Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
40
A. PENDAHULUAN
Gagal jantung atau sering juga disebut Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen
dan nutrisi (Smelter, Suzanne,2002, hlm. 805).
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart & Laraia, 2005;Agustarika,2009). Berbagai teori
dikembangkan mengenai factor predisposisi :
1). Biologi (Fisik)
Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan
dengan penyebab psikologis. (Sullivan & Coplan, 2000; Agustarika, 2009). Beberapa individu yang
mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial dan perasaan menyangkal
terhadap kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat berat bahkan ke arah panik. Salah
satu faktor penyebab secara fisik yaitu adanya gangguan atau ketidak-seimbangan pada fisik
seseorang.
a). Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara lain gangguan otak dan
saraf (neurologis) seperti cedera kepala, infeksi otak, dan gangguan telinga dalam, gangguan
jantung, seperti kelumpuhan jantung dan irama jantung yang abnormal (aritma), gangguan
hormonal (Endrokrin) seperti kelenjar andrenal atau thyroid terlalu aktif, , gangguan paruparu (pernafasan) berupa asma, paru-paru obstruktif kronis atau COPD (Medicastore, 2011).
b). Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik
Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmmiter Gamma
Aminobutyric Acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk
pengeluaran
ansietas.
Mekansime
kerja
terjadinya
ansietas
diawali
dengan
penghambatan neurotransmmiter di otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai
atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti
oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan
kemudian sel beraktifitas dengan lamban (Stuart & Laraia,2005; Agustarika,2009). Mekanisme
biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses
neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi
bergerak dari sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak
bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi tertentu,
yang menyebabkan kecemasan. (Medicinet, 2011).
2). Psikologis
Pendapat yang dikemukan oleh Taylor (ed Leonard,2010) Kecemasan merupakan
pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi
umum dan ketidak-mampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman pada individu.
Izzudin (2006) Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas sesuatu yang mengancam
pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui penyebab dari kecemasan
tersebut. Freud (dalam Arndt, 1974; Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan
menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber
ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutantuntutan dari superego. Freud juga mengatakan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti
bahwa ego yang menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak (Mc.Quade and
Aikman,1987).
Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ; Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ego disebut sebagai
eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi
lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang
akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif
ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering
bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya
kecemasan.
3). Sosial Budaya
Cara hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya ansietas (Tarwoto
& Wartonah, 2003; Agustarika, 2009). Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan
mempunyai. falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami ansietas.
Budaya seseorang juga dapat menjadi pemicu terjadinya ansietas. Hasil survey yang dilakukan
oleh Mudjadid,dkk tahun 2006 di lima wilayah pada masyarakat DKI Jakartadidapatkan data bahwa
tingginya angka ansietas disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya yang
mengikuti perkembangan kota (dalam Agustarika, 2009). Namun demikian, factor predisposisi di
atas tidaklah cukup kuat menyebabkan sesorang mengalami ansietas apabila tidak disertai factor
presipitasi (pencetus).
Faktor resiko penyakit Gagal Jantung Kongestif (GJK) serupa dengan penyakit jantung koroner.
Faktor resiko tersebut adalah faktor resiko yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain faktor keturunan, jenis kelamin dan usia. Faktor
resiko yang dapat diubah antara lain pola makan, kebiasaan merokok, faktor keturunan, riwayat
Obesitas, riwayat Diabetes Mellitus (DM), tingginya kadar lipid, kurangnya aktifitas, stress, dan
riwayat Hipertensi.
Dalam penelitian ini ada dua faktor resiko yang tidak akan diteliti, yaitu faktor resiko tingginya
kadar lipid dan stress. Adapun alasan mengapa kedua faktor tersebut tidak diteliti adalah beberapa
peneliti sudah banyak yang mengambil penelitian tentang faktor tersebut terhadap penyakit Gagal
Jantung Kongestif, dan hasilnya sebagai berikut : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peter J.
