Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KEMENTERIANINSPEKTORAT
KEUANGAN JENDERAL
REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL
Menimbang
MEMUfUSKAN:
Menetapkan
-2Pasal2
OHO~
SON
NIP 195706011979111001
-3-
LAMPIRAN
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN
KEUANGAN NOMOR PER/IJ/2012 TENTANG
PEDOMAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
INSPEKTORAT
JENDERAL
KEMENTERIAN
KEUANGAN
PEDOMAN
PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
Halaman
1
1
1
2
3
4
4
5
6
8
9
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
menteri/pimpinan lembaga wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintah. Hal ini telah dinyatakan secara tegas dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1), Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP).
Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pengendalian adalah
efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Untuk itu, Itjen sebagai APIP
perlu secara berkesinambungan melakukan perbaikan proses bisnis guna memberi nilai tambah
bagi kementerian/lembaga.
2.
Sejalan dengan pengaturan dalam PP SPIP dan standar dari the Institute of Internal Auditors serta
dalam rangka memenuhi kebutuhan Kementerian Keuangan tahun 2010, penugasan pengawasan
kepada Inspektorat Jenderal diarahkan pada pelaksanaan audit kepatuhan (compliance) dan
investigasi yang fokus pada program dan kegiatan yang memiliki risiko tinggi, pemberian
konsultasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas operasi, governance dan manajemen
risiko, dan pelaksanaan reviu dalam rangka menjamin kualitas Laporan Keuangan Bagian
Anggaran 015, 999.01, 999.02, 999.03, 999.04, 999.05, 999.07, 999.08, 999.09, dan Bendahara Umum
Negara. Agar kegiatan-kegiatan dimaksud dapat tercapai secara optimal, perlu disusun
perencanaan yang lebih terstruktur dan terarah. Untuk itu, disusun Pedoman Perencanaan
Pengawasan Tematik Inspektorat Jenderal sebagai acuan dalam melaksanakan proses
perencanaan
pengawasan
sehingga
dapat
menghasilkan
tema
pengawasan
yang
Ruang lingkup pedoman ini hanya mengatur langkah-langkah atau tahapan perencanaan
pengawasan tematik.
DEFINISI
4.
Berikut ini merupakan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam pedoman ini, yaitu:
1) Tema Pengawasan Potensial adalah Kegiatan-kegiatan auditi yang berisiko tinggi sesuai hasil
penilaian risiko dari matriks TPP yang dipilih dari Audit Universe dengan kriteria-kriteria
pemilihan tertentu.
2) Tema Pengawasan Unggulan adalah Kegiatan-kegiatan auditi yang berisiko tinggi sesuai hasil
penilaian risiko dari matriks TPP dan TPU baik bersifat penjaminan (assurance) maupun
konsultasi (consulting) dikaitkan dengan arah kebijakan pengawasan pimpinan yang tertuang
-2dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 130 tentang Kebijakan Pengawasan Diktum
Kedua, terkait fungsi/tugas Itjen meliputi:
a. pembangunan dan penguatan fungsi pengendalian intern yang berkelanjutan (sustainable);
b. pelaksanaan audit kinerja, audit kepatuhan (compliance), dan audit investigasi yang fokus
pada program dan risiko yang memiliki risiko tinggi;
c. pemberian konsultasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas operasi,
governance, dan manajemen risiko;
d. pelaksanaan reviu dalam rangka menjamin kualitas laporan keuangan Kemenkeu (BA
015), BA 999, dan BUN; dan
e. peningkatan kapabilitas dan kapasitas sumber daya Itjen;
untuk menghasilkan output pengawasan dapat berupa rekomendasi kebijakan (policy
recommendation), peta kondisi implementasi/permasalahan disertai rekomendasi terkait,
pedoman, dan hasil kegiatan pengawasan lainnya.
3) Policy Recommendation adalah perbaikan kebijakan atau prosedur kerja yang dituangkan
dalam surat atau nota dinas Pimpinan mengenai usulan peraturan, keputusan, instruksi,
surat, surat edaran yang diterbitkan oleh Inspektur Jenderal terkait proses bisnis hasil evaluasi
kecukupan rancangan pengendalian intern.
4) Symptoms adalah:
a. Symptoms mengacu pada teridentifikasinya risiko terkait penggunaan sumber daya yang
tidak efisien dan/atau efektif atau perolehan sumber daya yang tidak ekonomis.
b. Dari perspektif auditor, Symptoms dijelaskan sebagai situasi/kejadian pada suatu
departemen/entitas dan program yang kinerjanya tidak memuaskan.
5) Liasion Officer adalah seorang yang memerankan pengendali mutu yang bertanggung jawab
mengkoordinir kegiatan pengawasan dengan fokus pada perencanaan pengawasan,
penjaminan kualitas hasil akhir kegiatan pengawasan, maupun pemaparan hasil akhir
pengawasan.
7.
Setiap auditor harus mempunyai pemahaman dan pengetahuan dari kegiatan auditi yang
memadai agar dapat mengidentifikasi kegiatan, transaksi, dan praktik yang dilakukan auditi.
Pemahaman tersebut diperlukan karena mempunyai pengaruh yang besar pada pertimbangan
auditor mengenai management measures atau pada saat auditor membuat laporan audit.
Pemahaman tersebut meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
Lingkungan internal dan eksternal dimana entitas beroperasi, termasuk sistem pengendalian
utama dan stakeholders.
