Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka
sistem pernafasan harus di jaga dari patogen patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan
manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari
saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara
berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita
asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun
1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali
lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%.
National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta
penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal
of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti,
44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku
terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik
44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen
dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5%
orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per
tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh
karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan
Keperawatan Klien dengan Asma.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi fisiologi dari Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari
hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas
dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan
berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 10 cincin kartilago.
5. Bronkus,
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan
mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus
kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus,
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu
bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi.Keduanya berdiameter 1 mm. Bronkiolus
terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini.Sebagian kecil hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
7. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus
respirasi.Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai
tempat pertukaran gas.Diperkirakan paru-paru mengandung 300 juta alveolus (luas permukaan
100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang
sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru.Surfaktan ini berfungsi
menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
8. Paru Paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura.Pleura terdiri dari
pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian
luarnya.Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.Banyaknya
cairan ini lebih kurang 10 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama
respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan
arteri bronkialis.
2.2. Definisi asma bronkial
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena
spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak
& Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan
bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al,
1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat
pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema.Faktor
pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.
(Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan
mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang
kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk.Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi
lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru.Bermacam-macam
benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu
dapat memicu serangan.(Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan
batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam
paru-paru).Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap
rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan
bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara
melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan
berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada.(Columbia Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah
penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan
disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan
3. Asma gabungan
Bentuk asma ynag paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non
alergik
2.4 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu
binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi
makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab
asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan
kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine),
pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma.
Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau
stres.
2.5 Manifestasi Klinis
a)
Tanda
Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan ditemukan
tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai
berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda
peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan
dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi
penggunaan Preak Flow Meter.
Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam
pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat, batuk,
gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah tidur, turunnya
toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan penurunan prestasi dalam
penggunaan Preak Flow Meter.
b)
Gejala
Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan batuk
yang hebat, napas berat ngik-ngik, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan
berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan
cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung mengembang
dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke
dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah
sekitar mulut (sianosis), serta angka performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah
berbahaya (biasanya di bawah 50% dari performa terbaik individu).
2.6 Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya
stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi
antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia.Antibodi yang
dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast
(mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:
a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang
menimbulkan bronkospasme.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
2.7 PATHWAY
Rangsangan non imunologi
(virus,infeksi,fisik,mekanis)
Rangsangan imunologi
(antigen)
Sel mast
Sel epitel
Sel makrofag
Sel eosinophil
Sel limfosit
Sel saraf otonom
-
Reflex akson
Neuropeptide
mediator keradangan
otot poloskontraksi
kemotaksis
Respon granulostik
Netrofil
Eosinophil
Basophil
Activated mononuculer cells
Makrofag
Limfosit
Mediator keradangan
Sembah saluran nafas
Keradanngan sel
Sekresi mukosa
Permealibilitas mukosa
Dan pembuluh darah
Airway hypereponsiveness
ASMA
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a.
b.
c.
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a.
Memberikan penyuluhan.
Pemberian cairan.
Fisiotherapy.
b.
Pengobatan farmakologik :
1)
a)
2)
Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
3)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
4)
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)
b) Keluhan utama
Batuk, nafas pendek
c) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan sesak nafas, keringat dingin
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
e) Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
Dada
Inspeksi
1. Dada posterior dengan posisi duduk
2. Membandingkan dada kanan dan kiri dari atas ke bawah
3. Kulit Thorax : Hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan gangguan tulang belakang
kifosis,lordosis,scoliosis
4. Catat jumlah jumlah irama, kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada
5. Tipe pernafasan
6. Kelainan bentuk dada
Palpasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Temperature kulit
Premitus : pibrasi dada
Pengembangan dada
Krepitasi
Masa
Edema
Perkusi
Normal
1. Reasonon
2. Dullness
3. Tympany
Abnormal
1. Hiperresonan
2. Flatness
Auskultasi
1. Vaskuler
2. Broncho vesikuler
3. Hyper ventilasi
4. Ronchi
5. Whizzing
6. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya
1.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan sputum
atau asidosis
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
bertambah.
Bila terdapat komplikasi,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelectasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum,pneumotoraks,dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch
block).
Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara yang cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Data penunjang
DS : pasien mengeluh
Etiologi
Peningkatan produksi
Masalah
Tidak efektifnya
secret, bronchospasme,
kebersihan jalan
dan anoreksia
menurunnya energy
nafas
disertai wheezing
DS : pasien mengaluh
Gangguan
sesak nafas,nyeri
bronchospasme, obstruksi
pertukaran gas
dada,batuk,gelisah
DO : Dispnea parah dg
ekspirasi memanjang
2.
nafas (+)
Klien
Memegang
dadanya,
Penggunaan
3.
DS :pasien mengeluh
Nutrisi kurang
samping pengobatan
dari kebutuhan
DO :pasien Nampak
kesultan waktu
nausea/vomiting
menelan
Diagnosa Kep.
Tujuan
Intervensi
O
1.
Tidak
Tujuan :
efektifnya
kebersihan
efektif setelah
jalan nafas
diberikan
Rasional
ronchi
2. Kaji frekuensi
berhubungan
perawatan selama 2
dengan
hari
peningkatan
produksi secret
KH :
bronchospasme1.
2.
, menurunnya
3.
energy
4.
5.
nafas tambahan
memperbaiki upaya
inspirasi
batuk
3. Peninggian kepala
5. Berikan air hangat
mempermudah fungsi
6. Kolaborasi obat sesuai
pernafasan dengan
indikasi bronkodilator
menggunakan gravitasi
Spiriva 1x1 (inhalasi)
4. Batuk dapat menetap
tetapi tidak efektif,
khususnya pada klien
lansia, sakit
akut/kelemahan
5. Penggunaan cairan
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus
6. Membebaskan spasme
jalan nafas,mengi dan
2.
1. Kaji frekuensi
produksi mucus
1. Kecepatan biasanya
Gangguan
Tujuan :
pertukaran gas
Pertukaran gas
kedalaman pernafasan
berhubungan
adekuat setelah
dengan
diberikan perwatan
upaya pernafasan
kurangnya
selama 3 hari
termasuk penggunaan
suplai O2
KH :
terbatas yang
mencapai kedalaman
pelebaran nasal
2. Auskultasi bunyi nafas
berhubungan dengan
atelectasis dan atau nyeri
dada
2. Ronki dan mengi
ronchi
Tinggikan kepala dan
memungkinkan ekspansi
pernafasan
batuk
4. Kongesti alveolar
6. Kolaborasi
Berikan tambahan O2
mengakibatkan batuk
Berikan terapi nebulizer
sering/iritasi
5. Dapat meningkatkan/
banyaknya sputum
dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya
bernafas
6. Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan
kerja nafas, memberikan
kelembapan pada
membrane mukosa dan
membantu pengurangan
3
Nutrisi kurang
Tujuan :
dari kebutuhan
Kebutuhan nutrisi
tubuh
dapat terpenuhi
berhubungan
secara
dengan
adekuatsetelah
dyspnea,
diberikan
secret.
1. Kaji status nutrisi klien1. Menentukan dan
(tekstur, kulit, rambut,
membantu dalam
konjunktiva)
2. Jelaskan pada klien
intervensi lanjutnya
2. Pastikan pengetahuan
tentang pentingnya
fatigue, efek
samping
hari.
pengobatan
KH:
produksi
Keadaan umum
sputum,
anorexsia,
nausea/
vomiting.
asuhan keperawatan
3. Penurunan BB yang
signifikan merupakan
indicator kurangnya
sering
nutrisi
6. Kolaborasi
4. Air hangat dapat
lembab, nafsu
Konsul dengan tim gizi/
mengurangi mual
makan baik, tekstur tim pendukung gizi
5. Memenuhi kebutuhan
Berikan obat sesuai
kulit baik, klien
nutrisi klien
indikasi
6. Menentukan kalori
menghabiskan porsi
Vit. B squrb 2x1
individu dan kebutuhan
makan yang
Antiemetic rantis 2x1
nutrisi dalam pembatasan
disediakan, bising
Defisiensi vitamin dapat
usus 6-12
terjadi bila protein
kali/menit, BB
dibatasi
dalam batas normal.
Untuk menghilangkan
muntah/ mual
1.7 EVALUASI
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddart (2002) buku ajar keperawatan medical- bedah, Jakarta :AGC
Alsagaff & Mukty Abdul (2006) Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:Airlangga
University Press
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses penyakit, Jakarta:
EGC
Pengartian
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos
bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.
( Huddak & Gallo, 1997 )
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi
berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
2.
Penyebab
Reaksi antigen-antibodi
Iritan : kimia
(Suriadi, 2001 : 7)
3.
