Vous êtes sur la page 1sur 50

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIANINSPEKTORAT
KEUANGAN JENDERAL
REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN


NOMOR PER- 03 /lJ/2012
TENfANG

PEDOMAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK


INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
INSPEKTUR JENDERAL,

Menimbang

a. bahwa dalam rangka mendorong pengelolaan keuangan negara yang efektif.,


efisien, transparan, dan akuntabel, Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan melakukan pengawasan yang bersifat assurance danj atau
consulting, dengan memprioritaskan pada kegiatan-kegiatan auditi. yang
berisiko tinggi (risk based audit), dan sesuai araban pimpinan serta current
issue;

h. bahwa untuk menghasilkan tema-tema pengawasan yang berkualitas dan


memberikan nilai tambah tinggi bagi auditi, Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan perIu mendesain tahapan perencanaan yang lebih
terstruktur dan terkoordinasi;
c. bahwa untuk menyamakan pandangan bagi setiap pimpinan dan auditor
terhadap proses atau tahapan perencanaan pengawasan, perIu menyusun
Pedoman Perencanaan Pengawasan Tematik Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b , dan huruf c, periu menetapkan Peraturan Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan tentang Pedoman Perencanaan Pengawasan Tematik
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;
Mengingat

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian


Intern Pemerintah;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.Ol/2010 tentang Orgamsasi
dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130jI<MK09/2011 tentang Kebijakan


Pengawasan Intern Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152jKMK.09j2011 Tentang
Peningkatan Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan;

MEMUfUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN


TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN.
Pasall

Pedoman Perencanaan Pengawasan Tematik Inspektorat Jertderal Kementerian


Keuangan merupakan panduan bagi pimpinanj auditor mengenai serangkaian
tahapan atau proses perencanaan yang hams dilakukan Wltuk menghasilkan
tema-tema pengawasan yang akan dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan
bersifat penjaminan (assurance) danj atau konsultasi, dalam. rangka memberi
nilai tambah bagi auditi meliputi proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pen9:endalian internal.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIANINSPEKTORATJENDERAL
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT
-2- JENDERAL

-2Pasal2

Tahapan atau proses perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasall adalah


ditetapkan dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dati Peraturan Inspektur
Jenderal Kementerian Keuangan ini.
Pasal3
Sekretaris Inspektorat Jenderal dan para Inspektur bertanggung jawab
mengimplementasikan proses atau tahapan perencanaan pengawasan tematik di
unit Eselon IT masing-masing.
Pasal4
Inspektorat VII
bertanggung jawab memberikan sosialisasi
dan
mengoordinasikan proses atau tahapan perencanaan pengawasan tematik di
lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
Pasal5
Sekretariat Inspektorat Jenderal bertanggung jawab memberikan dukungan
terhadap proses atau tahapan perencanaan pengawasan tematik eli lingkungan
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
Pasa16
Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan ini mulai berlaku pada
tang gal ditetapkan.

OHO~

SON
NIP 195706011979111001

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-3-

LAMPIRAN
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN
KEUANGAN NOMOR PER/IJ/2012 TENTANG
PEDOMAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
INSPEKTORAT
JENDERAL
KEMENTERIAN
KEUANGAN

PEDOMAN
PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL
DAFTAR ISI
Uraian
Pendahuluan
Ruang Lingkup
Definisi
Tahapan Perencanaan Pengawasan Tematik
Pemahaman Proses Bisnis Auditi
Identifikasi Symptoms
Pemilihan Tema Pengawasan Potensial
Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan
Penyusunan Proposal TPU
Komunikasi TPU dengan Auditi
Penyusunan Ketentuan tentang Kebijakan Pengawasan

Halaman
1
1
1
2
3
4
4
5
6
8
9

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL
PEDOMAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KEUANGAN
PENDAHULUAN
1.

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
menteri/pimpinan lembaga wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintah. Hal ini telah dinyatakan secara tegas dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1), Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP).
Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pengendalian adalah
efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Untuk itu, Itjen sebagai APIP
perlu secara berkesinambungan melakukan perbaikan proses bisnis guna memberi nilai tambah
bagi kementerian/lembaga.

2.

Sejalan dengan pengaturan dalam PP SPIP dan standar dari the Institute of Internal Auditors serta
dalam rangka memenuhi kebutuhan Kementerian Keuangan tahun 2010, penugasan pengawasan
kepada Inspektorat Jenderal diarahkan pada pelaksanaan audit kepatuhan (compliance) dan
investigasi yang fokus pada program dan kegiatan yang memiliki risiko tinggi, pemberian
konsultasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas operasi, governance dan manajemen
risiko, dan pelaksanaan reviu dalam rangka menjamin kualitas Laporan Keuangan Bagian
Anggaran 015, 999.01, 999.02, 999.03, 999.04, 999.05, 999.07, 999.08, 999.09, dan Bendahara Umum
Negara. Agar kegiatan-kegiatan dimaksud dapat tercapai secara optimal, perlu disusun
perencanaan yang lebih terstruktur dan terarah. Untuk itu, disusun Pedoman Perencanaan
Pengawasan Tematik Inspektorat Jenderal sebagai acuan dalam melaksanakan proses
perencanaan

pengawasan

sehingga

dapat

menghasilkan

tema

pengawasan

yang

lebih berkualitas dan memberi nilai tambah bagi stakeholders.


RUANG LINGKUP
3.

Ruang lingkup pedoman ini hanya mengatur langkah-langkah atau tahapan perencanaan
pengawasan tematik.

DEFINISI
4.

Berikut ini merupakan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam pedoman ini, yaitu:
1) Tema Pengawasan Potensial adalah Kegiatan-kegiatan auditi yang berisiko tinggi sesuai hasil
penilaian risiko dari matriks TPP yang dipilih dari Audit Universe dengan kriteria-kriteria
pemilihan tertentu.
2) Tema Pengawasan Unggulan adalah Kegiatan-kegiatan auditi yang berisiko tinggi sesuai hasil
penilaian risiko dari matriks TPP dan TPU baik bersifat penjaminan (assurance) maupun
konsultasi (consulting) dikaitkan dengan arah kebijakan pengawasan pimpinan yang tertuang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-2dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 130 tentang Kebijakan Pengawasan Diktum
Kedua, terkait fungsi/tugas Itjen meliputi:
a. pembangunan dan penguatan fungsi pengendalian intern yang berkelanjutan (sustainable);
b. pelaksanaan audit kinerja, audit kepatuhan (compliance), dan audit investigasi yang fokus
pada program dan risiko yang memiliki risiko tinggi;
c. pemberian konsultasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas operasi,
governance, dan manajemen risiko;
d. pelaksanaan reviu dalam rangka menjamin kualitas laporan keuangan Kemenkeu (BA
015), BA 999, dan BUN; dan
e. peningkatan kapabilitas dan kapasitas sumber daya Itjen;
untuk menghasilkan output pengawasan dapat berupa rekomendasi kebijakan (policy
recommendation), peta kondisi implementasi/permasalahan disertai rekomendasi terkait,
pedoman, dan hasil kegiatan pengawasan lainnya.
3) Policy Recommendation adalah perbaikan kebijakan atau prosedur kerja yang dituangkan
dalam surat atau nota dinas Pimpinan mengenai usulan peraturan, keputusan, instruksi,
surat, surat edaran yang diterbitkan oleh Inspektur Jenderal terkait proses bisnis hasil evaluasi
kecukupan rancangan pengendalian intern.
4) Symptoms adalah:
a. Symptoms mengacu pada teridentifikasinya risiko terkait penggunaan sumber daya yang
tidak efisien dan/atau efektif atau perolehan sumber daya yang tidak ekonomis.
b. Dari perspektif auditor, Symptoms dijelaskan sebagai situasi/kejadian pada suatu
departemen/entitas dan program yang kinerjanya tidak memuaskan.
5) Liasion Officer adalah seorang yang memerankan pengendali mutu yang bertanggung jawab
mengkoordinir kegiatan pengawasan dengan fokus pada perencanaan pengawasan,
penjaminan kualitas hasil akhir kegiatan pengawasan, maupun pemaparan hasil akhir
pengawasan.

TAHAPAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK


5.

Secara garis besar tahapan perencanaan pengawasan tematik sebagai berikut:


1) Pemahaman Proses Bisnis Auditi.
2) Identifikasi Symptoms.
3) Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP).
4) Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU).
5) Penyusunan Proposal TPU.
6) Komunikasi TPU dengan Auditi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-37) Penyusunan Ketentuan Tentang Kebijakan Pengawasan.


6.

Pelaksanaan tahapan perencanaan pada masing-masing Inspektorat dan Sekretariat Itjen


dikoordinir oleh Liasion Officer, yaitu:
1) Liasion Officer pada masing-masing Inspektorat adalah seorang Auditor Utama/Pengendali
Mutu, apabila belum ada, Inspektur dapat menunjuk seorang Auditor Madya/Pengendali
Teknis yang memerankan Pengendali Mutu.
2) Liasion Officer pada Sekretariat adalah salah seorang Kepala Bagian yang ditunjuk oleh
Sekretaris Itjen.

7.

Waktu Pelaksanaan tahapan perencanaan di atas mengacu pada Timeline Perencanaan


Pengawasan Tematik (Rincian terlampir pada Lampiran V)

PEMAHAMAN PROSES BISNIS AUDITI


8.

Setiap auditor harus mempunyai pemahaman dan pengetahuan dari kegiatan auditi yang
memadai agar dapat mengidentifikasi kegiatan, transaksi, dan praktik yang dilakukan auditi.
Pemahaman tersebut diperlukan karena mempunyai pengaruh yang besar pada pertimbangan
auditor mengenai management measures atau pada saat auditor membuat laporan audit.
Pemahaman tersebut meliputi:
1)

Peraturan dan kebijakan.

2)

Program dan tujuan kinerja.

3)

Struktur organisasi dan hubungan akuntabilitasnya.

4)

Tujuan, misi, dan hasil yang diharapkan.

5)

Lingkungan internal dan eksternal dimana entitas beroperasi, termasuk sistem pengendalian
utama dan stakeholders.

6)

Hambatan eksternal yang mempengaruhi implementasi program.

7)

Investigasi awal atau problem yang telah diketahui.

8)

Manajemen proses dan sumber daya termasuk orang penting.

9)

Tingkat pengeluaran dan pendapatan.

10) Isu-isu penting yang diusulkan oleh auditi.


Proses pemahaman dilakukan secara terus-menerus dan akumulasi penyatuan dan penilaian
informasi yang menghasilkan pengetahuan untuk bukti audit pada setiap tingkatan audit.
9.

Metode/cara yang dilakukan untuk mendapat informasi mengenai auditi antara lain:
1)

mempelajari peraturan, kebijakan, dan renstra dan roadmap, profil risiko, balance scorecard,
yang dimiliki oleh auditi;

2)

wawancara dengan manajemen dan pejabat lain yang terkait;

3)

wawancara dengan eksternal auditor;

4)

melakukan penelitian sepintas (walkthrough investigation) ke tempat kerja (auditi);

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-45)

melakukan analisis atas anggaran serta realisasi belanja dan pendapatan;

6)

melakukan riset mengenai praktik manajemen yang baik (good management practices),
misalnya melalui internet; dan

7)

menguji/mempelajari dokumen-dokumen lainnya yang mengandung kebijakan penting


yang menjadi perhatian auditi.

IDENTIFIKASI SYMPTOMS
10. Selama pengidentifikasian Symptoms, auditor boleh menggunakan salah satu dari dua
pendekatan berikut:
1)

result-oriented approach: menurut pendekatan ini auditor mempelajari kinerja (efisiensi,


efektivitas, dan ekonomis) dan mengkaitkan observasi audit dengan norma yang ditentukan
(tujuan, sasaran, aturan, standar, dan lain lain) dan kriteria audit umum.

2)

problem-oriented approach: menurut pendekatan ini auditor melakukan verifikasi dan analisis
masalah (masalah dikaitkan dengan ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pelaksanaan
tugas dan program pemerintah). Kekurangan dan masalah atau paling tidak indikasi
masalah merupakan titik awal audit bukan kriteria audit.

11. Atas Symptoms yang telah diidentifikasi, dilakukan pemutakhiran/updating data Symptoms
dengan menggunakan aplikasi TeamMate oleh masing-masing Inspektorat.

PEMILIHAN TEMA PENGAWASAN POTENSIAL (TPP)


12. Setelah

dilakukan

identifikasi

Symptoms,

Inspektur

beserta

Koordinator

Kelompok

JFA/Pengendali Teknis melakukan pemilihan TPP dengan menggunakan Matriks TPP


(Lampiran I) per unit Eselon I. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1)

Nilai tambah yang dapat diberikan dari audit.

2)

Masalah penting dimana terdapat risiko besar dalam ukuran ekonomis, efisiensi, dan
efektifitas atau kepercayaan publik.

3)

Terdapat risiko atau ketidakpastian yang tinggi, seperti hal-hal dibawah ini:
a. jumlah dana/anggaran yang terlibat adalah besar atau terdapat perubahan signifikan
dari jumlah dana tersebut;
b. kegiatan yang memiliki risiko melekat (inherent risk) seperti pengadaan;
c. terdapat kegiatan baru atau penting atau perubahan keadaan;
d. struktur manajemen yang rumit dan mungkin terdapat ketidakjelasan di dalam
tanggung jawab; atau

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-5e. tidak ada informasi yang handal, independen, dan terkini tentang efisiensi atau
efektivitas dari sebuah program.
13. Penilaian tema kegiatan yang akan menjadi TPP serta penyusunan matriks TPP dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi TeamMate pada modul TeamRisk. Apabila penerapan TeamMate
telah ditetapkan secara menyeluruh maka Penilaian tema kegiatan harus menggunakan aplikasi
TeamMate. (Manual TeamRisk terlampir pada Lampiran VI)

PEMILIHAN TEMA PENGAWASAN UNGGULAN (TPU)


14. Setelah TPP ditentukan, Inspektur beserta Koordinator Kelompok JFA/Pengendali Teknis
melakukan pemilihan TPU dengan menggunakan Matriks TPU (Lampiran II) per unit Eselon I.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1)

target kinerja tidak tercapai;

2)

diketahui terdapat masalah;

3)

pengeluaran berlebih yang tidak mendapat persetujuan atau meningkatnya biaya


sehubungan terhadap penggunaan lebih banyak sumber daya;

4)

penyalahgunaan atau penyimpangan dan deficiencies yang diperoleh dari audit sebelumnya
atau investigasi;

5)

hal yang menarik perhatian parlemen, legislatif, atau mayarakat;

6)

terdapat lemahnya pengendalian internal;

7)

proyek tidak selesai pada waktunya;

8)

pemberian wewenang atau pembatasan wewenang yang tidak biasa;

9)

inefisiensi dan prosedur yang sudah using;

10) kondisi pelayanan yang tidak biasa atau fringe benefits diberikan kepada perseorangan;
11) keluhan dari staf atau perputaran staf yang tinggi;
12) penyalahgunaan mesin, peralatan, dan aset lainnya; dan
13) perencanaan yang lemah.
Faktor-faktor tersebut di atas dilakukan penyesuaian dan hasilnya dituangkan pada Matriks
TPU.
15. Penilaian TPP yang akan menjadi TPU serta penyusunan matriks TPU dapat dilakukan dengan
menggunakan aplikasi TeamMate pada modul TeamRisk. Apabila penerapan TeamMate telah
ditetapkan secara menyeluruh maka penilaian TPP harus menggunakan aplikasi TeamMate.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-6PENYUSUNAN PROPOSAL TPU


16. Setelah TPU terpilih, Inspektur menugaskan Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok
JFA/Pengendali Teknis untuk menyusun Proposal TPU untuk disampaikan ke Inspektur
Jenderal. Secara garis besar Proposal TPU meliputi:
1) Latar Belakang Masalah;
2) Tujuan Pengawasan;
3) Ruang Lingkup Pengawasan;
4) Metodologi Pengawasan / Desain Penugasan;
5) Output; dan
6) Perencanaan Sumber Daya.
Secara rinci Format Proposal TPU dan Kegiatan Pengawasan Terkait TPU dapat dilihat pada
Lampiran III.
17. Inspektur Jenderal membentuk Tim Pengkaji Tema Pengawasan (TPTP) untuk membahas dan
menyetujui proposal yang diajukan oleh setiap Inspektur.
18. Tugas dan wewenang TPTP dan Sekretariat TPTP adalah sebagai berikut:
1) Tugas dan Wewenang TPTP:
a. melakukan reviu atas proposal TPU yang diajukan oleh masing-masing Inspektorat guna
meningkatkan kualitas perencanaan;
b. membahas proposal TPU yang diajukan bersama dengan masing-masing Inspektorat;
c. memberikan masukan dan saran perbaikan atas proposal TPU termasuk metodologi /
desain penugasan;
d. menyusun kertas kerja reviu hasil pembahasan TPU dengan masing-masing Inspektorat;
dan
e. menyampaikan proposal TPU dan kertas kerja reviu hasil pembahasan kepada sekretariat
TPTP untuk dikompilasi dan diarsipkan.
2) Tugas dan Wewenang Sekretariat TPTP:
a. mengumpulkan proposal TPU yang diajukan dari masing-masing Inspektorat sebagai
bahan reviu oleh TPTP;
b. mempersiapkan bahan reviu TPTP berupa Proposal TPU beserta blanko kertas kerja reviu
dan menyampaikan kepada TPTP;
c. menyusun ikhtisar Tema Pengawasan Unggulan yang telah selesai dibahas; dan
d. menyimpan proposal TPU dan kertas kerja reviu hasil pembahasan antara TPTP dengan
masing-masing Inspektorat.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-719. Mekanisme pembahasan Proposal TPU, adalah sebagai berikut:


1) Inspektur memberikan arahan kepada para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/
Pengendali Teknis mengenai Proposal TPU yang akan disusun.
2) Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali Teknis memberikan arahan
kepada Ketua Tim untuk membantu menyusun Proposal TPU.
3) Anggota Tim membantu penyusunan Proposal TPU termasuk metodologi pengawasan atas
TPU yang telah dipilih sesuai dengan format/bentuk yang ditetapkan, kemudian
menyampaikannya kepada Ketua Tim Penyusun Proposal TPU.
4) Ketua Tim membahas Proposal TPU yang telah disusun dengan Anggota Tim, kemudian
menyampaikannya kepada Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis.
5) Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali Teknis mereviu Proposal TPU
termasuk metodologi pengawasan yang telah disusun, kemudian menyampaikannya kepada
Inspektur.
6) Inspektur mereviu dan bila diperlukan membahas Proposal TPU. Selanjutnya Inspektur
menyampaikan Proposal TPU yang telah direviu kepada Sekretariat TPTP.
7) Sekretariat TPTP menyampaikan Proposal TPU berikut blanko kertas kerja reviu kepada
TPTP.
8) TPTP mereviu Proposal TPU untuk memastikan bahwa:
a. latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup sesuai dengan hasil pembahasan Proposal
TPU;
b. rangkaian/tahapan kegiatan dapat memenuhi tujuan (output/ outcomes) TPU;
c. rangkaian kegiatan sesuai dengan ruang lingkup TPU;
d. nama dan ruang lingkup kegiatan sesuai dengan definisi kegiatan dalam pedoman ini;
e. kegiatan mencakup proses perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, dan pelaporan.
Apabila data/bahan belum ada/lengkap harus dilakukan proses pengumpulan data;
f.

kegiatan diuraikan secara jelas dan ringkas, dengan urutan kegiatan yang mengalir
secara logis dan sistematis;

g. kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan SDM dan kompetensinya; dan


h. waktu dan biaya telah diperhitungkan.
9)

Pembahasan bersama antara TPTP dengan Tim Inspektorat/Sekretariat atas proposal TPU
yang diajukan, dan TPTP menuangkan hasil pembahasan ke dalam Berita Acara Hasil Reviu
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. (Lampiran IV)

