Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1.
Gas
b.
Cairan
c.
2.
3.
4.
2.
3.
Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi Luka Bakar
A. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman
Penyebab
Penampilan
Ketebalan
partial
ultra
superfisial
(terbakar
(tingkat I)
matahari).
Warna
tidak
ada Bertambah
violet gelembung.
oleh Oedem
Perasaan
Nyeri
merah.
minimal
atau
tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kembali
bila tekanan dilepas.
Lebih
dalam Kontak
bahan padat.
(tingkat II)
Jilatan
ukurannya bintik
bertambah besar.
Sangat
yang nyeri
kurang jelas,
- Superfis
ial
- Dalam
kepada pakaian.
daerah
merah coklat.
kimiawi.
Sinar ultra violet.
Ketebalan
Kontak
sepenuhnya
(tingkat III)
padat.
sakit.
Nyala api.
Rambut
Kimia.
mudah
Kontak
dengan Kering
disertai
dengan Gelembung
arus listrik.
Merah.
jarang,
lepas
dicabut.
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
: 9%
2) Lengan masing-masing 9%
: 18%
: 36%
: 36%
5) Genetalia/perineum
: 1%
Total : 100%
bila
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
A. Parah critical:
a)
Tingkat II
b) Tingkat III
c)
: 15 30%
b) Tingkat III
: 1 10%
C. Ringan minor:
a) Tingkat II
: kurang 15%
b) Tingkat III
: kurang 1%
Termis
Radiasi
Biologis
LUKA BAKAR
Psikologis
Pada Wajah
Di ruang tertutup
Kerusakan kulit
Kerusakan mukosa
Keracunan gas CO
Penguapan meningkat
Oedema laring
CO mengikat Hb
Peningkatan pembuluh
darah kapiler
Hb tidak mampu
mengikat O2
Gagal nafas
Listrik/petir
MK:
Gangguan
Konsep diri
Kurang
pengetahuan
Anxietas
Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Hipoxia otak
Tekanan onkotik
menurun. Tekanan
hidrostatik
meningkat
Cairan intravaskuler
menurun
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi
makro
Gangguan
sirkulasi seluler
Otak
Kardiovaskuler
Ginjal
Hepar
Hipoxia
Kebocoran
kapiler
Hipoxia
sel ginjal
Pelepasan
katekolamin
Penurunan
curah jantung
Fungsi
ginjal
menurun
Hipoxia
hepatik
Sel otak
mati
Gagal
fungsi
sentral
Gagal jantung
Gagal
ginjal
GI
Traktus
Dilatasi
lambung
Neurologi
Imun
Gangguan
Neurologi
Daya
tahan
tubuh
menurun
Hambahan
pertumbuhan
Gagal hepar
Gangguan
perfusi
Laju
metabolisme
meningkat
Glukoneogenesis
glukogenolisis
MK: Perubahan
nutrisi
Tingkatan diuretik
Pergeseran
cairan
insterstitial.
Perubahan
rasi
oedem vaskuler.
ekstraseluler
pada
lokasi
luka bakar.
Fungsi
Peningkatan
renal.
berkurang
karena
aliran
darah
renal
karena
dan CO berkurang.
desakan
Na+
meningkat.
Kehilangan Na+ Defisit sodium.
Kadar
sodium/natri oleh
um.
direabsorbsi Defisit
ginjal,
kehilangan
Diuresis.
darah
tapi sodium.
melalui diuresis
Na+
(normal
kembali setelah
tertahan
1 minggu).
dalam
cairan oedem.
Kadar
K+
potassium.
akibat
cidera
kembali
jarinagn
sel-sel
dalam sel, K+
darah
merah,
K+
bergerak Hipokalemi.
ke
terbuang
berkurang ekskresi
melalui diuresis
berkurang.
setelah
Kadar
bakar).
Kehilangan
protein.
protein
luka
Hipoproteinem
waktu ia.
akibat
kenaikan
berlangsung
permeabilitas.
terus
Keseimbang
Katabolisme
Keseimbanga
katabolisme.
