bertujuan untuk
memudahkan penanganan berikutnya.
Sedangkan jika di bandingkan dengan saat praktikum di laksanakan pada
teknik budidaya tanaman buncis dan bawang merah adalah sebagai berikut:
a. Penanaman dan pemupukan dasar
Penanaman dilakukan secara tumpangsari antara tanaman utama
buncis atau jagung dengan komoditas lainnya, penanaman dilakukan
serempak untuk semua petak/perlakuan. Penanaman dilakukan
setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar.
b. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan sebanyak bagian pupuk N dilakukan pada
saat 4 minggu setelah tanam
c. Pengairan
Pemberian air dilakukan bila tanaman kekurangan air/kekeringan,
tergantung kepada curah hujan pada hari itu\
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada
serangan, dengan menggunakan pestisida
Menurut literatur (Rukmana, 1994). Hama penyakit pada Tanaman Buncis
adalah sebagai berikut:
a. Kumbang daun Penyebab: kumbang Henose-pilachna signatipennis atau
Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang

termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau


coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Pengendalian: (1) bila sudah
terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung
dibunuh dengan tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25
WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar;
(3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
b. Penggerek daun
Penyebab: ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae.
Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala: polong yang
masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos.
Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.
c. Kutu daun
Penyebab: Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya
polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan
tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain
kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna
kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Gejala: pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi
keriting dan berwarna kuning.
d. . Ulat jengkal semu
Penyebab: ulat jengkal semu. Ada dua dua spesies yang terdapat
diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P.
chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P.
chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna
lebih muda. Gejala: (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak
efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat

dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan


insektisida Hostathion 40 EC sangat efektif
e. Ulat penggulung daun
Penyebab: ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya
termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala: daun kelihatan seperti
menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra
dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan
daunnya.
a. Penyakit Antraknosa
Penyakit

ini

disebabkan

oleh

cendawan Colletotrichum

lindemuthianum yang termasuk kedalam famili Melanconiaceae.Apabila


cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji
tersebut berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya
menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya.
b. Penyakit Embun Tepung
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan
air hujan. Gejala penyakit ditandai dengan adanya warna putih keabuan
(kelihatan seperti kain beludru) pada bagian daun, batang, bunga, dan
buah.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni yang
termasuk ke dalam familiErysiphaceae.
c. Penyakit Layu
Penyebaran penyakit dapat melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan,
atau peralatan yang digunakan sewaktu pengolahan tanah. Gejala serangan
ditandai dengan layunya tanaman, menguning, dan kerdil. Apabila batang
tanaman yang terserang dipotong melintang sehingga akan terlihat warna

cokelat danapabila dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Selain menyerang
buncis, penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP
dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
d. Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens yang
termasuk ke dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat tersebar melalui air
hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang
terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah,
sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida
CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.
e. Penyakit Hawar Daun
Hidupnya dapat bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa
tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan
serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman.
Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan
kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering,
dan berwarna cokelat kekuning-kuningan dan suhu optimum 30C.Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri ini dapat
berkembang pada suhu lebih dari 20C. Apabila serangannya hebat, daun
berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok.
Berdasarkan literatur (Muhadjir, 2005) hama penyakit tanaman bawang
merah sebagai berikut::

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)


Larva ulat tanah aktif menyerang tanaman bawang merah pada malam hari
dengan cara memotong pangkal batang tanaman muda. Sedangkan siang
harinya larva ulat bersembunyi di dalam celah-celah tanah, biasanya dengan
posisi tubuh melingkar.
Hama Putih (Thrips tabaci Lind.)
Siklus hidup thrips berlangsung selama 3 minggu. Di daerah tropis, siklus
hidup Thrips hanya berlangsung selama 7-12 hari, sehingga dalam satu
tahun dapat mencapai 5-10 generasi. Setiap ekor Thrips betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 80-120 butir selama hidupnya. Gejala
serangan dapat diamati pada daun muda atau pucuk daun. Nimfa dan imago
menyerang tanaman bawang merah dengan cara menghisap cairan daun.
Bagian tanaman terserang akan ternoda berwarna putih mengkilap seperti
perak, kemudian berubah menjadi kecoklatan berbintik hitam.
Ulat Bawang
Ulat bawang tanaman bawang merah adalah Spodoptera exiqua. Larva ulat
bawang menyerang tanaman bawang merah dengan cara membuat lubang
pada daun bagian ujung, kemudian masuk ke dalam daun dan memakan
daun bagian dalam tetapi epidermis bagian luar tetap dibiarkan, akibatnya
daun tersebut tampak bercak-bercak berwarna putih, apabila diterawang
tembus cahaya. kemasan.
Penyakit tanaman bawang merah sebagai berikut:

Layu Fusarium
Layu Fusarium menyerang tanaman bawang merah pada bagian dasar umbi
lapis, sehingga pertumbuhan akar dan umbi bawang merah terganggu.
Gejala serangan dapat diamati secara visual, yaitu daun menguning
cenderung terpelintir, tanaman mudah dicabut karena akar membusuk. Pada
dasar umbi terlihat cendawan putih, sedangkan pada umbi lapis jika
dipotong membujur terlihat pembusukan yang berawal dari dasar umbi
kemudian meluas ke atas maupun ke samping.
Ngelumpruk
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Stemhylium vesicarium (Wallr
Simmons). Gejala serangan penyakit ngelumpruk pada tanaman bawang
merah adalah terdapat bercak kekuningan yang tumbuh sangat banyak pada
seluruh

bagian

tanaman.

