Vous êtes sur la page 1sur 37

1.

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam bidang


perekonomian, dimana masih banyak menghadapi bermacam-macam
masalah. Baik itu masalah inflasi dan masalah pengangguran yang saling
berkaitan antara satu dan lainnya. Secara teoritis, pengertian inflasi
merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang
terjadi secara terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila
terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga
yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua
negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena
itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu
ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi
suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi
yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi
yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang
rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen
dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang
menghadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya
Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang
sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi.
Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun
2000 Bank Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada
awal tahun yang akan dicapinya untuk tahun yang bersangkutan.
Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga
konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan hargaharga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan
pendapatan. Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada
tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull
inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi
karena pengaruh impor (imported inflation).
Sedangkan masalah pengangguran di indonesia yang belum juga
terpecahkan dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang
hanya dapat mengurangi sebagian kecil pengangguran, sedangkan
masih banyak pengangguran yang masih belum meiliki pekerjaan.
Oleh dari itu maka penulis mencoba mengambil judul makalah tentang
permasalahan "inflasi dan pengangguran di indonesia."

1.

Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka penulis


mencoba untuk mengidentifikasikan permasalah yang lebih mendalam
mengenai inflasi dan pengangguran dimana mencakup:
Mengetahui tentang penyebab terjadinya inflasi dan pengangguran
2.
Bagaimana cara menanggulangi permasalah mengenai inflasi dan
pengangguran.
1.

1.

Tujuan Penulisan Makalah

Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:


Mendefinisikan pengertian dari inflasi dan pengangguran
2.
Mendefinisikan jenis serta pembagian dari inflasi dan penganguran
3.
Menjelaskan mengenai permasalah inflasi dan pengangguran yang
terjadi di indonesia
1.
Menjelaskan bagaimana cara menanggulangi permasalah
inflasi dan pengangguran
2.
Menarik kesimpulan mengenai pembahasan tentang inflasi
dan pengangguran
1.

1.

Metode Pengumpulan Bahan


Materi dalam pembahasan makalah ini dikumpulkan berdasarkan
sumber referensi buku serta memanfaatkan teknologi seperti dara
dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

INFLASI
DEFINISI INFLASI
Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara
terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam
barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi
kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat
kenaikan harga umum batang secara terus menerus selama satu
periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun
dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
Infalsi meunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi
dapat di ukur dengan rumus sebagai berut:
Tingkat
X 100

harga

(tahun

Tingkat harga (tahun t 1)

t)

tingkat

harga

(tahun

t-1)

Secara konseptual tingkat harga diukut sebagai rata-rata tertimbang


dari barang-barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam
prakteknya kita menukur tingkat harga keseluruhan dengan mebuat
indeks harga yang merupakan rata-rata harga konsumen atau
perodusen. Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga
sejumlah barang dan jasa.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga.
Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur
inflasi antara lain :
1.

Indeks biaya hidup (consumer price index),


Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga untuk keperluan hidup.

2.

Indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index),


Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah
barang pada tingkat pedangangan besar.

3.

GNP deflator.
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan
dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator
mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding
dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn
membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill
(atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP Riil

JENIS INFLASI
Inflasi dapat digolongkan menjadi berikut ini :
Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya inflasi
1.
Inflasi ringan (dibawah 10% setahun). Inflasi ringan atau
disebut juga dengan Inflasi moderat, ditandai dengan harga-harga yang
1.

meningkat secara melambat atau biasa disebut dengan inflasi satu digit
per tahun.
2.
Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).
3.
Inflasi berat(antara 30%-100% setahun). Inflasi ganas, inflasi
dalam dua digit atau tiga digit seperti 30, 200 atau 300 persen per tahun.
Jika inflasi ganas timbul maka timbullah gangguan-gangguan yang serius
terhadap perekonomian. Dalam kondisi ini uang kehilangan nilaina dengan
sangat cepat, tingkat bunga ril dapat mencapai -50 atau -100.
4.
Hiperinflasi (diatas 100% setahun). Apabila inflasi ini terjadi
maka tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila harga-harga
meningkat jutaan atau bahkan treliunan persen pertahun.

2.
1.

Jenis Inflasi Menurut Sebabnya


Demand-pull inflation
adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan
permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah
barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang
ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan
permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian
mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan
pertumbuhan
ekonomi
berjalan
dengan
pesat
(full
employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan
yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan
sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas
produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan
harga yang terus menerus.

2.

Cost-push inflation
Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi
penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi
sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang
pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi,
sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa.
Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan
menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus
menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan
terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan
inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi
karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang
itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam
negeri. Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push
inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi.

Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya


penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai
akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini
dapat timbul karena beberapa factor diantaranya:
Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan
upah
Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga
(yang lebih tinggi). Kenaikan harga bahan baku industri.
1. Inflasi campuran

Kedua macam inflasi yang dibahas diatas jarang sekali dijumpai


dalam praktek yang murni.

Macam Inflasi berdasarkan penyebabnya ini dapat ditunjukkan oleh


gambar berikut ini:
a)

demand inflation

b) cost inflation

Penggolongan inflasi didasarkan pada asal inflasi


1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) :
inflasi ini semata-mata disebabkan dari dalam negeri.adapun
penyebabnya antara lain misalnya karena deficit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dan
lain-lain.
1.

1.

Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). : inflasi


ini disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor.hal ini
terjadi karena biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
karena adanya kenaikan tariff impor barang.

DAMPAK INFLASI

Beberapa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut:

Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan


Dampak terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per
tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian
penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.
50.000,00.

Inflasi dan Perkembangan Ekonomi


Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif
sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini
dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan
investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan wujud.

Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat


Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara,
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu
kepada masyarakat :

Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang


berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Memperburuk pembagian kekayaan.
Berpengaruh langsung terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat
Adanya penyesuaian suku bunga riil
Pengaruh terhadap tingkat bunga output secara keseluruhan
Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
SUMBER-SUMBER INFLASI

Inflasi inersial

Dalam perekonomian industri modeen, inflasi sangat bersifat inersial


artinya inflasi akan bertahan pada ringkar yang sama sampai kejadiankejadian ekonomi menyebabkan untuk berubah. Inflasi ini dapat
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang sepanjang yang
diperkitakan banyak orang bahwa laju inflasi tetap sama.

