Vous êtes sur la page 1sur 13

JOURNAL READING

ABBREVIATED (12-HOUR) VERSUS TRADITIONAL (24HOUR) POSTPARTUM MAGNESIUM SULFATE THERAPY IN


SEVERE PRE-ECLAMPSIA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hary Purwoko, Sp.OG-KFER

Disusun Oleh :
Dienia Nop Ramliana

H2A010010

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD AMBARAWA
Periode 20 April 27 Juni 2015

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Journal reading dengan judul :

ABBREVIATED (12-HOUR) VERSUS TRADITIONAL (24HOUR) POSTPARTUM MAGNESIUM SULFATE THERAPY IN


SEVERE PRE-ECLAMPSIA
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Disusun Oleh:
Dienia Nop Ramliana

H2A010010

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing

dr. Hary Purwoko, Sp.OG-KFER

Tanda Tangan

Tanggal

.............................

Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi

dr. Hary Purwoko, Sp.OG-KFER


NIP. 1967 0502 1996 12.1.002

PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT YANG LEBIH PENDEK


(12 JAM) DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN
TRADISIONAL (24 JAM) POST PARTUM PADA TERAPI
PREEKLAMPSIA BERAT.
Sabina B. Maia a, Leila Katz a, Carlos Noronha Neto a, Brbara V.R. Caiado b,
Ana P.R.L. Azevedo a, Melania M.R. Amorima,*
a Instituto de Medicina Integral Professor Fernando Figueira, Recife, Brazil
b Faculdade Pernambucana de Sade, Recife, Brazil

ABSTRAK
Tujuan : Untuk membandingkan penggunaan magnesium sulfat selama 12 jam
atau 24 jam pada wanita postpartum dengan preeklampsia berat yang stabil.
Metode : Pada tahun 2011, sebuah uji klinis acak dilakukan pada 120 wanita
postpartum dengan preeklampsia berat yang melahirkan di sebuah rumah sakit
tersier di Brasil; terdapat dua kelompok perlakuan pemberian magnesium sulfat
yang terdiri dari 60 wanita dengan pemberian selama 24 jam dan 60 wanita
pemberian diberikan selama 12 jam. Analisis dilakukan dengan intention to treat
dan pemberian intervensi diketahui.
Hasil : Pemberian magnesium sulfat yang dipersingkat (12 jam) yang berarti
memiliki pemaparan obat yang lebih pendek dari biasanya, hasil klinis yang
didapatkan sama pada kedua kelompok perlakuan. Tidak ada yang bertambah
berat menjadi eklampsia dan tidak ada yang mendapatkan terapi ulang setelah
menyelesaikan terapi magnesium sulfat yang telah dijadwalkan pada kedua
kelompok. Tiga wanita mendapatkan terapi yang diperpanjang pada kelompok
perlakuan dengan pemberian magnesium sulfat selama 12 jam. Pada kelompok
pemberian magnesium sulfat selama 12 jam memiliki penurunan produksi jumlah
urin serta pengurangan waktu terpasangnya kateter urin postpartum, dapat lebih
cepat dalam proses ambulasi dan ibu dapat segera kontak dengan bayi yang baru
dilahirkan.
Kesimpulan : Pemberian magnesium sulfat yang dipersingkat (12 jam) dengan
waktu pemaparan obat yang lebih singkat memiliki hasil yang serupa dengan
pemberian magnesium sulfat yang biasa diberikan selama 24 jam dan memiliki
beberapa keuntungan salah satunya ibu dapat lebih cepat kontak dengan bayinya.
Clinical trials registration: clinicaltrials.gov NCT1408979.
2014 International Federation of Gynecology and Obstetrics. Published by
Elsevier Ireland Ltd. All rights reserved.

1. Pendahuluan
3

Preeklampsia terjadi pada 8% kehamilan

[1-3]

. Komplikasi yang terberat

adalah eklampsia, yang mungkin terjadi sebelum, selama, atau setelah melahirkan
dan berhubungan dengan peningkatan risiko kematian ibu [4-8].
Eklampsia dapat dicegah dengan pemberian magnesium sulfat, yang dapat
menurunkan risiko kejang sebesar 50%, sehingga dapat menurunkan angka
mortalitas maternal

. Pemberian magnesium sulfat telah direkomendasikan

[6,9]

untuk semua wanita dengan preeklampsia berat

[1,9-11]

, tetapi belum terdapat

ketentuan pasti mengenai durasi yang ideal dalam pemberianya sebagai terapi
profilaksis antikonvulsan [9,12].
Secara tradisional, penggunaan magnesium sulfat telah direkomendasikan
selama 24 jam setelah persalinan, sebagai periode risiko terbesar untuk terjadinya
eklampsia

. Penelitian dilakukan secara acak menggunakan kriteria klinis

[1,13]

untuk pemberian magnesium sulfat pada beberapa wanita dengan preeklampsia


[14,15]

. Dengan mengurangi durasi terapi, frekuensi pemantauan tekanan darah ibu

dan output urin mungkin dibatasi dan kemungkinan bagi wanita untuk ambulasi
dan merawat bayi yang baru lahir dapat ditingkatkan. Namun, tinjauan sistematis
[16]

menemukan bahwa beberapa wanita yang menerima magnesium sulfat durasi

pendek didapatkan perpanjangan pengobatan, meskipun temuan ini tidak


signifikan secara statistik.
Di negara-negara berkembang secara ekonomi, penggunaan magnesium
sulfat sangat efektif

[1].

Namun, penggunaan magnesium sulfat yang diperpanjang

sebagai profilaksis kejang pada daerah dengan sumber daya yang terbatas dapat
menunda ibu untuk segera kembali ke keadaan normalnya dan tidak dapat
mempraktekkan metode kanguru yang telah direkomendasikan [17].
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penggunaan intravena
magnesium sulfat selama 12 jam dibandingkan dengan pemberian selama 24 jam
postpartum dalam proses perawatan untuk wanita dengan preeklampsia berat
yang keadaannya stabil.
2. Bahan dan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian open-label, uji klinis acak yang
membandingkan pemberian magnesium sulfat secara intravena selama 12 jam
dengan 24 jam yang diberikan segera setelah melahirkan pada wanita dengan
4

preekampsia berat yang stabil. Penelitian dilakukan di Instituto de Medicina


Integral Profesor Fernando Figueira di Recife, Pernambuco, timur laut Brazil,
pada tanggal 1 Juli hingga 31 Oktober 2011, dan telah disetujui oleh Kelembagaan
internal Review Board.
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg
atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih, persistent saat
istirahat pada posisi lateral kiri dekubitus selama 30 menit atau lebih, serta
didapatkan minimal 2g protein urin lebih dari 24 jam atau nilai dipstick urin 3+[18].
Preeklamsia dikatakan "stabil" jika tidak didapatkannya tanda-tanda atau
gejala

visual (scotoma atau penglihatan kabur), sakit kepala bagian frontal

dan/atau oksipital, hyperrefleksi, dan nyeri pada epigastrium atau hypokondrium


kanan.
Wanita dengan eklampsia, yang memiliki hemolisis, peningkatan enzim
hati, dan jumlah trombosit yang rendah (HELLP) syndrome, diabetes mellitus,
epilepsi, penyakit ginjal, yang memiliki kontraindikasi dalam penggunaan
magnesium sulfat seperti reaksi hipersensitivitas, anuria atau oliguria dengan
pengeluaran urin di bawah 25 mL/jam merupakan kriteria eksklusi pada penelitian
ini.
Semua wanita sudah menerima magnesium sulfat sebelum dan selama
proses melahirkan (dosis 6g; pemeliharaan dosis 1g/jam). Saat postpartum, semua
peserta menerima 12 jam infus magnesium sulfat 1g/jam. Sekitar 6-8 jam setelah
pemberian, wanita yang memenuhi syarat diundang untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Mereka yang terdaftar menerima informed consent dan dilakukan
pengacakan nomor.
Para peserta secara acak 1: 1 menerima perlakuan berkelanjutan pemberian
infus magnesium sulfat 1g/ jam selama (24 jam) atau yang disingkat (12 jam).
Pengacakan dilakukan dengan cara pembuatan daftar berurutan angka acak dari 1
sampai 120 dengan menggunakan Software versi 1.0 (M. Saghaei, Isfahan
University of Medis Ilmu, Isfahan, Iran). Daftar angka kelompok disusun
berurutan di dalam amplop buram yang berurutan yang tetap disegel sampai
proses pengacakan.
Pada 12 jam setelah selesai periode awal pemberian infus magnesium sulfat
intravena, amplop studi setiap wanita dibuka. Jika dia mendapatkan perlakuan
5

