Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Cutaneous larva migrans yang disebut juga dengan creeping eruption merupakan
kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan
progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing.Larva cacing tambang tersebut tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang
dermoepidermal.Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa
alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah dan pasir.1
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, terutama banyak terdapat di negara dengan
iklim tropis atau subtropis yang hangat dan lembab. 1.Selain itu, penyakit ini juga sangat
jarang ditemukan di negara industri, penyakit ini lebih banyak terdapat dinegara
berkembang.2.Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terletak pada garis
equator dunia memiliki jenis iklim tropis dimana keadaan iklim seperti ini sangat mendukung
terhadap perkembangbiakan jenis nematoda penyebab penyakit. Selain itu hygiene
perorangan yang kurang dan sanitasi lingkungan yang burukakan berdampak terjangkitnya
penyakit ini menjadi lebih mudah.3
Mengingat hal tersebut diatas, penting untuk mengetahui karakteristik dari jenis
parasit yang menyebabkan penyakit ini, mekanisme terjadinya penyakit dan langkah-langkah
pencegahannya, sehingga nantinya dapat menuntun kepada upaya pelayanan kesehatan yang
holisticyang juga memperhatikan upaya preventif dengan penatalaksanaan yang tepat dan
rasional.Oleh karena itu, pada referat iniakan mencoba menguraikan epidemiologi, siklus
hidup, penyebab, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, hingga
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Istilah Cutaneous larva migrans atau yang disebut juga dengan creeping eruption
digunakan pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang
yang berasal dari anjing dan kucing.1. Dalam literatur lain disebutkan juga bahwa
cutaneous larva migrans adalah kelainan atau lesi pada kulit akibat dari penetrasi dan
migrasi perkutan dari berbagai nematoda yang ditandai dengan eritema, serpiginosa
(berkelok-kelok), papul atau lesi vesicular linearyang berhubungan dengan pergerakan
dari larva yang ada di dalam kulit.4
2.2 SINONIM
Creeping eruption, dermatosis linearis migrans, sandworm eruption, duck
hunters itch, plumbers itch.1,5
2.3EPIDEMIOLOGI
Cutaneous larva migrans ditemukan di seluruh dunia namun paling sering terjadi
di daerah denganiklim tropis atau subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika,
Amerika Selatan danBarat, terutama Amerika Serikat bagian tenggara, Karibia, Afrika,
Amerika Selatan, AmerikaPusat, India, dan Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak
dijumpai.1,6
Pada tahun 2006, dilaporkan adanya outbreak insiden cutaneous larva migrans di
perkemahan anak di Miami, Florida. Terdapat 22 orang (33,7%) terdiri dari anak-anak
dan dewasa, menderita cutaneous larva migranssetelah 2 minggu berada di perkemahan.
Dari analisa didapatkan, 22 orang tersebut bermain dikotak pasir selama minimal 1 jam
per hari, berjemur matahari 1 jam per hari, 17 dari 22orang yang terkena ternyata tidak
mengenakan sandal pada saat bermain pasir. Banyak yangmengakui adanya kucing yang
bekeliaran dalam jumlah cukup banyak di sekitar perkemahan.1,6.
Pada penyakit ini, kelompok yang beresiko adalah merekayang pekerjaan atau
hobinya berkontak dengan tanahberpasir yang lembab dan hangat antaralain sebagai
berikut:4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.4ETIOLOGI
Cutaneous larva migran ditujukan untuk lesi yang diakibatkan oleh cacing
tambang denganhospes non manusia.Penyebab utama adalah larva yang berasal dari
cacing tambangbinatang anjing dan kucing, yaitu ancylostoma braziliense dan
ancylostoma caninum.Ancylostoma braziliense adalah penyebab tersering. Di Asia Timur
umumnya disebabkanoleh Gnathostoma babi dan kucing.1 Penyebab yang umum:
1. Ancylostoma braziliense7
Taksonomi
Phyllum
: Nemathelminthes
Sub class
: Secernentea
Class
: Nematoda
Ordo
: Strongylida
Family
: Ancylostomatidae
Sub Family
: Ancylostominae
Genus
: Ancylostoma
Spesies
: Ancylostoma braziliense
Morfologi
- Cacing jantan memiliki panjang 6-7,75 mm
- Cacing betina memiliki panjang 7-10 mm
- Ukuran A. braziliense lebih kecil daripadaA. caninum
Habitat&Inang definitif
Usus halus anjing, kucing, serigala & kadang manusia.
