Vous êtes sur la page 1sur 24

TUGAS COMMUNITY HEALTH NURSING III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITASKELOMPOK LANSIA

OLEH
KELOMPOK I
1. BUNGA A AMELIA

(0901. 14201. 002)

2. FARIZ ADITYA P

(0901. 14201. 003)

3. IRENE A SUDIR

(0901.14201.005)

4. MIRAWAN ADI S

(0901.14201. 017)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada TYME atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini membahas tentang asuhan
keperawatan pada lansia.
Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua yang senantiasa
mendukung, dosen dan teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat lebih
baik pada makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat.
Malang, Maret 2013
Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,

penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat
dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada
diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa
yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah
sehat sakit atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest
yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang

sama

dimana

mereka

tinggal,

kelompok

sosial

yang

mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).


Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari
praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam
ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa

mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu


ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk
di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas
pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga
diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang
mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar,
kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer
masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada
peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan
dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian dari lansia?
2) Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3) Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4) Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus
Lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan

pada

asuhan

keperawatan

komunitas pada kelompok khusus lansia


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74
tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

2.2 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram
dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial
(social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan

manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,


kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah
kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masingmasing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang
lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada

diri

orang

lanjut

usia,

keluarga

dan

lingkungannya

Jika

kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam


kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi,
2004).

2.3 Teori teori Proses Menua


Sebenarnya secara individual
1.

Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2.

Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda

3.

Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:


1.

Teori Genetic Clock


Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik
yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut
konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep genetic clock
didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa
spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

2.

Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )


Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

3.

Teori pemakaian dan rusak


Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se sel tubuh lelah terbakar.

4.

Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa.

5.

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

6.

Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

7.

Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)


Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.

8.

Teori imonologi saw virus


Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

9.

Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel sel yang bisa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh
lelah terpakai.

10. Teori radikal bebas


Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel sel tidak dapat
regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah
sel- sel mati.

2.4 Perubahan perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau
nada nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi
pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan

c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih
35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
b. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada
arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang

f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan


menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur angsur.
i.

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

j. Selaut lendir menurun


9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a.

Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai


200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria
susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

b.

Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %


tahun

c.

Atrofi vulva

10. Sistem Endokrin


a.

Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b.

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c.

Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.

d.

Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

e.

Menurunnya produksi aldosteron

f.

Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen


dan testosteron

11. Sistem kulit


a.

Kulit keriput atau mengkerut

b.

Permukaan kulit kasar dan bersisik

c.

Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

d.

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

e.

Rambut dan hidung dan telinga menebal.

f.

Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan


vaskularitas

g.

Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

h.

Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal


a.

Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

b.

Kiposis, pinggang lutut dan jari jari pergelangan terbatas geraknya.

c.

Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

d.

Persendian membesar dan kaku

e.

Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

f.

Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan
tremor.

2.5 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.Perbedaan ego versus
preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai
seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan
kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk
mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya,
lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai
orangtua dan okupasi.

Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia


mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan
kenyamanan

berarti

kesejahteraan

fisik.

Orang-orang

tersebut

mungkin

mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas
sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan
fisik semata.
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari
kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan
kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa
depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego
seseorang. manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak
mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka
ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orangorang yang meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi,
individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka
lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri
mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).
2.6 Permasalahan yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan
kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000
akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya
15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber

( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar


41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c.

Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia


e.

Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

f.

Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan


popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan
akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan
keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan
menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi
badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,
tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah,
elastisitas

jaringan

paru

berkurang,

nafas

menjadi

pendek,

terjadi

pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal


dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak
selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
2.7Sikap perawat terhadap lansia
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan

mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan


ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih
jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien
dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi
perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan
mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak
lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia :
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.

b. Pendekatan psikis
Perawatan

mempunyai

peranan

yang

panjang

untuk

mengadakan

pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK LANSIA
3.1 Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti
a.

Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik

Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk


lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan,
agama, nilai nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk

: 987 jiwa

a) Laki laki

: 523 jiwa

b) Perempuan

: 464 jiwa

c) Pendidikan penduduk

: Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus

SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.


d) Suku Bangsa
e) Status perkawinan

: Suku Jawa
: Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas

tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.


f) Nilai dan kepercayaan

: Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal

nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan.
Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
g) Agama

: Mayoritas beragama Islam dan beberapa

diantaranya beragama nasrani


2. Data subsistem
a.

Lingkungan fisik

1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas,
apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau
tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia,
contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.

b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c.

Keamanan dan transportasi


Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam

atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e.

Pelayanan social dan kesehatan


Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau
apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan
kesehatan.
f.

Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut

untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari
luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g.

Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau

tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.


h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk mengurangi stress.
2.Analisis data
a. Diagnosa keperawatan

Untuk

menentukan

masalah

kesehatan

pada

masyarakat dapatlah

dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :


Masalah (Problem) : Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi.
Penyebab (Etiologi) : Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta
interaksi perilaku dengan lingkungan.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton) : Yaitu informasi yang perlu untuk
merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Contoh :
No
.
1

Data

Problem

Ds:
- Kader

Diabetes pada lansia


posyandu

mengatakan
lansia

Etiologi
Kebiasaan

hidup

lansia

yang tidak terkontrol

35%
menderita

diabetes namun jarang


memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
2

harinya
DS:
Bidan
mengatakan

desa Hipertensi
lansia

banyak yang menderita


hipertensi dan lansia
malas

mengikuti

posyandu lansia yang


diselengarakan
bulannya.

setiap

Ketidakpatuhan

lansia

dalam mengikuti posyandu


lansia

3.

Ds:
-

Resiko

kerusakan Perubahan

Banyak warga yang integritas kulit


mengeluh

status

kesehatan

gatal-gatal

pada tubuhnya.
Do:
-

Tubuh terlihat bintikbintik merah.

3. Diagnosa

1.

Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.

2.

Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti


posyandu lansia.

3.

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status


kesehatan.

Kriteria Penapisan
Dx. Kep
Dx. 1
Dx. 2
Dx.3

1
4
4
4

2
4
3
3

3
4
4
3

4
4
4
4

5
4
3
3

Kriteria penapisan
6
7
8
9
3
3
4
3
3
2
4
3
4
2
3
3

10
3
3
3

11
3
3
3

Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas. 2. Jumlah yang beresiko
3.

Besarnya resiko

5.

Minat masyarakat

7.

Sesuai program pemerintah.

9.

Sumber daya waktu

11.

4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan


6. Kemungkinan untuk diatasi
8. Sumber daya tempat

10. Sumber daya dana

Sumber daya peralatan 12. Sumber daya manusia

Skor :
1 = sangat rendah2 = rendah3 = cukup
Jumlah skor 121

4 = tinggi5 = sangat tinggi

12
3
4
4

13
42
40
39

4. Rencana Tindakan
Diagnosa
Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah
dilakukan Setelah
dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan

tindakan keperawatan

lansia

selama

terkontrol

yang

tidak selama 4
ditandai minggu, komunitas

dengan 35 % lansia diharapkan:


menderita diabetes

1.

Lansia

komunitas diharapkan

mampu glukosa) pada lansia


asupan dapat menurun

makanan sehari harinya


dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
Lansia

minggu,

angka diabetes (kadar

mengontrol

2.

rutin

setiap

bulannya

menghadiri

kegiatan

posyandu

lansia yang diadakan.

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya.
Asuhan keperawatan kelompok lansia termasuk pada asuhan keperawatan
komunitas, di mana keperawatan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
perannya di bidang komunitas. Pengkajian dilakukan dengan mengkaji data inti
dan data subsistem, dilanjutkan dengan analisa data, menyusun diagnosa dan
rencana tindakan, implementasi serta evaluasi.

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca, mahasiswa keperawatan khususnya
untuk lebih menambah wawasan dalam bidang komunitas agar dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan aktual dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan
Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi