Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas
(29,7%) dan angka mortalitas (70,3%). Penyakit ini tercatat sebagai salah satu masalah nasional,
dimana Diabetes Mellitus tercantum dalam urutan nomor 4 dari prioritas penelitian nasional
(Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo, 1994 ).
Prevalensi diabetes millitus (DM) dari tahun ke tahun terus meningkat, baik Diabetes
Millitus yang tidak tergantung insulin (DMTTI) maupun Diabetes Mellitus tergantung insulin
(DMTI). Di Indonesia terdapat minimal 3 juta penderita, sedangkan penelitian oleh Askandar
Tjokroprawiro mengungkapkan ada sekitar 40.000 sampai 45.000 penderita di Kotamadya
Surabaya yang berpenduduk kurang lebih 3,5 juta (Simposium DM, Fakultas Kedokteran Unair
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1998).
Prevalensi Diabetes Mellitus tergolong masih tinggi, sehingga diperlukan upaya untuk
mencegah dan menanggulangi komplikasi yang lebih lanjut, terutama dari tingkat keluarga.
Keluarga mempunyai peran sangat penting dalam mengatasi masalah ini, karena sebagian besar
tindakan pencegahan dan perawatan dilakukan dalam keluarga. Peran keluarga dapat dilihat dari
kemampuannya dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan.
Dalam hal ini peran perawat sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas keluarga dalam bidang kesehatan tersebut. Perawat harus
dapat membantu keluarga dalam mengenal gangguan kesehatan setiap anggota keluarga,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan keperawatan kepada
anggota keluarga, mempertahankan suasana dirumah yang menunjang kesehatan, serta
mempertahankan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya untuk penderita Diabetes mellitus.
Keluarga perlu menyediaan kebutuhan fisik serta mengalokasikan dan mengelola sumber dana
bagi klien Diabetes Mellitus.
2. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda hiperglikemi dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinis akut ataupun
kronis, sebagai akibat kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, sehingga terjadi gangguan primer
pada metabolisme karbohidrat yang disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.
3. Etiologi.
Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a) Kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik. Pada pasien yang
menderita diabetes mellitus insulin dependent. Determinan genetik ini dinyatakan oleh
peningkatan atau penurunan frekuensi antigen histokompatibilitas tertentu (HLA) dan
respon imunitas abnormal yang akan mengakibatkan pembentukan autoantibodi sel-sel
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
pulau langerhans, kelainan ini dapat langsung mempengaruhi sel beta rangsangan sektoris
atau serangkaian langkah kompleks yang merupakan bagian dari sintesis atau pelepasan
insulin.
b) Faktor lingkungan yang mengubah fungsi dan integritas sel beta. Diantaranya adalah agen
yang dapat menimbulkan infeksi (seperti virus Cocksakie B dan virus penyakit
gondong/mumps), diet tinggi kalori (karbohidrat dan gula yang di proses secara
berlebihan), obesitas dan kehamilan. Kebanyakan faktor-faktor tersebut tidak dengan
sendirinya menimbulkan diabetes mellitus, tetapi secara genetik dapat mempengaruhi
mereka yang peka dan mempercepat dekompensasi fungsi sel beta.
c) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat terjadi akibat autoimunitas ( disertai dengan
pembentukan sel-sel antibodi anti insulin) dan karena peningkatan kepekaan terhadap
kerusakan sel beta oleh virus.
d) Kelainan aktivitas insulin, yaitu pengurangan kepekaan sel terhadap insulin. Mekanisme
ini terjadi pada pasien kegemukan.
4. Patofisiologi.
Sebagian besar patofisiologi Diabetes Mellitus dikaitkan dengan kekurangan insulin.
Kelainan terletak pada sel beta pankreas yang tidak mampu membuat dan mengeluarkan insulin
dalam jumlah dan/atau kualitas yang cukup, bahkan kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali.
Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup, tetapi terdapat keterlambatan, sehingga
glukosa sudah diabsorbsi masuk darah tetapi insulin belum memadai sehingga reseptor di
jaringan perifer kurang. Hal ini terjadi pada obesitas.
Diabetes Mellitus biasanya ditandai dengan adanya kekurangan protein dan kalori dalam
jaringan tubuh. Sedangkan gejala yang klasik pada mulanya adalah poliphagi, polidipsi dan poli
uria. Berat badan akan naik pada fase kompensasi. Apabila keadaan ini tidak segera diobati,
maka akan timbul gejala fase dekompensasi, yaitu polidipsi, poliurie dan dan berat badan turun,
yang kadang dapat disertai dengan dengan mual, muntah dan ketoasidosis diabetik. Sedangkan
gejala kronis yang sering adalah lemah badan, kesemutan, mata kabur, penurunan kemampuan
sex dan gejala lainnya..
5. Dampak Masalah.
a.
Terhadap Individu.
Adapun dampak yang terjadi pada individu adalah akan terjadi perubahan peran dalam
keluarga yaitu sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai
kepala keluarga akan terganggu karena penderita sendiri membutuhkan perawatan yang lebih
baik pada semua bagian tubuhnya.
b.
Terhadap Keluarga.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
i.
Peranan Ayah : sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga yang sebenarnya di tanggung oleh ayah dan akan berpindah pada
anggota keluarga yang lain.
ii.
Peran Ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, akan
5
terganggu karena ibu sendiri membutuhkan perawatan yang lebih baik pada semua bagian
tubuhnya.
iii.
c.
Terhadap Masyarakat.
Sedangkan pada masyarakat dampaknya adalah akan terjadi perubahan peran informal
di masyarakat, sehingga penderita diabetes millitus akan mengalami hambatan dalam
menjalankan tudas-tugasnya.
6. Pengkajian / Pengumpulan data
A. Data umum
Diabetes mellitus dapat menyerang pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi
pada usia dewasa menengah keatas. Sebagian besar terjadi pada keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus.
Suku bangsa : Semua suku bangsa menunjukkan tingkat kejadian yang sama
Agama
pola penatalaksanaan (nutrisi, olah raga) . Meskipun demikian ada yang menentang
pemberian insulin yang berasal dari insulin babi.
Status sosial ekonomi keluarga : Penyakit DM dapat terjadi pada kalangan ekonomi
rendah maupun tinggi. Akan tetapi dengan adanya penyakit ini keluarga perlu
menyisihkan anggaran untuk tindakan pendobatan.
7
Penyakit DM dapat diderita oleh seluruh anggota keluarga, terutama yang terdapat
riwayat penyakit DM. Obesitas, pola makan yang cenderung banyak mengandung
karbohidrat merupakan salah satu predisposisi terjadinya penyakit DM.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak setiap penderita DM mempunyai riwayat keturunan DM. Tetapi resiko akan
lebih tinggi pada keluarga yang punya riwayat penyakit keturunan DM.
C. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karateristik rumah tidak mempunyai pengaruh terhadap penyakit DM.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Budaya tidak berpengaruh terhadap terjadinya penyakit DM..
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga tidak berpengaruh terhadap terjadinya penyakit DM. Akan
tetapi keluarga yang sering pindah akan berpengaruh terhadap perawatan kesehatan secara
umum termasuk perawatan penyakit DM.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Interaksi keluarga mungkin akan membantu memberikan dukungan terhadap pengobatan
DM. Meskipun demikian dapat juga berpengaruh sebaliknya, jika informasi dari
masayarakat salah.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sisitem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjung kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. Semakin banyak keluarga yang
sehat, akan mampu memberikan dukungan pengobatan keluarga. Pengetahuan yang benar
dari anggota dan masyarakat sekitar tentang penyakit DM membantu juga dalam program
pengobatan DM.
D. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga, sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. Karena penyakit
DM paling sering terjadi pada keluarga tahap pelepasan sampai usia lanjut, maka pola
komunikasinya lebih banyak terjadi pada pasangan suami isteri, meskipun juga harus
tetap menjalalin komunikasi dengan anak yang mulai meninggalkan rumah.
2) Struktur kekuatan keluarga
9
Sesuai dengan tahap perkembangannya, maka struktur kekuatan bapak atau ibu mulai
menurun untuk mempengaruhi anak-anaknya, karena mulai meninggalkan rumah dan
hidup mandiri.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan
dengan kesehatan
V. Fungsi keluarga
e) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
f) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaiman interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku .
g) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehatsakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan , mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit., menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah :
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
11
Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, yang perlu dikaji adalah :
Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya ( sifat, penyebaran ,
komplikasi, prognosa dan cara perawatannya )
Sejauhmana keluarga mengetahu tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan.
Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber keuangan / finansial, fasilitas
fisik, psikososial ).
Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki
lingkungan.
13
Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
2) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik lingkungan rumah :
Lantai rumah terbat dari semen, jendela rumah ada 2 buah terletak di
depan, kiri dan kanan, dinding rumah terbuat dari tembok dengan ukuran luas
rumah 3 x 6 m, rumah agak rapat dengan tetengga, keadaan udara didalam rumah
agak lembab, jenis air minum yang digunakan adalah bersumber dari PDAM.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
Keluarga Tn. H, merupakan keluarga pendatang hubungan dengan tetangga
berlangsung baik, namun keluarga jarang terlibat dalam kegiatan yang
diselenggarakan dilingkungannya misalnya pada kebiasaan budaya setempat
melakukan kerja bakti setiap 1 bulan sekali.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Sejak pernikahan kelurga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah,
kunjungan keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja.
d. Sistem pendukung keluarga
Kedua anaknya yang sudah dewasa dalam keadaan sehat dan sudah mampu
membantu apabila ada keluarga yang sakit.
3) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga :
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. H berlangsung kurang baik karena Tn. H
selalu memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya, dimana dalam
keluarga ini kepala keluarga sebagai pengambil keputusan tunggal.
b. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga kurang responsive terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
lingkungannya, tempat tinggalnya sekitarnya tidak mampunyai kemampuan
mempengaruhi dan merubah perilaku mempengaruhi perilaku orang lain.
c. Struktur peran
Tn. H sebagai pensiunan masih menerima gaji dan dapat memenuhi kebutuhan
keluarga.
15
Sejauh ini keluarga hanya tahu bahwa Ny. A menderita DM, mengenai
factor-faktor lain (sifat, penyebaran, komplikasi , prognosa dan cara
perawatan ) keluarga menyatakan belum tahu.
17
(7). Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
:
Dalam keluarga ini belum menggunakan fasilitas kesehatan yang ada ini
terbukti dengan setiap ada anggota keluarga yang sakit, keluarga berobat ke
dukun
d. Fungsi reproduksi :
Keluarga Tn. H telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai 2
orang anak
e. Fungsi ekonomi :
Dalam keluarga Tn. H dengan gaji pensiunan yang diterima setiap bulan, keluarga
merasa dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk anggota
keluarga, walaupun hanya dengan sederhana.
5) Stress dan koping :
Keluarga Tn. H bila menghadapi permasalahan selalu dapat menyelesaikan secara
tuntas dengan keputusan yang diambil oleh kepala keluarga.
6) Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluaga yang sakit (Ny. A),
dengan hasil sebagai berikut :
(a). Inspeksi :
Keadaan umum : lemah
Postur tubuh
: kurus
Kesadaran
: Kompos Mentis
TB/BB
: 150 cm/42 kg
Kepala
: normal
Leher/dada
: normal
Abdomen
: normal
Ektrimitas
: - tidak ada luka
- gerak motorik terkoordinasi dengan baik
- tidak ada oedema
(b). Palpasi :
Kepala
: tidak ada benjolan dan kelainan
Leher
: tidak ada pembengkakan pada thyroid dan vena jugularis
normal
Abdomen
:
~ Tidak ada asites dan distensi
~ Tidak ada pembesaran hepar
~ Tidak teraba adanya massa
~ Turgor kulit baik
Ektrimitas
:
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
19
NO
1
KRITERIA
PERHITUN SCOR
GAN
E
Sifat masalah
Ancaman kesehatan 2/3 x 1
Kemungkinan
Masalah dapat diubah x 2
: mudah
Potensial masalah
Dapat dicegah :
tinggi.