Gambar
1.Ancylostoma
braziliensejantan
: Nemathelminthes
Sub class
: Secernentea
Class
: Nematoda
Ordo
: Strongylida
Family
: Ancylostomatidae
Sub Family
: Ancylostominae
Genus
: Ancylostoma
Spesies
: Ancylostoma caninum
Morfologi
- Cacing jantan memiliki panjang 10-12 mm
- Cacing betina memiliki panjang 14-16 mm
- Cacing tampak kaku, warna abu-abu/kemerahan
Habitat
Usus halus
Inang definitif
-
Anjing
Kucing
Serigala
Manusia
Gambar 2.Potongan lateral Ancylostoma caninum dewasa yang didapat dari usus halus
anjing
Sumber:http://dephicamunis.wordpress.com/2011/06/12/ancylostoma-caninum/
Penyebab yang jarang:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ancylostoma ceylonicum
Ancylostoma tubaeforme
Necator americanus
Strongyloides papillosus
Strongyloides westeri
Ancylostoma duodenale
. Larva dalam stadium yang infektif ini dapat bertahan 3-4 minggu
. Pada hospes
alamibinatang, larva mampu penetrasi sampai ke dalam kulit dan ditranspor melalui
sistem limfatik dan vena sampai ke paru-paru. Di usus terjadi pematangan secara
seksual, dan siklus baru dimulaisaat telur diekskresikan . Manusia dapat terinfeksi saat
larva filariform melakukan penetrai ke dalam kulit
manusia, larva tidak dapat menjadi stadium dewasa dan bermigrasi tanpa tujuan dalam
epidermis beberapa centimeter dalam sehari.8
lesi.Meskipun larva tidak bisa mencapai intestinumuntuk melengkapi siklus hidup, larva
seringkali migrasi ke paru-paru sehingga terjadi infiltrate paru.Pada pasien dengan
keterlibatan paru-paru didapat larva dan eosinofil pada sputumnya.Kebanyakan larva
tidak mampu menembus lebih dalam dan mati setelah beberapa harisampai beberapa
bulan.9
2.7 MANIFESTASI KLINIK
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan
timbul papul,kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau
berkelok-kelok,menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya
lesi papul yangeritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah ada di kulit
selama beberapa jamatau hari.9,10,11
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelokkelok,polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai
panjangbeberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.Terjadi rasa gatal
pada ujunglesi yang bertambah panjang karena terdapat larva. Lebar lesi berkisar antara
3 mm danpanjang bervariasi mencapai 15-20 cm. Lesi bisa tunggal atau multipel, sangat
gatal dan bias juga nyeri.
Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, paha, juga di
bagiantubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada.Sering
terjadi ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh bakteri.Larva terbatas hanya pada
lapisanepidermis.Penyakit ini self limited dengan kematian larva dalam waktu sebulan
atau duabulan. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi akibat garukan pada lesi.9,10,12
Tanda dan gejala sistemik (mengi, batuk kering, urtikaria) pernah dilaporkan
pada pasiendengan infeksi ekstensif. Tanda sistemik termasuk eosinofilia perifer
dan peningkatang kadar IgE. Pada kasus creeping eruption bisa terjadi sindrom loeffler
dan
miositis
namun
jarangdijumpai.
Larva
bisa
bermigrasi
ke
usus
halus
seperti benang yanglurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau vesikel
di atasnya.Biopsispesimen diambil pada ujung jalur yang mungkin mengandung larva.9
Bila infeksi ekstensif bisa dijumpai tanda sistemik berupa eosinofilia perifer,
sindrom loeffler (infiltrat paru yang berpindah-pindah), peningkatan IgE.Hanya sedikit
pasien yangmenunjukkan eosinofilia perifer dan peningkatan IgE.