Havel, Ph.D. pada bulan Desember 2007, mengemukakan bahwa tingginya kadar lipid dapat
memicu terjadinya penyakit jantung. (Kadarusman, 2007, http://www. Hasil penelitian kadar lipid
terhadap penyakit jantung.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2009). Penelitian di RSCM yang
dilakukan pada tahun 1998 juga mengemukakan bahwa stress mempunyai resiko yang sangat
tinggi terhadap penyakit jantung. (2008, http://www.Dipenogoro Health Association.com, diperoleh
tanggal 8 Juni 2008).
Data tentang penyakit gagal jantung di Indonesia, menurut hasil penelitian di Rumah Sakit Dr.
Pirngadi Medan pada tahun 2007 penyakit jantung termasuk penyakit yang sangat berbahaya, dan
angka kematian akibat penyakit jantung terus meningkat. Dari 852 penderita yang diteliti terdapat
526 orang pria (61.74%) dan wanita 326 orang (38.26%) yang menderita penyakit Gagal Jantung.
Umur penderita berkisar antara 15-84 tahun dengan umur rata-rata 55 14 tahun dan dengan
kelompok usia terbanyak : 55 - 64 tahun (32.9%).
Begitu pula dengan penderita penyakit jantung di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
pada periode bulan September-Desember 2008 mengalami peningkatan yang berarti dibanding
dengan tahun lalu. Pada bulan September tahun 2008 angka penderita penyakit jantung berjumlah
12 orang, pada bulan Oktober tahun 2008 berjumlah 24 orang, pada bulan November tahun 2008
berjumlah 29 orang, dan pada bulan Desember tahun 2008 berjumlah 40 orang.
Berdasarkan beberapa studi pendahuluan di berbagai Rumah Sakit, angka kejadian
penyakit Gagal Jantung Kongestif yang paling tinggi adalah di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
41
Karena tempat tersebut merupakan tempat rujukan dari berbagai Rumah Sakit di Jawa Barat. Di
Rumah Sakit Cibabat Cimahi jumlah pasien Gagal Jantung Kongestif selama 3 bulan terakhir
berjumlah 5 orang, pihak rekam medik mengatakan apabila terdapat pasien Gagal Jantung, pihak
Rumah Sakit langsung merujuk ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Begitupun dengan Rumah
Sakit Al-Ihsan, jumlah pasien Gagal Jantung selama 3 bulan terakhir, tidak jauh berbeda dengan
RS Cibabat Cimahi, yaitu 7-9 orang.
Data-data di atas menunjukan bahwa penyakit Gagal Jantung Kongestif dapat ditimbulkan
oleh beberapa faktor resiko, maka dalam hal ini perawat berperan menjadi Health Educator baik
dalam pencegahan penyakit Gagal Jantung Kongestif maupun dalam memberikan pendidikan
kesehatan supaya tidak menjadikan penyakit jantung itu sendiri menjadi penyakit yang lebih berat
lagi.
Berdasarkan dari data-data dan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif di
Ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode yang digunakan
adalah deskriptif,
Gambaran ini dianalisa dengan cara mengumpulkan data, menggunakan kuesioner atau angket
yang terkait dengan pengukuran faktor resiko yang menyebabkan penyakit Gagal Jantung
Kongestif kemudian dari data yang terkumpul dijumlahkan sesuai faktor resiko dan
diprosentasekan.
42
Faktor resiko
yang tidak
dapat diubah :
- Keturunan
- Jenis kelamin
- Usia
-Riwayat
Hipertensi
43
Variabel
Definisi
Definisi
Konseptual
Operasional
Alat Ukur
Kuesioner
Cara
Hasil
Skala
Ukur
Ukur
Ukur
Angket
penyakit
perilaku manusia
bila pasien
Gagal
dalam memenuhi
Cenderung
mengkonsumsi
Jantung
kebutuhannya akan
mengkonsumsi
makanan yang
Kongestif
makanan yang
makanan rendah
rendah lemak,
meliputi sikap,
tinggi serat
kepercayaan, jenis
rendah lemak.
