Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELUARGA
A. DEFINISI
Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998)
mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya.
Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang
antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN
1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
1. Diikat tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Tanggung jawab masing masing
1 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
keluarga,
norma
yg
diyakini
oleh
keluarga.
Berhubungan
dengan kesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, &
anggota lain
4. Struktur
kekuatan Keluarga,
kemampuan Mempengaruhi
dan
mengendalikan
2 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
E. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998),
adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak, berperan sebagai
pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
F. TIPE KELUARGA
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi:
(Suprajitno, 2004)
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan
dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and
lesbian family).
3 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
adalah
fungsi
mengembangkan
dan
tempat
melatih
anak
untuk
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan (Setyowati, 2008).
H. TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini
termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga
mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
5 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
I.
2/ lebih, pus saat ini ber kb, upaya meningk agama, keluarga punya tabungan, makan
bersama sehari sekali, ikut keg. Masyarakat, rekreasi 6 bl sekali, informasi dari mass
media, menggunakan transportasi,
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi
pada masyarakat, indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
K. KELUARGA SEBAGAI SISTEM
Keluarga merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg
berbeda dengan ciri saling berhubungan Dan tergantung antar individu
Alasan Keluarga Sbg Sistem
1. Keluarga punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya
2. Saling berhub dan ketergantungan
3. Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem
Komponen Sistem Keluarga
1. Input, anggota keluarga, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama
2. Proses, proses pelaksanaan fungsi keluarga
3. Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh,
4. Feedback, pengontrol perilaku keluarga
Karakteristik Keluarga Sebagai Sistem
1. Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan
lingk. Sekitar
2. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi
perhatian pada lingkungan sekitar
8 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar
sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan
fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai
hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan
kecakapan dan daya tahannya.
B.
KELOMPOK ANAK
1. Usia prasekolah
: 2 5 tahun
2. Usia sekolah
: 6 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Anak usia 6-7 tahun :
Membaca seperti mesin
Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
Membaca waktu untuk seperempat jam
Anak wanita bermain dengan wanita
Anak laki-laki bermain dengan laki-laki
Cemas terhadap kegagalan
Kadang malu atau sedih
9 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
: 13 - 18 tahun
lainnya
Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga
maupu ekstrakurikuler
Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai
dewasa
D.
PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir
tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti
pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah,
sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle,
1994). Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya
diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk
mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah
raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat
dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum
pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung
rata- rata 70 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi
pernafasan stabil 19 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih
lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali
ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
11 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
melompat,
menyeimbangkan
gerak tubuh,
dan
menangkap
selama
bermain.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan
cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan
sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak
memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai
operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional
(aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses
pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan
atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir
masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana.
Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi,
12 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
lambang, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,
sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut :
Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara
/ bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata
yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian
berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki
kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan
teman sebaya dan orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan
penggunaan berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi
lebih menyadari aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.
F.
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif
dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar
kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas
jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di
pertahankan oleh anak biasa di sebut geng. Umumnya anak laki-laki dan perempuan
memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi
lebih berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya
berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan
13 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
hal
kemandirian,
memperluas
pengalaman
dan
untuk
perkembangan
kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai
berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena
penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota
keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya
bahkan ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959).
Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.
14 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas.
Anak akan sering berkata tapi kata bu guru begini pada orangtuanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak
menemukan model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di
keluarganya. Orangtua yang dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih
melonggarkan aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak
tersebut pada masa remajanya.
Orang tua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah
untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan
orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami
dan istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia
anaknya masih preschoolataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama
yang dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat
mengembangkan minat dari suami dan istri untuk meneruskan hubungannya sebagai
sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa
studi,
termasuk
data
dari National
Opinion
Research
Centremengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat
membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level
pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak
tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi
kebahagiaan orang tua, dalam hal:
Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi,
waktu dan perhatian
Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa
saat (Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih
sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem
lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah,
sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor
kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal ini
biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam
berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan
yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak
15 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
lainnya. Model pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada
menghindar dalam penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha untuk
mengekspresikan
cintanya
secara
spontan
(Swensen,Eskew,&Kohlhepp,
1981).