10) Inspektur bersama dengan para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis memperbaiki Proposal TPU sesuai hasil reviu TPTP. Kemudian, Inspektur
menandatangani dokumen Proposal TPU dan menyampaikannya kepada Sekretariat TPTP
untuk dikompilasi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-811) Atas Proposal TPU yang disetujui, Sekretariat TPTP melakukan kompilasi dan membuat
ikhtisar seluruh TPU.
12) Masing-masing Inspektur memaparkan TPU kepada Inspektur Jenderal.
13) Inspektur Jenderal memberikan arahan/komentar/masukan atas tema pengawasan yang
dipaparkan.
14) Masing-masing Inspektur membuat catatan atas arahan/komentar/masukan dari Inspektur
Jenderal.
15) Inspektur bersama dengan para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis memperbaiki Proposal TPU sesuai dengan arahan/komentar/masukan Inspektur
Jenderal.
16) Proposal TPU hasil revisi sesuai arahan/komentar/masukan dari Inspektur Jenderal,
dikirimkan kepada Sekretariat TPTP dengan tembusan ke Inspektorat VII, dan Sekretariat
Itjen (khususnya Bagian Organisasi dan Tatalaksana, Bagian Perencanaan Keuangan, dan
Bagian Kepegawaian).
Alur Proses Mekanisme pembahasan Proposal TPU
Pengarahan
Inspektur kepada
PM/Korkel
JFA/Dalnis

Pengarahan
PM/Korkel
JFA/Dalnis kepada
Ketua dan Anggota
Tim

Penyusunan Proposal
TPU oleh Ketua Tim
dapat dibantu
dengan Anggota Tim

Pembahasan
Proposal TPU antara
KT dengan AT

Penyiapan bahan
reviu oleh Sekretariat
TPTP

Penyampaian
Proposal TPU kepada
Sekretariat TPTP

Reviu dan
pembahasan Proposal
TPU tingkat
Inspektorat

Reviu Proposal TPU


oleh PM/
Korkel/Dalnis

Penyiapan bahan
reviu oleh Sekretariat
TPTP

Reviu Proposal TPU


oleh TPTP

Pembahasan bersama
antara TPTP dengan
Tim Inspektorat

Persetujuan Proposal
TPU dan
penyampaian ke
Sekretariat TPTP

Penyampaian
Proposal TPU Final
ke Sekretariat TPTP

Revisi Proposal TPU


berdasarkan arahan
Inspektur Jenderal

Pemaparan TPU ke
Inspektur Jenderal

Sekretariat TPTP
membuat ikhtisar
TPU

KOMUNIKASI TPU DENGAN AUDITI


20. Setelah TPU disetujui oleh Inspektur Jenderal, TPU dikomunikasikan oleh masing-masing
Inspektur beserta Tim kepada auditi dan dapat dibahas mengenai Tim Pencapaian Tema

Pengawasan Unggulan Inspektorat Jenderal (Steering Commitee).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-921. Komunikasi kepada auditi ditujukan sebagai pemberitahuan TPU tahun berikutnya, bukan
dalam rangka meminta persetujuan dari auditi. Apabila auditi keberatan dengan TPU yang
diajukan Itjen, perlu dimintakan pendapat kepada Inspektur Jenderal.

PENYUSUNAN KETENTUAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN


22. Arah kebijakan pengawasan intern selama 3 sampai dengan 5 tahun dituangkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian
Keuangan.
23. Tahap selanjutnya, berdasarkan KMK tersebut, disusun Keputusan Inspektur Jenderal mengenai
Program Kerja Pengawasan Tahunan secara tahunan yang merupakan rincian Tema Pengawasan
Unggulan yang menjadi fokus pengawasan berikut Tim Pencapaian Tema Pengawasan

Unggulan Inspektorat Jenderal (Steering Commitee).

INSPEKTUR JENDERAL,

SONNY LOHO
NIP 195706011979111001

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL
Lampiran I
Matriks Kriteria Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP)
Kriteria Penilaian

No

Tema Pengawasan

Masalah Penting
(dampak 3E dan
kepercayaan
masyarakat)

Nilai Tambah
Bagi
Organisasi
A1

A2

A3

B1

B2

B3

Risiko
(Unsur ketidakpastian)
B4

C1

C2

C3

C4

Skor
akhir
C5

Keterangan:
- Tema Pengawasan dapat berupa entitas/satuan kerja, fungsi, program, kegiatan, proses, sistem
- Kriteria Penilaian, dengan memberikan tanda tickmark ("") pada kolom yang sesuai:
A. Nilai Tambah Bagi Organisasi
A1 = Kementerian Keuangan, membantu pencapaian tujuan
A2 = Unit Eselon I bersangkutan (Auditee), membantu pencapaian tujuan atau pemecahan
masalah
A3 = Inspektorat Jenderal (Auditor), meningkatkan citra positif
B. Masalah Penting
B1 = memiliki dampak ekonomis yang siginifikan (uneconomical)
B2 = memiliki dampak efisiensi yang signifikan (inefficient)
B3 = memiliki dampak efektivitas yang signifikan (ineffective)
B4 = memiliki dampak kepercayaan publik yang signifikan (menurunnya kepercayaan publik)
C. Risiko (Unsur Ketidakpastian)
C1 = melibatkan jumlah anggaran/dana yang signifikan (material) atau pergeseran MAK
C2 = biasanya terbukti berisiko (seperti: pengadaan, pengelolaan penerimaan)
C3 = menyangkut kegiatan baru/penting atau perubahan kondisi yang terkait
C4 = struktur manajemen yang komplek (contoh: Urjab dan SOP) dan terdapat ketidakjelasan
tanggung jawab
C5 = tidak tersedianya informasi yang andal, independen, dan mutakhir tentang efisiensi atau
efektivitas program unit ybs
Skor akhir merupakan penjumlahan kumulatif dari semua tickmark yang ada, dalam artian jika
semua unsur/kriteria terpenuhi maka skor akhir adalah 12 (3 A + 4 B + 5 C)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-11Lampiran II
Matriks Kriteria Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU)

NO

KRITERIA

PENILAIAN INTERNAL (10%)

Pelaksanaan audit tematik terakhir dilakukan

Bukti internal adanya masalah atas tema ini


Penilaian terhadap sistem pengendalian
manajemen atas tema ini
Tindak lanjut hasil audit sebelumnya atas tema
ini

3
4

TEMA

Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR
II

PENILAIAN EKSTERNAL (50%)

Temuan BPK

Perhatian Pimpinan

Perhatian masyarakat

Dampak positif buat Inspektorat Jenderal


Dampak positif terhadap pelayanan
publik/masyarakat

5
6

Dampak ekonomi (ketidakekonomisan)


Dampak tema terhadap pencapaian tujuan
organisasi

Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR
III

HAL-HAL KHUSUS (40%)

Jumlah Dana/Anggaran Yang Dikelola

Audit/Evaluasi oleh unit lain atas tema ini


Ketersediaan informasi dan data yang dapat
diaudit

Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR

TOTAL NILAI TERTIMBANG


CATATAN INSTRUKSI KHUSUS

Catatan:
Mempertimbangkan sumber daya (waktu, dana, orang), maka untuk tahun 2010 audit dilakukan
atas tema yang mendapat nilai tertimbang 3 (tiga) besar, yaitu Piutang Pajak, Pemeriksaan Pajak
dan Pemberian NPWP.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-12CONTOH - Matriks Kriteria Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU)


TEMA
NO

KRITERIA

PENILAIAN INTERNAL (10%)


Pelaksanaan audit tematik terakhir
dilakukan
Bukti internal adanya masalah atas
tema ini
Penilaian terhadap sistem
pengendalian manajemen atas tema
ini
Tindak lanjut hasil audit sebelumnya
atas tema ini

1
2
3
4

Ekstensifikasi Wajib
Pajak

Piutang
Pajak

Pemeriksaan Pajak

Pemberian
NPWP

Penyelesaian
keberatan

Penanganan PBB

e-SPT

N/A

N/A

N/A

10

BOBOT

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

NILAI TERTIMBANG

0.8

0.8

0.8

0.9

0.9

0.3

Jumlah skor

KOMENTAR
II

PENILAIAN EKSTERNAL (50%)

Temuan BPK

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

Perhatian Pimpinan

Perhatian masyarakat
Dampak positif buat Inspektorat
Jenderal
Dampak positif terhadap pelayanan
publik/masyarakat
Dampak ekonomi
(ketidakekonomisan)
Dampak tema terhadap pencapaian
tujuan organisasi

N/A

N/A

Jumlah skor

11

15

11

12

10

BOBOT

50%

50%

50%

50%

50%

50%

50%

NILAI TERTIMBANG

5.5

7.5

5.5

4.5

4.5

N/A

4
5
6
7

KOMENTAR
III
1
2
3

HAL-HAL KHUSUS (40%)


Jumlah Dana/Anggaran Yang
Dikelola
Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan
oleh unit lain atas tema ini
Ketersediaan informasi dan data
yang dapat diaudit
Jumlah skor

BOBOT

40%

40%

40%

40%

40%

40%

40%

NILAI TERTIMBANG

1.6

2.4

3.2

2.4

2.4

1.6

7.9

10.7

9.7

9.2

7.8

7.3

Tdk
dilakukan audit
thn ini

Dilakukan
audit
tahun ini

Dilaku
kan
audit
tahun
ini

Dilaku
kan
audit
tahun
ini

Tdk
dilakukan
audit
thn ini

Tdk
dilakukan audit
thn ini

Tdk
dilakukan audit
thn ini

KOMENTAR
TOTAL NILAI TERTIMBANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-13TEMA
NO

KRITERIA
CATATAN INSTRUKSI KHUSUS

Ekstensifikasi Wajib
Pajak

Piutang
Pajak

cat.penting:Pada
rapim
Kementeri
an bulan
September
2009,
Dirjen
Pajak
meminta
Itjen
untuk
membantu
mengatasi
permasala
han
Piutang
Pajak.