untuk 24 jam pengobatan, infus 1 g/jam dilanjutkan selama 12 jam. Jika dia
mendapatkan perlakuan untuk 12 jam pengobatan, maka infus di hentikan.
Sebagai tindakan keamanan, untuk mencegah terjadinya keadaan buruk
pada kelompok perlakuan magnesium sulfat yang dipersingkat yang memiliki
tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg atau lebih dan/atau
tekanan darah diastolik 120 mmHg atau lebih), produksi urine kurang dari 25
mL/jam, dan/atau terdapat tanda-tanda eklampsia, pemberian magnesium sulfat
dapat dipertahankan durasi pemberiannya jika dianggap perlu oleh dokter yang
menanganinya. Para wanita ini digambarkan sebagai

"Perlu melanjutkan

pengobatan magnesium sulfat setelah 12 jam" dan termasuk dalam kelompok


perlakuan pemberian dipersingkat. Dalam kelompok perlakuan 24 jam, dokter
yang menangani juga diperbolehkan untuk memperpanjang terapi magnesium jika
memang diperlukan.
Penilaian klinis dan laboratorium pada kedua kelompok dilakukan sampai
setidaknya 24 jam setelah persalinan. Para peserta dievaluasi setiap 2 jam untuk
denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan urin output. Refleks
tendon dalam dievaluasi setiap 6 jam dan tes laboratorium untuk skrining sindrom
HELLP dievaluasi setiap 24 jam. Sekitar 24 jam setelah melahirkan, kepuasan
setiap wanita terhadap asuhannya dievaluasi pada skala 1-5 (1=sangat puas,
2=puas, 3=kurang puas, 4=tidak puas, dan 5=sangat tidak puas) [19].
Hasil studi primer adalah durasi terapi antikonvulsan postpartum. Hasil
sekunder termasuk kepuasan pasien 24 jam setelah melahirkan, tindakan klinis
seperti tekanan darah, waktu untuk kembali ke ambulasi (dalam jam), durasi
kemih dengan penggunaan kateter (dalam jam), dan waktu ibu dapat kontak
dengan bayinya (dalam jam). Hasil tambahan termasuk eklampsia, oliguria (urin
<25 mL/jam), perdarahan postpartum, infeksi saluran kemih, komplikasi
tromboemboli, gagal hati, gagal ginjal, Penyakit Koagulasi Intravaskular
Diseminata, cerebrovascular accident, edema paru akut, penghentian pengobatan
magnesium karena efek samping (panas, kemerahan, reaksi hipersensitivitas,
mual, atau muntah), dan adanya komplikasi yang terkait terjadi sebelum pasien
keluar dari rumah sakit.

Analisis ini bertujuan untuk megobati. Uji t dan Mann Whitney U


digunakan untuk perbandingan variabel kontinu dan 2 dan uji Fisher digunakan
untuk perbandingan variabel kategoris. P two-tailed p <0.05 dianggap signifikan
secara statistik.
Untuk membandingkan total durasi penggunaan magnesium sulfat terhadap
penggunaan kateter kemih postpartum dan total waktu awal ambulasi / kontak ibu
dengan bayinya yang baru lahir, risk ratios (RR) dan interval kepercayaan 95%
(CI) dihitung risiko relatif. Angka-angka yang diperlukan untuk mengobati (NNT)
untuk memperoleh manfaat juga dihitung dengan menggunakan Kalkulator Bukti
Berbasis (http://moosenose.com/EBCalculator.htm).
Analisis dilakukan dengan menggunakan Epi Info versi 7 (Centers for
Disease Pengendalian dan Pencegahan, Atlanta, GA, USA). Ukuran sampel
dihitung menggunakan OpenEpi versi 2.3 (www.openepi.com). Berdasarkan data
sebelumnya

