Vous êtes sur la page 1sur 45

Laporan Kasus

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara

MOLA HIDATIDOSA
Oleh
Eko Alperio Almi, S. Ked
NIM. 100610004
Pembimbing
Dr. Cut Elfina Zuhra, Sp. OG

Penyakit trofoblastik gestasional

BAB 1
PENDAHULUAN

kelompok kelainan proliferasi trofoblastik terkait


Definisi kehamilan.

mola hidatidosa dan tumor trofoblastik


Klasifika gestasional.
si

kelainan struktur vili korionik yang terdiri dari


proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan
Histologi edema stroma vilus.

BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Istri
Nama : Ny. N
Umur : 46 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat
Agama

Suami

: Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe


: Islam

Suku : Aceh
Tanggal masuk : 02 Juni 2015
Tanggal Kuret : 04 Juni 2015
Tanggal keluar : 05 Juni 2015
MR: 38.22.97

Alamat

Nama

Umur
Pekerjaan

: Tn. S
: 50 tahun
: Wiraswasta

: Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe

Agama

: Islam

Suku

: Aceh

Keluhan Utama :
Keluar darah dari vagina 500 cc
Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala dan nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RSU Cut Meutia dengan keluhan keluar darah dari
vagina 500 cc. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang hilang
timbul serta nyeri kepala. Keluhan ini dirasakan pasien setelah
mengkonsumsi buah nenas 3 hari yang lalu. Pasien mengaku hamil
G5P4A0 usia kehamilan 6 minggu 5 hari ( 6 8 minggu) dengan HPHT
tanggal 16 April 2015, dan TTP tanggal 23 Januari 2016.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Diabetes mellitus disangkal
Hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
Riwayat Penggunaan Obat : disangkal
Riwayat Obstetri :
Pasien multigravida G5P4A0 dengan usia kehamilan 6 8 minggu.
Riwayat Antenatal Care :
Selama kehamilan pasien belum pernah memeriksakan kehamilan ke dokter.

Riwayat kontrasepsi :
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi injeksi hormonal selama 6 bulan
sebelumnya.
Riwayat Pernikahan:
2 kali menikah dengan rincian usia pernikahan pertama selama 24 tahun
dan usia pernikahan kedua selama 2 bulan.

PEMERIKSAAN FISIK

TD
Suhu

: 120/60 mmHg

HR
RR

: 56 x/ menit, reguler, kuat angkat

: 36,4 C
: 20 x/ menit

STATUS INTERNUS
Kulit
Warna : Kuning Langsat
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemia

: (+)

KEPALA
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata : Konjungtiva pucat (+/+) ikterik (-/-) edema (-/-) sekret (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), otorrhea (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), rhinorrhea (-/-)
Mulut : Simetris, sariawan (-) kering pada bibir (-)

10

LEHER
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Stem fremitus normal paru kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi

: Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)

11

JANTUNG
Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tidak terlihat

Perkusi

: Pekak

: Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

Kanan atas

: ICS II linea para sternal dextra

Kanan bawah

: ICS IV linea parasternal dextra

Kiri atas
Kiri bawah
Auskultasi

: ICS II linea parasternal sinistra


: ICS V linea midclavicularis sinistra
: BJ I > BJ II, bising jantung (-)

12

ABDOMEN
Inspeksi : Simetris (+), Striae gravidarum (-), Linea nigra (-)
Palpasi : Soepel (+) Hepar tidak teraba, Ginjal dan Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi

: Peristaltik usus normal

Ekstremitas
Superior : Sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : Sianosis (-/-), edema (-/-)

13

STATUS OBSTETRI
Inspeksi : Striae gravidarum (-), Linea nigra (-)
Palpasi : Teraba janin (-)
TFU
: belum teraba
Auskultasi : (-)
Perkusi : Tidak dilakukan

14

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (2 Juni 2015)
Hb 7,1 gr%;
Eritrosit 3,2 x 106 gr/dl;
Leukosit 8,8 x 106 gr/dl;
Trombosit 234 x 10 gr/dl.
3

Golongan darah O+ .