Katabolisme
an nitrogen.
jaringan,
nitrogen jaringan,
nitrogen
kehilangan
dalam
protein,
jaringan,
lebih
banyak
kehilangan
Keseimbangan
negatif.
immobilitas.
dari
masukan.
Keseimbnag
an
basa.
Metabolisme
asam anaerob
perfusi
Asidosis
karena metabolik.
jarinagn
Kehilangan
Asidosis
sodium
metabolik.
bicarbonas
berkurang
melalui
peningkatan
asam
diuresis,
hipermetabolis
fungsi
me
renal
disertai
berkurang
peningkatan
(menyebabkan
produk
metabolisme.
akhir
tertahan),
kehilangan
bikarbonas serum.
Respon
Terjadi
karena Aliran
stres.
trauma,
renal
sifat
peningkatan
berkurang.
berlangsung
produksi cortison.
darah Terjadi
lama
terancam
psikologi
pribadi.
karena Stres
cidera luka.
dan
karena
Eritrosit
Terjadi
karena Luka
panas,
Lambung.
bakar Tidak
pecah termal.
pada
terjadi Hemokonsentr
hari-hari asi.
menjadi fragil.
pertama.
Akut
pada
gaster), central
perdarahan
hipotalamus
lambung, nyeri.
dan
di dan
dilatasi Peningkatan
paralise jumlah
usus.
cortison.
peingkatan
jumlah
cortison.
Jantung.
lipat,
MDF (miokard
merupakan jantung.
glikoprotein
yang
depresant
toxic
yang
factor)
dihasilkan
oleh
26
sampai
unit,
bertanggung
jawab terhadap
syok spetic.
1) Pernafasan:
a)
: BB x 75 cc
3 5 tahun
: BB x 50 cc
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak
D. Monitor urine dan CVP.
10
F.
Tulle.
Obat obatan:
o
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
Analgetik
Antasida
: kalau perlu
Pengkajian
a)
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c)
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
11
marah.
d)
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e)
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f)
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
g)
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h)
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
12
Tanda:
serak;
batuk
mengii;
partikel
karbon
dalam
sputum;
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
13
Pemeriksaan diagnostik:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Urinalisis
menunjukkan
mioglobin
dan
hemokromogen
(7)
(8)
2.
Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
2
14
Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
gangguan
10
11
Rencana Intervensi
15
Diagnosa
Keperawata
Rencana Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Resiko bersihan
Bersihan jalan
Kaji
nafas
gangguan/menelan; perhatikan
efektif
efektif.
pengaliran
berhubungan
Kriteria Hasil :
ketidakmampuan
dengan
Bunyi
obstruksi
vesikuler, RR
Awasi
trakheobronkhia
dalam
batas
kedalaman
l;
normal, bebas
perhatikan
mukosa;
dispnoe/cyanos
pucat/sianosis
dan
kompressi jalan
is.
mengandung
karbon
nafas .
oedema
tetap
nafas
refleks
air
liur,
menelan,
frekuensi,
irama,
pernafasan
pernafasan/edema
adanya
paru
dan
kebutuhan
sputum
intervensi medik.
atau
merah muda.
dapat
sangat
stridor,
mengi/gemericik,
cepat
terjadi
atau lambat
terbakar.
rejan.
Dugaan adanya hipoksemia
Perhatikan adanya pucat atau
optimal/fungsi
Bilakepala/leher
bantal
pernafasan,
pernafasan.
dapat
nekrosis
terbakar,
menghambat
menyebabkan
pada
kartilago
batuk/latihan
nafas
meningkatkan
konstriktur
leher.
sering.
Hisapan
perawatan
(bila
perlu)
pada
ekstrem,
nafas
bersih,
tetapi
16
istirahat
suara
inflamasi.