[15]

, diasumsikan bahwa durasi rata-rata magnesium pengobatan sulfat

dalam kelompok disingkat akan menjadi 18 9 jam, sedangkan perempuan pada


kelompok perlakuan 24 jam akan menerima terapi selama 24 6 jam. Untuk
mendeteksi 6 jam perbedaan dalam durasi pengobatan dengan statistik power dari
80% dan nilai P two-sided 0.05, 50 perempuan dibutuhkan per kelompok.
Mengingat kemungkinan drop-out, jumlah sampel meningkat sebesar 20%,
sehingga total 60 wanita per kelompok.
3. Hasil
Selama masa penelitian, 140 dari 157 perempuan dengan preeklamsia berat
didekati, sebanyak 20 perempuan termasuk kedalam kriteria eksklusi (Gbr. 1).
Sisanya sebanyak 120 perempuan memenuhi kriteria penelitian, secara acak 60
peserta menerima magnesium sulfat selama 12 jam dan 60 peserta menerima
magnesium sulfat selama 24 jam. Selama 12 jam pertama dari pengobatan
magnesium sulfat, empat wanita dalam setiap kelompok dikeluarkan.
Oleh karena itu, data dari 56 wanita dianalisis dalam setiap kelompok.
Sehubungan dengan karakteristik dasar dari wanita, perbedaan yang ditemukan
antar kelompok tidak signifikan (Tabel 1). Sebagian besar parameter klinis dan
laboratorium adalah sama, tanpa perbedaan tingkat keparahan penyakit. Namun,
nilai median jumlah trombosit lebih rendah pada kelompok 12 jam dibandingkan
kelompok 24 jam (178500/mm3 vs 219500/mm3, P = 0.01).
7

Selama 12 jam pertama, terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik


yang ditemukan diantara kedua kelompok dilihat dari tekanan darah atau produksi
urine (Tabel 2). Namun, ada perbedaan berarti dalam output urine selama periode
12-24 jam setelah memulai pengobatan (kelompok 12 jam, 128.3 mL/jam;
kelompok 24 jam, 159,8 mL/jam; P=0.008). Tidak ada perbedaan antara kedua
kelompok dalam jumlah wanita dengan tekanan darah yang sangat tinggi (Tabel
2). Terapi magnesium sulfat diperpanjang pada tiga wanita dalam kelompok 12
jam; pada kelompok 24 jam, tidak diperlukan perpanjangan durasi terapi.
Tidak ada satu pun peserta yang mengalami gangguan terapi antikonvulsan
karena efek samping dari obat atau untuk memulai kembali pengobatan
magnesium sulfat. Tidak ada kejadian eklampsia, edema paru akut, komplikasi
tromboemboli, gagal ginjal, gagal hati, koagulasi intravaskular diseminata,
cerebrovascular acident, atau kematian ibu. Satu perempuan memiliki oliguria dan
seorang wanita mengalami infeksi saluran kemih pada kelompok 12 jam, dan satu
wanita pada kelompok 12 jam dan dua wanita pada kelompok 24 jam memiliki
perdarahan postpartum. Bahkan ketika adanya komplikasi digunakan sebagai
pengukuran hasil, tidak ditemukan perbedaan antara kedua kelompok. Tingkat
kepuasan juga serupa (Tabel 2).