Tanggal 3 Juni 2015 : Hb 8,6 gr%.

Tanggal 4 Juni 2015 : Hb 12,0 gr%.

USG : print out USG pasien tidak ditemukan

15

DIAGNOSA

16

TABEL FOLLOW UP
Tanggal
2-6-2015

Rawatan
Hari I

Follow Up
S : Perdarahan pervaginam (+), lemas (+),
nyeri perut (+)

O: KU: Lemah
KS: Compos Mentis
TD: 120/60 mmHg
HR: 56 x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 20 x/mnt
T: 35,1 C

A: Mola hidatidosa + Anemia

P: - cek darah rutin: HB 7,1 g%, golda O+


- Transfusi PRC 3 kantung

Tindakan
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1A/12 jam
Inj. Ranitidine 1A/8 jam

17

TABEL FOLLOW UP
3-6-2015

Hari II

S : Lemas (+), Anemis (+), Mual (+), Muntah


(+)

O: KU: Lemah
KS: Compos Mentis
TD: 110/80 mmHg
HR: 58 x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 23 x/mnt
T: 35,3 C

A: Mola hidatidosa + Anemia

P: - HB ulang 8,6 g%
- Transfusi 2 kantung
- Pro kuret: Sintetik oksitosin + laminaria 2
stik

IVFD RL 20 gtt/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1A/12j
Inj. Ranitidine 1A/12j

18

TABEL FOLLOW UP
4-6-2015

Hari III

5-6-2015

PBJ

S : Lemas (-), Mual (-), Muntah (-), Batuk (+)

O: KU: Baik
- KS: Compos Mentis
- TD: 130/80 mmHg
- HR: 56 x/menit, reguler, kuat angkat
- RR: 23 x/mnt
- T: 36,8 C
- HB ulang 12,0 g%
A: Post kuretase + P4A0H4

P: Mobilisasi bertahap
- Nutrisi bergizi
- Personal hygine
PBJ

IVFD RL 20 gtt/i
Drip tramadol 1a/12 jam
Inj. Cefotaxime 1a/12 jam
Inj. Ondancentron 1a/8 jam
B. Complex tab. 3x1

PBJ

19

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Mola
hidatidosa

20

HISTOLOGI

Proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan,

Adanya edema stroma vilus

21

MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA


Vili korionik berkembang menjadi
satu massa multi vesikel jernih
dengan ukuran yang bervariasi.
Temuan histologi:
degenerasi hidropik dan
pembengkakan stroma vilus,
tidak adanya pembuluh darah di
vilus yang membengkak,
proliferasi epitel trofoblas dengan
derajat bervariasi, dan
tidak adanya janin dan amnion.

22

SITOGENETIK

Sebagian besar (85%) mola sempurna adalah diploid. Variasi lain juga pernah dilaporkan yaitu 45,X. Jadi, mola
sempurna dapat terdiri dari berbagai pola kromosom.

23

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagian


jaringan janin, minimal ada kantung amnion.

Karena pembengkakan hidatidosa berlangsung lambat pada sebagian vili


avaskular, sementara vili yang berpembuluh dengan sirkulasi janinplasenta yang masih berfungsi tidak terpapar.

Janin

Mola

Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.

24

SITOGENETIK

Kariotipe mola parsial biasanya triploid, 69,XXX, 69,XXY, atau 69,XYY dengan satu komplemen
haploid ibu dan biasanya dua komplemen haploid ayah. Janin pada mola parsial biasanya memiliki
tanda-tanda triploid, yaitu malformasi kongenital multipel dan hambatan pertumbuhan serta tidak
viabel. Sekitar 86% mola parsial bersifat triploid dan 2% diploid. Pada tahun 2000, Lembet dkk.,
melaporkan satu kasus mola parsial dengan kariotipe diploid dan janin hidup.