Teknik
steril
Peningkatan
sekret/penurunan
Selidiki
perubahan
perilaku/mental
contoh
peningkatan
edema
dan
trakeal
mengindikasikan
Awasi 24 jam keseimbngan
untuk intubasi.
cairan,
Meskipun
perhatikan
variasi/perubahan.
dapat
kebutuhan
sering
hipoksia.
meliputi :
Perpindahan
wajah
paru.
inhalasi
cairan
Catatan
atau
Cedera
meningkatkan
atau
lebih
karena
edema.
O2
Kaji ulang seri rontgen
Berikan/bantu
fisioterapi
dada/spirometri intensif.
memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan
saluran
lanjut
dan
status
pedoman
untuk
pengobatan.
PaO2
17
pH
menunjukkan
asap
dan
inhalasi
terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan
menunjukkan
dependen
paru,
paru,
sehingga
meningkatkan
fungsi
atau
luka
mempengaruhi
Resiko
tinggi
Pasien
dapat
Awasi
tanda
vital,
CVP.
kapiler
dan
kekurangan
mendemostrasi
Perhatikan
volume
kan
cairan
status
cairan
dengan
biokimia
Kehilangan
membaik.
berat
jenisnya.
cairan
Kriteria
warna
urine
melalui
dan
paru/oksegenasi.
Memberikan pedoman untuk
penggantian
cairan
dan
respon
kardiovaskuler.
dan
Observasi
hemates
untuk
meyakinkan
pengeluaran
urine
rata-2
evaluasi:
Peningkatan
ada manifestasi
dehidrasi,
sesuai indikasi.
rute abnormal.
kebutuhan
tak
fungsi
mengkaji
berhubungan
bakar
30-50
status
resolusi
hypermetabolik,
oedema,
ketidak
elektrolit
cukupan
serum
pemasukan.
batas
Kehilangan
haluaran urine
perdarahan.
di
mioglobin.
dalam
normal,
atas
30
Peningkatan
permeabilitas
hari
proses
kehilangan
inflamasi
cairan
dan
melalui
18
ml/jam.
evaporasi
terbakar
volume
tiap
hari
sesuai
indikasi
mempengaruhi
sirkulasi
dan
pengeluaran urine.
Penggantian
cairan
dan
perubahan
Memperkirakan
luasnya
selanjutnya
Observasi
distensi
abdomen,hematomesis,feces
oedema/perpindahan
hitam.
sirkulasi
urine.
meliputi :
kesadaran
mengindikasikan
ketidak
urine
adequatnya
volume
sirkulasi/penurunan
perfusi
dan
cairan
pengeluaran
dapat
serebral
kateter IV.
yang
pasien
dihitung,
elektrolit,
plasma, albumin.
yang
luka
bakar
Awasi
hasil
pemeriksaan
refleks urine.
Diuretika contohnya
Manitol (Osmitrol)
cepat.
Resusitasi
menggantikan
Kalium
cairan/elektrolit
membantu
Antasida
cairan
kehilangan
dan
mencegah
komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan
darah/kerusakan SDM dan
19
Pantau:
-
kebutuhan
Tanda-tanda
vital
penggantian
setiap 2 jam
Meningkatkan
urine
setiap
tubulus
jam
selama
Warna urine.
Masukan
membersihkan
dari
debris
/mencegah nekrosis.
periode rehabilitasi.
-
dan
pengeluaran
Penggantian
lanjut
karena
dan
kehilangan
urine
dalam
jam
jumlah besar
Menurunkan
setiap
haluaran
setiap
jam
selama
keasaman
histamin
selama
periode
rehabilitasi.
-
asam
hidroklorida
untuk
laporan elektrolit.
-
menurunkan
Mengidentifikasi
penyimpangan
hari.
indikasi
diperlukan.
jam.
oleh
hipovolemia
yang
adekuat.
Mulai
terapi
ditentukan
IV
yang
dengan
jarum
menunjukkan
syok
gejala-
hipovolemik,
dokter
dengan
20
pemasangan
sentral
kateter
untuk
vena
pemantauan
CVP.