2. Tidak tepat
makanan, frekuensi,
pasien
mengkonsumsi
pemilihan makanan.
makanan
Ordinal
bila
yang
tinggi kolesterol
2
- Kebiasaan Merokok
Suatu kegiatan
Kuesioner
Angket
Diukur
berdasarkan Ordinal
adalah suatu
dimana seseorang
kegiatan menghisap
pernah atau
1. Merokok
rokok.
mempunyai
2. Tidak merokok
Kebiasaan
menghisap rokok.
yang
dihabiskan
perhari:
1. 20 batang
2. < 20 batang
Jenis
rokok
yang
biasa dikonsumsi:
1. Tembakau
2. Kretek
3. Filter
44
- Faktor keturunan
Ada tidaknya
Kuesioner
Angket
saudara sedarah
sedarah yang
menurun dari
yang mempunyai
mengalami hal
generasi
penyakit serupa.
yang sama
sebelumnya.
Ordinal
2.Tidak ada
Jenis
1.Ada keluarga
Kuesioner
Angket
jasmani yang
1. Laki-laki
Nominal
2. Perempuan
rohani membedakan
membedakan seseorang.
dua makhluk
wanita
dan pria.
5
- Riwayat Obessitas
Kondisi seseorang
Kuesioner
Angket
1.Pernah mengalami
atau kegemukan
dimana seseorang
didefinisikan sebagai
tersebut pernah
suatu keadaan
mengalami
mengalami berat
dimana seseorang
kelebihan berat
badan lebih.
pernah mengalami
kelebihan berat
berdasarkan
pengalamannya
lalu ataupun
Tentang
sekarang.
peningkatan berat
Ordinal
Riwayat
didefinisikan
suatu
DM Keadaan dimana
Angket
1.Pernah
mempunyai
riwayat DM.
dimana
pernah
didiagnosa
oleh
Kuesioner
Ordinal
2.Tidak mempunyai
riwayat DM
dokter
mempunyai penyakit
DM.
7
- Kurangnya aktifitas
Kegiatan
fisik adalah
seseorang dimana
Kuesioner
Angket
1.Rutin dalam
Ordinal
melakukan
4
5
seseorang tersebut
olahraga (2-3
rutin dalam
kali/minggu)
Melakukan
melakukan
minggu).
yang diukur
olahraga (2-3
berdasarkan
kali/minggu)
keteraturan dalam
berolahraga (2-3
dilakukan :
kali/minggu).
1. Jalan Cepat
2. Senam
3. Aerobik
Lama berolahraga :
1. 30 menit
2. < 30 menit
- Usia adalah
pada
saat
tahun terakhir.
Kuesioner
Angket
1. <40 tahun
Ordinal
2. 40-59 tahun
dihitung dalam
3. >60 tahun
- Riwayat Hipertensi
Riwayat Hipertensi
Kuesioner
Angket
1. Mempunyai riwayat
adalah peningkatan
adalah keadaan
tekanan darah
seseorang dimana
2. Tidak mempunyai
dimana sistolenya
seseorang tersebut
riwayat Hipertensi
mempunyai riwayat
Hipertensi.
Ordinal
Hipertensi
dari 90 mmHg.
46
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Gagal Jantung Kongestif yang dirawat di
ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode juni sampai dengan juli 2009.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, dimana
pengambilan sample secara Purposive ini didasarkan pada suatu pertimbangan atau kriteria
tertentu, seperti yang tercantum di bawah ini:
a; Semua pasien Gagal Jantung Kongestif yang telah di diagnosa oleh Dokter, yang dirawat di
ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama penelitian berlangsung, yaitu tanggal 20
Juni-11 Juli 2009.
Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dengan mengunakan instrumen
yang digunakan berupa angket yang mengacu pada pertanyaan terhadap faktor resiko yang
menyebabkan Gagal Jantung Kongestif yang terdiri dari 14 pertanyaan tertutup.