Inflasi Tarikan Permintaan


Inflasi tarikan permintaan terjadi apaila permintaan agregat meningkat
lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
menarik hingga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan agregat. Salah satu teori inflasi tarik permintaan yang
berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan
utama inflasi. Alasan dibalik perndekatan ini adalah bahwa pertumbuhan
jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregatif, yang pada
gilirannya meningkatkan tingkat harga.

Ekspektasi inflasi inersial


Sebagaian harga-harga dan upah ditetapkan dengan melihat kondisi
perekonomian dimasa yang akan datang. Pada saat harga-harga dan upah
meningkat secata cepat dan diperkirakan akan terus demikian, dunia
usaha dan para pekerja cenderung akan memasukkan laju inflasi yang
cepat kedalam keputusan harga dan upah mereka. Ekpektasi inflasi yang
tinggi atau rendah cenderung akan dengan sendirinya memenuhi
ramalan-ramalan tersebut.

TINGKAT BUNGA VERSUS INFLASI


Pada umumnya peningkatan permintaan agregat yaitu pergeseran
kurva AD ke kanan akan meningkatka harga dari tingkat sebelumnya,
dengan anggapan faktor-faktor lainnya tidak berubah. Kekuatan inflasi
dapat menurunkan tingkat harga dibawah tingkat yang seharusnya
tercapai. Meskipun demikian karena momentum biaya dan harga,
perekonomian kemungkinan tetap mengalami inflasi meskipun sedang
menghadapi guncangan kontraktif tersebut. Pedoman ini merupakan
kunci pemahaman mengenani gejala stagflasi atau inflasi tinggi dalam
periode pengagguran tinggi. Sepanjang unsur-unsur unersial
besamaan dengan laju inflasi yan g tinggi (meskipun dengan tingkat
inflasi dibawah tingkat inersial sebelumnya.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI


1.

Penawaran uang (jumlah uang yang beredar)


Pengertian uang yang paling sederhana adalah uang kertas dan
uang logam yang ada ditangan masyarakat. Uang tunai ini desebut
uang kartal (currency). Para ekonomi klasik cenderung mengartikan
uang beredar sebagai currency karena uang yang benar-benar
merpakan daya beli yang langsung dapat digunakan dan langsung
mempengaruhi harga barang-barang. Dengan perkembangan
peranan bank dalam perekonomian maka pengertian uang beredar
sebagai uang kartal sudah diringgalkan. Saldo rekening giro
mempunyai setatus yang sama dengan currency dan harus
dimasukkan kedalam uang beredar. Ketidak seimbangan antara
permintaan dan penawaran uang akan menyebabkan inflasi. Jika
penawaran uang terlalu banyak maka inflasi akan meningkat,
sebaliknya jika penawaran uang terlalu sedikit maka akan terjadi
deplasi. Keseimbangan antara permintaan dan pernawaran
terhadap uang dijelaskan dalam teori kuantitas dari iriving fisher:

MV=PT

Dimana:
M (Money)
: jumlah uang yang beredar
masyarakat tersiri dari uang kartal dan uang giral
V (Velocity)

2.

di

: kecepatan peredaran

P (price)

: harga dari output

T (trade)

: jumlah ourput yang diperdagangkan

Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa uang
dihasilkan oleh suatu nergara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun).
Indonesia menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan
ekonominya (pendapatan Nasional). GDP menunjukkan nilai seluruh
output atau produk dalam perekonomian suatu nefata. Dengan kata
lain GDP dapat didefenisikan sebagai nilai uang berdasarkan harga

pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh


suatu perekonomian selama suatu periode waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Secara umum ada 3 pendekatan yang digunakan untuk
menghitung besarnya pendapatan nasional yang secara teoritis
akan menghasilkan angka yang sama. Metode tersebut antara lain:

Metode produksi
Metode ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang-barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat atau nefara pada
periode tertentu. Namun dalam perhitungan pendapatan nasional
dengan menggunakan metode produksi dimungkinkan terjadinya
perhitungan ganda. Maka ada dua cara menghindari yaitu
menghitung nilai akhir dan/atau menghitung nilai tambah, dimana
besarnya angka yang diperoleh dari kedua cara perhitungan
tersebut akan menghasilkan angka yang sama.

Metode pendapatan
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan semua pendapatan
yang diperoleh semua pelaku ekonomi dengan suatu masyarakat
atau negara pada periode tertentu, yang berupa pendapatan dari
sewa, bunga upah, keuntungan dan lain-lain. Angka yang diperoleh
dari perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan
metode ini menujukkan besarnya pendapatan nasional.

Metode pengeluaran
Pengunaan metode ini untuk menghitung pendapatan nasional
dilakukan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor
ekonomi yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahan, pemerintah
dan luar negeri suatu masyarakat atau pada periode tertentu.
Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat
buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan. Pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
terganggu jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi yang
bertambah serius cenderung untuk mengurangi investasi yang
produktif,
mengurangi
ekspor
dan
menaikkan
impor.
Kecenderungan ini akan meperlambat pertumbuhan ekonomi.
Negara yang inflasinya tinggi menyebabkan daya beli masyarakat
menjadi rendah. Daya beli masyarakat rendah menunjukkan
pendapatan nasional negara tersebut menurun. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendapatan nasional berpengaruh terhadap
inflasi yaitu jika pendapatan nasional naik tingkat inflasi juga naik
dan sebaliknya jika pendapatan nasional turun maka inflasi juga
turun.

1.

Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Nilai mata uang rupiah adalah harga rupiah per satu unit
dollar AS. Ada 3 pendekatan untuk menentukan nilai tukar, yaitu:
Pendekatan neraca pembayaran
Pendekatan moneter
Pendekatan keseimbangan portopolio
Tingkat Suku Bunga SBI

1.

SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah salah satu instrumen yang


digunakan untuk kebijakan open market operation dari bank Sentral
(BI). Tindakan open market operation meliputi tindakan menjual dan
membeli surat-srat berharga oleh bank sentral. Tindakan pembelian
dan penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan
dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga. Akibatnya
bunga umum juga akan terpengaruh. Berarti tingkat suku bunga
ditetapkan oleh pemerintah melalui bank sentral. Kenaikan tingkat
suku bunga akanSBI akan menyebabkan kenaikan tingkat suku
bunga surat berharga pasar uang (SBPU). Selain tingkat suku bunga
bank umum juga mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan
konsmen khususna investoe tidak tertarik untuk meminjamkan
modal dari bank umum. Kondisi yang demikian ini menyebabkan
bahan kebutuhan umum banyak yang diimpor sementara jumlah
ekspor relatif lebih kecil. Yang pada akhirnya mengakobatkan
terjadinya inflasi. Ini berarti kenaikan tingkat suku bunga SBI
menyebabkan tingkat inflasi bertambah.