25

INSIDEN
Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1:1000 kehamilan di Amerika Serikat
dan Eropa.
Indonesia 1: 82 kehamilan (tidak jelas) tertinggi di ASEAN

26

FAKTOR RISIKO
Wanita berusia > 45 tahun, sekitar > 10 kali lipat berisiko dibandingkan
pada usia 20 sampai 40 tahun. Banyak pada wanita berusia 50 tahun.
Riwayat mola. Kekambuhan mola hidatidosa sekitar 1,3%. Tetapi, Kim
dkk., (1998) mendapatkan tingkat kekambuhan mola hidatidosa 4,3%
pada 115 wanita di Seoul, Korea Selatan.
Faktor lain seperti peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status
estrogen, kontrasepsi oral, dan faktor makanan masih belum jelas.

27

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis muncul akhir trimester pertama dan selama trimester
kedua.
Gejala yang lebih mencolok terjadi pada mola sempurna.
Diagnosis mola hidatidosa dapat ditegakkan lebih dini dengan
menggunakan alat penunjang diagnostik yaitu ultrasonografi transvagina
dan kadar hCG serum kuantitatif.

28

PERDARAHAN
Perdarahan uterus berupa bercak sampai perdarahan berat
Perdarahan terjadi sesaat sebelum abortus atau, yang sering terjadi,
secara intermiten selama beberapa minggu hingga bulan.
Terkadang terjadi perdarahan yang tertutup di dalam uterus.
Sering ditemukan anemia defisiensi besi dan terdapat ertitropoiesis
megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan
muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat
berproliferasi.

29

UKURAN UTERUS
Uterus membesar sehingga tidak sesuai dengan usia gestasi.
Pada wanita nulipara, uterus sulit dipalpasi karena konsistensinya yang
lunak di bawah dinding abdomen yang kencang.
Terkadang ovarium membesar akibat kista-kista teka lutein, sehingga
sulit dibedakan dari uterus yang membesar.

30

AKTIVITAS JANIN
Walaupun uterus cukup besar, namun biasanya bunyi jantung janin tidak
terdeteksi. Kadang ada yang terdeteksi, jika terdapat plasenta kembar
dengan perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah satunya,
sementara plasenta lain dan janinnya tampak normal.

31

HIPERTENSI AKIBAT KEHAMILAN


Pada kehamilan mola ditemukan kemungkinan terjadinya preeklamsia
yang menetap sampai trimester kedua.

32

HIPEREMESIS
Pasien dengan kehamilan mola dapat mengalami mual dan muntah yang
berat.
Akibat efek gonadotropin korionik.

33

TIROTOKSIKOSIS
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat, tetapi jarang menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme.
Peningkatan tiroksin plasma disebabkan oleh estrogen seperti pada
kehamilan normal, tetapi kadar tiroksin bebasnya tidak meningkat.
Tiroksin bebas dalam serum meningkat akibat efek gonadotropin korionik
atau varian-variannya yang mirip tirotropin.

34

EMBOLISASI
Embolisasi oleh trofoblas dapat terjadi saat pengangkatan mola.
Embolisasi ini berjalan melalui aliran vena sehingga dapat menimbulkan
gejala dan tanda embolisme paru akut. Embolus trofoblas dapat
menginvasi parenkim paru dan membentuk metastasis yang tampak jelas
pada pemeriksaan radiografi. Metastasis ini bisa berproliferasi dan
menimbulkan kematian jika tidak diterapi.

35

PERBEDAAN RINGKAS

36

GAMBARAN DIAGNOSTIK
Bukti diagnostik yang paling akurat diperoleh dari gambaran
ultrasonografi khas mola hidatidosa yang sering disebut gambaran badai
salju (snowstorm appearance).