Durasi terapi antikonvulsan secara signifikan lebih pendek pada kelompok


12 jam (12,5 jam vs 24,0 jam; P< 0,001) (Tabel 3), menghasilkan penurunan dari
total dosis magnesium sulfat. Total waktu penggunaan kateter urin juga secara
signifikan lebih pendek pada kelompok 12 jam (14,3 jam vs 25,3 jam, P<0,001).
Secara keseluruhan, 98,2% dari wanita dalam kelompok 24 jam
menggunakan sebuah kateter urin selama lebih dari 12 jam dibandingkan dengan
62,5% dari wanita dalam kelompok 12 jam, menunjukkan penurunan yang
signifikan dalam penggunaannya (RR, 0.63, 95% CI, 0,51-0,78; NNT = 3). Hasil
yang sama diperoleh untuk waktu dari setelah melahirkan ke ambulasi (18,8 jam
vs 25,8 jam di kelompok 12 jam dan 24 jam, masing-masing; P< 0,001) (Tabel 3).
Penurunan waktu antara selesai melahirkan dan kontak dengan bayi baru
lahir (29,6 vs 35,0 jam dalam kelompok 12 jam dan 24 jam kelompok; P = 0,03).
Pada kelompok perlakuan yang dipersingkat, ada pengurangan 38% dalam risiko
terlambat kontak dengan neonatus (NNT = 3) (setelah 24 jam melahirkan)
(Tabel.3)

10

4. Diskusi
Pada wanita dengan preeclampsia berat yang stabil, terapi magnesium sulfat
dengan durasi yang lebih singkat dihubungkan dengan waktu pemaparan obat yang
lebih pendek, baik dari segi durasi pengobatan maupun dalam hal jumlah dosis
total, dari hasil klinis menunjukkan hasil serupa dengan perempuan yang menerima
durasi pengobatan tradisional yang telah direkomendasikan yaitu selama 24
jam.Waktu pemberian magnesium sulfat yang dipersingkat aman untuk kelompok
tertentu dari perempuan, meskipun studi ini tidak memiliki kekuatan yang cukup
untuk mengevaluasi frekuensi eklampsia. Namun, dalam systematic review
mengenai magnesium sulfat untuk pencegahan terjadinya eklampsia terdapat dalam
Cochrane Library

, kejang hanya tejadi 1,45% pada wanita dengan preeklamsia

[9]

yang menerima magnesium sulfat. Oleh karena itu, untuk menentukan perbedaan
frekuensi eklampsia dengan pemberian yang dipersingkat, dibutuhkan sampel
sekitar 18 000 perempuan. Mungkin, meta-analisis uji klinis acak selanjutnya akan
memiliki kekuatan yang cukup untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
dalam insiden eklampsia.
Studi nonrandomized sebelumnya[14,15] dengan menggunakan parameter klinis
(misalnya tidak adanya gejala eklampsia segera, pembentukan kembali diuresis)
merupakan kriteria gangguan dalam pemberian magnesium sulfat pada wanita
postpartum dengan preeklampsia, didapatkan hasil yang sigifikan penurunan dalam
durasi pengobatan telah tercapai.
Dalam uji coba klinis secara acak

[20]

yang membandingkan pemberian

magnesium sulfat dipersingkat 6 jam dibandingkan dengan pemberian selama 24


jam postpartum pada wanita dengan preeklampsia mendapatkan hasil penurunan
risiko terjadinya eklampsia, hanya terdapat satu wanita yang harus mendapatkan
terapi ulang karena memburuknya hipertensi sembilan jam setelah selesai proses
pemberian perlakuan.
Dalam studi lain

[21]

yang membandingkan pemberian terapi magnesium

sulfat selama 12 jam dengan pemberian selama 24 jam magnesium pada wanita
11

postpartum dengan preeklampsia ringan, kondisi klinis seperti hipertensi kronis


dan diabetes tipe I juga ditemukan menjadi faktor yang akan meningkatkan risiko
kondisi menjadi lebih berat dan dibutuhkan terapi antikonvulsan postpartum yang
diperpanjang.
Percobaan acak klinis lainnya

[22]

dengan menggunakan evaluasi urin sebagai

kriteria yang dapat menganggu pemberian terapi magnesium sulfat pada wanita
postpartum dengan preeklampsia berat didapatkan hasil yang sama dengan
penelitian ini khususnya pada pengurangan durasi pengobatan.
Produksi urin selama periode 12-24 jam setelah melahirkan adalah sekitar 30
mL/jam jumlah lebih tinggi pada pemberian terapi magnesium sulfat selama 24
jam dibandingkan dengan durasi pengobatan yang lebih pendek. Semakin
tingginya tingkat diuresis ditemukan pada kelompok 24 jam dapat disebabkan dari
durasi pengobatan yang lebih lama dan pemberian volume cairan yang diberikan
bersama-sama dengan antikonvulsan tersebut. Penurunan yang signifikan
ditemukan dalam durasi penggunaan kateter urin postpartum sehingga dapat
menjelaskan pengurangan risiko infeksi saluran kemih

