Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Identitas pasien
Nama
: An. A
Umur
: 15 bulan
Tanggal lahir
: 31 Oktober 2013
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Limbung
Agama
: Islam
Masuk RS
: 25 januari 2015
2. Anamnesis
Alloanamnesis ibu pasien,
Keluhan utama
:Kejang
Keluhan tambahan : Demam
Riwayat penyakit sekarang,
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam yang dialami sejak tadi siang
jam 11:00, tidak lama kemudian pasien kejang 1 kali di rumah dan 1 kali setibanya di
UGD sampai tampak badan pasien biru. Demam yang dirasakan sama baik siang hari
maupun malam hari. Pasien juga mengalami pilek sejak seminggu yang lalu. Batuk (-),
muntah(-). Pasien juga tampak sesak nafas. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada keluhan. Orang tua pasien mengatakan membawa pasien berobat untuk kali ke 3 ke
rumah sakit untuk berobat. Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang
menderita kejang demam sewaktu kecil ataupun saat anak-anak.
Riwayat penyakit dahulu,
- Kejang demam untuk ke 4 kalinya ( riwayat kejang demam usia 7 bulan sekali, usia
10 bulan sekali dan usia 15 bulan 2 kali)
Riwayat penyakit keluarga,
-
3. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
Nadi
Pernafasan
: 126 x/mnt
: 32 x/mnt
: 39,7oC
Suhu
Berat badan
: 8 kg
Keadaan umum
Kesadaran
Status Gizi
Tinggi badan :
7. Penatalaksanaan
Hari pertama (25 januari 2015):
Terapi awal yang diberikan pada pasien ini yakni:
- pemasangan IVFD Ringer Laktat 30 tpm,
- Stesolid rectal ketika di UGD
- inj. Ampisilin 300 mg/8 jm,
- inj. Dexamethason 1/3 Amp/ 8 jm
- obat puyer yang terdiri dari: Paracetamol 120 mg + Diazepam 1 mg
dengan dosis 4 x 1
8. Pembahasan
Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yangdisebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(Konsensus Penanganan Kejang Demam,UKK neurologi IDAI, 2005)
Kejang Demam adalah Kejang pada anak usia > 1 bulan berhubungan dengan
adanya demam. Tidak disebabkan infeksi SSP, Tidak terdapat kejang pada masa
neonatus sebelumnya, tidak ada kejang tanpa provokasi sebelumnya, tidak ada
penyebab lain kejang (gangguan elektrolit dll).
(ILAE,Commission on Epidemiology & Prognosis, 1993)
Etiologi
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada
beberapa
faktor
demam,yaitu:2,3,4
yang
mungkin
berperan
dalam
menyebabkan
kejang
Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap
otak
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan
dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua
kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki. 3
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan samapi 5 tahun. 1Menurut
IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 5%.2,10
Diagnosis kejang demam Diagnosis kejang demam ditegakkan
berdasarkan kriteria Livingston
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun
Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit
Kejang bersifat umum
Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali
Klasifikasi
Menurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi
IDAI. Kejang demam diklasifikasikan menjadi :
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Ciri-ciri KD sederhana:
Kejang bersifat umum
Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun
Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
EEG normal
KD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy
yang dicetuskan oleh demam
Klasifikasi KD menurut Fukuyama
Fukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu:
KD sederhana
KD kompleks
neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi
epilepsi.
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
1.
2.
3.
4.
menegakkan atau
adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas
secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak
perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT)atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutindan atas
indikasi, seperti:
1.Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2.Parese nervus VI
3.Papiledema
penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu
pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan
kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
untuk anak di atas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,
dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu
5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1
mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus
dirawat di ruang rawat intensif.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergan- tung
dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks
dan faktor risikonya.
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi
risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat
bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari.
Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom
Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam
asetilsalisilat tidak dianjurkan
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus,
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5 0C
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang
cukup berat pada 25-39% kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam
Pemberian obat rumat Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila
kejang
demam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12bulan.
PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Kesimpulan
Penatalaksanaan kejang demam pada anak mencakup dalam tiga hal.
1. Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas dan memantau
fungsi vital tubuh. Saat ini diazepam intravena atau rektal merupakan obat
pilihan utama, oleh karena mempunyai masa kerja yang singkat. Jika tidak
ada diazepam, dapat digunakan luminal suntikan intramuskular ataupun
yang lebih praktis midazolam intranasal.
2. Mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan pemeriksaan pungsi
lumbal pada saat pertama sekali kejang demam. Fungsi lumbal juga
dianjurkan pada anak usia kurang dari 2 tahun karena gejala neurologis
sulit ditemukan. Peme- riksaan laboratorium penunjang lain dilakukan
sesuai indikasi.
3. Pengobatan profilaksis.
a.
b.
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006. Unit Kerja Koordinasi
Berkelanjutan
Ilmu
Kesehatan
Anak
XLVII.Cetakan
pertama,FKUI-RSCM.Jakara,2005
8. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007
9. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II :
Kejang Pada Anak. Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.
10. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak : Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.
11. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric
Emergency Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London
12. Mansjoer,
Arif.,
Suprohaita,
Wahyu
Ika
Wardhani,
Wiwiek