6)
7)
8)
9)
Metode/cara yang dilakukan untuk mendapat informasi mengenai auditi antara lain:
1)
mempelajari peraturan, kebijakan, dan renstra dan roadmap, profil risiko, balance scorecard,
yang dimiliki oleh auditi;
2)
3)
4)
-45)
6)
melakukan riset mengenai praktik manajemen yang baik (good management practices),
misalnya melalui internet; dan
7)
IDENTIFIKASI SYMPTOMS
10. Selama pengidentifikasian Symptoms, auditor boleh menggunakan salah satu dari dua
pendekatan berikut:
1)
2)
problem-oriented approach: menurut pendekatan ini auditor melakukan verifikasi dan analisis
masalah (masalah dikaitkan dengan ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pelaksanaan
tugas dan program pemerintah). Kekurangan dan masalah atau paling tidak indikasi
masalah merupakan titik awal audit bukan kriteria audit.
11. Atas Symptoms yang telah diidentifikasi, dilakukan pemutakhiran/updating data Symptoms
dengan menggunakan aplikasi TeamMate oleh masing-masing Inspektorat.
dilakukan
identifikasi
Symptoms,
Inspektur
beserta
Koordinator
Kelompok
2)
Masalah penting dimana terdapat risiko besar dalam ukuran ekonomis, efisiensi, dan
efektifitas atau kepercayaan publik.
3)
Terdapat risiko atau ketidakpastian yang tinggi, seperti hal-hal dibawah ini:
a. jumlah dana/anggaran yang terlibat adalah besar atau terdapat perubahan signifikan
dari jumlah dana tersebut;
b. kegiatan yang memiliki risiko melekat (inherent risk) seperti pengadaan;
c. terdapat kegiatan baru atau penting atau perubahan keadaan;
d. struktur manajemen yang rumit dan mungkin terdapat ketidakjelasan di dalam
tanggung jawab; atau
-5e. tidak ada informasi yang handal, independen, dan terkini tentang efisiensi atau
efektivitas dari sebuah program.
13. Penilaian tema kegiatan yang akan menjadi TPP serta penyusunan matriks TPP dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi TeamMate pada modul TeamRisk. Apabila penerapan TeamMate
telah ditetapkan secara menyeluruh maka Penilaian tema kegiatan harus menggunakan aplikasi
TeamMate. (Manual TeamRisk terlampir pada Lampiran VI)
2)
3)
4)
penyalahgunaan atau penyimpangan dan deficiencies yang diperoleh dari audit sebelumnya
atau investigasi;
5)
6)
7)
8)
9)
10) kondisi pelayanan yang tidak biasa atau fringe benefits diberikan kepada perseorangan;
11) keluhan dari staf atau perputaran staf yang tinggi;
12) penyalahgunaan mesin, peralatan, dan aset lainnya; dan
13) perencanaan yang lemah.
Faktor-faktor tersebut di atas dilakukan penyesuaian dan hasilnya dituangkan pada Matriks
TPU.
15. Penilaian TPP yang akan menjadi TPU serta penyusunan matriks TPU dapat dilakukan dengan
menggunakan aplikasi TeamMate pada modul TeamRisk. Apabila penerapan TeamMate telah
ditetapkan secara menyeluruh maka penilaian TPP harus menggunakan aplikasi TeamMate.
kegiatan diuraikan secara jelas dan ringkas, dengan urutan kegiatan yang mengalir
secara logis dan sistematis;
Pembahasan bersama antara TPTP dengan Tim Inspektorat/Sekretariat atas proposal TPU
yang diajukan, dan TPTP menuangkan hasil pembahasan ke dalam Berita Acara Hasil Reviu
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. (Lampiran IV)
10) Inspektur bersama dengan para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis memperbaiki Proposal TPU sesuai hasil reviu TPTP. Kemudian, Inspektur
menandatangani dokumen Proposal TPU dan menyampaikannya kepada Sekretariat TPTP
untuk dikompilasi.
-811) Atas Proposal TPU yang disetujui, Sekretariat TPTP melakukan kompilasi dan membuat
ikhtisar seluruh TPU.
12) Masing-masing Inspektur memaparkan TPU kepada Inspektur Jenderal.
13) Inspektur Jenderal memberikan arahan/komentar/masukan atas tema pengawasan yang
dipaparkan.
14) Masing-masing Inspektur membuat catatan atas arahan/komentar/masukan dari Inspektur
Jenderal.
15) Inspektur bersama dengan para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis memperbaiki Proposal TPU sesuai dengan arahan/komentar/masukan Inspektur
Jenderal.
16) Proposal TPU hasil revisi sesuai arahan/komentar/masukan dari Inspektur Jenderal,
dikirimkan kepada Sekretariat TPTP dengan tembusan ke Inspektorat VII, dan Sekretariat
Itjen (khususnya Bagian Organisasi dan Tatalaksana, Bagian Perencanaan Keuangan, dan
Bagian Kepegawaian).
Alur Proses Mekanisme pembahasan Proposal TPU
Pengarahan
Inspektur kepada
PM/Korkel
JFA/Dalnis
Pengarahan
PM/Korkel
JFA/Dalnis kepada
Ketua dan Anggota
Tim
Penyusunan Proposal
TPU oleh Ketua Tim
dapat dibantu
dengan Anggota Tim
Pembahasan
Proposal TPU antara
KT dengan AT
Penyiapan bahan
reviu oleh Sekretariat
TPTP
Penyampaian
Proposal TPU kepada
Sekretariat TPTP
Reviu dan
pembahasan Proposal
TPU tingkat
Inspektorat
Penyiapan bahan
reviu oleh Sekretariat
TPTP
Pembahasan bersama
antara TPTP dengan
Tim Inspektorat
Persetujuan Proposal
TPU dan
penyampaian ke
Sekretariat TPTP
Penyampaian
Proposal TPU Final
ke Sekretariat TPTP
Pemaparan TPU ke
Inspektur Jenderal
Sekretariat TPTP
membuat ikhtisar
TPU
-921. Komunikasi kepada auditi ditujukan sebagai pemberitahuan TPU tahun berikutnya, bukan
dalam rangka meminta persetujuan dari auditi. Apabila auditi keberatan dengan TPU yang
diajukan Itjen, perlu dimintakan pendapat kepada Inspektur Jenderal.