[23]

dan penurunan angka

ketidaknyamanan postpartum, hasil ini masih harus dikaji lebih lanjut pada
penelitian berikutnya. Penurunan waktu untuk ambulasi ditemukan pada durasi
pemberian magnesium sulfat yang lebih pendek. Ambulasi dini penting untuk
profilaksis trombosis vena dalam

[24]

. Semakin pendek, durasi terapi sulfat

magnesium (12 jam) memungkinkan perempuan untuk mendapatkan berbagai


keuntungan.
Manfaat lain yang terkait terapi magnesium sulfat dengan durasi yang lebih
pendek adalah kemungkinan kontak awal dengan bayi baru lahir, sehingga dapat
meningkatkan kemungkinan menyusui lebih cepat. Pada praktek umumnya selama
pemberian terapi magnesium sulfat sahnya ibu dari bayinya, dengan semua
kelemahan yang masih dimilikinya. Dalam penelitian ini, penurunan waktu yang
signifikan terjadi dari pengawasan intensif sampai kontak dengan bayi terjadi pada
kelompok 12 jam. Kami percaya bahwa perbedaan ini akan menjadi besar jika para
wanita telah keluar dari unit perawatan intensif segera

setelah penghentian

pemberian obat antikonvulsan. Namun, karena protokol terapi yang dipersingkat


mewakili perubahan dari protokol manajemen rutin di lembaga studi, para peserta
12

tetap dalam perawatan intensif untuk keselamatan dan alasan etis, untuk menjamin
pengawasan ketat selama minimal 24 jam. Sistematis review

[16]

, waktu tingggal

dirumah sakit postpartum tidak dievaluasi karena data (diperoleh dari hanya tiga
uji klinis) yang heterogen.
Sebagai perspektif masa depan, pemberian terapi durasi pendek magnesium
sulfat membuat waktu perawatan intesif lebih singkat sehingga jumlah tempat tidur
yang tersedia lebih banyak. Tempat tidur yang tersedia akan menguntungkan bagi
wanita postpartum lainnya dengan kondisi klinis yang lebih parah, dan dapat
megurangi total waktu rawat inap postpartum. Penelitian lebih lanjut sangat
diperlukan untuk membuktikan manfaat nyata yang akan didapat, baik bagi
masyarakat dan pengguna sistem kesehatan, yang dapat memberikan penghematan
biaya

perbaikan dalam perawatan tersier. Perlu ditekankan bahwa wanita

postpartum dengan sindrom hipertensi berat (eksaserbasi hipertensi kronis,


Sindrom HELLP, eklampsia) dan mereka dengan kondisi klinis yang terkait
dikeluarkan dari penelitian ini, dan mereka dengan kondisi klinis yang sesuai
dengan kriteria pemberian terapi magnesium sulfat durasi diperpendek merupakan
wanita yang baru dengan jumlah yang kurang. Oleh karena itu, kami tidak
menyarankan pengehentian terapi antikonvulsan postpartum lebih awal pada
kelompok ini. Selain itu, studi yang dirancang dengan baik harus dilakukan dengan
ukuran sampel yang lebih besar untuk menghindari kesimpulan tergesa-gesa
berdasarkan studi tunggal. Kesimpulannya, dalam kondisi ideal (ketika
pengawasan postpartum perempuan dapat dijamin), wanita dengan preeklampsia
berat yang stabil dengan evaluasi klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium
setelah 12 jam penggunaan magnesium sulfat postpartum, infus magnesium sulfat
dapat dihentikan, sehingga maanfaat lainnya didapatkan dari tindakan ini.

13

Vous aimerez peut-être aussi