3/3 x 1
Menonjolnya masalah
:
Masalah tidak
0
dirasakan
2/3
Merupakan ancaman
karena bila hal tersebut
dibiarkan terus dapat
mengancam.
Total
PEMBENARAN
2 3/4
21
Kriteria
Sifat masalah
Tidak/kurang sehat
Perhitungan
3/3 x 1
Score
Pembenaran
Kemungkinan
Masalah dapat diubah x 2
: sebagian
Potensial masalah
Dapat dicegah :
cukup.
2/3
Dengan memperhatikan
sumber-sumber yang ada
pada keluarga yaitu dana,
waktu yang tersedia
sehingga cukup untuk
mencegah terjadinya
masalah.
2/3 x 1
Menonjolnya masalah
:
Masalah berat harus 2/2 x 1
segera ditangani.
Total
3 2/3
Berdasarkan scoring diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. H
adalah sebagai berikut :
1. Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan sakit DM
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM., ditandai
:
~ Keluarga tahu bahwa Ny. A menderita panyakit DM, tetapi belum mengetahui
factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit DM, baik sifat, penyebab,
komplikasi, prognosa, cara perawatan dan diet pada klien DM.
~ Keluarga menganggap penyakit ini bias diatasi hanya dengan pengobatan
alternatif.
2. Pola komunikasi tidak efektif pada keluarga Tn. H berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang ditandai dengan Tn. H selalu
memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
23
DAFTAR PUSTAKA
Effendy.N, 1995, Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.l
FIK. UI, 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta.
GOAL
KRITERIA EVALUA
OBJEKTINES
1. Ketidak mampuan
Setelah dilakukan 1.
Kel
keluarga dalam merawat intervensi
uarga tahu lebih banyak tentang
anggota keluarga dengankeperawatan,
penyakit DM meliputi :
sakit DM berhubungan keluarga mampu
Sifat penyakit
dengan kurangnya
memberi bantuan
Penyabaran
pengetahuan keluarga pada anggota
Komplikasi
tentang penyakit DM., keluarga yang sakit
Prognosa
ditandai :
DM
Cara perawatan serta diet
~ Keluarga tahu bahwa Ny.
pada penyakit DM
A menderita panyakit
DM, tetapi belum
mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan
dengan penyakit DM,
baik sifat, penyebab,
komplikasi, prognosa,
cara perawatan dan diet
pada klien DM.
~ Keluarga menganggap
penyakit ini bisa diatasi
hanya dengan
pengobatan alternatif.
2.
Kel
uarga dapat memutuskan
tindakan yang tepat dalam
merawat anggota keluarga yang
sakit DM
Kriteria
Standar
Verbal Sifat penyakit
adalah penyak
herediter
Penyebaran da
terjadi oleh ka
gangguan
metabolisme g
Komplikasi da
menimbulkan
semua organ t
Prognosa baik
apabila dapat
dipantau deng
baik
Cara pemantau
meliputi :
pemberian die
tepat, follow u
secara teratur,
aktifitas/ olah
yang teratur.
Keputusan kel
Verbal
Fasilitas pelay
kesehatan seba
3.
Kel Verbal & tempat follow
uarga dapat menggunakan
Psikomotor klien dengan D
fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat untuk mengontrol
penyakit pada anggota keluarga
yang sakit.