Untuk menunjang diagnosa bisa dilakukan biopsi kulit. Biopsi kulit yang diambil
tepat di ataslesi menunjukkan larva (tes periodik asam schiff positif) di terowongan
suprabsalar,terowongan
pada
membran
basalis,
spongiosis
dengan
vesikel
Gambar
5. Tampak
ini.Kotoran
binatang
harusdipindahkan
secara
benar
dari
area
aktivitas
manusia.Cutaneous larva migransbisa dicegah dengan mudah dengan memakai alas kaki
yang memadai setiap saat.Jika dibiarkan saja tanpa pengobatan, larva akan mati dan
diabsorbsi. Meskipun penyakit iniself limited, rasa gatal yang hebat dan resiko infeksi
sekunder memaksa seseorang untuk berobat.Untuk kasus yang ringan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.Jika perlu dapatdiberikan secara topikal.Pengobatan topikal
ditujukan untuk lesi awal yang terlokalisasi.Untuk kasus yang lebih berat dapat diberikan
obat peroral.Pengobatan oral untuk lesi yangluas atau gagal dengan topikal.Antihistamin
membantu mengurangi rasa gatal. Jika terjad iinfeksi sekunder oleh bakteri dapat
diberikan antibiotik.9
Sejak tahun 1963 telah diketahui bahwa antihelminthes berspektrum luas,
misalnya tiabendazol ternyata efektif.Dosisnya 50 mg/kgBB/hari, dua kali sehari,
diberikan berturut-turut selama dua hari.Dosis maksimum 3 gr sehari.Jika belum sembuh
dapat diulangi setalahbeberapa hari.Obat ini sukar didapat.Efek sampingnya mual,pusing
dan muntah.Eyster mencoba pengobatan topikal solusio tiabendazol dalam DMSO dan
ternyata efektif.Demikian pula pengobatan secara oklusi selama 34-48 jam telah dicoba
oleh Davis dan Israel.1
Obat lainialah albendazol, dosis sehari 400 mg sebagai obat dosis tunggal,
diberikan 3 hari berturut-turut.Namun pengobatan ini mempunyai efek samping seperti
nausea, diare, anoreksia, pusing, sakit kepala, pembesaran KGB dan reaksialergi.
Keamanan pengobatan ini selama kehamilan masih belum diketahui.1
Cara terapi ialah dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2 snow (dry ice)
denganpenakanan selama 45 detik sampai 1 menit, 2 hari berturut-turut.Penggunaan N2
cair juga pernah dicoba.Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi.Cara
tersebut di atas agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada,
dan bila terlalu lamadapat merusak jaringan di sekitarnya. Pengobatan cara lama dan
sudah ditinggalkan adalahdengan preparat antimon. Penggunaan topikal spray etil
klorida, nirtogen cair, fenl, CO2beku, piperazin sitrat, elektrokauter dan radiasi tidak
behasil karena larva bisa lolos. Kemoterapi dengan klorokuin, antimon, dan
dietilkarbamazin juga tidak berhasil.1
2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh
bakteri akibatgarukan.Infeksi umumnya disebabkan oleh streptokokkus pyogenes.Bisa
juga terjadiselulitis dan reaksi alergi.
2.12 PROGNOSIS
Prognosis biasanya baik karena penyakitini merupakan penyakit yang self
limited. Manusia merupakanhospes aksidental yang dead end di mana larva akan mati
dan lesi membaik dalam waktu 4-8minggu. Dengan pengobatan progresi lesi
danrasa gatal akan hilang dalam waktu 48 jam.Bisa terjadi reaksi hipersensitivitas.Sering
terjadi eosinofilia perifer. Tidak terjadi imunitasprotektif sehingga bisa terjadi
infeksi berulang pada pajanan berikutnya.3
BAB II1
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: MRT
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Tidak ada
Suku
: Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Pendidikan
Tanggal pemeriksaan
: Belum Sekolah
: 18 November 2013
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Bintil merah dan garis berkelok-kelok di daerah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan terdapat bintil-bintil merah di bagian bokong. Bintil
merah tersebut muncul sejak 3 minggu yang lalu. Bintil berukuran seperti kepala jarum
pentul, warna kulit disekitar bintil juga kemerahan. Pada awalnya keluhan bintil kecil
berwarna merah tersebut tampak seperti bekas digigit serangga, Lama-kelamaan bintil
semakin banyak, menimbul dan menjalar seperti bentuk benang berkelok-kelok dengan
panjang kurang lebih 2 cm dan semakin bertambah panjang terutama setelah digaruk.
Daerah bintil tersebut terasa gatal, gatal dirasakan terutama pada malam hari.
Tidak ada keluhan kulit yang sama pada daerah sela jari kaki maupun tangan,
pergelangan tangan, genital, ataupun tempat lain. Pasien mempunyai kebiasaan bermainmain di pasir.
Riwayat pengobatan :
Pasien diberikan salep oleh dokter di puskesmas, tapi orang tua tidak tahu apa
nama salepnya
Riwayat penyakit terdahulu :
: Compos Mentis
Nadi
: 90 x/menit reguler
Respirasi
: 22 x/menit
Temperatur
: 36,8 o C
Status General :
Kepala
: Normocephali
Mata
THT
Thoraks
: Cor
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdoment : dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba
Ektremitas : dalam batas normal
Status Dermatologi :
Lokasi
Effloresensi
2. Mukosa
3. Rambut
4. Kuku
7. Saraf
Tidak dilakukan
3.6 Resume
Pasien perempuan umur 2 tahun , hindu, Bali, dikeluhkan timbul bintil-bintil
merah di bagian bokong. Bintil merah tersebut muncul sejak 3 minggu yang lalu. Pada
awalnya keluhan bintil kecil berwarna merah tersebut tampak seperti bekas digigit
serangga, Lama-kelamaan bintil semakin banyak, menimbul dan menjalar seperti bentuk
benang berkelok-kelok dengan panjang kurang lebih 2 cm dan semakin bertambah
panjang terutama setelah digaruk. Daerah bintil tersebut terasa gatal, gatal dirasakan
terutama pada malam hari. Pasien mempunyai kebiasaan bermain- main di pasir.