INSPEKTUR JENDERAL,
SONNY LOHO
NIP 195706011979111001
No
Tema Pengawasan
Masalah Penting
(dampak 3E dan
kepercayaan
masyarakat)
Nilai Tambah
Bagi
Organisasi
A1
A2
A3
B1
B2
B3
Risiko
(Unsur ketidakpastian)
B4
C1
C2
C3
C4
Skor
akhir
C5
Keterangan:
- Tema Pengawasan dapat berupa entitas/satuan kerja, fungsi, program, kegiatan, proses, sistem
- Kriteria Penilaian, dengan memberikan tanda tickmark ("") pada kolom yang sesuai:
A. Nilai Tambah Bagi Organisasi
A1 = Kementerian Keuangan, membantu pencapaian tujuan
A2 = Unit Eselon I bersangkutan (Auditee), membantu pencapaian tujuan atau pemecahan
masalah
A3 = Inspektorat Jenderal (Auditor), meningkatkan citra positif
B. Masalah Penting
B1 = memiliki dampak ekonomis yang siginifikan (uneconomical)
B2 = memiliki dampak efisiensi yang signifikan (inefficient)
B3 = memiliki dampak efektivitas yang signifikan (ineffective)
B4 = memiliki dampak kepercayaan publik yang signifikan (menurunnya kepercayaan publik)
C. Risiko (Unsur Ketidakpastian)
C1 = melibatkan jumlah anggaran/dana yang signifikan (material) atau pergeseran MAK
C2 = biasanya terbukti berisiko (seperti: pengadaan, pengelolaan penerimaan)
C3 = menyangkut kegiatan baru/penting atau perubahan kondisi yang terkait
C4 = struktur manajemen yang komplek (contoh: Urjab dan SOP) dan terdapat ketidakjelasan
tanggung jawab
C5 = tidak tersedianya informasi yang andal, independen, dan mutakhir tentang efisiensi atau
efektivitas program unit ybs
Skor akhir merupakan penjumlahan kumulatif dari semua tickmark yang ada, dalam artian jika
semua unsur/kriteria terpenuhi maka skor akhir adalah 12 (3 A + 4 B + 5 C)
-11Lampiran II
Matriks Kriteria Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU)
NO
KRITERIA
3
4
TEMA
Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR
II
Temuan BPK
Perhatian Pimpinan
Perhatian masyarakat
5
6
Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR
III
Jumlah skor
BOBOT
NILAI TERTIMBANG
KOMENTAR
Catatan:
Mempertimbangkan sumber daya (waktu, dana, orang), maka untuk tahun 2010 audit dilakukan
atas tema yang mendapat nilai tertimbang 3 (tiga) besar, yaitu Piutang Pajak, Pemeriksaan Pajak
dan Pemberian NPWP.
KRITERIA
1
2
3
4
Ekstensifikasi Wajib
Pajak
Piutang
Pajak
Pemeriksaan Pajak
Pemberian
NPWP
Penyelesaian
keberatan
Penanganan PBB
e-SPT
N/A
N/A
N/A
10
BOBOT
10%
10%
10%
10%
10%
10%
10%
NILAI TERTIMBANG
0.8
0.8
0.8
0.9
0.9
0.3
Jumlah skor
KOMENTAR
II
Temuan BPK
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
Perhatian Pimpinan
Perhatian masyarakat
Dampak positif buat Inspektorat
Jenderal
Dampak positif terhadap pelayanan
publik/masyarakat
Dampak ekonomi
(ketidakekonomisan)
Dampak tema terhadap pencapaian
tujuan organisasi
N/A
N/A
Jumlah skor
11
15
11
12
10
BOBOT
50%
50%
50%
50%
50%
50%
50%
NILAI TERTIMBANG
5.5
7.5
5.5
4.5
4.5
N/A
4
5
6
7
KOMENTAR
III
1
2
3
BOBOT
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
NILAI TERTIMBANG
1.6
2.4
3.2
2.4
2.4
1.6
7.9
10.7
9.7
9.2
7.8
7.3
Tdk
dilakukan audit
thn ini
Dilakukan
audit
tahun ini
Dilaku
kan
audit
tahun
ini
Dilaku
kan
audit
tahun
ini
Tdk
dilakukan
audit
thn ini
Tdk
dilakukan audit
thn ini
Tdk
dilakukan audit
thn ini
KOMENTAR
TOTAL NILAI TERTIMBANG
-13TEMA
NO
KRITERIA
CATATAN INSTRUKSI KHUSUS
Ekstensifikasi Wajib
Pajak
Piutang
Pajak
cat.penting:Pada
rapim
Kementeri
an bulan
September
2009,
Dirjen
Pajak
meminta
Itjen
untuk
membantu
mengatasi
permasala
han
Piutang
Pajak.
Pemeriksaan Pajak
Pemberian
NPWP
Penyelesaian
keberatan
Penanganan PBB
e-SPT
Pada
rapat
dengar
pendapat
Menkeu
dengan
DPR
bulan
Juni
2009,
anggota
Dewan
ada
yang
memper
tanyakan
masalah
pemberi
an
NPWP.
Catatan:
Mempertimbangkan sumber daya (waktu, dana, orang), maka untuk tahun 2010 audit dilakukan
atas tema yang mendapat nilai tertimbang 3 (tiga) besar, yaitu Piutang Pajak, Pemeriksaan Pajak
dan Pemberian NPWP.