Instrumen terdiri dari 9 faktor resiko yaitu, faktor keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan,
kebiasaan merokok, riwayat Obessitas, riwayat penyakit DM, kurangnya aktifitas fisik, dan riwayat
Hipertensi. Masing-masing faktor akan dirinci lagi dengan pertanyaan yang lebih spesifik yang
mengacu pada faktor resiko terjadinya Gagal Jantung Kongestif.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, dengan menggunakan
persentase dan frekuensi sehingga bisa melihat kecenderungan dan gambaran faktor resiko pada
pasien Gagal Jantung Kongestif yang dirawat di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
47
Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata dari 30 responden yang dilakukan penelitian
terdapat 15 pasien yang mempunyai riwayat keturunan penyakit Gagal Jantung Kongestif pada
keluarganya atau setengahnya (50%). Faktor familial dan genetika mempunyai peranan bermakna
dalam patogenesis penyakit jantung serta pertimbangannya penting dalam diagnosis,
penatalaksanannya dan pencegahannya. Seperti kebanyakan penelitian genetika, riwayat keluarga
yang adekuat penting untuk menilai kemungkinan peranan hereditas dalam penyakit jantung.
(Kaplan, 1994, hlm. 121).
Pada faktor jenis kelamin, dari 30 responden sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 16 orang (53,33%). Menurut Smeltzer (2002), angka kematian pada
semua umur laki-laki lebih tinggi daripada angka kematian wanita karena tingkat estrogen pada
wanita dapat melindungi dari penyakit jantung, namun penelitian yang dilakukan pada tahun 2001
oleh perkumpulan ahli jantung di Amerika, mengemukakan bahwa memang semula penyakit
jantung kebanyakan diderita oleh kaum laki-laki, dihubungkan dengan kebiasaan merokok,
minuman keras serta akivitas yang lebih tinggi. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, penyakit
mematikan ini juga menjadi penyebab kematian nomor satu pada perempuan. Mungkin ada
hubungannya dengan gaya hidup perempuan yang kini hampir sama dengan laki-laki. Pada masa
reproduksi kemungkinan perempuan terkena penyakit Gagal Jantung Kongestif jauh lebih kecil
dibanding laki-laki, dengan rasio 1 : 7, namun memasuki masa menopause, risikonya meningkat
menyamai laki-laki. Banyak faktor berperan dalam mempercepat terjadinya penyakit jantung pada
wanita. Pertambahan usia menyebabkan penuaan pada sel-sel tubuh, termasuk sel jantung dan
pembuluh darah. Ini akan meningkatkan kejadian dan proses terjadinya penyakit Gagal Jantung
Kongestif. (2007, http://www.Perempuan Penderita Jantung Meningkat.com, diperoleh tanggal 28
Agustus 2009).
Pada faktor usia, menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, setengahnya
pasien yang mempunyai penyakit jantung berada pada rentan usia antara 40-59 tahun (50%).
Hampir setengahnya pasien yang berada pada usia < 40 tahun sejumlah 9 orang (30%).
Sedangkan sebagian kecil yang berada pada usia > 60 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20%). Hasil
penelitian ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Yoseph Chandra,
M.Kes tentang Hubungan Usia Terhadap Penyakit Gagal Jantung Kongestif, bahwa usia yang
paling rentan pada penyakit jantung adalah usia antara 30-90 tahun.