Pemeriksaan Pajak

Pemberian
NPWP

Penyelesaian
keberatan

Penanganan PBB

e-SPT

Pada
rapat
dengar
pendapat
Menkeu
dengan
DPR
bulan
Juni
2009,
anggota
Dewan
ada
yang
memper
tanyakan
masalah
pemberi
an
NPWP.

Catatan:
Mempertimbangkan sumber daya (waktu, dana, orang), maka untuk tahun 2010 audit dilakukan
atas tema yang mendapat nilai tertimbang 3 (tiga) besar, yaitu Piutang Pajak, Pemeriksaan Pajak
dan Pemberian NPWP.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-14PEDOMAN SCORING
I
a

PENILAIAN INTERNAL
Pelaksanaan audit tematik terakhir dilakukan
3 : 5 tahun atau belum pernah dilakukan
2 : 2 - 4 tahun
1 : 1 tahun

Bukti internal adanya masalah atas tema ini


3 : dari laporan hasil investigasi (IBI)
2 : dari laporan audit sebelumnya atau audit terkait lainnya
: dari laporan lainnya misalnya pemantauan tindak lanjut, hasil riset/survei
1 pendahuluan

Penilaian terhadap sistem pengendalian manajemen atas tema ini


3 : belum adanya sistem pengendalian manajemen yang memadai atas tema ini
2 : sistem pengendalian manajemen yang ada kurang memadai
1 : sistem pengendalian manajemen yang ada cukup memadai

Tindak lanjut hasil audit sebelumnya atas tema ini


3 : 81% - 100% belum ditindaklanjuti
2 : 31% - 80% belum ditindaklanjuti
1 : 0% - 30% belum ditindaklanjuti

II
1

PENILAIAN EKSTERNAL
Temuan BPK
3 : temuan BPK mempengaruhi opini terhadap Laporan Keuangan
2 : temuan BPK yang merugikan keuangan negara
1 : temuan BPK yang tidak merugikan keuangan negara

Perhatian Pimpinan
3 Menjadi perhatian Menteri
2 Menjadi perhatian Pimpinan Eselon I
1 Menjadi perhatian Pimpinan di bawah Eselon I

Perhatian masyarakat
3 Menjadi headline di Media massa
2 Menjadi berita di Media massa bukan headline
1 Ada informasi dalam bentuk surat dari masyarakat

Dampak positif buat Inspektorat Jenderal


3 : sangat memberi dampak positif buat Inspektorat Jenderal
2 : cukup memberi dampak positif buat Inspektorat Jenderal
1 : kurang memberi dampak positif buat Inspektorat Jenderal

Dampak positif terhadap pelayanan publik/masyarakat


3 : sangat memberi dampak positif terhadap pelayanan publik/masyarakat
2 : cukup memberi dampak positif terhadap pelayanan publik/masyarakat
1 : kurang memberi dampak positif terhadap pelayanan publik/masyarakat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-156

Dampak ekonomi (ketidakekonomisan)


3 : sangat memberi dampak ekonomi atau berpotensi terjadinya kerugian negara
2 : cukup memberi dampak ekonomi atau berpotensi terjadinya kerugian negara
1 : kurang memberi dampak ekonomi atau berpotensi terjadinya kerugian negara

Dampak tema terhadap pencapaian tujuan organisasi


3 : sangat memberi dampak kinerja (mempengaruhi pencapain target)
2 : cukup memberi dampak kinerja (mempengaruhi pencapain target)
1 : kurang memberi dampak kinerja (mempengaruhi pencapain target)

III
1

HAL-HAL KHUSUS
Jumlah Dana/Anggaran Yang Dikelola
3 :>1M
2 : 0,5 M - 1 M
1 : < 0,5 M

Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan oleh unit lain atas tema ini


: belum pernah dilakukan Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan oleh BPK dan UKI
3
: belum pernah dilakukan Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan oleh UKI
2
: sudah pernah dilakukan Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan oleh BPK dan UKI
1

Ketersediaan informasi dan data yang dapat diaudit


3 : ketersediaan informasi dan data sangat memadai
2 : ketersediaan informasi dan data cukup memadai
1 : ketersediaan informasi dan data kurang memadai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-16-

Lampiran III
FORMAT PROPOSAL TPU DAN
KEGIATAN PENGAWASAN TERKAIT TPU
Dalam praktik perencanaan pengawasan tematik tahun 2010, ditemui variasi dalam penyusunan
Proposal TPU, terutama penjelasan mengenai pendekatan dan metodologi pengawasan serta
perencanaan sumber daya. Selain itu, beberapa desain penugasan menggunakan istilah penugasan
yang sama tetapi ternyata tingkat kedalaman telaahan/analisis berbeda. Sebaliknya, beberapa desain
penugasan menggunakan istilah penugasan yang berbeda tetapi ternyata tingkat kedalaman
telaahan/analisis sama.Misalnya, terdapat suatu kegiatan yang menggunakan istilah monitoring
namun bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
memiliki langkah kerja berupa teliti/pastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
Padahal, pada umumnya, tujuan dan langkah kerja tersebut hanya dilakukan dalam kegiatan audit.
Oleh karena itu, perlu keseragaman dalam penyusunan Proposal TPU dan pemilihan kegiatan
pengawasan terkait perlu mengikuti kaidah sebagai berikut:
A. FORMAT PROPOSAL TPU
Pendekatan dan metodologi pengawasan merupakan kegiatan dan/atau prosedur audityang
dilaksanakan auditor untuk memperoleh solusi/hasil yang relevan dalam menjawab tujuan dan
pertanyaan audit. Untuk tiap pertanyaan audit, auditor harus menentukan sumber informasi yang
diperlukan dan metode pengumpulan datanya.
Format Proposal TPUterdiri atas:
1. Judul Proposal TPU
Memuat nama Inspektorat yang mengajukan TPU, tulisan Proposal Tema Pengawasan Unggulan
(TPU) beserta tahunnya, dan nama TPU yang diajukan.
Untuk keseragaman, redaksi kalimat tema pengawasan unggulan sebaiknya diawali dengan kata
Benda yaitu kegiatan di auditi diikuti dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan (Audit/
Reviu/ Monitoring/ Asistensi/ Konsultasi/ Kajian/ dan lain sebagainya)
Contoh:
INSPEKTORAT XXX
PROPOSAL TPU 2011
(PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BA 15 KEMENTERIAN KEUANGAN
MELALUI REVIU)
Contoh lainnya:
a. Peningkatan Efektivitas Penagihan Piutang Pajak melalui Evaluasi.
b. Percepatan Penanganan Hasil Penindakan di DJBC melalui Audit.
c. Peningkatan Efektivitas Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor pada DJBC
melalui audit.
d. Pemberdayaan SDM yg ditempatkan di Kanwil DJPB melalui evaluasi.
e. Penyelesaian Penanganan Aset Eks-BPPN dan BDL melalui Audit.
f. Pembenahan Manajemen Penganggaran dan Pelaporan Belanja Subsidi dan BelanjaLain-2
melalui evaluasi.
g. Penertiban Saldo DAK pada Pemda melalui audit.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-172. Usulan Tim Pencapaian TPU (Person In Charge)


Berisi pejabat dan pegawai yang bertugas merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan. Susunan tim terdiri dari satu Manajer Kegiatan dan dua
Anggota.
Contoh:
Manajer Kegiatan
Anggota

: aaaaaaa/NIP
: 1. Bbbbbbb/NIP
2. cccccccc/NIP

3. Latar Belakang Masalah


Berisi permasalahan/Symptoms yang melatarbelakangi perlu dibentuk TPU, mengacu pada
teridentifikasinya risiko terkait penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan/atau efektif atau
perolehan sumber daya yang tidak ekonomis.
Contoh:
A. Latar Belakang Masalah
1) Berdasarkan ..
2) Terdapatnya...
4. Tujuan Pengawasan
Berisi uraian mengenai informasi hal-hal yang akan dicapai melalui Tema Pengawasan Unggulan.
Untuk keseragaman, redaksi kalimat tujuan pengawasaan sebaiknya diawali dengan kata kerja
dengan imbuhan me.
Contoh:
B. Tujuan Pengawasan
1) Memastikan ..
2) Menguji kebenaran ..
5. Ruang Lingkup Pengawasan
Berisi uraian mengenai batasan dari pengawasan, meliputi:
a.
b.
c.
d.

kegiatan, program atau proses yang menjadi fokus pengawasan;


Siapa yang terlibat, misalnya: auditi dan tenaga ahli;
batas dari jangka waktu, misalnya: tahun atau periode tahun; dan
lokasi/tempat yang dilakukan pengawasan.
Contoh:
C. Ruang Lingkup Pengawasan
1) Kegiatan yang akan diaudit/dilakukan pengawasan meliputi :
(1) ........
(2) .
(3) ..
2) Periode audit/pengawasan mencakup TA 20XX.
3) Lokasi/tempat yang akan diaudit/dilakukan pengawasan adalah .... Kantor
Pelayanan, ..... Kanwil, ..... Direktorat.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-186. Metodologi Pengawasan/ Desain Penugasan:


Berisi uraian mengenaijenis kegiatan pengawasan yang akan dilaksanakan beserta output antara
tiap kegiatan, waktu yang direncanakan, uraian ringkas penggunaan SDM, dan anggaran dana
yang dibutuhkan, dengan perincian berikut:
a. Jenis kegiatan pengawasan, sesuai tahapannya adalah:
1) Tahap Persiapan, meliputi kegiatan: (1) pendidikan dan pelatihan pengawasan serta (2)
pengumpulan data.
2) Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan: (1) sosialisasi mengenai pengawasan, (2)
pembimbingan dan konsultasi, (3) pemantauan, (4) evaluasi, (5) reviu, (6) audit, dan (7)
pembahasan/FGD /exposure draft /workshop /public hearing
3) Tahap Pelaporan, meliputi kegiatan: (1) pengelolaan hasil pengawasan dan (2)pemaparan
hasil pengawasan.
b. Waktu, berisi rencana waktu pelaksanaan kegiatan.
c. SDM, berisi jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari tiap
tahap pencapaian TPU.
d. Dana, berisi uraian ringkas mengenai jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kegiatan.
Contoh:
D. Metodologi Pengawasan/ Desain Penugasan:
No.