Menjaga hubungan pernikahan pada saat usia anak memasuki usia sekolah sangatlah
penting, tidak hanya untuk kepentingan suami dan istri saja, tetapi juga demi
kepentingan anak kelak.
H.
SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga
atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab
keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi
kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan
dan merapikan gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah
makan yang sering memerlukan monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia sekolah.
Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami kecelakaan
dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah karena
kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan
permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam
beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang,
menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau
atau senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan
dukungan tetapi sering menerima pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang
mengalami abuse pada
waktu
anak-anak
lebih
cenderung
menjadi child
abuser terhadap anak mereka sendiri.Physical abuse biasanya terjadi pada keluarga
miskin tetapi kebanyakan keluarga kaya menggunakan abuse sebagai accident.
Banyak keluarga ekonomi bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada
anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang membantah,
menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan kehilangan
kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan meningkat
menjadi abuse.
Parents
anonymous merupakan
organisasi
nasional
yang
siap
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga
yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit
dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada
perusahaan yang memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian
untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut
kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam
sebuah keluarga. Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang
lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan
ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan
keterampilan yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar
penghasilan suaminya, tetapi mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika anakberada
di
sekolah
atau
ketika
ayah
mereka
dapat
menemani
anak-anak. Split
shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah.
Kesuksesan ibu bekerjatergantung pada pendidikan dan training, pengalaman kerja
sebelumnya, dukungan suami, usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari
kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif
terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat
kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai
karir
dengan
posisi
yang
penting,
yang
meminta
serangkaian
perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang tinggi.
Ketika salah satu dari mereka mempunyai kesempatan mengambangkan karir di tempat
lain, solusi tradisional untuk istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan
dirinya dengan tinggal di rumah, mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya
di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya
mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang
pergi kerja selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan.
Keuntungan yang besar adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan
pekerjaan dan waktu untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada
perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja
sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam
18 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat
untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang
bekerja ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan ibu,
mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa yang
ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah
tangga sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai
mempersiapkan makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara
menunggu orang tuanya pulang ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi ayah
dan anak yang lebih tua.
a) Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung
bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka
bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling membantu untuk
memasak dan membersihkan rumah. Seperti perempuan, laki-laki pun dapat
melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil
dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam mengurus
rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b) Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit
hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit putih
(Ericksen, Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan.
PertamaRole-sharing, bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan
suami istri. Suami menganggap mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat
atau pengingat dari istri. Istilah kedua yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas
tanpa
mengubah
menikah. Task
asumsi
sharing,
dasar
suami
tentang
membantu
peran-peran
istrinya
jika
dari
pasangan
hanya
seorang
yang
istri
saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3
persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan
ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat
membantu anak bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers,
orangtua, dan saudara kandung (Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara
suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas dalam menjaga anak dan
rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
Diterima dalam anggota suatu kelompok
Mengembangkan sense-nya sebagai social being
Berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
Antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
Persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkanskills,
attitude dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus
dalam kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau kelompok yang
individu tersebut baru memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan
hubungan dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara saling
mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-anak usia
sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak tersebut sudah bisa
menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan tertarik dengan situasi yang baru.
Anak usia sekolah senang berteman dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut
berhadapan dengan teman yang berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini
dan yang akan datang. undesirable friends menurut orangtua
Anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
Teman lain suka menyerang
Bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai
anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas sosial
dapat memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya berhubungan
dengan orang-orang satu jenis dengannya, karena dapat menghilangkan komponen
pendidikan mereka dalam hidup bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan lain yang
ditekuni oleh anaknya.