CARA MENCEGAH INFLASI


Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa
inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu
maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M
atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal
atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
1.

Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan
jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang
adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi
melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang
kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila
seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas
tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk
mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat

berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral


dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga
laju inflasi dapat lebih rendah.
2.

Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal
menyangkut
pengaturan
tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan
dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.

3.

Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output


Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri
cenderung menurunkan harga.

4.

Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing


Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan
demikian gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik
maka gaji / upah juga dinaikan.

5.

PENGANGGURAN
PENGERTIAN PENGANGGURAN
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan
ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai
potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling
utama.

JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum
bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian
diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
Pengangguran
Terselubung
(Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan
tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
1.

Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya


dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Pengangguran
konjungtural
(Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
5.
Pengangguran
struktural
(Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
1.
Pengangguran
friksional
(Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat
adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
2.
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul
akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim
panen.
3.
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi
akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga
mesin-mesin
4.

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh


menurunnya
kegiatan
perekonomian
(karena
terjadi
resesi).
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat
(aggrerat demand).
4.

SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah
sebagai berikut:

Besarnya
Angkatan
Kesempatan Kerja

Kerja

Tidak

Seimbang

dengan

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar


daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat
jarang terjadi.

Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang


Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan
tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,
belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan
dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian
tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.

Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita


dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah
tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari
kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga
kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke
negara lainnya.

DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN


Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita
perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek
ekonomi , yaitu:

Dampak
Negara

Pengangguran

terhadap

Perekonomian

suatu

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya


adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan
menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicitacitakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat


memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi
karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata)
yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran
yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian,
pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi
akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan
ekonomipun tidak akan terpacu.
Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu
yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:

Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian

Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan


Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan

social

politik.

KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENGANGGURAN


Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang
terjadi, yaitu sbb :

Cara Mengatasi Pengangguran Struktural


Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :

Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja


Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan
sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat
digunakan cara-cara sbb:

Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industriindustri baru, terutama yang bersifat padat karya
Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri
untuk merangsang timbulnya investasi baru
Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home
indiustri
Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga
kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru
dari kalangan swasta.

Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.


Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :

Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di


sector lain, dan
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk
memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan

jasa, dan

Meningkatkan daya beli Masyarakat.

PERMASALAHAN
KONDISI INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

INFLASI DI INDONESIA
Peningkatan koordinasi pemerintah dan bank indonesia dalam
mengendalikan laju inflasi dengan menjaga kestabilan nilai rupiah,
menjamin tersedianya dan lancarnya pasokan dan distribusi kebutuhan
bahan pokok, menurunkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi dan
meminimalkan gejolak harga yang berasal dari kebijakan administrated
price terlihat membuahkan hasil. Laju inflasi kumulatif selama januari-mei
2006 sebesar 2,41 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
kumulatif pada periode yang sama tahun 2005 (3,76%) dan tahun 2004
(2,80%). Sementara itu, bila dilihat dari komponen inflasi, selama 5 bulan
pertama tahun 2006, inflasi ini tercatat sebesar 2,40%, inflasi
administered prices sebesar 0,86%, dan inflasi vslstile foodd sebesar
5,10%.
Dilihat dari perkembangan inflasi bulan per bulan selama lima bulan
pertama tahun 2006, laju inflasi kumulatif pada bulan januari 2006
sebesar 1,36%, lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi bulan yang
sama tahun sebelumnya sebesar 1,43%. Dalam bulan januari 2006,
berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat sebesar 0,72%, inflasi
valatile foods sebesar 5,59%, dan inflasi administrated price sebesar
0,006%.
Hal ini menunjukkan bahwa inflasi pada bulan januari 2006 lebih
disebabkan oleh inflasi dalam valatile foods. Seiring dengan datangnya
musim panen di beberapa daerah pada bulan februari, maret, dan april
2006, harga bahan makanan seperti beras, bumbu-bumbuan, sayursayuran, daging, dan telur ayam ras dan lainnya mengalami penurunan
dibanding bulan januari 2006. Laju inflasi pada bulan februari, maret dan
april 2006 masing-masing sebesar 0,58%, 0,003% dan 0,005%, atau
inflasi y-o-y (year of year-inflasi tahunan) masing-masing sebesar 17,92%,
15,74% dan 15,40%. Sementara itu inflasi inti pada bulan februari, maret,
dan april masing-masing mencapai 0,63%, 0,28% dan 0,32%.
Pada bulan mei 2006 beberapa kelompok barang menunjukkan
peningkatan indeks harga antara 0,07% sampai dengan 2,03%.
Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok sedang, dan terendah terjadi
pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Beberapa komoditas
yang mengalami kenaikan cukup tajam antara lain adalah emas
perhiasan, bawang putih, beras, daging ayam ras, tarif kontrak rumah,
bensin untuk industri dan lainnya. Dengan meningkarnya harga barangbarang tersebut laju inflasi bulan mei 2006 mencapai 0,37% atau y-o-y

sebesar 15,60%. Sedangkan inflasi inti pada bulan mei tercatat sebesar
0,44%.
Menurut gubernur bank indonesia, meredanya tekanan inflasi disebabkan
oleh penundaan kenaikan tarid dasar listrik dan nilai tukar rupiah serta
masih melemahnya inflasi yang bersumber dari interaksi antara
permintaan dan penawaran. Gubernur juga menyatakan bahwa tekanan
harga akibat kenaikan harga BBM pada bulan oktober 2005 diperkirakan
menyebabkan laju inflasi IHK bertahan pada leberl yang tinggi sampai
triwulan III-2006. Pada triwulan IV-2006 pengaruh tekanan harga tersebut
diperkirakan akan berakhir, dan dengan mempertimbangkan belum
kuatnya permintaan domestik inflasi, diakhir 2006 inflasi IHK diperkitakan
mencapai dibawah level 8% atau masih dalam kisaran inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu 8%1%