Kegiatan Pengawasan dan


Output Antara

Waktu

SDM
Orang Hari

Dana

Tahap Persiapan Pelaksanaan:


1)
Pelatihan atau Pengumpulan
s.d. . Orang RpXXXXXX
Data
.20XX
Hari
Output: PKA
Tahap Pelaksanaan:
1)
Audit/Reviu/Evaluasi/Peman s.d. . . Orang RpXXXXXX
tauan pada Kantor Pelayanan .. 20XX
Hari
Output:Laporan hasil audit per
Satker
2)

Pembahasan/FGD dengan
Kantor Pusat ..
Output:
Laporan
Pembahasan/FGD

20XX
hasil

Tahap Pelaporan:
1)
Pengelolaan hasil pengawasan 20XX
dengan menyusun laporan TPU
Output: Laporan Akhir TPU ke
Eselon I dan Menkeu

..
Orang
Hari

RpXXXXXX

. Orang RpXXXXXX
Hari

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-19e. Output, berisi mengenai laporan hasil akhir yang akan diperoleh dari tahapan pencapaian
TPU yang berisi antara lain dapat berupa usulan kebijakan (policy recommendation), pedoman,
peta, dan hasil audit/reviu/monitoring.
Contoh:
E. Output
(1) Policy Recommendation:
a) Tata Cara Penerbitan STP (PMK No. 84/PMK.03/2010),
b) Penertiban BMN berupa Tanah, Rumah, dan/atau Kendaraan Bermotor di
lingkungan Depkeu Untuk Pegawai Yang Akan Pensiun (Instruksi Menkeu
No.146/IMK.01/2009)
c) Langkah-langkah peningkatan mutu layanan publik di lingkungan DJP (S218/PJ/2010),dll
(2) Peta Piutang Pajak, Peta Backlog, dll
(3) Pedoman Audit SOP, Pedoman Pelaporan, dll
7. Perencanaan Sumber Daya:
Berisi mengenai uraian detail atas rencana penggunaan sumber daya, lokasi, waktu untuk tahap
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan yang terlampir pada RAB UPKPT.
Contoh:
F. Perencanaan Sumber Daya
Rincian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, rencana penggunaan sumber daya,
lokasi/kantor, dan waktu untuk tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan terlampir
pada format Rencana Anggaran Biaya- UPKPT.
8. Persetujuan Inspektur:
Berisi mengenai tanda tangan dari masing-masing Inspektur termasuk cap instansi Inspektorat
untuk setiap TPU yang diusulkan.
Contoh:
Mengetahui,
InspekturXX
..
NIP..

B. KEGIATAN PENGAWASAN TERKAIT TPU


Dalam menentukan efektivitas pada tahapan pencapaian TPU harus diperhatikan apakah penugasan
tersebut merupakan assurance services atau consulting services. Dalam praktiknya, garis batas antara
assurance services dan consulting services terkadang tidak jelas. Namun demikian, 3 prinsip utama
berikut dapat dijadikan acuan untuk membedakan assurance services dengan consulting services:
1. Tujuan penugasan
Assurance services bertujuan untuk menghasilkan sebuah penilaian independen (berupa simpulan
audit) dan tidak hanya berupa saran, sedangkan consulting services bertujuan menghasilkan
rekomendasi yang ditujukan untuk memberikan nilai tambah dan memperbaiki proses tata kelola,
manajemen risiko, dan pengendalian organisasi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-202. Pihak yang terlibat dalam penugasan


a. Assurance services melibatkan tiga pihak, yaitu:
1) pihak yang terlibat langsung dalam suatu proses, sistem, atau subyek audit lainnya yaitu
auditi;
2) pihak yang membuat penilaian independen yaitu Itjen;
3) pihak yang memanfaatkan hasil penilaian independen yaitu Menteri Keuangan.
b. Adapun consulting services melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang memberikan saran (Itjen)
dan pihak yang meminta dan menerima saran (auditi).
3. Sifat dan ruang lingkup penugasan
Dalam penugasan assurance, sifat dan ruang lingkup kegiatan ditentukan oleh auditor. Namun
demikian, harus dipastikan bahwa sifat dan ruang lingkup penugasan telah didefinisikan dan
dipahami dengan jelas oleh auditi dan pihak yang memanfaatkan hasil assurance.
Consulting services seringkali dilaksanakan berdasarkan permintaan manajemen sehingga sifat dan
ruang lingkupnya bergantung pada kesepakatan dengan auditi.
Dalam membuat perencanaan pengawasan yang efektif dan efisien sesuai dengan best practices, harus
mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:

Itjen tidak diperbolehkan mengaudit suatu area yang sebelumnya menjadi subyek penugasan
konsultasinya atau memberikan nonaudit services yang bersifat signifikan atau material terhadap
area yang diaudit. Pembatasan ini tidak berlaku selamanya dan tidak dimaksudkan untuk
mencegah fungsi Itjen melaksanakan consulting services, tetapi lebih untuk membatasi partisipasi
Itjen dalam penugasan assurance untuk mengevaluasi aktivitas pengendalian yang menjadi subyek
penugasan konsultasi Itjen sebelumnya.

Dengan demikian dalam penyusunan perencanaan kegiatan pengawasan harus diperhatikan bahwa
apabila pada suatu periode Itjen memberikan consulting services atas suatu area tertentu maka tidak
ada larangan bagi Itjen untuk memberikan assurance services pada periode berikutnya.
Dalam penyusunan perencanaan, diharapkan auditor memahami tujuan yang diharapkan dari TPU
sehingga mengetahui arah pelaksanaan tugasnya apakah lebih mengarah kepada penugasan untuk
memberikan suatu assurance services ataukah kepada penugasan untuk memberikan consulting services.
Dengan pemahaman arah penugasan yang tepat, selanjutnya auditor menyusun metodologi
pengawasan yang akan dilakukan termasuk desain penugasan berupa kegiatan pengawasan. Untuk
keseragaman pemahaman, kegiatan pengawasan yang dikembangkan mengacu pada definisi dan
uraian berikut ini.
1. Pendidikan dan pelatihan pengawasan
Pendidikan dan pelatihan (diklat) pengawasan adalah proses/cara untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mengenai hal-hal yang terkait dengan pengawasan,
dapat berupa PKS, Workshop, Seminar, dan sebagainya.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah cara bagaimana informasi didapat. Metode pengumpulan data yang
biasa digunakan adalah studi literatur, telaah dokumen, observasi, survei, dan pendapat ahli.
Studi literatur adalah metode pengumpulan data/informasi yang melibatkan pengujian atas
laporan riset , tulisan dan buku yang dipublikasikan.
Telaah dokumen adalah metode pengumpulan data/informasi melalui kajian dan penelitian atas
file atau dokumen.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-21Observasi adalah metode pengumpulan data berupa kunjungan ke lokasi dimana kegiatan
dijalankan. Dengan observasi auditor dapat secara langsung mengamati pelaksanaan kegiatan
dilapangan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Survei adalah metode pengumpulan data/informasi melalui penyebaran kuesioner dan indepth
interview untuk mengumpulkan data/informasi dari sampel yang relevan.
Pendapat ahli adalah metode pengumpulan data/informasi yang melibatkan pengetahuan dan
persepsi dari para ahli.
3. Sosialisasi mengenai pengawasan
Sosialisasi mengenai pengawasan adalah upaya menjelaskan tentang pengawasan baik dari jenis
kegiatannya, tujuannya, dan hal-hal lain terkait kegiatan pengawasan.
4. Pembimbingan dan konsultansi
Pembimbingan adalah
melakukan sesuatu.

proses

pemberian

petunjuk/pelajaran/penjelasan

mengenai

cara

Konsultasi adalah pemberian saran atau pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang
sebaik-baiknya dalam memutuskan sesuatu. Konsultasi mencakup pemberian saran dan kegiatan
yang terkait dengan pemberian jasa kepada auditi, dimana sifat dan ruang lingkupnya disetujui
dengan auditi dan dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah dan peningkatan bagi tata
kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian auditi tanpa mengambil alih tanggung jawab
auditi. Contohnya adalah konseling, pemberian saran, dan diklat.
5. Pembahasan antara lain FGD/ Exposure Draft / Public Exposure
Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu grup diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah dengan dipandu seorang fasilitator mengenai suatu isu atas masalah tertentu, dimana
selama diskusi berlangsung setiap anggota bebas berbicara kepada anggota lainnya dalam grup.
Exposure Draft adalah versi usulan dari suatu dokumen atau pernyataan yang diterbitkan untuk
keperluan diskusi terbuka sebelum suatu dokumen atau pernyataan final dinyatakan tersedia
untuk umum.
Public Exposure adalah dibukanya suatu subyek atau permasalahan untuk didiskusikan atau
diperdebatkan secara luas.
6. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kesesuaian pelaksanaan suatu kegiatan dengan standar
dan/atau tujuan yang telah ditetapkan.
Pemantauan dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Data sebelumnya (cut-off pada
saat kedatangan) dapat digunakan sebagai data awal namun tidak dilakukan analisis dan
penelitian lebih lanjut. Penyebab permasalahan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat
yang terkait. Jika dalam pelaksanaan pemantauan auditor menemukan adanya permasalahan,
maka auditor harus memberikan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Contoh:
Pada pemantauan atas kegiatan perekaman data penagihan pajak pada suatu KPP Pratama,
auditor hanya akan memantau proses perekaman data dan memantau kesesuaiannya dengan SOP
pada waktu auditor bertugas.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
Evaluasi dilaksanakan atas suatu program, tidak dilakukan atas suatu kegiatan. Teknik yang
dilakukan meliputi studi literatur, telaah dokumen dalam rangka memahami program yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-22dievaluasi, observasi, survei, pilot testing, dan analisis. Rekomendasi (jika ada) menyajikan
alternatif penyelesaian terkait dengan kelemahan yang ditemukan.
8. Reviu
Reviu adalah penelaahan dokumen suatu kegiatan untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan.
Reviu dilaksanakan hanya melalui pengajuan pertanyaan terhadap pejabat/pegawai yang
berwenang/bertanggungjawab dan analisis atas data/informasi yang diperoleh, danharus
menjadi dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan keyakinan yang terbatas. Reviu
tidak melakukan pengujian sampai ke dokumen sumber seperti berita acara fisik dan bukti
pembayaran.
Contoh:
Pada reviu atas kebenaran nilai piutang pajak, auditor akan membandingkan antara saldo awal
suatu periode dengan saldo akhir periode sebelumnya, membandingkan saldo piutang pajak pada
tanggal tertentu pada Seksi Penagihan dengan data pada laporan AR. Auditor tidak memeriksa
bukti-bukti berupa SKP, STP, Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, bukti lelang, SSP, Pbk, dan
dokumen lainnya.
9. Audit
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan pengujian bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
Audit dilaksanakan untuk memperoleh suatu pemahaman atas struktur pengendalian intern,
penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan, pengujian atas hasil wawancara dengan cara
memperoleh bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, konfirmasi, dan
prosedur tertentu lainnya.
Contoh:
Pada audit atas kebenaran nilai piutang pajak, auditor akan membandingkan antara saldo awal
suatu periode dengan saldo akhir periode sebelumnya, membandingkan saldo piutang pajak pada
tanggal tertentu pada Seksi Penagihan dengan data pada laporan AR. Kemudian auditor
melakukan pengujian lebih lanjut dengan memeriksa bukti-bukti berupa SKP, STP, Surat Teguran,
Surat Paksa, SPMP, bukti lelang, SSP, Pbk, dan dokumen lainnya.
10. Pengelolaan hasil pengawasan
Pengelolaan hasil pengawasan adalah proses dan cara mengelola hasil audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan/atau kegiatan pengawasan lainnya seperti penyusunan laporan, kompilasi,
entry data hasil pengawasan, updating data tindak lanjut, dan lain-lain.
11. Pemaparan hasil pengawasan
Pemaparan hasil pengawasan adalah proses dan cara menguraikan hasil audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan/atau kegiatan pengawasan lainnya kepada stakeholders.
Dalam rangka penyeragaman penggunaan istilah, disarankan dalam penyusunan Proposal TPU
menggunakan istilah jenis kegiatan pengawasan, dibawah ini:
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan
1) Pendidikan dan pelatihan pengawasan
2) Pengumpulan data
b. Tahap Pelaksanaan
1) Sosialisasi mengenai pengawasan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-232) Pembimbingan dan konsultasi