Beritahu dokter bila: haluaran
urine < 30 ml/jam, haus,
Penggantian
penting
gagal
cairan
melalui
Konsultasi
doketr
cairan
untuk
cepat
mencegah
ginjal.
Kehilangan
bermakna
terjadi
jarinagn
yang
Pengukuran
tekanan
bila
terjadi.
intravaskular.
Temuan-temuan
Laporkan
temuan-temuan
positif.
Pada
lka
ini
bakar
luas,
antasida
diresepkan
atau
reseptor
histamin
yag
antagonis
seperti
intravaskular
ke
ruang
interstitial
menimbukan
hipovolemi.
simetidin
Pasien rentan pada kelebihan
beban volume intravaskular
selama
periode
pemulihan
guaiak
perdarahan
GI.
21
peningkatan
hormon-hormon
Pasien
kerusakan
Pantau
laporan
GDA dan
Mengidentifikasi
mendemonstra
kadar
karbon
monoksida
pertukaran gas
sikan
serum.
berhubungan
oksigenasi
dengan
cedera
adekuat.
mempengaruhi
inhalasi
asap
Kriteroia
sindrom
evaluasi:
atau
dapat
yang
Inhalasi
pertukaran
RR
alveoli.
Suplemen
selang
meningkatkan
12-24
x/mnt,
torakal
warna
kulit
sekunder
normal, GDA
temaptkan
dalam renatng
ventilator
bakar
normal, bunyi
pesanan
sirkumfisial
nafas
insufisiensi
tak
leher.
kesulitan
bernafas.
luka
diharapkan.
kompartemen
terhadap
kemajuan
bersih,
ada
endotrakeal
dan
oksigen
jumlah
pasien
pada
mekanis
sesuai
terjadi
pernafasan
bila
Pernafasan
mengembangkan
menurunkan
tirah baring.
atelektasis.
Pertahankan
posisi
dalam
alveoli,
resiko
semi
Memudahkan
ventilasi
luka
bakar
sekitar
takipnea.
pasien
dapat
adda.
sesuai pesanan.
(eskarotomi) memungkinkan
Siapkan
membatasi
Mengupas
ekspansi dada.
ekspansi
kulit
22
Resiko
tinggi
Pasien
bebas
infeksi
dari infeksi.
berhubungan
Kriteria
dengan
evaluasi:
Pertahanan
ada
primer
tidak
Pantau:
-
tak
demam,
Penampilan
luka
indikasi
sisi
penyimapngan
pembentukan
bial
adekuat;
jaringan
kerusakan
granulasi baik.
perlinduingan
kulit;
tandur
indikasi-
kemajuan
atau
dari
hasil
yang diharapkan.
kulit
Jumlah
jaringan
Mengidentifikasi
makanan
traumatik.
kali makan.
Pertahanan
jaringan
sekunder tidak
setiap
lepaskan
meningkatkan pembentukan
adekuat;
jarinagn
nekrotik
granulasi.
penurunan Hb,
penekanan
respons
pesanan,
inflamasi
perawatan
hari
dan
nekrotik
implementasikan
yang
ditentukan
Antimikroba
ditutup
dengan
balutan
topikal
Mengikuti
prinsip
melindungi
untuk
baketri.
pasien
kultur
aseptik
dari
pertumbuhan
Berikan
krim
secara
Temuan-temuan
ini
membantu
dapat
Dapatkan
dan
ketentuan.
kultur
luka
mengidentifikasi
diresepkan.
Karena
23
Tempatkan
pasien
pada
tubuh
dan
perlindungan lainmelindungi
pasien
steril,
ekstrenal
sarung
tangan
dan
untuk
pertahanan
tindakan
perawatan
terhadap
infeksi.
dan
kebebasan
pada kebosanan.
kebosanan.
Bila riwayat imunisasi tak
adekuat,
berikan
globulin
nutrisi
mengevaluasi
status
merencanakan
tinggi
kalori.