-14PEDOMAN SCORING
I
a
PENILAIAN INTERNAL
Pelaksanaan audit tematik terakhir dilakukan
3 : 5 tahun atau belum pernah dilakukan
2 : 2 - 4 tahun
1 : 1 tahun
II
1
PENILAIAN EKSTERNAL
Temuan BPK
3 : temuan BPK mempengaruhi opini terhadap Laporan Keuangan
2 : temuan BPK yang merugikan keuangan negara
1 : temuan BPK yang tidak merugikan keuangan negara
Perhatian Pimpinan
3 Menjadi perhatian Menteri
2 Menjadi perhatian Pimpinan Eselon I
1 Menjadi perhatian Pimpinan di bawah Eselon I
Perhatian masyarakat
3 Menjadi headline di Media massa
2 Menjadi berita di Media massa bukan headline
1 Ada informasi dalam bentuk surat dari masyarakat
-156
III
1
HAL-HAL KHUSUS
Jumlah Dana/Anggaran Yang Dikelola
3 :>1M
2 : 0,5 M - 1 M
1 : < 0,5 M
-16-
Lampiran III
FORMAT PROPOSAL TPU DAN
KEGIATAN PENGAWASAN TERKAIT TPU
Dalam praktik perencanaan pengawasan tematik tahun 2010, ditemui variasi dalam penyusunan
Proposal TPU, terutama penjelasan mengenai pendekatan dan metodologi pengawasan serta
perencanaan sumber daya. Selain itu, beberapa desain penugasan menggunakan istilah penugasan
yang sama tetapi ternyata tingkat kedalaman telaahan/analisis berbeda. Sebaliknya, beberapa desain
penugasan menggunakan istilah penugasan yang berbeda tetapi ternyata tingkat kedalaman
telaahan/analisis sama.Misalnya, terdapat suatu kegiatan yang menggunakan istilah monitoring
namun bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
memiliki langkah kerja berupa teliti/pastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
Padahal, pada umumnya, tujuan dan langkah kerja tersebut hanya dilakukan dalam kegiatan audit.
Oleh karena itu, perlu keseragaman dalam penyusunan Proposal TPU dan pemilihan kegiatan
pengawasan terkait perlu mengikuti kaidah sebagai berikut:
A. FORMAT PROPOSAL TPU
Pendekatan dan metodologi pengawasan merupakan kegiatan dan/atau prosedur audityang
dilaksanakan auditor untuk memperoleh solusi/hasil yang relevan dalam menjawab tujuan dan
pertanyaan audit. Untuk tiap pertanyaan audit, auditor harus menentukan sumber informasi yang
diperlukan dan metode pengumpulan datanya.
Format Proposal TPUterdiri atas:
1. Judul Proposal TPU
Memuat nama Inspektorat yang mengajukan TPU, tulisan Proposal Tema Pengawasan Unggulan
(TPU) beserta tahunnya, dan nama TPU yang diajukan.
Untuk keseragaman, redaksi kalimat tema pengawasan unggulan sebaiknya diawali dengan kata
Benda yaitu kegiatan di auditi diikuti dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan (Audit/
Reviu/ Monitoring/ Asistensi/ Konsultasi/ Kajian/ dan lain sebagainya)
Contoh:
INSPEKTORAT XXX
PROPOSAL TPU 2011
(PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BA 15 KEMENTERIAN KEUANGAN
MELALUI REVIU)
Contoh lainnya:
a. Peningkatan Efektivitas Penagihan Piutang Pajak melalui Evaluasi.
b. Percepatan Penanganan Hasil Penindakan di DJBC melalui Audit.
c. Peningkatan Efektivitas Pemberian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor pada DJBC
melalui audit.
d. Pemberdayaan SDM yg ditempatkan di Kanwil DJPB melalui evaluasi.
e. Penyelesaian Penanganan Aset Eks-BPPN dan BDL melalui Audit.
f. Pembenahan Manajemen Penganggaran dan Pelaporan Belanja Subsidi dan BelanjaLain-2
melalui evaluasi.
g. Penertiban Saldo DAK pada Pemda melalui audit.
: aaaaaaa/NIP
: 1. Bbbbbbb/NIP
2. cccccccc/NIP
Waktu
SDM
Orang Hari
Dana
Pembahasan/FGD dengan
Kantor Pusat ..
Output:
Laporan
Pembahasan/FGD
20XX
hasil
Tahap Pelaporan:
1)
Pengelolaan hasil pengawasan 20XX
dengan menyusun laporan TPU
Output: Laporan Akhir TPU ke
Eselon I dan Menkeu
..
Orang
Hari
RpXXXXXX
. Orang RpXXXXXX
Hari
-19e. Output, berisi mengenai laporan hasil akhir yang akan diperoleh dari tahapan pencapaian
TPU yang berisi antara lain dapat berupa usulan kebijakan (policy recommendation), pedoman,
peta, dan hasil audit/reviu/monitoring.
Contoh:
E. Output
(1) Policy Recommendation:
a) Tata Cara Penerbitan STP (PMK No. 84/PMK.03/2010),
b) Penertiban BMN berupa Tanah, Rumah, dan/atau Kendaraan Bermotor di
lingkungan Depkeu Untuk Pegawai Yang Akan Pensiun (Instruksi Menkeu
No.146/IMK.01/2009)
c) Langkah-langkah peningkatan mutu layanan publik di lingkungan DJP (S218/PJ/2010),dll
(2) Peta Piutang Pajak, Peta Backlog, dll
(3) Pedoman Audit SOP, Pedoman Pelaporan, dll
7. Perencanaan Sumber Daya:
Berisi mengenai uraian detail atas rencana penggunaan sumber daya, lokasi, waktu untuk tahap
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan yang terlampir pada RAB UPKPT.