Pemeriksaan fisik :
Status present : dalam batas normal
Satus general
Status Dermatologi :
Lokasi
Effloresensi
3.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa :
a. Topikal:
KIE :
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama lingkungan yang sering
terkontaminasi larva (pasir/tanah)
2. Menggunakan alas kaki dalam berkegiatan diluar rumah
1.9
Prognosis : Baik
BAB IV
PEMBAHASAN
gatal, dan iritasi. Desoximetasone merupakan kelas sintetik steroid yang mempunyai efek
anti-inflamasi dan anti-gatal/antipruritik untuk mengurangi gatal yang dirasakan pasien,
kemudian dicampur dengan obat antihelmintes sprektum luas yang sensitif terhadap
semua kelas nematode yaitu albendazole.
Pada pasien ini kami sarankan Menjaga kebersihan lingkungan kontaminasi larva,
selalu memakai alas kaki jika berpergian dan sarung tangan jika akan membersihkan
sesuatu, menjaga kebersihan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, Menyarankan
untuk selalu menjaga kebersihan badan dan mencuci kaki atau tangan setelah melakukan
aktivitas.
BAB III
KESIMPULAN
Cutaneous larva migrans merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh larva
cacing tambang binatang dan bersfiat self limited. Penyakit ini sering dijumpai di daerah
tropis dan subtropis.Orang yang beresiko terinfeksi adalah mereka yang sering berhubungan
dengan tanahberpasir dan tidak memakai alas kaki.Penyebab umum kelainan ini adalah
ancylostoma braziliense dan ancylostoma caninum.Penyebabtersering adalah ancylostoma
braziliense.Manusia terinfeksi melalui kontak kulit dengan tanah yang terkontaminasi
ini.Gejala klinis yang timbul berupa gatal, papul eritematosa, kadang disertai rasa nyeri,
sertalesi khas yang berbentuk linear berkelok-kelok. Dapat terjadi ekskoriasi dan infeksi
sekunder yang umumnya disebabkan oleh streptococcus pyogenes. Ditemukan eosinofilia
perifer danpeningkatan kadar IgE. Tempat pedileksi di bagian tubuh mana saja yang sering
berkontak dengan tempat larva berada.Penatalaksanaan yang baik adalah edukasi mengenai
pencegahan.Pengobatan dapatdiberikan antiheliminthes topikal maupun oral, digunakan
antihelminthes berspektrum luas.Albendazol 400 mg dosis tunggal, Tiabendazol 50
mg/kgbbdalam 2 dosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2008: 125-126
2. Heukelbach, J. & Feldmieier, H., 2008. Epidemiological And Clinical
Characteristics Of Hookworm-Related Cutaneous Larva Migrans. Lancet Infect
Dis, 8, pp.302-9
3. Siregar, Saripati Penyakit Kulit, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
4. Thomas, B. et al. Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. Ed. 3 rd. The
McGraw-Hill. United States of America. 1997.
5. Wolf, Klaus. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Ed. 7 th. Vol. 2. The
McGraw-Hill. United States of America. 2008.
6. Peris,M. Pruritic, serpiginous eruption in a returning traveller. CMAJ
2008;179:51-52. Diunduh dari:
http//:www.cmaj.ca/cgi/content/full/179/1/51
7. Staff pengajar fakultas kedokteran hewan Universita Airlangga.Diunduh
dari:http://www.fkh.unair.ac.id/materi/.../Helmintologi/NEMA%202.ppt
8. DPDx.
Parasites
and
Health.
Hookworm.
Diunduh
dari:
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/hookworm.htm
9. Djuanda, A. et al., 2007. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: FKUI.
10. Tierney,M, Papadakis.Cutaneous Larva Migran. Terdapat dalam: Current
medicaldiagnosis & treatment 45th ed[ebook]. San Francisco:Mc Graw
Hill.2003.pg 1520
11. Gerd P,Thomas J.Cutaneous Larva Migran. Terdapat dalam:
Fitzpatrick`sdermatology in general medicine 6th ed[ebook]. New York:Mc Graw
Hill;2003.ch236
12. Ngan,V. Cutaneous larva migran. DermNetNZ:New Zealand.2007. diunduh
dari:http://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.html