Bercak Cercospora
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora duddidae (Walles).
Gejala serangan penyakit bercak Cercospora pada tanaman bawang merah
adalah terjadinya bercak klorosis pada ujung daun dan sering tampak
terpisah dengan infeksi pada pangkal batang. Daun tampak belang-belang.
Bercak klorosis berbentuk bulat berwarna pucat dan bergaris tengah 3-5
mm. Pusat bercak berwarna cokelat serta terdapat bintik-bintik yang
merupakan konidiofora jamur. Pengendalian secara kimiawi menggunakan
fungisidansistemik.
Bercak Alternaria

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria porri (Ell.) Cif. Gejala
serangan penyakit bercak Alternaria pada tanaman bawang merah adalah
adanya bercak pada daun dengan pusat bercak berwarna ungu atau lebih
gelap. Pada daerah tersebut dapat ditemukan konidiofor yang mampu
berkecambah membentuk konidiospora. Penyakit bercak daun Alternaria
porri dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik,
contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Embun Bulu
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor (Berk)
Casp. Gejala serangan penyakit embun bulu pada tanaman bawang merah
terjadi pada awal pertumbuhan. Infeksi terlihat terutama saat daun basah
terkena embuh, terlihat warna putih menyerupai bulu-bulu halus. Penyakit
embun bulu dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil
tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida
kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Antraknosa

Antraknosa pada tanaman bawang merah adalah cendawanColletrotichum


gloespoiroides Penz. Kerusakan tanaman bawang merah akibar serangan
penyakit antraknosa bisa mencapai 50-100%. Penyakit ini sangat berpotensi
menimbulkan kegagalan. Gejala serangan dapat dilihat secara fisiologis,
tanaman mati serentak secara cepat. Serangan awal ditandai adanya gejala
bercak putih pada daun, selanjutnya akan terbentuk lekukan ke dalam
(invag1nasi), berlubang dan patah karena terkuai tepat pada bercak tersebut.
Jika serangan berlanjut akan membentuk koloni konidia berwarna merah
muda, lalu berubah menjadi cokelat tua, dan akhirnya menjadi kehitaman.
Umbi akan membusuk serta daun mengering. Penyakit antraknosa dapat
dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb
Menurut literatur rukmana (1998) Pemupukan ini dapat dilakukan pada
umur 14-21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea
sebanyak 200 kg/ha, caranya cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari
tanaman. Sedangkan dalam praktikum yang dilaksanakan dosis pupuk yang
ditentukan tanaman buncis adalah pupuk urea 30 gram, SP-36 = 60 gram
dan KCL=30 gram untuk satu lahan
Menurut literatur Kumolontang (2008) adalah Pemberian pupuk
organik ke dalam tanah diharapkan dapat memicu terbentuknya
berbagai komunitas mikroba. Fenomena tersebut alamiah, seperti
pada proses humifikasi atau pengomposan serasah. Meskipun

mengandung unsur hara yang rendah dan lambat melapuk, bahan


organik penting dalam : (1) menyediakan hara makro dan mikro
seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, (2) meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta (3) dapat bereaksi
dengan

ion

logam

untuk

membentuk

senyawa

kompleks,

sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat


penyediaan hara seperti Al, Fe, dan Mn. Penggunaan pupuk
organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan
menjadikan
anorganik.

kualitas

tanah

Sedangkan

pada

lebih

baik

praktikum

dibandingkan
yang

pupuk

dilaksanakan

pemberian dosis pupuk tanaman bawang merah adalah RA = 27


gram dan pupuk phonska = 53 gram.

DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 1997. Sowing Time and Fertilization Effects on Groundnut after
Maize on an Alfisol.Upland in Indonesia. International Arachis New
Letter. 17 (57-59)

Nugroho. W.H,1990.Statistical Analysis And Interpretasion At Intercroping


Research. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya . Malang

Syaiful A.S., A.Yassi, N. Rezkiani. 2011. Respon tumpangsari tanaman


jagung dan kacang hijau terhadap sistem olah tanah dan pemberian
pupuk organik. Jurnal Agronomika 1: 13-18.

Setyawati W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh sistem pertanaman


monokultur dan tumpangsari sayuran crucifera dan solanaceae terhadap
hasil da struktur dan fungsi komunitas artropoda. Jurnal Hortikultura
13: 41-57.

Suwarto, S. Yahya, Handoko, dan M.A. Coizin. 2005. Kompetisi tanaman


jagung dan ubi kayu dalam sistem tumpangsari. Bulletin Agron 33:1-7

Sukoco,Y.,Reintjes.Havertkort,dan
Depan. Kanisus. Yogyakarta.

Woker,

1992. Pertanian

Masa

Warsana,2009.Introduksi Tanaman Tumpang Sari Jagung Dengan Kacang


Tanah. BPTP

Jawa Tengah: Jawa Tengah

Vous aimerez peut-être aussi