Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MOLA HIDATIDOSA
Oleh
Eko Alperio Almi, S. Ked
NIM. 100610004
Pembimbing
Dr. Cut Elfina Zuhra, Sp. OG
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Istri
Nama : Ny. N
Umur : 46 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat
Agama
Suami
Suku : Aceh
Tanggal masuk : 02 Juni 2015
Tanggal Kuret : 04 Juni 2015
Tanggal keluar : 05 Juni 2015
MR: 38.22.97
Alamat
Nama
Umur
Pekerjaan
: Tn. S
: 50 tahun
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Keluhan Utama :
Keluar darah dari vagina 500 cc
Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala dan nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RSU Cut Meutia dengan keluhan keluar darah dari
vagina 500 cc. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang hilang
timbul serta nyeri kepala. Keluhan ini dirasakan pasien setelah
mengkonsumsi buah nenas 3 hari yang lalu. Pasien mengaku hamil
G5P4A0 usia kehamilan 6 minggu 5 hari ( 6 8 minggu) dengan HPHT
tanggal 16 April 2015, dan TTP tanggal 23 Januari 2016.
Riwayat kontrasepsi :
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi injeksi hormonal selama 6 bulan
sebelumnya.
Riwayat Pernikahan:
2 kali menikah dengan rincian usia pernikahan pertama selama 24 tahun
dan usia pernikahan kedua selama 2 bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
TD
Suhu
: 120/60 mmHg
HR
RR
: 36,4 C
: 20 x/ menit
STATUS INTERNUS
Kulit
Warna : Kuning Langsat
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemia
: (+)
KEPALA
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata : Konjungtiva pucat (+/+) ikterik (-/-) edema (-/-) sekret (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), otorrhea (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), rhinorrhea (-/-)
Mulut : Simetris, sariawan (-) kering pada bibir (-)
10
LEHER
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Stem fremitus normal paru kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi
11
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Kanan atas
Kanan bawah
Kiri atas
Kiri bawah
Auskultasi
12
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris (+), Striae gravidarum (-), Linea nigra (-)
Palpasi : Soepel (+) Hepar tidak teraba, Ginjal dan Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Superior : Sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : Sianosis (-/-), edema (-/-)
13
STATUS OBSTETRI
Inspeksi : Striae gravidarum (-), Linea nigra (-)
Palpasi : Teraba janin (-)
TFU
: belum teraba
Auskultasi : (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (2 Juni 2015)
Hb 7,1 gr%;
Eritrosit 3,2 x 106 gr/dl;
Leukosit 8,8 x 106 gr/dl;
Trombosit 234 x 10 gr/dl.
3
Golongan darah O+ .
15
DIAGNOSA
16
TABEL FOLLOW UP
Tanggal
2-6-2015
Rawatan
Hari I
Follow Up
S : Perdarahan pervaginam (+), lemas (+),
nyeri perut (+)
O: KU: Lemah
KS: Compos Mentis
TD: 120/60 mmHg
HR: 56 x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20 x/mnt
T: 35,1 C
Tindakan
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1A/12 jam
Inj. Ranitidine 1A/8 jam
17
TABEL FOLLOW UP
3-6-2015
Hari II
O: KU: Lemah
KS: Compos Mentis
TD: 110/80 mmHg
HR: 58 x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 23 x/mnt
T: 35,3 C
P: - HB ulang 8,6 g%
- Transfusi 2 kantung
- Pro kuret: Sintetik oksitosin + laminaria 2
stik
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1A/12j
Inj. Ranitidine 1A/12j
18
TABEL FOLLOW UP
4-6-2015
Hari III
5-6-2015
PBJ
O: KU: Baik
- KS: Compos Mentis
- TD: 130/80 mmHg
- HR: 56 x/menit, reguler, kuat angkat
- RR: 23 x/mnt
- T: 36,8 C
- HB ulang 12,0 g%
A: Post kuretase + P4A0H4
P: Mobilisasi bertahap
- Nutrisi bergizi
- Personal hygine
PBJ
IVFD RL 20 gtt/i
Drip tramadol 1a/12 jam
Inj. Cefotaxime 1a/12 jam
Inj. Ondancentron 1a/8 jam
B. Complex tab. 3x1
PBJ
19
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Mola
hidatidosa
20
HISTOLOGI
21
22
SITOGENETIK
Sebagian besar (85%) mola sempurna adalah diploid. Variasi lain juga pernah dilaporkan yaitu 45,X. Jadi, mola
sempurna dapat terdiri dari berbagai pola kromosom.
23
Janin
Mola
24
SITOGENETIK
Kariotipe mola parsial biasanya triploid, 69,XXX, 69,XXY, atau 69,XYY dengan satu komplemen
haploid ibu dan biasanya dua komplemen haploid ayah. Janin pada mola parsial biasanya memiliki
tanda-tanda triploid, yaitu malformasi kongenital multipel dan hambatan pertumbuhan serta tidak
viabel. Sekitar 86% mola parsial bersifat triploid dan 2% diploid. Pada tahun 2000, Lembet dkk.,
melaporkan satu kasus mola parsial dengan kariotipe diploid dan janin hidup.
25
INSIDEN
Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1:1000 kehamilan di Amerika Serikat
dan Eropa.
Indonesia 1: 82 kehamilan (tidak jelas) tertinggi di ASEAN
26
FAKTOR RISIKO
Wanita berusia > 45 tahun, sekitar > 10 kali lipat berisiko dibandingkan
pada usia 20 sampai 40 tahun. Banyak pada wanita berusia 50 tahun.