48
49
untuk memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah ke dalam arteri. Lama-lama otot
jantung menebal. Padahal penebalan atau pembesaran jantung ini mengakibatkan irama jantung
menjadi kaku sehingga irama denyut nadi tidak teratur. Pemompaan yang kurang efektif ini bisa
mengakibatkan gagal jantung. (Dr. Aziza, L, 2008, http://www. Definisi dan klasifikasi
hipertensi.com, diperoleh tanggal 31 Maret 2009).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1.Gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif yang tidak dapat diubah
antara lain :
a; Pada faktor keturunan dari 30 responden terdapat 15 responden atau setengahnya (50%)
yang memiliki faktor keturunan Gagal Jantung Kongestif dalam keluarganya.
b; Pada faktor jenis kelamin 30 responden terdapat 16 responden atau sebagian besar (53,3%)
yang berjenis kelamin perempuan dan terdapat 14 responden atau hampir setenganya
(46,7%) yang berjenis kelamin laki-laki.
c; Pada faktor usia, hampir setengahnya pasien yang berusia < 40 tahun sejumlah 9 orang
(30%), sebagian besar pasien yang berusia 40-59 tahun sejumlah 15 orang (50%), dan pasien
yang berusia > 60 tahun mencapai sebagian kecil yaitu sejumlah 6 orang (20 %) dari 30
responden.
2. Gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif yang dapat diubah
antara lain :
a; Pada faktor pola makan, dari 30 responden terdapat 29 responden atau hampir seluruhnya
(96,67%) yang memiliki pola makan yang tidak baik.
b; Pada faktor kebiasaan merokok, dari 30 responden terdapat 16 responden atau hampir
sebagian besar (53,3%) yang memiliki kebiasaan merokok.
c; Pada faktor riwayat Obessitas, dari 30 responden terdapat 13 responden atau hampir
setengahnya (43,3%) yang memiliki riwayat Obessitas.
d; Pada faktor riwayat Diabetes Mellitus, dari 30 responden terdapat 15 responden atau
setengahnya (50%) yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus.
e; Pada faktor kurangnya aktifitas fisik, dari 30 responden terdapat 27 responden atau hampir
seluruhnya (90%) yang tidak berolah raga secara rutin atau memliki aktifitas fisik yang kurang.
f; Pada faktor riwayat Hipertensi, dari 30 responden terdapat 20 responden atau sebagian besar
(66,7%) yang memiliki riwayat Hipertensi.
50
Rekomendasi
Bagi perawat yang merawat pasien dengan penyakit Gagal Jantung Kongestif untuk memberikan
informasi tentang faktor resiko penyakit Gagal Jantung Kongestif melalui promosi kesehatan.
Diharapkan dengan promosi kesehatan ini dapat mencegah faktor-faktor pemicu terjadinya Gagal
jantung Kongestif, serta dapat meningkatkan pengetahuan pasien Gagal Jantung Kongestif dalam
memelihara kondisi supaya tidak menjadikan penyakitnya menjadi penyakit yang lebih berat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi IV). Jakarta : Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2008). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Barbara K Timby, RN,C,BS. (1999). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott.
Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical management for continuity
of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.
Dinkes Jawa Barat, 2007. Profil Kesehatan Jawa Barat; Dinkes Jawa Barat.
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC.
Hasil Penelitian Lipid, (2007, http://www.Hasil Penelitian Kadar Lipid Terhadap Penyakit
Jantung.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2009).
Hidayat, A. Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI). Jakarta: EGC.
Kaplan, S. (1994). Pencegahan penyakit jantung koroner. Jakarta:EGC.
Klasifikasi Hipertensi, (2008, http://www.Definisi Dan Klasifikasi Hipertensi.com, diperoleh tanggal
31 Maret 2009).
Kurangnya Aktifitas Terhadap Penyakit Jantung, (2008, http://www.Penyakitinfogue.com, diperoleh
tanggal 28 januari 2009).
Mary Courtney M. (1997). Terapi Diet dan Nutrisi. (Edisi II). Jakarata : Hipokrates.
Obessitas, (2008, http://www.Artikel Obesitas Terhadap Penyakit Jantung.com, diperoleh tanggal
10 Januari 2009).
Penelitian stress, (2008, http://www.Dipenogoro Health Association.com, diperoleh tanggal 8 juni
2008).
51
Lebih
Tinggi
Menderita
Penyakit
Jantung
Dibanding
Laki-Laki,
(2007,
52