37

3.8 STADIUM MOLA HIDATIDOSA

38

PROGNOSIS
Hampir 20% dari mola sempurna berkembang menjadi tumor trofoblastik
gestasional.
Lurain dkk. (1983) melaporkan bahwa hasil tindak lanjut setelah evakuasi
mola hidatidosa pada 738 pasien dari tahun 1962-1978.
Hasilnya, sebanyak 596 wanita (81%) mengalami kesembuhan spontan,
sedangkan tumor trofoblastik gestasional terjadi pada 142 kasus (19%).
Dari 142 kasus, 125 (17%) diantaranya mengalami mola invasif dan 17
(2%) mengalami koriokarsinoma.
Seluruh wanita yang berjumlah 738 orang ini disembuhkan dan pasien
tersebut bebas dari penyakit dengan waktu 4 sampai 18 tahun.

39

SKOR PROGNOSTIK WHO

40

TERAPI

41

TERAPI

42

PROSEDUR TINDAK LANJUT


Tujuannya adalah untuk mendeteksi dini setiap perubahan yang mengisyaratkan
keganasan.
Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, minimal 1 tahun.
Ukur kadar hCG setiap 2 minggu.
Tunda terapi lanjutan jika kadar serum hCG terus berkurang.
Setelah kadar hCG normal, pemeriksaan dilakukan setiap bulan selama 6 bulan,
lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
Terapi tindak lanjut dihentikan dan kehamilan diizinkan setelah 1 tahun.
Prosedur tindak lanjut berhubungan dengan kadar hCG serum untuk mendeteksi
tumor trofoblas persisten. Kadar hCG serum harus turun secara progresif, karena
jika tidak maka dicurigai adanya trofoblas yang menetap.

43

KONTRASEPSI DENGAN MOLA


Kontrasepsi estrogen-progestin sering digunakan untuk mencegah
kehamilan selanjutnya dan untuk menekan luteinizing hormone hipofisis
yang bereaksi silang dengan kadar hCG. Yuen dan Burch (1983)
melaporkan bahwa tidak terjadi peningkatan persistensi kadar hCG pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral setelah evakuasi mola.
Deicas dkk. (1991) meneliti efek kontrasepsi pada perkembangan tumor
pasca mola pada 162 wanita dengan mola hidatidosa dan 137 dengan
tumor trofoblas. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, 33%
kemudian mengalami tumor dibandingkan dengan 57% yang tidak
menggunakan.

44

BAB 4
SIMPULAN
Ny. N usia 46 tahun, didiagnosa mola hidatidosa dan anemia. Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan gambaran ultrasonografi berupa gambaran badai salju. Pemeriksaan
kadar hCG pada pasien tidak dilakukan. Selain itu, berdasarkan faktor risiko yaitu usia,
Ny. N berusia 46 tahun sehingga memenuhi kriteria faktor risiko untuk terjadinya
kehamilan mola.
Ny. N sebelumnya mengalami perdarahan pervaginam yang masif dengan kadar Hb:
7,1 gr%. Resusitasi dilakukan dengan melakukan transfusi darah jenis Packet Red Cell
(PRC) sebanyak 5 kantung. Setelah transfusi, kadar Hb pasien menjadi 12,0 gr%.
Ny. N ditatalaksana dengan kuretasi setelah Hb 12,0 gr%. Saat kuretasi, tidak
ditemukan gambaran sel trofoblas berbentuk anggur/mata ikan. Setelah kuretasi
pasien dianjurkan untuk mobilisasi bertahap dari baring kanan ke kiri, lalu berjalan.
Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan menjaga
kebersihan area kelamin untuk mempercepat pemulihan luka kuretasi. Sehari setelah
kuretasi pasien pulang dengan berobat jalan.

45

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Gant, N 2010. Dasar-dasar ginekologi dan obstetri. Jakarta : EGC
Norwitz, 2007. At a glance obstetri dan ginekologi. Jakarta : Erlangga
Rayburn, W 2001. Obstetri dan ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Gambar dari berbagai sumber di internet

Vous aimerez peut-être aussi