Laporan Inflasi
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan

Bulan Tahun

Tingkat Inflasi

Juni 2006

15,53%

Mei 2006

15,60%

April 2006

15,40%

Maret 2006

15,74%

Februari 2006

17,92%

Januari 2006

17,03%

Desember 2005

17,11%

Nopember 2005

18,38%

Oktober 2005

17,89%

September 2005

9,06%

Agustus 2005

8,33%

Juli 2005

7,84%

Juni 2005

7,42%

Mei 2005

7,40%

April 2005

8,12%

Maret 2005

8,81%

Februari 2005

7,15%

Januari 2005

7,32%

Desember 2004

6,40%

Nopember 2004

6,18%

2003

5,10%

2002

10,00%

2001

12,60%

Sumber: Bank Indonesia

Untuk menanggulanginya terjadinya inflasi BI bisa melakukan Kebijakan uang ketat


meliputi :
1.

peningkatan tingkat suku bunga;

2.

penjualan surat berharga (SBI);

3.

peningkatan cadangan kas;

4.

pengetatan pemberian kredit

Dalam pemulihan perekonomian makro, tim ekonomi pemerintah, harus mampu


menciptakan kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single
digit, sekitar 8 persen. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest
rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling ketergantungan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
Di sisi lain, dengan diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku
bunga perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak.
Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga
kerja dalam jumlah yang lebih besar secara bertahap, sehingga pendapatan masyarakat
akan ikut naik. Dalam rangka meningkatkan iklim investasi secara nasional guna
menanggulangi dan meningkatkan di berbagai sektor riil. Selain itu, pemerintah
semestinya memfokuskan Free Trade Zone (FTZ) atau Zona Perdagangan Bebas, yang
belum lama ini digagas Wapres Jusuf Kalla. Tidak kurang tujuh daerah baru yang akan
ditunjuk untuk itu. Salah satunya adalah Propinsi Sumatra Utara. Namun, lokasinya
belum ditetapkan. Namun sayang, pemerintah daerah setempat kurang meresponsnya
dengan alasan tak jelas atau mungkin ketidaksiapan pemda, sehingga daerah ini akan
kehilangan peluang untuk ditunjuk menjadi calon lokasi FTZ.
Adanya FTZ ini, semua ekonom sepakat bahwa FTZ adalah salah satu pilihan upaya yang
efektif mendinamisasi atau bahkan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di satu
kawasan. Para Perencana Wilayah mempunyai banyak pilihan untuk itu. Sebut saja,
penetapan satu kawasan menjadi satu cluster bussines center (CBC), kawasan daerah
pertumbuhan atau bahkan dalam kerangka kerja sama multilateral seperti IMT-GT
(Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle, Segitiga Pertumbuhan Indonesia,
Malaysia, dan Thailand).

Demikian pula halnya dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area, daerah perdagangan bebas
ASEAN). Dalam persfektif lokal yang relatif sama, Batam juga dimaksudkan untuk itu.
Dan kita bisa menyaksikan betapa besar kontribusi Otorita Batam sebagai daerah
kawasan industri dan perdagangan bebas kepada kemajuan Provinsi Riau yang kemudian
mampu mendorong terbentuknya satu Provinsi baru, Kepulauan Riau.
Bentuk perdagangan bebas dalam bentuk cluster kecil dalam satu negara, misalnya
Batam (dulu ada juga Pulau Sabang) atau antara beberapa negara seperti AFTA, APEC,
dan NAFTA merupakan implementasi daripada integrasi ekonomi yang bertujuan
memacu atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sebagaimana diutarakan
Kindledger dan Linders (1978). Ada lima bentuk perdagangan yakni ;
1.

Kawasan perdagangan bebas,

2.

Custom union,

3.

Pasar bersama,

4.

Economic union, dan

5.

Supranational union.

Dalam perspektif terbatas, kawasan perdagangan bebas (FTZ), hanya mengambil


sebagaian kecil daripada dimensi integrasi ekonomi itu. Hal itu terutama dimaksudkan
untuk memperluas pasar, manfaat timbal balik dari perdagangan dan sebagai katalis
untuk mencapai pertumbuhan dan pembangunan tatanan perekonomian nasional.
Ketika terjadi inflasi masyarakat akan menempatkan kebutuhan pangan sebagai prioritas
utama dalam belanja rumah tangga. Sedang kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan
dan kesehatan, tidak masuk dalam prioritas.
Untuk itu, sebaiknya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) betul-betul bekerja keras
meminimalisasi dampak inflasi terhadap ekonomi, terutama di tingkat rumah tangga,
dengan memberikan insentif dan stimulus dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dinilai cukup longgar pascakenaikan BBM.
Pasar modal merupakan alternatif menggali pembiayaan pembangunan. Pasar modal
memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan
dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (issuer), dengan adanya pasar modal pihak yang memiliki kelebihan
dana dapat menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan
(return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana
tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari
operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar
modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Pasar modal Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan sebagai bagian
instrumen perekonomian, dimana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para
peneliti maupun praktisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia. Komitmen
pemerintah Indonesia terhadap peran pasar modal tercermin dalam undang-undang
Republik Indonesia nomor 8 tentang pasar modal. Dimana dinyatakan bahwa pasar

modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah
satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.
Sebagai salah satu instrumen perekonomian maka pasar modal tidak terlepas dari
pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan ekonomi
mikro yaitu peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian
deviden, perubahan strategi atau perubahan strategis dalam rapat umum pemegang
saham, akan menjadi informasi yang menarik bagi para investor di pasar modal.
Selain lingkungan ekonomi mikro, perubahan lingkungan yang dimotori oleh kebijakankebijakan makro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun regulasi pemerintah dalam
sektor riil dan keuangan, akan pula mempengaruhi gejolak di pasar modal.
Menurunnya nilai tukar mata uang negara-negara Asia Tenggara terhadap Dolar, yang
dimulai dengan terdepresiasinya nilai tukar Bath Thailand terhadap Dolar Amerika
serikat, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara
termasuk Indonesia, yang meroket dengan angka tertinggi 15.000,00 rupiah per Dolar.
Konsekuensinya menggetarkan sendi sosial ekonomi bangsa yaitu dengan meningkatnya
laju inflasi dan yang tertinggi terjadi pada Desember 1998. Meningkatnya laju inflasi
mengakibatkan menurunnya tingkat penjualan pada perusahaan-perusahaan publik
sehingga laba yang mereka terima juga menurun Sejak terjadinya krisis moneter yang
kemudian diikuti oleh krisis ekonomi mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
valuta domestik menurun. Padahal kepercayaan masyarakat terhadap valuta domestik
merupakan kunci maju mundurnya ekonomi suatu negara, soalnya kepercayaan kepada
mata uang dengan pelaksanaan pemerintahan atau kondisi politik memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi (Makaliwe, Kontan 29 Januari 2001).
Kerugian yang dialami oleh perusahaan publik sebagai akibat memebengkaknya
kewajiban luar negerinya mengakibatkan merosotnya kinerja fundamental perusahaanperusahaan tersebut. Kemerosotan kinerja fundamental perusahaan atau emiten
ditanggapi negatif oleh investor sebagaimana tercermin pada kemerosotan harga
sahamnya dan indeksnya. Celakanya hampir seluruh emiten di Bursa Efek Jakarta,
menderita kerugian selisih kurs karena memiliki hutang luar negeri yang mencapai 600
persen tersebut
Pada sektor moneter terjadi penurunan kredibilitas bank sentral, perbankan, dan
lembaga keuangan lainnya. Dalam kondisi tersebut salah satu kebijakan pemerintah
adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga bank, yang tujuannya adalah untuk
menarik uang yang beredar di masyarakat dalam waktu yang relatif cepat, akibat buruk
yang ditimbulkan dari kenaikan tingkat suku bunga simpanan ini mengakibatkan
meningkatnya pula tingkat suku bunga kredit oleh bank, sehingga biaya bunga yang
ditangung oleh para debitor yang sebagian besar pada sektor usaha menjadi semakin
besar, hal ini mengakibatkan penurunan tingkat laba bahkan merugi. Merosotnya indeks
harga saham gabungan mengakibatkan menurunnya kinerja dari pasar modal tersebut.
Sebab keberhasilan pasar modal dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran sekuritas,
hal ini dipengaruhi oleh permintan para investor akan sekuritas di pasar modal, dan
indeks bursa adalah pengukur dari tingkat pengembalian pasar saham pada bursa efek
jakarta.

PENGANGGURAN DI INDONESIA
Membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti pulihnya nilai tukar
Rupiah terhadap dolar, menguatkan bursa saham, nilainya harga obligasi,
inflasi yang mengalami penurunan dan cadangan devisa yang naik,
memicu obtimisme pasar finansial.
Tetapi masyarakat tidak merasakan dampak dari perkembangan ekonomi
ini, setelah kenaikan BBm sebesar 126%, daya beli masyarakat menurun,
daya beli masyarakat menurun, investasi dalam negeri rendah dan
penganggur terus naik.
Pada bulan oktober 2005 terdapat sebanyak 106,9 juta angkatan kerjadan
95,3 juta diantaranya bekerja serta 11,6 juta orang penganggut. Selama
periode agustus 2004-oktober 2005, jumlah angkata kerja bertambah
sekitar 2,9 juta, sementara dalam periode yang sama jumlah
pertambahan tenaga kerja yang terserap hanya 1,6 juta orang.
Perkembangan ini dalam jelas menujukkan bahwa kesempatan kerja
adalah masalah yang serius di indonesia.
Masalah pengangguran ini kian lama kian mencemaskan katena jumlah
pengangguran dalam beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan
jmlah yang relatif besar. Pada tahun 2001, jumlah pengangguran telah
mencapai 8,0 juta orang (8,10% dari angkatan kerja). Kemudian tahun
2002 meningkat menjadi 9,1 juta (9,06%), tahun 2003 mencapai 9,8 juta
(9,57%), tahun 2004 mencapai 10,3 juta(9,86%) dan pada tahun 2005
mencapai 10,9 juta (10,26%).
Pada tahun 2005 juga, ekonomi indonesia mengalami perumbuhan di atas
5% dan dalam tahun 2006 ini asumsi pertumbuhan ekonomi di atas 5%
tampaknya masih dapat diwujudkan. Yang menjadi pertanyaan, apakah
pertumbhan ekonomi tersebut pro-penciptaan lapangan kerja atau
sebaiknya?pertanyaan ini semakin nyaring kedengarannya katena dalam
beberapa bulan terakhir ini semakin sering terdengar atau diberitakan
bahwa beberapa perusahaan berencana mengurangi jumlah karyawannya
karena
berbagai
hal.
Alasan
yang
paling
menonjol
adalah
ketidakmampuan
perusahaan
bersangkutan
bersaing
di
pasar
internasional dan pasat lokal sebagai akibat meningkatnya biaya energi
dan belum turunnya biaya yang seharusnya tidak perlu seperti halnya
biaya yang berkaitan dengan birokrasi.
Laju Pertumbuhan Indonesia

Bulan Tahun

Tingkat Inflasi

2001

1,60%

2001

3,80%

2003

4,30%

2004

triwulan. I-2005

6,40%

triwulan. II-2005

5,50%

triwulan. III-2005

5,30%

triwulan. IV-2005

4,90%

triwulan. I-2006

4,60%

Sumber: Bank Indonesia


Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah
masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal
tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih
besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat
disediakan. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor
penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah
terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia.
Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber
daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah
daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi
dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya
pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran
penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan
terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari
orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali.

Masalah pengangguran jika dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar


kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial
ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka
kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan
besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang
senantiasa menghantui masyarakat kita.
Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan
harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri.
Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini
pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus
hubungan kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat,
jutaan penganggur juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan
menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu
krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya.
Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang
baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan
pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial
bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan.
Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak
kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan
memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di
negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke
sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor
formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan
pekerjaan sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang
berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai
joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para
pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar.
Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang
mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari
mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual
narkoba, dan sebagainya.
Masalah pengangguran tidak hanya menerpa masyarakat kalangan bawah
saja.
Masyarakat
yang
dirasa
berkecukupan
pun
mengalami
permasalahan tersebut. Banyak faktor yang mendukung terhadap
permasalahan pengangguran, antara lain:
1.

Faktor Kemiskinan.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat
miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan
biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi
seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ada orang dalam

yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu


juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa
seorang calo dengan memberikan uang jerih payah. Dan nominal
uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak
mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.

2.

Faktor Pendidikan.
Banyaknya anak putus sekolah juga merupakan salah satu faktor
yang menunjang pengangguran. Karena untuk bekerja di zaman
sekarang, harus bisa calistung (baca, tulis,hitung) minimal tamatan
SLTP. Itupun hanya pekerjaan berkisar Pembantu Rumah Tangga
(PRT), Baby Sitter, dan lain-lain. Namun, di era globalisasi sekarang
sudah ada agen baby sitter dan PRT. Jadi semakin sulit anak yang
putus sekolah itu mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan
layak.
Dari Pendidikan juga belum ada kurikulum yang mampu
menciptakan dan mengembangkan kemandirian Sumber Daya
Manusia yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

3.