24
Setelah diberikan
Asuhan
2.Pola komunikasi tidak Keperawatan
efektif pada keluarga
keluarga,
Tn. H berhubungan
komunikasi pada
dengan ketidak
keluarga Tn. H
mampuan keluarga
dapat terbina
mengenal masalah
dengan baik
komunikasi yang
ditandai dengan Tn. H
selalu memaksakan
kehendaknya kepada
istri dan anak-anaknya.
Verbal
Arti Komunik
terbuka.
Tujuan komun
terbuka
Keputusan kel
2. Keluarga dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam
berkomunikasi yang kondusif
Verbal
25
7. Diagnosa Keperawatan.
8. Perencanaan.
Setelah diagnosa keperawatan diprioritaskan sesuai dengan scoring. Selanjutnya
dibuat perencanaan tindakan untuk masing-masing diagnosa. Berikut ini adalah rencana
keperawatan yang dapat dibuat :
1. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah adanya diabetes melitus b.d ketidaktahuan
tentang tanda dan gejala DM ditandai engan keluarga belum mengerti DM.
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan empat kali kunjungan rumah, keluarga dan
klien dapat mengenal adanya DM, serta mampu mendeteksi sedini mungkin terhadap
perkembangan kesehatan anggotanya.
b. Kriteria Hasil
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu :
1) Menjelaskan tentang DM
2) Menjelaskan gejala DM
3) Keluarga dapat menyebutkan individu yang beresiko DM
c. Rencana Tindakan
1) Jelaskan tentang pengertian DM
2) Jelaskan tentang gejala DM
3) Jelaskan individu yang mempunyai resiko menderita DM
4) Beri kesempatan ke;uarga untuk mengungkapkan kembali yang telah dijelaskan
perawat
2. Ketidakmampuan keluarga menolong atau merawat anggota keluarga yang sakit (pengaturan
diet sesuai ketentuan), b.d kurangnya pengetahuan dalam hal pengaturan diet DM.
a.
Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang sakit.
b.
Kriteria Hasil
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu :
1) Menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet pada anggota keluarga yang
menderita DM
2) Menjelaskan jumlah( kalori ) yang dibutuhkan untuk diet.
3) Menjelaskan Jenis makanan yang diperbolehkan untuk diet pasien DM
4) Menjelaskan jadwal makan yang tepat untuk anggota keluarga yang mengalami
DM
26
d.
Rencana Tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
4.
Tujuan
2)
c.
Rencana Tindakan
1. beri penjelasan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk untuk pemeliharaan kesehatan dan follow up penyakit
27
2. Jelaskan tentang manfaat pengunaan fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga yang
menderita pasien DM
3. Motivasi keluarga untuk mengajak anggota keluarga yang menderita DM untuk
kontrol teratur ke puskesmas terdekat
4. Evaluasi apakah keluarga melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan terdekat
9. TAHAP PELAKSANAAN.
Pada tahap ini kegiatan adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga yang
didalammya terdapat penderita diabetes millitus sesuai dengan rencana tindakan dari perencanaan
semula sesuai atau tergantung keadaan pada saat itu.
Adapun pada tahap pelaksanan terdiri dari beberapa kegiatan :
a.
b.
c.
10. EVALUASI.
Adalah tahap menentukan apakah tujuan telah tercapai atau sejauh mana tujuan tersebut
telah tercapai. Dan evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. (Bailon S.G, Maglaya A.S. 1989)
DAFTAR PUSTAKA
Askandar Tjokroprawiro, 1998, Simposium Diabetes Mellitus, Fakultas Kedokteran UNAIR
RSUD Dr Sotomo, Surabaya.
B. Irawan Susilo Imim, dkk, 1998, Waspadai Diabetes Mellitus, Cahaya Remadja Bandung.
Bailon G Salvicon, Maglaya, 1989, Perawatan Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia ,Jakarta.
Leslie R.D.G. 1989, Diabetes, Penerbit Arcan.
Long C Barbara,1990, Perawatan Medical Bedah, Yayasan IAPK Padjajaran , Bandung.
Nasrul Effendi, 1995, Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
28