Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil
yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari
tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang
lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan
orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia
Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai
9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data
itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal
dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada
tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak
2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari
sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan
tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu
jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai
mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke
samping, depan, atau belakang.

Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,
tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut
fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi
pada batang femur 1/3 tengah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
II.

Rumusan Masalah
a. Apa itu fraktur?
b. Bagaimana penanganan fraktur post orif?
c. Bagaimana merumuskan asuhan keperawatan dan intervensinya?

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner
& Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang
yang berlebihan(Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson,
1995 : 1183).
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut
dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183)
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42)
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Jadi berdasarkan pengertian diatas fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.
2. Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
3. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan
bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
4. Pengobatan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif
meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka,
fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer,
2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang
patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak
cepat (Price, 1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat
penekanan,
hilangnya
kekuatan
otot.
(Long,
1996:
378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).

Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,
sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami
cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995:
1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
5. Klasifikasi
a. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar
b. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from
within (dari dalam), atau from without (dari luar).
c. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur
yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi
tulang
6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
c. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
7. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada
masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah

8. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam
satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.
g. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil
dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
h. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat
i. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
j. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi
pada patah tulang dapat terpenuhi.
i. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma
lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada
anggota gerak bawah.
ii. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris
(gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada
fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
iii. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi
merupakan alat utama pada teknik ini.

iv. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua
tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
b. Penatalaksanaan pembedahan.
i. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
ii. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian
melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

Asuhan Keperawatan
Pada pasien Post Orif Femur & Tibia

I.

1. Pengkajian
Identitas
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
NO. Register
Ruang/Kamar
Golongan Darah
Tanggal Pengkajian
Tanggal Operasi
Dx Medis
Penanggung Jawab
Nama
Hubungan
Pekerjaan
Alamat

II.

III.

: Tn.S
: Laki-laki
: 27 tahun
: Menikah
: Islam
: SMA
: Wiraswasta
: NAD.Aceh Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng Pokhki
: 1 Maret 2012
: 04062
: RB III /18
:B
: 2 April 2012
: 23 Maret 2012
: Fraktur Open (L) femur + open (L) fibula
: Ny.S
: Istri
: IRT
: NAD.Aceh Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng Pokhki

Keluhan Utama
Nyeri, Susah beraktivitas

Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Provocative / Palliative
a. Apa penyebabnya
Kecelakaan lalu lintas pada tanggal 28 februari 2012 di Kutacane
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawatan medis di RSU Kutacane
2. Quantity / Qualitas
Bagaimana dirasakan : kaki tidak dapat digerakkan, bila digerakkan nyeri
Bagaimana dilihat
: Mobilitas pasien pada kaki belum berfungsi
3. Region
: femur dan fibula tanpa metastasi
4. Severity
: sebagian aktivitas terganggu
5. Time
: Nyeri timbul 5 hari sejak operasi selesai dan sampai selesai
IV.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penyakit yang pernah dialami


Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Pernah dirawat / dioperasi
Lama rawatan
Alergi
Imunisasi
Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang Tua
Saudara kandung
Penyakit keturunan yang ada
Anggota keluarga yang meninggal
Penyebab meninggal
Genogram

a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
5.

Riwayat / Keadaan Psikologis


Bahasa yang digunakan
: Indonesia
Persepsi tentang penyakit
: yakin akan sembuh
Konsep diri
:
Body image : pasien menyukai semua anggota tubuhnya
Ideal diri
: pasien ingin segera pulang
Harga diri
: tetap percaya diri
Peran diri
: sementara terganggu, tapi pasien yakin segera dapat menafkahi keluarganya
Personal identity: laki laki

V.

VI.

: Demam
: Minum obat tradisional
: tidak pernah
:::: tidak pernah ada masalah
::::-

d. Keadaan emosi
: Stabil
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : focus dan memperhatikan

VII.
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
: lemah
b) Tanda-tanda vital
:
Tempat
: 36,7oC
TD
: 120/70 mmHg
TB
: 161 cm
BB
: 55 Kg
Pols
: 73 x/i
RR
: 20 x/i
c) Pemeriksaan fisik
1. Mata
: Lengkap dan simetris
2. Palpebra
: Tidak ada katarak
d) Pemeriksaan muskuloskletal / ekstermitas
a. Kesimetrisan otot
: tidak simetris antara ekstermitas inferior kiri dan kanan
b. Pemeriksaan edema
: tidak ada edema
c. Kekuatan otot
: Ex.Atas kanan
: 55555
Ex.Atas kiri
:55555
Ex.Bawah kiri
:55555
Ex.Bawah kanan
:54421
d. Kelainan pada ekstermitas
: tidak ada
e) Pemeriksaan neurologi
a. Tingkat kesadaran
: GCS 15, E 4, M6, V5
f) Hasil pemeriksaan penunjang
a. Lab
:
i. Tanggal 19 maret 2012:
Hb
: 13.50
Trombosit
: 586
Eritrosit
: 4.46
ALT Hati
: 47
ii. Tanggal 20 maret 2012
Hb
: 13
Trombosit
: 508
Eritrosit
: 4.30
iii. Tanggal 23 maret 2012
Hb
: 8.70
Eritrosit
: 2.95
iv. Tanggal 25 maret 2012
Hb
: 10.10
Eritrosit
: 4.20
b. Radiologi
i. Foto kontras knee joint AP/L tanggal 19 maret 2012

g)
a.
b.
c.
d.
e.

Metafisis proximal os tibia sudah terbentuk callus di fraktur. Displacement fraqmen distal ke
posterior.
ii. Tanggal 23 maret 2012
Oblique complet metafisis proximal os fibula dengan displacement fragmen distal ke medial.
Tidak ada lesi litik dan balstik terpasang fixasi eksternal di region cruris kiri.
Tidak ada dislokasi
Penatalaksanaan dan terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Ranitidine 50 mg/12 jam
Keterolac 30mg/8 jam
Ceftriaxone 1g/12 jam
Trasfusi bila Hb turun.

VIII.
a.

Diagnose keperawatan
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b. Kerusakan
Mobilitas
Fisik
Berhubungan
dengan
Kerusakan
Rangka
Neusomuskuler Trauma,resiko
3. Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas

2.

Intervensi
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri
Imobilisasi bagian yang sakit
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang
terkena
Dorong menggunakan teknik manajemen
relaksasi
Berikan obat analgetik sesuai indikasi

Rasional
Untuk menentukan tindakan
keperawatan yang tepat
Untuk mempertahankan posisi
fungsional tulang
Untuk memperlancar arus balik vena
Agar klien rileks
Untuk mengurangi nyeri

Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler


Intervensi
Ambulasi
Mobilitas Sendi
tubuh aktif

Rasional

Meningkatkan dan membantu berjalan


penggunaan pergerakan untuk mempertahankan atau memperbaiki
fungsi tubuh

perubahan posisi memindahkan pasienatau untuk mempertahankan atau memperbaiki


bagian tubuh
fleksibilitas sendi
untuk
memberikan
kenyamanan,
menurunkan resiko kerusakan kulit
mendukung
integritas
kulit
dan
meningkatkan penyembuhan.

Implementasi :
Hari 1 s/d 3:
Pukul 17.00
Mengkaji keadaan umum pasien : keadaan umum lemah, akelauhan umum nyeri
Pukul 17.20
Mengkaji nyeri : lokasi di daerah sendi femur proksimal sampai daerah gips
Intensitas nyeri : 3
Menganjurkan pasien untuk mendengar musica yang disukai
Pukul 17.40
Hari ketiga
Pasien kehilangan alat music
Menganjurkan pasien menarik nafas dalam (nyeri masih sedikit terasa)
Pukul 18.00
Memberi diet MB pasien
Pukul 19.00
Membantu pasien miki miki

DAFTAR PUSTAKA
http://copyaskep.wordpress.com/2010/11/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan-fraktur/
http://okditiar.wordpress.com/2010/06/29/laporan-pendahuluan-fraktur-orif/
http://copyaskep.co.cc/asuhan-keperawatan-klien-dengan-fraktur-terbuka-dan-tertutup/
http://ryan-groho.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html
http://copyaskep.wordpress.com/2010/11/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan-fraktur/
http://www.skripsi-kti.co.cc/2011/01/asuhan-keperawatan-klien-fraktur.html
http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html

Vous aimerez peut-être aussi