3) Pembahasan antara lain FGD/ Exposure Draft /Public Exposure
4) Pemantauan
5) Evaluasi
6) Reviu
7) Audit
c. Tahap Pelaporan
1) Pengelolaan hasil pengawasan
2) Pemaparan hasil pengawasan
Dalam merencanakan tahapan pencapaian TPU untuk mencapai tujuan pengawasan perlu
diperhatikan bahwa urutan tersebut harus mempertimbangkan tingkat kedalaman pengujian untuk
setiap jenis kegiatan. Urutan 4 jenis kegiatan pengawasan utama berdasarkan tingkat kedalaman
pengujian mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

pemantauan;
evaluasi;
reviu; dan
audit.

Dengan mempertimbangkan tingkat kedalaman pengujian untuk setiap jenis kegiatan pengawasan
tersebut diharapkan dapat tersusun suatu rencana tahapan kegiatan yang menggambarkan alur
berpikir yang logis.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-24Lampiran IV

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

Gedung Djuanda II Kementerian Keuangan Lantai IV s.d. XIII


Jalan Dr. Wahidin No. 1 Jakarta 10710
Tromol Pos 3132 JKT.10031

Telepon : (021) 3865430


Sentral : 3810162 66
Faksimili : 3847448

BERITA ACARA HASIL REVIU


TEMA PENGAWASAN UNGGULAN TAHUN 20XX
INSPEKTORAT XX
Pada hari ini . tanggal .bulan tahun .bertempat di , kami yang
bertanda tangan di bawah ini, berdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal Nomor: ,
menyatakan bahwa Tim Pengkaji Tema Pengawasan telah melakukan reviu terhadap TPU sebagai
berikut:
1.TPU I
2.TPU II
3.TPU III
pada Inspektorat . dari tanggal s.d. dengan hasil sebagaimana terlampir (Kertas Kerja
Reviu).
Demikian Berita Acara Hasil Reviu ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

.., .
Tim Penyusun TPU

Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi


Ketua Tim

..
NIP

NIP

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-25KERTAS KERJA REVIU


TEMA PENGAWASAN UNGGULAN
REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN
TIM PENGKAJI TEMA PENGAWASAN
No.

Uraian

Ya

Unsur: Judul TPU


1.

Apakah tema merupakan tema yang high


risk / penting

2.

Apakah judul proposal TPU sesuai dengan


tujuan dan latar belakang pelaksanaan
kegiatan

3.

Apakah redaksi judul TPU sudah


menggunakan kalimat yang seragam

Unsur: Keanggotaan Tim


4.

Apakah nama tim PIC telah terdiri dari 1


manajer kegiatan dan 2 anggota

Unsur: Latar Belakang


5.

Apakah latar belakang masalah telah


menjelaskan TPU yang akan dilakukan

Unsur: Tujuan
6.

Apakah tujuan pengawasan


dengan TPU yang diajukan

selaras

7.

Apakah
tujuan
pengawasan
telah
menggunakan redaksi yang seragam

Unsur: Ruang Lingkup


8.

Apakah ruang lingkup telah mencakup


kegiatan, program atau proses yang
menjadi fokus pengawasan, siapa yang
terlibat, batas dari jangka waktu,
lokasi/tempat
yang
dilakukan
pengawasan.

Unsur: Metodologi / Desain Penugasan


9.

Apakah metodologi / desain penugasan


telah mencakup jenis kegiatan, waktu,
SDM dan dana

10.

Apakah tahap kegiatan beserta outputnya


telah mendukung tercapainya output
akhir

11.

Apakah tahap kegiatan mulai dari


persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan
merupakan kegiatan yang berkaitan

Unsur: Output
12.

Apakah output akhir merupakan hasil


akhir TPU yang dapat dicapai /
controllable

Unsur: Legalitas
13.

Apakah proposal TPU sudah ditanda


tangani oleh Inspektur

Tidak

Keterangan / Usulan Perbaikan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-26Lampiran V

Timeline Perencanaan Pengawasan Tematik


Waktu
Januari
s.d. Maret

April
Mei s.d.
Juli

Agustus

September

Uraian Kegiatan
Pemahaman proses bisnis dan
identifikasi Symptoms:
1. mempelajari
peraturan,
kebijakan, dan renstra dan
roadmap, profil risiko, balance
scorecard, yang dimiliki oleh
auditi;
2. wawancara dengan manajemen
dan pejabat lain yang terkait;
3. wawancara dengan eksternal
auditor;
4. melakukan penelitian sepintas
(walkthrough investigation) ke
auditi;
5. melakukan
analisis
atas
anggaran serta realisasi belanja
dan pendapatan;
6. melakukan
riset
mengenai
praktik manajemen yang baik
(good management practices),
misalnya melalui internet; dan
7. menguji/mempelajari
dokumen-dokumen
lainnya
yang mengandung kebijakan
penting yang menjadi perhatian
auditi.
Updating
profil
auditi
dan
symptoms ke TeamRisk

Pelaksana
Seluruh
Inspektorat

1. Penyusunan TPP dan TPU


(Matrik dan Proposal) untuk
Inspektorat serta DPU (Matrik
dan Proposal) untuk Sekretariat
2. Pembahasan TPU/DPU dengan
TPTP
3. Presentasi TPU/DPU ke Irjen
pada Rakerpim Tengah Tahun

Seluruh
Inspektorat,
Sekretariat Itjen,
TPTP

Komunikasi TPU dengan


auditi
- Penyusunan UPKPT
(TPU/DPU, TP Non
Unggulan, dan Dukungan
Pengawasan)
Penyusunan Rancangan

Alokasi Sumberdaya
Kegiatan:
- Pemahaman proses bisnis 1)
s.d. 7) antara 5-7 hari kerja
- kegiatan updating profil
auditi & symptoms 3 hari kerja
- susunan tim: 1 PT, 1 KT, 1-2
AT.
Pembentukan
jumlah
tim
sesuai kebutuhan.

Seluruh
Inspektorat

Seluruh
Inspektorat dan
Sekretariat Itjen

Inspektorat VII

Penyusunan TPP, TPU, dan


DPU (matriks dan proposal)
maksimal 7 hari kerja dengan
susunan tim: 1 PT, 1 KT, 1-2
AT.
Pembahasan
TPU/DPU
dilaksanakan bersama secara
konsinyering
Presentasi
TPU/DPU
dilaksanakan sesuai Jadwal
Rakerpim

Penyusunan UPKPT maksimal


7 hari kerja.