20 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
senang
mengekspresikan
menceritakan
sesuatu.
pengalaman
Studi
mereka,
longitudinal
banyak
bertanya,
dan
masalah
awal
mengindikasikan
hal
personal
tentang
masalah
pubertas
yang
dialami
dan
dan anak terakhir. Dalam studi tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang
rendahselfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali oleh
anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus
meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah.
Dengan adanya komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut
menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif.
I.
J.
a) Penyakit
Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
kebersihan diri
b) Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
c) Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya
sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu
yang akan mempengaruhi hubungan social
d) Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e) Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a) Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak
usia sekolah yaitu :
Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan
membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu
saja
Anak
yang
kesulitan
berbicara
dalam
bahasa
yang
digunakan
b) Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain.
c) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka
dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e) Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anakanak :
Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa
Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan
Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f)
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran
orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh
anak cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anakanaknya
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka
orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan
orang tua cenderung membenci hal itu
Pekerjaan orang tua, pandangan
mengenai
pekerjaan
ayah
idealnya
anak,
anak
cenderung
bersikap
kritis
dan
25 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
PENGKAJIAN
A. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1. Komunikasi keluarga disfungsional
2. Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua, konflik
peran orangtua
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan citra tubuh
5. Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial peningkatan koping
keluarga
6. Risiko terhadap tindak kekerasan
7. Perilaku mencari bantuan kesehatan,
8. Gangguan tumbuh kembang,
9. Risiko penularan penyakit,
yang
serta pengalaman-pengalaman
mengenai
riwayat
keluarga
didalam
untuk
pendidikan
keluarga
mempengaruhi
keluarga
dalam
Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan.
8) Struktur keluarga
Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien
adalah
berdasarkan
komunikasi.
Istilah
komunikasi
teurapetik
bersosialisasi
dengan
lingkungan
sekitar.
Bila
keluarga
dalam
tidak
keluarga
tanda
dan
gejala,
faktor
penyebab
dan
yang
yang
sakit,
termasuk
kemampuan
memelihara
apa
yang
digunakan
keluarga
dalam
upaya
koping
yang
digunakan
keluarga
bila
menghadapi
permasalahan.
Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi
disfungsional
yang
digunakan
keluarga
bila
menghadapi permasalahan
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
c) Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah.
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya
Bagaimana temperamen anak saat ini
Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
e) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan
koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan
mengacu pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Resiko (ancaman kesehatan)
Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga ;
a) Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual
Contoh 1
Gangguan nutrisi :
33 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
mengenal
masalah
Bapak R
kekurangan nutrisi.
Gangguan nutrisi :
berhubungan
Bapak R
dengan ketidakmauan
keluarga mengambil
merawat
Bapak R
anggota
peran
dalam
keluarga
(bapak
S)
berhubungan
Resiko
terjadi
konflik
pada
keluarga
bapak
berhubungan
mellakukan
stimulasi
terhadap Balita.
c) Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial
34 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
R
Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga
bapak R
Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah
keluarga bapak R
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka
terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO
KRITERIA
SKOR
1 Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
3
Ancaman kesehatan
2
Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
2
Sebagian
1
Tidak dapat
0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
3
Sedang
2
Rendah
1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
1
ditangani
Masalah tidak dirasakan
0
BOBOT
Skoring :
35 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
masalah
dapat
diubah,
perawat
perlu
memperhatikan
daya
masyarakat
dalam
bentuk
fadsilitas,
organisasi
dalam
kesediaan
SOAP secara
operasional.
S
: Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.
: Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir.
38 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga
dihttp:/www.scribd
Anak
Usia
Sekolah. Diakses
pada
tanggal
12
Mei
2014
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice
Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community
Practice. Lippincott : California
Health
and
Nursing,
Concept
and
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah
KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan- keluarga/
Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton
And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______.
2009. Konsep
Keluarga.
Diakses
pada
tanggal
dihttp://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
12
Mei
2014
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12 Mei
2014
di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatankeluarga
-denganstroke.html
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC
Wright dan Leakey.1984.Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya
39 | DEPARTEMEN KOMUNITAS (D O R S I N A F . D . )