Berikan
yang
penderita.
atau
memabntu
sustacal
dengan
atau
paling
nutrisi
dapat
pasien
diet
baik
dan
untuk
Nutrisi
adekuat
penyembuhan
luka
dan
memenuhi
kebutuhan energi.
Nyeri
Pasien
berhubungan
mendemonstra
yang
dengan
sikan
jaras
Kerusakan
dari
prosedur
berat.
kulit/jaringan;
ketidaknyaman
Evaluasi
pembentukan
an.
luka
edema.
Kriteria
Manipulasi
evaluasi:
jaringan cidera
menyangkal
hilang
diresepkan
narkotik
prn
perawatan
dan
luka.
keefektifannya.
Analgesik
narkotik
dengan
Absorpsi
obat
nyeri
IM
luas
yang
pintu
kamar
peningkatan
permeabilitas
24
contoh
nyeri,
tertutup,
tingkatkan
debridemen
melaporkan
luka.
perasaan
ekstra
jaringan
nyaman,
kehangatan.
untuk
suhu
memberikan
postur
tubuh rileks.
luka
menyebabkan
ekspresi wajah
dan
kapiler.
Tindakan
bakar,
hipoetrmia.
eksternal
membantu
kehilangan panas.
ini
menghemat
dengan
posisi
setiap
pengubahan
2
jam
bila
luka
menuurnkan
tonjolan
badan sendiri.
tinggi
selama
gerakan
meinimalkan
yang
ketidaknyamanan.
Mengidentifikasi
atau
indikasi
Untuk
kerusakan
menunjukkan
mengitari
perfusi jaringan,
sirkulasi tetap
luka
perubahan/disfu
adekuat.
status
ngsi
Kriteria
neurovaskuler
evaluasi:
Pertahankan
perifer
warna
berhubungan
normal,
dengan
menyangkal
Penurunan/inter
kebas
Temuan-temuan
upsi
kesemutan,
menandakan
darah
nadi
arterial/vena,
dapat diraba.
sesuai pesanan.
aliran
contoh
bakar
luka
seputar
bakar
bakar
dependen.
Pasien
kulit
luka
pemajanan
tulang
membantu
Resiko
dan
ekstermitas
listrik,
pantau
neurovaskular
dari
ekstermitas
bengkak ditinggikan.
indikasi-
kemajuan
penyimpangan
dari
atau
hasil
yang diharapkan.
Meningkatkan aliran balik
vena
dan
menurunkan
pembengkakan.
dan
perifer
terhadap
ini
keruskana
intervensi
bedah.
ekstremitas
dengan edema.
eskar)
atau
fasiotomi
25
memperbaiki
Kerusakan
Kaji/catat
regenerasi
tentang
jaringan
penanaman
permukaan kulit
Kriteria hasil:
sekitar luka.
kemungkinan
sekunder
Mencapai
destruksi
penyembuhan
lapisan kulit.
tepat
yang
b/d
kulit
kerusakan
waktu
warna,
adekuat.
Memberikan informasi dasar
Memumjukkan
integritas
ukuran,
sirkulasi
kebutuhan
kulit
dan
petunjuk
dan
graft.
tindakan
kontrol infeksi.
bakar.
resiko
sesuai indikasi.
kulit.
infeksi/kegagalan
area
mungkin/tepat.
graft
bila
Pertahankan
luka
lepasnya
atau
imobilisasi
secara
spontan
area
bila
diindikasikan.
sampai
mengelupas
kulit
repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan
balutan
diatas
pembengkakan
/membatasi
resiko
pemisahan
graft.
yang
mempengaruhi
penyembuhan optimal.
bahan
dengan
permukaan
bedah/balutan biologis.
donor
yang
memerlukan
khusus
sembuh
perawatan
untuk
mempertahankan kelenturan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth
Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
27
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.
Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing.
A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company.
Philadelphia. Hal. 357 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.