Penyusunan Narasi Draft Kep

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-27Keputusan Irjen
Keputusan Irjen tentang PKPT
Oktober s.d.
Desember

Inputting PKPT ke TeamSchedule

Sekretariat Itjen
dan Inspektorat
VII
Seluruh
Inspektorat

Irjen, lampiran I, dan lampiran II


maksimal 3 hari
Paling
lambat
Minggu
III
Desember diharapkan Keputusan
Irjen telah diterbitkan
Paling lambat 31 Desember
semua PKPT telah terekam pada
TeamSchedule

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-28Lampiran VI
MANUAL TEAMRISK
UNTUK PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
I. Pengenalan TeamRisk
TeamRisk adalah modul yang menyediakan tools untuk menerapkan Risk Based Audit Plan dengan
cara melakukan penilaian risiko atas Audit Universe, mendesain faktor-faktor risiko yang akan
dinilai, mendistribusi penilaian risiko kepada auditor atau auditi untuk mendapatkan feedback,
mereviu penilaian risiko, membuat laporan penilaian risiko, dan menggunakan penilaian
sebelumnya untuk melakukan penilaian risiko yang baru.
Output akhir adalah daftar peringkat risiko untuk setiap Audit Universe (unit bisnis dan/atau
proses) yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk rencana audit.
TeamRisk memiliki beberapa fitur yaitu:
a. Risiko dinilai oleh anggota tim audit yang didefinisikan sebagai kontributor untuk proses
penilaian.
b. Tujuan, Risiko, dan Kontrol terkait dengan entitas atau institusi sebagai enterprise dalam
rangka menentukan audit mana yang akan dilakukan.
c. Tujuan, Risiko, dan Kontrol yang dihubungkan bersama dalam Risk Library sehingga tim audit
dapat mencari dengan mudah untuk membuat proses penilaian yang lebih efisien.
d. Fitur Self Assessment digunakan untuk mengumpulkan informasi dari business owners (contact)
atau didistribusikan kepada auditor untuk membantu dalam proses penilaian.
e. Setelah penilaian selesai, proyek/audit untuk rencana audit akan telah teridentifikasi dan
tersedia untuk penjadwalan dan/atau pembuatan proyek dalam EWP.
II. Mekanisme/Prosedur Perencanaan Pengawasan Tematik berbasis TeamRisk
Untuk lebih memahami prosedur perencanaan pengawasan tematik berbasis TeamRisk, perlu
dikemukakan terlebih dahulu mengenai Tahapan Perencanaan Tematik dibandingkan dengan
fungsi-fungsi yang terdapat pada TeamRisk.
A. Tahapan Perencanaan Pengawasan Tematik
Secara garis besar tahapan perencanaan pengawasan tematik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemahaman Bisnis Auditi.


Identifikasi Symptoms.
Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP).
Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU).
Penyusunan Proposal TPU.
Komunikasi TPU dengan Auditi.
Penyusunan Ketentuan Tentang Kebijakan Pengawasan.

B. Fitur-fitur Modul TeamRisk


Fungsi-fungsi bawaan (default) dari TeamRisk yaitu meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

mendefinisikan dan mengisi Audit Universe;


membuat ukuran-ukuran tertentu (custom measure) untuk menilai Audit Universe;
mengkonfigurasi contoh penilaian (scoring template);
mengkonfigurasi dan mengisi database risiko (Risk Library) di TeamStore;
melakukan penilaian risiko (Risk Assessment); dan
menggunakan kembali penilaian risiko terdahulu.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-29Dengan demikian, dari hasil perbandingan antara proses tahapan perencanaan tematik
dengan fungsi dari TeamRisk, tahapan perencanaan yang dapat dilakukan berbasis TeamRisk
meliputi:
a. Identifikasi Symptoms
Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengisi Audit Universe berikut
Symptom-nya.
b. Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP)
Langkah yang dilakukan untuk memilih TPP berdasarkan hasil penilaian atas kriteriakriteria pemilihan TPP.
c. Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU)
Langkah yang dilakukan untuk memilih TPU berdasarkan hasil penilaian atas kriteriakriteria pemilihan TPU.
Sedangkan tahap selanjutnya mulai dari penyusunan Proposal TPU hingga penyusunan RAT
dilakukan secara manual (tanpa menggunakan aplikasi TeamRisk).
C. Flowchart Mekanisme/Prosedur Perencanaan Pengawasan Tematik
Flowchart mekanisme/prosedur perencanaan pengawasan tematik dapat diilustrasikan
sebagai berikut:

Mulai

Membuat
Penilaian TPP

Membuat
Penilaian TPU

Mengumpulkan
Informasi Auditi

Membuat template
penilaian TPP

Membuat template
penilaian TPU

AuditUniverse

Menilai bdsk
Kriteria TPP

Menilai bdsk
Kriteria TPU

Symptoms
terkait

Menginput ke
TeamRisk

Data TPP

Membuat
Matriks TPP

Data TPU

Membuat
Matriks TPU
Matriks TPU

Data Audit
Universe dan
Symptoms

Matriks TPP
Selesai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-30D. Peran-peran dalam Perencanaan Pengawasan Tematik dengan Menggunakan TeamRisk


Beberapa peran dalam merumuskan perencanaan pengawasan tematik adalah sebagai
berikut:
No

Peran

User

Administrator

Champions Inspektorat VII

Assessment Owner

Inspektur

Assessor

Tim Assessor

Reader

Inspektur Jenderal

E. Mekanisme/Prosedur Kerja Updating Audit Universe dan Pemilihan TPU


Mekanisme/Prosedur Perencanaan Pengawasan Tematik berbasis TeamRisk adalah sebagai
berikut:
1. Inspektur memberikan arahan kepada Tim Assessor untuk mengumpulkan data/informasi
mengenai Audit Universe berikut Symptom-nya.
2. Tim Assessor mengidentifikasi data/informasi mengenai Audit Universe berikut Symptomnya.
3. Tim Assessor menyampaikan hasil identifikasi data/informasi mengenai Audit Universe
berikut Symptoms ke Inspektorat VII
4. Tim Assessor melalukan updating Audit Universe dan Symptoms
5. Adminstrator mereviu kelengkapanpenginputan Audit Universe dan Symptoms
6. Tim Assessor melakukan penilaian / assessment TPP dan TPU dengan menggunakan
modul TeamRisk
7. Tim Assessor menyampaikan dan membahas hasil penilaian TPP dan TPU berupa Matriks
TPP dan TPU kepada Inspektur.
8. Apabila Inspektur telah menyetujui hasil penilaian TPP dan TPU. Tim Assessor membuat
Matriks TPP dan TPU sebanyak dua rangkap, rangkap pertama disampaikan ke Inspektur
VII, rangkap kedua disimpan untuk lampiran Proposal TPU.
9. Adminstrator mereviu kesesuaian hasil penilaian / assessment TPP dan TPU di modul
TeamRisk dengan Matriks TPP dan TPU yang diterima.
III. Membuat Audit Universe dan Symptoms
Dalam pembuatan Audit Universe dan Symptoms, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
A. Membuat Audit Universe
1) Klik Start Menu pada Windows, pilih All Program, pilih TeamMate, pilih (klik)
TeamRisk

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-312) Kemudian akan keluar dialog box koneksi, silakan pilih koneksi yang sesuai, lalu klik OK

3) Selanjutnya akan keluar dialog box username dan password, silakan masukkan username
dan password, lalu klik OK

4) Selanjutnya akan keluar tampilan Menu Utama TeamRisk. Untuk membuat Audit Universe,
klik pada tombol New.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-325) Setelah itu, akan muncul box wizard tahap pertama. Kemudian isikan:
Title

Diisi Judul Audit Universe, untuk keseragaman agar diberi nama Audit
Universe Inspektorat .

Code

Diisi Code dari Audit Universe. Untuk keseragaman agar diberi nama
AUIR .

Description

Diisi Penjelasan singkat mengenai Audit Universe.

Start Date

Diisi Tanggal dimulainya rencana pengawasan. Biasanya dimulai pada


awal tahun

End Date

Diisi Tanggal berakhirnya rencana pengawasan. Biasanya berakhir pada


akhir tahun

Kemudian klik tombol Next untuk melangkah ke tahap kedua.

6) Setelah itu, akan muncul box wizard tahap kedua. Kemudian klik pada pilihan copy from
another assessment in this database, lalu klik tombol Browse.
Keterangan:
Dipilih copy from another assessment in this database karena telah dibuatkan Template Audit
Universe sehingga tidak perlu membuat baru. Pilihan import dari excel tidak dapat mengcopy data deskripsi dari suatu Audit Universe.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-337) Kemudian, akan muncul box pilihan Audit Universe. Pilih Audit Universe kemudian klik
tombol OK.

8) Kemudian, akan muncul kembali box wizard tahap kedua. Pilih Finish

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-349) Kemudian, akan muncul secara otomatis box setting-Audit Universe. Tahap setting akan
dilakukan setelah mengisikan Audit Universe berikut Symptoms terkait, klik OK.

B. Meng-update/meng-edit data Symptoms pada Audit Universe


1) Untuk meng-update/meng-edit Symptoms, klik pada menu Audit Universe

2) Kemudian akan muncul tampilan Edit Audit Universe. Terlihat Audit Universe template,
yaitu dengan struktur 3 tingkatan: unit Eselon I unit Eselon II fungsi unit Eselon II,
yang mengacu pada ketetentuan di PMK tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan.
3) Apabila terdapat perubahan atas PMK tersebut, dapat dilakukan penyesuaian sebagai
berikut:
Tambah Item

Untuk menambahkan Item (unit Eselon I/unit Eselon II/fungsi


unit Eselon II) baru, dengan meng-klik pada menu Add Item

Tambah Sub Item

Untuk menambahkan Sub Item baru, dengan meng-klik menu


Sub Item

Ganti Nama Item

Untuk mengganti nama Item, dengan meng-klik menu Rename


Item

Hapus Item

Untuk menghapus Item, dengan meng-klik menu Delete

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-35-

4) Kemudian, jika struktur Audit Universe sudah selesai di-update, maka langkah berikutnya
menambahkan kegiatan-kegiatan yang memiliki Symptoms pada fungsi-fungsi terkait di
Eselon II, sehingga struktur Audit Universe berubah menjadi 4 tingkatan: unit Eselon I
unit Eselon II fungsi unit Eselon II - kegiatan.
Untuk menambahkan kegiatan, pilih fungsi unit Eselon II-nya terlebih dahulu, lalu klik
Sub Item kemudian isikan sebagai berikut:
a) Pada Tab General
Title

Diisi nama kegiatan secara ringkas

Code

Diisi kode kegiatan. Dapat mengacu pada nomor


persuratan untuk Eselon III. Sebagai contoh: Kegiatan
penyusunan SOP di Itjen, diberi kode IJ.12

Description

Diisi nama kegiatan secara lengkap

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-36b) Pada Tab Background


Diisi narasi Symptoms secara lengkap untuk setiap kegiatan.

Keterangan:
Untuk tab lainnya dikosongkan/tidak diisi.
5) Seteleh selesai, pilih menu Close untuk keluar dari tampilan Edit Audit Universe.