Contoh:
F. Perencanaan Sumber Daya
Rincian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, rencana penggunaan sumber daya,
lokasi/kantor, dan waktu untuk tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan terlampir
pada format Rencana Anggaran Biaya- UPKPT.
8. Persetujuan Inspektur:
Berisi mengenai tanda tangan dari masing-masing Inspektur termasuk cap instansi Inspektorat
untuk setiap TPU yang diusulkan.
Contoh:
Mengetahui,
InspekturXX
..
NIP..
Itjen tidak diperbolehkan mengaudit suatu area yang sebelumnya menjadi subyek penugasan
konsultasinya atau memberikan nonaudit services yang bersifat signifikan atau material terhadap
area yang diaudit. Pembatasan ini tidak berlaku selamanya dan tidak dimaksudkan untuk
mencegah fungsi Itjen melaksanakan consulting services, tetapi lebih untuk membatasi partisipasi
Itjen dalam penugasan assurance untuk mengevaluasi aktivitas pengendalian yang menjadi subyek
penugasan konsultasi Itjen sebelumnya.
Dengan demikian dalam penyusunan perencanaan kegiatan pengawasan harus diperhatikan bahwa
apabila pada suatu periode Itjen memberikan consulting services atas suatu area tertentu maka tidak
ada larangan bagi Itjen untuk memberikan assurance services pada periode berikutnya.
Dalam penyusunan perencanaan, diharapkan auditor memahami tujuan yang diharapkan dari TPU
sehingga mengetahui arah pelaksanaan tugasnya apakah lebih mengarah kepada penugasan untuk
memberikan suatu assurance services ataukah kepada penugasan untuk memberikan consulting services.
Dengan pemahaman arah penugasan yang tepat, selanjutnya auditor menyusun metodologi
pengawasan yang akan dilakukan termasuk desain penugasan berupa kegiatan pengawasan. Untuk
keseragaman pemahaman, kegiatan pengawasan yang dikembangkan mengacu pada definisi dan
uraian berikut ini.
1. Pendidikan dan pelatihan pengawasan
Pendidikan dan pelatihan (diklat) pengawasan adalah proses/cara untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mengenai hal-hal yang terkait dengan pengawasan,
dapat berupa PKS, Workshop, Seminar, dan sebagainya.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah cara bagaimana informasi didapat. Metode pengumpulan data yang
biasa digunakan adalah studi literatur, telaah dokumen, observasi, survei, dan pendapat ahli.
Studi literatur adalah metode pengumpulan data/informasi yang melibatkan pengujian atas
laporan riset , tulisan dan buku yang dipublikasikan.
Telaah dokumen adalah metode pengumpulan data/informasi melalui kajian dan penelitian atas
file atau dokumen.
-21Observasi adalah metode pengumpulan data berupa kunjungan ke lokasi dimana kegiatan
dijalankan. Dengan observasi auditor dapat secara langsung mengamati pelaksanaan kegiatan
dilapangan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Survei adalah metode pengumpulan data/informasi melalui penyebaran kuesioner dan indepth
interview untuk mengumpulkan data/informasi dari sampel yang relevan.
Pendapat ahli adalah metode pengumpulan data/informasi yang melibatkan pengetahuan dan
persepsi dari para ahli.
3. Sosialisasi mengenai pengawasan
Sosialisasi mengenai pengawasan adalah upaya menjelaskan tentang pengawasan baik dari jenis
kegiatannya, tujuannya, dan hal-hal lain terkait kegiatan pengawasan.
4. Pembimbingan dan konsultansi
Pembimbingan adalah
melakukan sesuatu.
proses
pemberian
petunjuk/pelajaran/penjelasan
mengenai
cara
Konsultasi adalah pemberian saran atau pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang
sebaik-baiknya dalam memutuskan sesuatu. Konsultasi mencakup pemberian saran dan kegiatan
yang terkait dengan pemberian jasa kepada auditi, dimana sifat dan ruang lingkupnya disetujui
dengan auditi dan dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah dan peningkatan bagi tata
kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian auditi tanpa mengambil alih tanggung jawab
auditi. Contohnya adalah konseling, pemberian saran, dan diklat.
5. Pembahasan antara lain FGD/ Exposure Draft / Public Exposure
Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu grup diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah dengan dipandu seorang fasilitator mengenai suatu isu atas masalah tertentu, dimana
selama diskusi berlangsung setiap anggota bebas berbicara kepada anggota lainnya dalam grup.
Exposure Draft adalah versi usulan dari suatu dokumen atau pernyataan yang diterbitkan untuk
keperluan diskusi terbuka sebelum suatu dokumen atau pernyataan final dinyatakan tersedia
untuk umum.
Public Exposure adalah dibukanya suatu subyek atau permasalahan untuk didiskusikan atau
diperdebatkan secara luas.
6. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kesesuaian pelaksanaan suatu kegiatan dengan standar
dan/atau tujuan yang telah ditetapkan.
Pemantauan dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Data sebelumnya (cut-off pada
saat kedatangan) dapat digunakan sebagai data awal namun tidak dilakukan analisis dan
penelitian lebih lanjut. Penyebab permasalahan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat
yang terkait. Jika dalam pelaksanaan pemantauan auditor menemukan adanya permasalahan,
maka auditor harus memberikan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Contoh:
Pada pemantauan atas kegiatan perekaman data penagihan pajak pada suatu KPP Pratama,
auditor hanya akan memantau proses perekaman data dan memantau kesesuaiannya dengan SOP
pada waktu auditor bertugas.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
Evaluasi dilaksanakan atas suatu program, tidak dilakukan atas suatu kegiatan. Teknik yang
dilakukan meliputi studi literatur, telaah dokumen dalam rangka memahami program yang
-22dievaluasi, observasi, survei, pilot testing, dan analisis. Rekomendasi (jika ada) menyajikan
alternatif penyelesaian terkait dengan kelemahan yang ditemukan.