Riwayat mola. Kekambuhan mola hidatidosa sekitar 1,3%. Tetapi, Kim
dkk., (1998) mendapatkan tingkat kekambuhan mola hidatidosa 4,3%
pada 115 wanita di Seoul, Korea Selatan.
Faktor lain seperti peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status
estrogen, kontrasepsi oral, dan faktor makanan masih belum jelas.
27
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis muncul akhir trimester pertama dan selama trimester
kedua.
Gejala yang lebih mencolok terjadi pada mola sempurna.
Diagnosis mola hidatidosa dapat ditegakkan lebih dini dengan
menggunakan alat penunjang diagnostik yaitu ultrasonografi transvagina
dan kadar hCG serum kuantitatif.
28
PERDARAHAN
Perdarahan uterus berupa bercak sampai perdarahan berat
Perdarahan terjadi sesaat sebelum abortus atau, yang sering terjadi,
secara intermiten selama beberapa minggu hingga bulan.
Terkadang terjadi perdarahan yang tertutup di dalam uterus.
Sering ditemukan anemia defisiensi besi dan terdapat ertitropoiesis
megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan
muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat
berproliferasi.
29
UKURAN UTERUS
Uterus membesar sehingga tidak sesuai dengan usia gestasi.
Pada wanita nulipara, uterus sulit dipalpasi karena konsistensinya yang
lunak di bawah dinding abdomen yang kencang.
Terkadang ovarium membesar akibat kista-kista teka lutein, sehingga
sulit dibedakan dari uterus yang membesar.
30
AKTIVITAS JANIN
Walaupun uterus cukup besar, namun biasanya bunyi jantung janin tidak
terdeteksi. Kadang ada yang terdeteksi, jika terdapat plasenta kembar
dengan perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah satunya,
sementara plasenta lain dan janinnya tampak normal.
31
32
HIPEREMESIS
Pasien dengan kehamilan mola dapat mengalami mual dan muntah yang
berat.
Akibat efek gonadotropin korionik.
33
TIROTOKSIKOSIS
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat, tetapi jarang menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme.
Peningkatan tiroksin plasma disebabkan oleh estrogen seperti pada
kehamilan normal, tetapi kadar tiroksin bebasnya tidak meningkat.
Tiroksin bebas dalam serum meningkat akibat efek gonadotropin korionik
atau varian-variannya yang mirip tirotropin.
34
EMBOLISASI
Embolisasi oleh trofoblas dapat terjadi saat pengangkatan mola.
Embolisasi ini berjalan melalui aliran vena sehingga dapat menimbulkan
gejala dan tanda embolisme paru akut. Embolus trofoblas dapat
menginvasi parenkim paru dan membentuk metastasis yang tampak jelas
pada pemeriksaan radiografi. Metastasis ini bisa berproliferasi dan
menimbulkan kematian jika tidak diterapi.
35
PERBEDAAN RINGKAS
36
GAMBARAN DIAGNOSTIK
Bukti diagnostik yang paling akurat diperoleh dari gambaran
ultrasonografi khas mola hidatidosa yang sering disebut gambaran badai
salju (snowstorm appearance).
37
38
PROGNOSIS
Hampir 20% dari mola sempurna berkembang menjadi tumor trofoblastik
gestasional.
Lurain dkk. (1983) melaporkan bahwa hasil tindak lanjut setelah evakuasi
mola hidatidosa pada 738 pasien dari tahun 1962-1978.
Hasilnya, sebanyak 596 wanita (81%) mengalami kesembuhan spontan,
sedangkan tumor trofoblastik gestasional terjadi pada 142 kasus (19%).
Dari 142 kasus, 125 (17%) diantaranya mengalami mola invasif dan 17
(2%) mengalami koriokarsinoma.
Seluruh wanita yang berjumlah 738 orang ini disembuhkan dan pasien
tersebut bebas dari penyakit dengan waktu 4 sampai 18 tahun.
39
40
TERAPI
41
TERAPI
42
43
44
BAB 4
SIMPULAN
Ny. N usia 46 tahun, didiagnosa mola hidatidosa dan anemia. Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan gambaran ultrasonografi berupa gambaran badai salju. Pemeriksaan
kadar hCG pada pasien tidak dilakukan. Selain itu, berdasarkan faktor risiko yaitu usia,
Ny. N berusia 46 tahun sehingga memenuhi kriteria faktor risiko untuk terjadinya
kehamilan mola.
Ny. N sebelumnya mengalami perdarahan pervaginam yang masif dengan kadar Hb:
7,1 gr%. Resusitasi dilakukan dengan melakukan transfusi darah jenis Packet Red Cell
(PRC) sebanyak 5 kantung. Setelah transfusi, kadar Hb pasien menjadi 12,0 gr%.
Ny. N ditatalaksana dengan kuretasi setelah Hb 12,0 gr%. Saat kuretasi, tidak
ditemukan gambaran sel trofoblas berbentuk anggur/mata ikan. Setelah kuretasi
pasien dianjurkan untuk mobilisasi bertahap dari baring kanan ke kiri, lalu berjalan.
Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan menjaga
kebersihan area kelamin untuk mempercepat pemulihan luka kuretasi. Sehari setelah
kuretasi pasien pulang dengan berobat jalan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Gant, N 2010. Dasar-dasar ginekologi dan obstetri. Jakarta : EGC
Norwitz, 2007. At a glance obstetri dan ginekologi. Jakarta : Erlangga
Rayburn, W 2001. Obstetri dan ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Gambar dari berbagai sumber di internet