IV. Membuat dan Mengkonfigurasi Penilaian (Assessment) TPP


Dalam konfigurasi penilaian TPP, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Membuat New Assessment dengan nama Penilaian TPP 20XX Inspektorat X. langkahlangkahnya mengacu pada tahap membuat Audit Universe dan Symptoms untuk langkah 4
s.d. 8 di atas, dengan penyesuaian sebagai berikut:
Langkah a.5

Langkah a.6
Langkah a.7
Langkah a.8

:
:
:

Title

Code

Description

Start Date

End Date

Diisi Judul Penilaian, untuk keseragaman agar


diberi nama Penilaian TPP 20XX Inspektorat
.
Diisi Code dari Penilaian. Untuk keseragaman
agar diberi nama TPP 20XXIR .
Diisi Penjelasan singkat mengenai Penilaian
TPP.
Diisi Tanggal dimulainya rencana pengawasan.
Biasanya dimulai pada awal tahun
Diisi Tanggal berakhirnya rencana pengawasan.
Biasanya berakhir pada akhir tahun

sama
Pilih Audit Universe Inspektorat kemudian klik tombol OK
sama

Keterangan: Apabila tampilan setting-scoring penilaian tertutup, maka dapat dimunculkan


kembali dengan klik pada menu Assessment lalu pilih Assessment
Settings

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-37-

2) Setelah selesai langkah ke-8, secara default setting scoring yang muncul adalah setting scoring
untuk TPU. Untuk itu perlu dikonfigurasi kembali setting scoring Penilaian TPP, yaitu:
Catatan: Default konfigurasi setting scoring hanya dapat dibuat untuk satu penilaian, sehingga
hanya dapat dibuat untuk penilaian TPU.
a) Konfigurasi tab scoring metrics/ kriteria TPP:
1. Membuat
variabel
baru

1. Klik pada tombol Add, kemudian isikan data sebagai berikut:


Diisi huruf, mulai dari huruf a s.d. l,
karena kriteria Matriks TPP berjumlah
12 kriteria
Metrics
: Diisi Nama Kriteria, yaitu A1 s.d. A3,
B1 s.d. B4, dan C1 s.d. C5
Dimensions
: Pilih Residual Only
Possible Scores
: Matriks TPP hanya mempunyai dua
nilai yaitu Tidak (0) atau Ya (1). Untuk
itu perlu diedit:
1. pilih angka dua pada bagian
sebelah kanan
2. Ganti value maupun label-nya
dengan angka 0 dan 1
2. Klik tombol OK setelah selesai
Variable

Lakukan hal tersebut hingga pembuatan kriteria ke-12.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-38-

2. Menghapus :
variabel
yang tidak
diperlukan

Secara (default) bawaan TeamMate, terdapat varibel x dan y.


Variabel tersebut dapat dihapus karena tidak diperlukan. dengan
cara pilih variabel x, kemudian klik tombol Delete.

3. Mengedit
variabel

Apabila terdapat kesalahan dalam membuat variabel, maka


dapat di-edit, dengan klik tombol Edit lalu lakukan perbaikan.

Lakukan hal yang sama terhadap variabel y.

Catatan:
Perbaikan tidak dapat dilakukan apabila, sudah dilakukan
penilaian terhadap variabel tersebut.
4. Melihat
varibel

Untuk memastikan kebenaran variabel yang telah dibuat, dapat


dipilih tombol View

b) Konfigurasi tab scoring formulas and bands / rumus perhitungan kriteria TPP:
Rumus Inherent Risk

Rumus Residual Risk

Scoring Bands

Diisi angka 0, karena konfigurasi di scoring metric


untuk dimension dipilih residual only.
Diisi Rumus berdasarkan Matriks TPP, yaitu
a+b+c+d+e+f+g+h+i+j+k+l.
Merupakan kategori kelompok hasil penilaian, yaitu:
1. Nilai 1 s.d. 4 = Rendah
2. Nilai 5 s.d. 8 = Medium
3. Nilai 9 s.d. 12 = Tinggi
Klik pada pilihan Medium, diisi angka 5 s.d. 8,
sedangkan untuk kategori lainnya secara otomatis
terisi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-39c) Konfigurasi tab Score Aggregation / metode penilaian angka rata-rata:


Ada dua pilihan yaitu: Metode Straight Average dan Weight Average. Secara default
TeamMate pilihannya adalah Metode Straight Average.
Metode yang akan dipilih adalah Straight Average sehingga tidak ada perubahan.

V. Melakukan Penilaian TPP


Setelah selesai melakukan konfigurasi matriks TPP, langkah selanjutnya adalah melakukan
penilaian TPP, dengan langkah sebagai berikut:
1) Klik menu Worksheet, lalu akan muncul tampilan Worksheet yang terdiri dari tiga tahap.

2) Tahap pertama, pada bagian Entities pilih kegiatan yang akan dinilai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-403) Tahap kedua, pada bagian Objectives, pilih Add, datanya tidak perlu diisi, langsung klik OK

4) Tahap ketiga, pada bagian risk and scores, pilih Add, datanya tidak perlu diisi, langsung
klik OK. Selanjutnya, masukkan nilai pada kolom A1 s.d. C5

Keterangan:
Secara default TeamMate, bagian Objectives dan Risk Scores diisi dengan hasil penilaian risiko
atas suatu kegiatan. Dikarenakan Matriks TPP dalam menilai menggunakan kriteria TPP,
maka fitur-fitur default untuk Objectives dan Risk Scores diabaikan (skip).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-415) Setelah satu kegiatan selesai dimasukkan nilai pada kolom A1 s.d. C5, maka di-sign off, yaitu
diklik pada kotak pada bagian Entities.

6) Lakukan ulang hal tersebut untuk seluruh kegiatan-kegiatan yang ada Symptoms-nya.
VI. Menjalankan Matriks TPP
Setelah seluruh kegiatan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks TPP (generate
report). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Klik menu Reports, lalu pilih Matriks TPP, klik New.

2) Kemudian akan muncul tampilan Add Report, lalu beri nama Matriks TPP 20XXInspektorat X dan isi bagian deskripsi jika diperlukan, lalu klik tombol Design

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-42-

3) Selanjutnya, akan muncul tampilan TeamRisk Report Designer, pilih menu File lalu Import
Layout, kemudian cari filenya (MatriksTPP.rpx). klik OK.

4) Selanjutnya setelah diimpor template-nya, keluar dari tampilan TeamRisk Report Designer
dengan memilih menu File, lalu pilih Exit. Kemudian akan muncul dialog box Do you want to
save the changes to this Report Layout?, pilih Yes. Setelah itu, maka kembali ke tampilan Add
Report klik OK.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-43-

5) Kemudian akan muncul kembali tampilan Add Report, lalu klik tombol OK

6) Pilih jenis report Matriks TPP 20XX-Inspektorat X lalu klik tombol Run

7) Kemudian akan muncul, tampilan wizard report - Tahap 1, silakan pilih bagian yang akan
dibuatkan laporan. Untuk memilih seluruhnya, pilih bagian Universe TPP dan TPU, lalu klik
tombol Next.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-44-

8) Kemudian akan muncul, tampilan wizard report - Tahap 2, pada bagian ini terdapat fitur untuk
mengurutkan data yang akan dimunculkan di laporan. Apabila sudah selesai pilih tombol
Finish.

9) Lalu akan muncul Matriks TPP, tahap selanjutnya, file tersebut dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
Print

Untuk mem-print file

Export to PDF

Untuk menyimpan sebagai file PDF, dapat dibuka dengan


menggunakan aplikasi Adobe Reader/Acrobat

Export to Excel

Untuk menyimpan sebagai file excel, dapat dibuka dengan


menggunakan aplikasi Ms. Excel

Export to HTML

Untuk menyimpan sebagai file HTML, dapat dibuka dengan


menggunakan aplikasi browser (Internet Explorer, Mozilla Firefox,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-45Google Chrome, dsb)


Export to RTF

VII.

Untuk menyimpan sebagai file word, dapat dibuka dengan


menggunakan aplikasi Ms. Word

Membuat dan Mengkonfigurasi Penilaian (Assessment) TPU

Secara substansi melakukan konfigurasi penilaian TPU sama dengan TPP. Sedikit perbedaannya
adalah untuk penilaian TPU dapat menggunakan template yang telah dibuat sebelumnya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Membuat new assessment dengan nama Penilaian TPU 20XX Inspektorat X. langkahlangkahnya mengacu pada tahap membuat Audit Universe dan Symptoms untuk
langkah 4 s.d. 8 di atas, dengan penyesuaian sebagai berikut:
Langkah a.5

:
Title

Diisi Judul Penilaian, untuk keseragaman agar


diberi nama Penilaian TPU 20XX Inspektorat
.

Code

Diisi Code dari Penilaian. Untuk keseragaman


agar diberi nama TPU 20XXIR .

Description

Diisi Penjelasan singkat mengenai Penilaian


TPU.

Start Date

Diisi Tanggal dimulainya rencana pengawasan.


Biasanya dimulai pada awal tahun

End Date

Diisi Tanggal berakhirnya rencana pengawasan.


Biasanya berakhir pada akhir tahun

Langkah a.6

sama

Langkah a.7

Pilih Audit Universe Inspektorat kemudian klik tombol OK

Langkah a.8

sama

Keterangan: Apabila tampilan setting-scoring penilaian tertutup, maka dapat dimunculkan


kembali dengan klik pada menu Assessmet lalu pilih Assessment
Settings

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


INSPEKTORAT JENDERAL

-463) Setelah selesai langkah tersebut, lalu secara default dibuat setting scoring Penilaian TPU
telah dapat digunakan.
VIII.

Melakukan Penilaian TPU

Setelah selesai melakukan membuat dan mengkonfigurasi matriks TPU, langkah berikutnya
adalah melakukan penilaian TPU. Langkah langkahnya sama dengan langkah melakukan
penilaian TPP.
IX. Menjalankan Matriks TPU
Setelah seluruh kegiatan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks TPU
(generate report). Langkah-langkahnya sama dengan langkah menjalankan matriks TPP, hanya
jenis report yang dipilih adalah matriks TPU.
-------<<<<<<< Fin >>>>>>>-------

Vous aimerez peut-être aussi