8. Reviu
Reviu adalah penelaahan dokumen suatu kegiatan untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan.
Reviu dilaksanakan hanya melalui pengajuan pertanyaan terhadap pejabat/pegawai yang
berwenang/bertanggungjawab dan analisis atas data/informasi yang diperoleh, danharus
menjadi dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan keyakinan yang terbatas. Reviu
tidak melakukan pengujian sampai ke dokumen sumber seperti berita acara fisik dan bukti
pembayaran.
Contoh:
Pada reviu atas kebenaran nilai piutang pajak, auditor akan membandingkan antara saldo awal
suatu periode dengan saldo akhir periode sebelumnya, membandingkan saldo piutang pajak pada
tanggal tertentu pada Seksi Penagihan dengan data pada laporan AR. Auditor tidak memeriksa
bukti-bukti berupa SKP, STP, Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, bukti lelang, SSP, Pbk, dan
dokumen lainnya.
9. Audit
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan pengujian bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
Audit dilaksanakan untuk memperoleh suatu pemahaman atas struktur pengendalian intern,
penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan, pengujian atas hasil wawancara dengan cara
memperoleh bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, konfirmasi, dan
prosedur tertentu lainnya.
Contoh:
Pada audit atas kebenaran nilai piutang pajak, auditor akan membandingkan antara saldo awal
suatu periode dengan saldo akhir periode sebelumnya, membandingkan saldo piutang pajak pada
tanggal tertentu pada Seksi Penagihan dengan data pada laporan AR. Kemudian auditor
melakukan pengujian lebih lanjut dengan memeriksa bukti-bukti berupa SKP, STP, Surat Teguran,
Surat Paksa, SPMP, bukti lelang, SSP, Pbk, dan dokumen lainnya.
10. Pengelolaan hasil pengawasan
Pengelolaan hasil pengawasan adalah proses dan cara mengelola hasil audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan/atau kegiatan pengawasan lainnya seperti penyusunan laporan, kompilasi,
entry data hasil pengawasan, updating data tindak lanjut, dan lain-lain.
11. Pemaparan hasil pengawasan
Pemaparan hasil pengawasan adalah proses dan cara menguraikan hasil audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan/atau kegiatan pengawasan lainnya kepada stakeholders.
Dalam rangka penyeragaman penggunaan istilah, disarankan dalam penyusunan Proposal TPU
menggunakan istilah jenis kegiatan pengawasan, dibawah ini:
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan
1) Pendidikan dan pelatihan pengawasan
2) Pengumpulan data
b. Tahap Pelaksanaan
1) Sosialisasi mengenai pengawasan
pemantauan;
evaluasi;
reviu; dan
audit.
Dengan mempertimbangkan tingkat kedalaman pengujian untuk setiap jenis kegiatan pengawasan
tersebut diharapkan dapat tersusun suatu rencana tahapan kegiatan yang menggambarkan alur
berpikir yang logis.
-24Lampiran IV
.., .
Tim Penyusun TPU
..
NIP
NIP
Uraian
Ya
2.
3.
Unsur: Tujuan
6.
selaras
7.
Apakah
tujuan
pengawasan
telah
menggunakan redaksi yang seragam
10.
11.
Unsur: Output
12.
Unsur: Legalitas
13.
Tidak
-26Lampiran V
April
Mei s.d.
Juli
Agustus
September
Uraian Kegiatan
Pemahaman proses bisnis dan
identifikasi Symptoms:
1. mempelajari
peraturan,
kebijakan, dan renstra dan
roadmap, profil risiko, balance
scorecard, yang dimiliki oleh
auditi;
2. wawancara dengan manajemen
dan pejabat lain yang terkait;
3. wawancara dengan eksternal
auditor;
4. melakukan penelitian sepintas
(walkthrough investigation) ke
auditi;
5. melakukan
analisis
atas
anggaran serta realisasi belanja
dan pendapatan;
6. melakukan
riset
mengenai
praktik manajemen yang baik
(good management practices),
misalnya melalui internet; dan
7. menguji/mempelajari
dokumen-dokumen
lainnya
yang mengandung kebijakan
penting yang menjadi perhatian
auditi.
Updating
profil
auditi
dan
symptoms ke TeamRisk
Pelaksana
Seluruh
Inspektorat
Seluruh
Inspektorat,
Sekretariat Itjen,
TPTP
Alokasi Sumberdaya
Kegiatan:
- Pemahaman proses bisnis 1)
s.d. 7) antara 5-7 hari kerja
- kegiatan updating profil
auditi & symptoms 3 hari kerja
- susunan tim: 1 PT, 1 KT, 1-2
AT.
Pembentukan
jumlah
tim
sesuai kebutuhan.
Seluruh
Inspektorat
Seluruh
Inspektorat dan
Sekretariat Itjen
Inspektorat VII
-27Keputusan Irjen
Keputusan Irjen tentang PKPT
Oktober s.d.
Desember
Sekretariat Itjen
dan Inspektorat
VII
Seluruh
Inspektorat
-28Lampiran VI
MANUAL TEAMRISK
UNTUK PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
I. Pengenalan TeamRisk
TeamRisk adalah modul yang menyediakan tools untuk menerapkan Risk Based Audit Plan dengan
cara melakukan penilaian risiko atas Audit Universe, mendesain faktor-faktor risiko yang akan
dinilai, mendistribusi penilaian risiko kepada auditor atau auditi untuk mendapatkan feedback,
mereviu penilaian risiko, membuat laporan penilaian risiko, dan menggunakan penilaian
sebelumnya untuk melakukan penilaian risiko yang baru.