Faktor Keahlian
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan
inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu
mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa
menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue,
membuat prakarya, dan lain-lain. Tetapi, masyarakat Indonesia pada
umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena
itu pula pengangguran tercipta.

4.

Faktor Budaya
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi
di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini
dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup
berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan
segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan
dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan
proses.

5.

Faktor Pasaran
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang
melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang

memenuhi standar di lapangan kerja tersebut. Data menyebutkan


bahwa Sejumlah 36,7 persen dari penganggur terbuka ini berusia
muda antara 15-24 tahun.(Kompas, Sabtu 12 Februari 2005).
Penganggur usia muda ini seharusnya adalah generasi muda yang
masih duduk di bangku sekolah. Maka telah terbukti, pembangunan
nasional di indonesia tergolong sangat lamban. Menteri Tenaga
Kerja Bomer Pasaribu mengungkapkan, hingga 10 tahun mendatang
masalah pengangguran di Indonesia belum bisa dituntaskan, hanya
bisa dikurangi. Penciptaan lapangan kerja sekarang ini hanya
berkisar 1,5 juta sampai dua juta per tahun. Padahal di samping
jumlah pengangguran sekitar 36 juta jiwa, setiap tahun ada
sebanyak 2,5 juta sampai 3,5 juta pekerja baru yang masuk pasar
tenaga kerja. (Kompas, Sabtu 24 Februari 2000).

Pengangguran terbuka bukanlah persoalan final yang mesti dihadapi.


Masih ada angka pengangguran setengah terbuka, yakni tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam per bulan. Menurut prediksi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) jumlah penganggur setengah terbuka
tahun 2004 mencapai 28,93 juta orang atau 27,5 persen dari total
angkatan
kerja.
(Kompas,
Sabtu
12
Februari
2004).
Permasalahan pengangguran ini berdampak buruk bagi pemerintah.
Karena
menghambat
program
pemerintah
dalam
pemerataan
pembangunan,
juga
menghambat
program
pemerintah
untuk
memakmurkan bangsa Indonesia.Maka dari itu pemerintah membuat
solusi-solusi untuk mengurangi pengangguran. Pengangguran tidak bisa
dihilangkan tetapi hanya bisa dikurangi. Mengingat keadaan ekonomi
bangsa Indonesia itu sendiri yang masih belum mapan.
Untuk mengatasi masalah pengangguran pemerintah telah membuat 5
kebijakan. Antara lain:
Mengubah kebijakan politik ekonomi makro, agar merangsang
pertumbuhan ekonomi yang kemudian bisa menciptakan lapangan kerja
baru.
2.
Membuat kebijakan fiskal dan moneter yang juga ramah terhadap
tenaga kerja.
3.
Kebijakan ketiga, membangkitkan kembali kegiatan di sektor riil
terutama yang bergerak di sektor usaha kecil dan menengah (UKM).
4.
Melakukan reformasi di bidang pertanahan. Selama ini tanah untuk
kegiatan produksi, lebih banyak dikuasai secara terbatas oleh kalangan
terbatas pula.
5.
Kebijakan kelima yang secara khusus sedang digarap Depnaker
sekarang, ujar Pasaribu, melipatgandakan usaha peningkatan tenaga kerja
1.

di lingkungan keluarga yang berpendapatan kecil. Hal itu dilakukan


melalui kerja sama dengan kelompok pengusaha kecil dan menengah dari
Jepang. (Kompas, Sabtu 20 Februari 2000)
Pemulihan ekonomi juga merupakan alternatif utama yang dilakukan
pemerintah. Namun belum terlihat hasilnya, dikarenakan keadaan
ekonomi Indonesia juga yang terlibat hutang dengan luar negri.
Pemerintah juga mengajukan 2 kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran. Yaitu kebijakan makro (umum) dan kebijakan mikro
(khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan
pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter
berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang
melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan)
dan lainnya. Sedangkan kebijakan Mikro dijabarkan menjadi beberapa
poin. Antara lain:

Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari


kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam
dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara
optimal.

Melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang


tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan
penganggur.
Menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing
(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat
secara perorangan maupun berkelompok.
Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan
masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian
banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari
bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang
dapat didaur ulang.
Mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional.
Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan
dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan
menyalurkan para pencari kerja.

Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar


negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri.
Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled).
Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan
nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat
menentukan kualitas pendidikan.
Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI)
dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak
berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas,
penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya.
Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru,
justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah
penganggur.
Mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian
besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai
negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik
supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan
remuneratif. (Suara Pembaruan Daily, 7 September 2004)

Untuk merubah masyarakat pengangguran menjadi masyarakat yang


berpotensi memang tidaklah mudah. Ada beberapa langkah untuk
memecahkan masalah pengangguran , antara lain:
Pertama, dilihat dari sektor pendidikan, kita harus menumbuhkan budaya
baca dikalangan masyarakat. Agar masyarakat dapat lebih mengetahui
betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup mereka. Bisa
dilakukan dengan cara melakukan kegiatan belajar bersama dengan
gratis. Itu pun harus didukung oleh keterlibatan masyarakat. Masih dari
sektor pendidikan, untuk membantu program pemerintah dalam
mengurangi masalah pengangguran di Indonesia, perpustakaan membuat
seminar tentang menjadi manusia kreatif bagi generasi penerus bangsa.
Dan disebarkan melalui iklan-iklan ke berbagai media baik media cetak
maupun media elektronik tentang seminar tersebut yang diharapkan agar
pengangguran dapat teratasi.Solusi untuk mengatasi permasalahan
pengangguran tersebut bisa dilakukan dengan cara menjadikan seseorang
yang ahli dalam entrepreuneur. Karena seorang entrepreuneur itu sangat
membantu pemerintah dalam pemulihan ekonomi. Karena mereka
berperan dalam menambah produksi nasional, menciptakan kesempatan
kerja, membantu pemerintah mengurangi pengangguran, membantu
pemerintah dalam pemerataan pembangunan, menambah sumber devisa
bagi pemerintah, menambah sumber pendapatan negara dengan
membayar pajak, dan membantu pemerintah dalam memakmurkan
bangsa. Wirausaha pada sektor informal seperti PKL (pedagang kaki lima),
lebih mulia dibandingkan dengan lulusan sarjana yang tidak jelas
kerjanya.

Menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan


mempunyai keterampilan serta daya saing yang tinggi dalam persaingan
global juga mampu mengatasi perngangguran. Ini bisa dilakukan dengan
membangun semangat dan kekreatifan akan memulai bekerja.
Dimulai dengan mengemukakan sebuah slogan Cintailah produk dalam
negri. Karena, dengan membeli produk luar negri, berarti itu sama saja
telah menciptakan pengangguran di negri sendiri. Slogan ini harus
dilakukan dengan gencar. Karena banyak dari masyarakat Indonesia
umumnya kalangan menengah ke atas merasa gengsi untuk membeli
produk dalam negri.
Mungkin dengan solusi-solusi tersebut, kita bisa meminimalisir adanya
pengangguran di Indonesia. Intinya, Indonesia bisa bangkit dari
keterpurukan pengangguran dengan cara menanamkan pendidikan sedini
mungkin, yang didukung oleh fasilitas yang menunjang juga disertai
keterlibatan masyarakat dalam membantu menangani masalah
pengangguran tersebut.
Jadi, saya disini lebih menjelaskan kepada solusi agar Indonesia bangkit
dari keterpurukan dan pengangguran. Jika saya berbicara tentang
Indonesia yang bangkit dari keterpurukan, saya masih bingung. Karena
jika dlihat secara general, Indonesia memang belum bangkit dari
keterpurukan-keterpurukan yang ada. Contohnya, ekonomi yang masih
belum stabil, budaya yang lambat laun menghilang dengan adanya
peniruan budaya barat, agama yang kian lama terkikis sehingga banyak
timbulnya kiamat kecil seperti pelaku pencurian, pembunuhan, pelecehan
seksual, dan lain-lain yang jika kita lihat lagi kebelakang, salah satu
penyebab semua itu terjadi adalah penganggur yang membutuhkan uang.

KAITAN MASALAH PENGANGGURAN DAN INFLASI


Ada empat faktor yang menentukan tingkat inflasi. Pertama, uang yang
beredar baik uang tunai maupun giro. Kedua, perbandingan antara sektor
moneter dan fisik barang yang tersedia. Ketiga, tingkat suku bunga bank
juga ikut mempengaruhi laju inflasi. Suku bunga di Indonesia termasuk
lebih tinggi dibandingkan negara di kawasan Asia. Keempat, tingkat inflasi
ditentukan faktor fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu
oleh kebijakan pemerintah yang menarik subisidi sehingga harga listrik
dan BBM meningkat. Kenaikan BBM tersebut cukup memberatkan
masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier effect,
mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam proses
produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.

Tingginya angka inflasi selanjutnya akan menurunkan daya beli


masyarakat. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti
sebelumnya, para pekerja harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar
tingkat inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barangbarang yang diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi tidak ada
yang membeli maka akan banyak perusahaan yang berkurang
keuntungannya. Jika keuntungan perusahaan berkurang maka perusahaan
akan berusaha untuk mereduksi cost sebagai konsekuensi atas
berkurangnya keuntungan perusahaan. Hal inilah yang akan mendorong
perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhnya dengan memPHK para buruh. Salah satu dari jalan keluar dari krisis ini adalah
menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai tukar rupiah tidak hanya
tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga investor asing
(global investment society) mengalirkan modalnya masuk ke Indonesia
(capital inflow). Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi adalah
penting dalam rangka mengendalikan angka pengangguran setiap
tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan
dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang
tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka
pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap
perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran,
yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pada tahun 1980-an, pengangguran terbuka di Indonesia meningkat
hampir dua kali lipat yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2
persen pada tahun 1990. Pertumbuhan pengangguran di perkotaan lebih
tinggi daripada di pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen pada tahun
1980 menjadi 6,1 persen pada tahun 1990. Sebaliknya tingkat
pengangguran di pedesaan menurun secara drastis yaitu dari 1,4 persen
menjadi 0,1 persen.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran selama periode 1980 1990
pada semua tingkat pendidikan memper-lihatkan kecenderungan yang
meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan kerja berpendidikan di bawah
Sekolah Dasar yang menganggur paling rendah sedangkan yang
berpendidikan tinggi adalah yang paling tinggi, yaitu meningkat dari 1,8
persen pada 1980 menjadi 15,9 persen pada 1990.
Selanjutnya, tingkat pengangguran di kota Indonesia selama periode
1971-1980 relatifnya rendah dan memperlihatkan kecenderungan yang
menurun. Menurut Manning, kadar pengangguran rendah ini disebabkan
karena:
besarnya kemampuan sektor informal menyerap, bahkan menarik
sejumlah besar penganggur,
2.
tingkat
investasi
pemerintah
yang
tinggi
dalam
projek
pembangunan dan prasarana sosial (sekolah, klinik kesehatan dan lainlain), dan
1.

pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan adanya peluang


pekerjaan baru di luar bidang usaha tani di pedesaan.
3.

Jumlah penduduk, angkatan kerja dan tingkat pengangguran di


Indonesia
1980
2002 Uraian

1980

1985

1990

1995

2000

2002

Penduduk *

148,0

164,6

179,4

194,8

206.63
0

211.10
0

Angkatan Kerja**

52.42
1

63.82
6

77.80
3

86.36
1

95.651

100.80
0

Bekerja**

51.55
3

62.45
8

75.85
1

80.11
0

89.538

91.600

Pengangguran**

868

1.368

1.952

6.251

5.858

8.900

Tkt Pengangguran

1,7%

2,1%

2,5%

7,2%

6,1%

9,1%

KESIMPULAN

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara


terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam
barang itu nik dengan persentase yang sama. Inflasi dapat digolongkan
menjadi berikut ini: Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya inflasi,
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya, dan Penggolongan inflasi didasarkan pada
asal inflasi. Beberapa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut: Dampak
terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan, Inflasi dan Perkembangan
Ekonomi, Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat, Berpengaruh langsung
terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat, Adanya penyesuaian suku
bunga riil, Pengaruh terhadap tingkat bunga output secara keseluruhan,
dan Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi. Selain itu juga
inflasi bersumber dari Inflasi inersial, Inflasi Tarikan Permintaan dan
Ekspektasi inflasi inersial. Inflasi juga memiliki faktor penyebab yaitu
Penawaran uang, Pendapatan Nasional, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku
Bunga SBI. Sedangkan cara mencegah inflasi terdiri dari : Kebijaksanaan
Moneter, Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan
Output, Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu
masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.Berdasarkan pengertian
diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi Pengangguran Terselubung,
Setengah Menganggur,Pengangguran Terbuka. Berdasarkan penyebab
terjadinya
pengangguran
dibedakan
menjadi
Pengangguran
konjungtural, Pengangguran
struktural,
Pengangguran
friksional,Pengangguran
musiman,
Pengangguran
teknologi,
Pengangguran siklus. Terdapat Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya pengganguran yaitu Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang


dengan Kesempatan Kerja, Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang,
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga
terdidik tidak seimbang, Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan
Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia, Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang. Inflasi
memiliki berbagai dampak antara lain Dampak Pengangguran terhadap
Perekonomian suatu Negara, Individu yang Meng-alaminya dan
Masyarakat. Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan
cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis seperti
Pengangguran Struktural, Pengangguran Friksional, Pengangguran
Musiman, Pengangguran Siklus.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/tags/jenis-inflasi
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html
Gunawan; 2000; Pengangguran Hanya Bisa Dikurangi; Jakarta; Kompas.
Hidayati, Nur; 2005; Menghitung Angka Pengangguran dan Harapan Yang Raib; Jakarta;
Kompas.

dampak inflasi terhadap pengagguran

Inflasi dan pengangguran secara teoritis terkait. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh
ekonom Inggris bernama A.W. Phillips pada tahun 1958 yang mengemukakan adanya
hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran di Inggris. Dalam penjelasannya, Phillips
menggambarkan hubungan tersebut dalam sebuah kurva yang kemudian dikenal dengan
Kurva Phillips
Secara garis besar, hubungan yang terjadi dalam kurva Phillips adalah apabila terjadi suatu
tingkat inflasi yang rendah, maka akan diiringi oleh tingginya tingkat pengangguran.Namun,
seiring dengan perkembangan zaman, banyak perubahan yang mengiringi variabel - variabel
ekonomi secara global maupun regional. Dampaknya juga terimbas pada penerapan kurva
Phillips. Banyak ekonom yang tidak setuju dengan konsep dasar dari kurva Phillips ini, yaitu
adanya hubungan negative antara inflasi dengan pengangguran.
Kritik ini dimulai dengan tanggapan Milton Friedman pada tahun 1976 yang mengatakan
bahwa teori dasar dari kurva Phillips ini hanya terjadi pada jangka pendek, tetapi tidak dalam
jangka panjang, karena pada jangka pendek masih berlaku harga kaku 'sticky price',
sedangkan pada jangka panjang berlaku harga fleksibel. Dengan kata lain, tingkat
pengangguran bagaimanapun juga akan kembali pada tingkat alamiahnya. Dan hubungan
yang terjadi antara inflasi dan pengangguran ini menjadi positif .
Secara ringkas inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang-barang umum. Dengan
kenaikan harga-harga barang tersebut, perekonomian akan mengalami ketidakstabilan dan
akan mempengaruhi perilaku baik itu masyarakat ataupun pemerintah. Dengan naiknya
harga-harga, maka minat masyarakat untuk menabung cenderung turun. Kemudian untuk
menarik uang dari masyarakat, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga yang berakibat
turunnya minat untuk investasi, yang berarti adanya kecenderungan penurunan akumulasi
modal sehingga pertumbuhan dan kestabilan perekonomian akan terganggu.
Perkembangan inflasi di Indonesia menunjukkan fluktuasi yang bervariasi dari waktu ke
waktu. Inflasi mulai menjadi perhatian ketika adanya krisis pada tahun 1960-an dimana
Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 650% sehingga perekonomian terguncang dengan
hebat. Tetapi kemudian tekanan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan kebijakan antiinflasi, sehingga pada Repelita II, III, dan IV inflasi menurun menjadi sebesar 14.77%, 13.6%
dan 6.9%. Tetapi kemudian krisis kembali menghantam negeri ini pada tahun 1998 yang
berdampak pada semua aspek kehidupan.
Berbicara masalah pengangguran, berarti membicarakan masalah sosial dan ekonomi, karena
pengangguran selain menyebabkan masalah sosial juga memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara khususnya negara yang masih berkembang seperti
Indonesia ini.

NERACA PEMBAYARAN
Neraca pembayaran suatu Negara sangat menentukan keadaan perekonomian Negara
tersebut. Indonesia merupakan negara membangun yang perekonomiannya masih bersifat

terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya
fundasi yang kokoh yang dapat membentengi suatu negara agar tidak sepenuhnya dapat
terpengaruh dari dunia luar, seperti apa yang terjadi pada 10 tahun yang silam ketika negara
Thailand mulai menunjukkan gejala krisis, orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak
akan bernasib sama. Fundamental ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk menahan
kejut eksternal akibat kejatuhan ekonomi Thailand. Tetapi ternyata guncangan keuangan yang
sangat hebat dari negara Thailand ini berimbas kepada perekonomian Indonesia, kekacauan
dalam perekonomian ini menjadi awal dan salah satu faktor penyebab runtuhnya
perekonomian Indonesia termasuk terjebaknya Indonesia ke dalam dilema utang luar negeri.
Selain faktor dari luar, salah satu penyebab krisis yang terjadi di Indonesia juga berasal dari
dalam negeri, yaitu proses integrasi perkonomian Indonesia ke dalam perekonomian global
yang berlangsung dengan cepat dan kelemahan fundamental mikroekonomi yang tercermin
dari kerentanan sektor keuangan nasional, khususnya sektor perbankan, dan masih banyak
faktor-faktor lainnya yang berperan menciptakan krisis di Indonesia.Krisis keuangan di
Thailand menyebar secara cepat ke Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, karena pasar
keuangan global, maka pasar keuangan domestik juga dengan cepat telah ikut terpengaruh
krisis keuangan global yang terjadi pada saat itu. Krisis ekonomi telah membawa dampak
yang serius terhadap perekonomian Indonesia, yang menimbulkan stagflasi dan instabilisasi
perekonomian.

Penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, juga sebagian negara-negara di


ASEAN, adalah ketimpangan neraca pembayaran internasional. Defisit current account
ditutup dengan surplus capital account, terutama dengan modal yang bersifat jangka pendek
(portofolio invesment), yang relatif fluktuatif. Sehingga, apabila terjadi rush akan
mengancam posisi cadangan devisa negara, akhirnya akan mengakibatkan terjadinya krisis
nilai tukar mata uang nasional terhadap valuta asing. Hal inilah yang menyebabkan beban
utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, bertambah berat bila
dihitung berdasarkan mata uang rupiah.

Vous aimerez peut-être aussi