Output akhir adalah daftar peringkat risiko untuk setiap Audit Universe (unit bisnis dan/atau
proses) yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk rencana audit.
TeamRisk memiliki beberapa fitur yaitu:
a. Risiko dinilai oleh anggota tim audit yang didefinisikan sebagai kontributor untuk proses
penilaian.
b. Tujuan, Risiko, dan Kontrol terkait dengan entitas atau institusi sebagai enterprise dalam
rangka menentukan audit mana yang akan dilakukan.
c. Tujuan, Risiko, dan Kontrol yang dihubungkan bersama dalam Risk Library sehingga tim audit
dapat mencari dengan mudah untuk membuat proses penilaian yang lebih efisien.
d. Fitur Self Assessment digunakan untuk mengumpulkan informasi dari business owners (contact)
atau didistribusikan kepada auditor untuk membantu dalam proses penilaian.
e. Setelah penilaian selesai, proyek/audit untuk rencana audit akan telah teridentifikasi dan
tersedia untuk penjadwalan dan/atau pembuatan proyek dalam EWP.
II. Mekanisme/Prosedur Perencanaan Pengawasan Tematik berbasis TeamRisk
Untuk lebih memahami prosedur perencanaan pengawasan tematik berbasis TeamRisk, perlu
dikemukakan terlebih dahulu mengenai Tahapan Perencanaan Tematik dibandingkan dengan
fungsi-fungsi yang terdapat pada TeamRisk.
A. Tahapan Perencanaan Pengawasan Tematik
Secara garis besar tahapan perencanaan pengawasan tematik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
-29Dengan demikian, dari hasil perbandingan antara proses tahapan perencanaan tematik
dengan fungsi dari TeamRisk, tahapan perencanaan yang dapat dilakukan berbasis TeamRisk
meliputi:
a. Identifikasi Symptoms
Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengisi Audit Universe berikut
Symptom-nya.
b. Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP)
Langkah yang dilakukan untuk memilih TPP berdasarkan hasil penilaian atas kriteriakriteria pemilihan TPP.
c. Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU)
Langkah yang dilakukan untuk memilih TPU berdasarkan hasil penilaian atas kriteriakriteria pemilihan TPU.
Sedangkan tahap selanjutnya mulai dari penyusunan Proposal TPU hingga penyusunan RAT
dilakukan secara manual (tanpa menggunakan aplikasi TeamRisk).
C. Flowchart Mekanisme/Prosedur Perencanaan Pengawasan Tematik
Flowchart mekanisme/prosedur perencanaan pengawasan tematik dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
Mulai
Membuat
Penilaian TPP
Membuat
Penilaian TPU
Mengumpulkan
Informasi Auditi
Membuat template
penilaian TPP
Membuat template
penilaian TPU
AuditUniverse
Menilai bdsk
Kriteria TPP
Menilai bdsk
Kriteria TPU
Symptoms
terkait
Menginput ke
TeamRisk
Data TPP
Membuat
Matriks TPP
Data TPU
Membuat
Matriks TPU
Matriks TPU
Data Audit
Universe dan
Symptoms
Matriks TPP
Selesai
Peran
User
Administrator
Assessment Owner
Inspektur
Assessor
Tim Assessor
Reader
Inspektur Jenderal
-312) Kemudian akan keluar dialog box koneksi, silakan pilih koneksi yang sesuai, lalu klik OK
3) Selanjutnya akan keluar dialog box username dan password, silakan masukkan username
dan password, lalu klik OK
4) Selanjutnya akan keluar tampilan Menu Utama TeamRisk. Untuk membuat Audit Universe,
klik pada tombol New.
-325) Setelah itu, akan muncul box wizard tahap pertama. Kemudian isikan:
Title
Diisi Judul Audit Universe, untuk keseragaman agar diberi nama Audit
Universe Inspektorat .
Code
Diisi Code dari Audit Universe. Untuk keseragaman agar diberi nama
AUIR .
Description
Start Date
End Date
6) Setelah itu, akan muncul box wizard tahap kedua. Kemudian klik pada pilihan copy from
another assessment in this database, lalu klik tombol Browse.
Keterangan:
Dipilih copy from another assessment in this database karena telah dibuatkan Template Audit
Universe sehingga tidak perlu membuat baru. Pilihan import dari excel tidak dapat mengcopy data deskripsi dari suatu Audit Universe.
-337) Kemudian, akan muncul box pilihan Audit Universe. Pilih Audit Universe kemudian klik
tombol OK.
8) Kemudian, akan muncul kembali box wizard tahap kedua. Pilih Finish
-349) Kemudian, akan muncul secara otomatis box setting-Audit Universe. Tahap setting akan
dilakukan setelah mengisikan Audit Universe berikut Symptoms terkait, klik OK.
2) Kemudian akan muncul tampilan Edit Audit Universe. Terlihat Audit Universe template,
yaitu dengan struktur 3 tingkatan: unit Eselon I unit Eselon II fungsi unit Eselon II,
yang mengacu pada ketetentuan di PMK tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan.
3) Apabila terdapat perubahan atas PMK tersebut, dapat dilakukan penyesuaian sebagai
berikut:
Tambah Item
Hapus Item
-35-
4) Kemudian, jika struktur Audit Universe sudah selesai di-update, maka langkah berikutnya
menambahkan kegiatan-kegiatan yang memiliki Symptoms pada fungsi-fungsi terkait di
Eselon II, sehingga struktur Audit Universe berubah menjadi 4 tingkatan: unit Eselon I
unit Eselon II fungsi unit Eselon II - kegiatan.
Untuk menambahkan kegiatan, pilih fungsi unit Eselon II-nya terlebih dahulu, lalu klik
Sub Item kemudian isikan sebagai berikut:
a) Pada Tab General
Title
Code
Description
Keterangan:
Untuk tab lainnya dikosongkan/tidak diisi.
5) Seteleh selesai, pilih menu Close untuk keluar dari tampilan Edit Audit Universe.
Langkah a.6
Langkah a.7
Langkah a.8
:
:
:
Title
Code
Description
Start Date
End Date
sama
Pilih Audit Universe Inspektorat kemudian klik tombol OK
sama
-37-
2) Setelah selesai langkah ke-8, secara default setting scoring yang muncul adalah setting scoring
untuk TPU. Untuk itu perlu dikonfigurasi kembali setting scoring Penilaian TPP, yaitu:
Catatan: Default konfigurasi setting scoring hanya dapat dibuat untuk satu penilaian, sehingga
hanya dapat dibuat untuk penilaian TPU.
a) Konfigurasi tab scoring metrics/ kriteria TPP:
1. Membuat
variabel
baru
-38-
2. Menghapus :
variabel
yang tidak
diperlukan
3. Mengedit
variabel
Catatan:
Perbaikan tidak dapat dilakukan apabila, sudah dilakukan
penilaian terhadap variabel tersebut.
4. Melihat
varibel
b) Konfigurasi tab scoring formulas and bands / rumus perhitungan kriteria TPP:
Rumus Inherent Risk
Scoring Bands
2) Tahap pertama, pada bagian Entities pilih kegiatan yang akan dinilai
-403) Tahap kedua, pada bagian Objectives, pilih Add, datanya tidak perlu diisi, langsung klik OK
4) Tahap ketiga, pada bagian risk and scores, pilih Add, datanya tidak perlu diisi, langsung
klik OK. Selanjutnya, masukkan nilai pada kolom A1 s.d. C5
Keterangan:
Secara default TeamMate, bagian Objectives dan Risk Scores diisi dengan hasil penilaian risiko
atas suatu kegiatan. Dikarenakan Matriks TPP dalam menilai menggunakan kriteria TPP,
maka fitur-fitur default untuk Objectives dan Risk Scores diabaikan (skip).
-415) Setelah satu kegiatan selesai dimasukkan nilai pada kolom A1 s.d. C5, maka di-sign off, yaitu
diklik pada kotak pada bagian Entities.
6) Lakukan ulang hal tersebut untuk seluruh kegiatan-kegiatan yang ada Symptoms-nya.
VI. Menjalankan Matriks TPP
Setelah seluruh kegiatan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks TPP (generate
report). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Klik menu Reports, lalu pilih Matriks TPP, klik New.
2) Kemudian akan muncul tampilan Add Report, lalu beri nama Matriks TPP 20XXInspektorat X dan isi bagian deskripsi jika diperlukan, lalu klik tombol Design
-42-
3) Selanjutnya, akan muncul tampilan TeamRisk Report Designer, pilih menu File lalu Import
Layout, kemudian cari filenya (MatriksTPP.rpx). klik OK.
4) Selanjutnya setelah diimpor template-nya, keluar dari tampilan TeamRisk Report Designer
dengan memilih menu File, lalu pilih Exit. Kemudian akan muncul dialog box Do you want to
save the changes to this Report Layout?, pilih Yes. Setelah itu, maka kembali ke tampilan Add
Report klik OK.
-43-
5) Kemudian akan muncul kembali tampilan Add Report, lalu klik tombol OK
6) Pilih jenis report Matriks TPP 20XX-Inspektorat X lalu klik tombol Run
7) Kemudian akan muncul, tampilan wizard report - Tahap 1, silakan pilih bagian yang akan
dibuatkan laporan. Untuk memilih seluruhnya, pilih bagian Universe TPP dan TPU, lalu klik
tombol Next.
-44-
8) Kemudian akan muncul, tampilan wizard report - Tahap 2, pada bagian ini terdapat fitur untuk
mengurutkan data yang akan dimunculkan di laporan. Apabila sudah selesai pilih tombol
Finish.
9) Lalu akan muncul Matriks TPP, tahap selanjutnya, file tersebut dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
Print
Export to PDF
Export to Excel
Export to HTML
VII.
Secara substansi melakukan konfigurasi penilaian TPU sama dengan TPP. Sedikit perbedaannya
adalah untuk penilaian TPU dapat menggunakan template yang telah dibuat sebelumnya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Membuat new assessment dengan nama Penilaian TPU 20XX Inspektorat X. langkahlangkahnya mengacu pada tahap membuat Audit Universe dan Symptoms untuk
langkah 4 s.d. 8 di atas, dengan penyesuaian sebagai berikut:
Langkah a.5
:
Title
Code
Description
Start Date
End Date
Langkah a.6
sama
Langkah a.7
Langkah a.8
sama
-463) Setelah selesai langkah tersebut, lalu secara default dibuat setting scoring Penilaian TPU
telah dapat digunakan.
VIII.
Setelah selesai melakukan membuat dan mengkonfigurasi matriks TPU, langkah berikutnya
adalah melakukan penilaian TPU. Langkah langkahnya sama dengan langkah melakukan
penilaian TPP.
IX. Menjalankan Matriks TPU
Setelah seluruh kegiatan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks TPU
(generate report). Langkah-langkahnya sama dengan langkah menjalankan matriks TPP, hanya
jenis report yang dipilih adalah matriks TPU.
-------<<<<<<< Fin >>>>>>>-------