Stadium dini
2. Stadium lanjut/kronik
1. Batuk, ronchi
2. Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
3. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5. Thorak seperti barel chest
6. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7. Sianosis
8. BGA Pa O2 kurang dari 80%
9. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
Pemeriksaan penunjang
Spirometri
Uji provokasi bronkus
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan cosinofit total
Uji kulit
Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
Foto dada
Analisis gas darah
1. 7.
Pengkajian
11.Dehidrasi
12.Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati
1. 8.
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi
tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan
Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi
1. 9.
DP
Intervensi Keperawatan
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
DP
Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan /
toleransi individu.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi
tambahan.
Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
C.
DP
Tujuan
Kh
: Menunjukan peningkatan BB
- Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka berat
yang tepat.
Intervensi :
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.
Avskultasi bunyi usus.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi
sering.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
Timbang BB sesuai induikasi.
Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.
D.
DP
Tujuan
KH
: Kurang pengetahuan
: Pengetahuan miningkat
: Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung
dengan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi:
Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga
Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan
Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara
membersihkan.
Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang
terdekat
Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.
Daftar Pustaka
Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius.
FKUI. Jakarta.
Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI.
Jakarta.
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Asma adalah gangguan imflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan bayak sel dan
elemenya. Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan
karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan
penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar tiga puluh tahunan.
B. Rumusan Masalah
A. Menjelaskan tentang pengertian asma
B. Menjabarkan tentang etiologi dari asma
C. Menjabarkan tentang patofisiologi asma
D. Menyebutkan manifestasi klinik dari asma
E. Menjelaskan tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan asma
F. Menyebutkan komplikasi asma
G. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma
H. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma
C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapakan seluruh mahasiswa mahasiswi akademi
keperawatan YRS. Jakarta khususnya tingkat 2 dapat mengetahui tentang penyakit asma.
D. Pembatasan Makalah
Dalam pembahasan makalah ini hanya di batasi tentang pengertian, etiologi, patofiisologi,
manifestasi klinik, komplikasi, pengobatan dan pencegahan,serta pemeriksaan penunjang dari
penyakit asma.
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap
rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi
dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering
terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh
tahunan.
B. Etiologi
Asma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma
tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada
patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya
alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma
Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
- ngestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Patofisiologi
Proses terjadinya asma dapat dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi apabila
terdapat perubahan didalam pernafasan yaitu imflamasi atau bengkak. Jika alergen sebagai faktor
pencetus yang masuk ke dalam tubuh sehingga merangsang sel plasma atau sel pembentuk
antibodi, dan alergen tersebut akan menempel pada sel mast sehingga terjadi pembengkakan
yang mudah mengalami iritasi.
Lendir yang pekat akan dihasilkan dan menyumbat saluran pernafasan, penderita akan
batuk-batuk untuk mengosongkan saluran pernafasan yang tersumbat.
Jika imflamasi sering terjadi dan keadaannya terus, lapisan saluran pernafasan akan
mengental dan menyebabkan penderita lebih sulit bernafas. Pada asma yang timbul akibat reaksi
imunologik, reaksi antigen antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat
menimbulkan kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah :
a. Histamin
- Kontraksi otot polos
- Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi edema
- Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa, hidung dan mata
b. Bradikinin
- Kontraksi otot polos bronchus
- Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
- Vasodepressor (penurunan tekanan darah)
- Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludah
c. Prostaglandin
- bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)
Stadium Asma
Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan batuk kering.
Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk
Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada
stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirasi
memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat
retraksi supra sternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan
membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat,
sianosisi sekitar mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada
pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan abdominal, retraksi supra
sternal dan interkostal.
Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas
hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga
batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak
meninggi.
D. Manifestasi Klinik
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya pada saat serangan,
penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,sesak nafas hebat,dan bahkan
sampai tercekik),tetapi di luar serangan dia terlihat sehat-sehat saja (bisa main-main,jalan-jalan
dll).
Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala:
1.
Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan
gejala asma malam berkurang dari 2 kali dalam sebulan.Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal
paru masih baik.
2.
Persisten ringan,yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai
mengganggu aktivitas,termasuk tidur.Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua
ini membuat faal paru relatif menurun.
3.
Persisten sedang,yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu
aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali seminggu.Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam
seminggu.Faal paru menurun.
4.
Persisten berat,yaitu gejala asma terjadi terus menerus.Gejala asma malam dapat terjadi
hampoir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.
E. Komplikasi
Efisema
Atelektasis
Bronkiektasis
Bronkopneumonia
Status asmatikus
Kegagalan jantung
Kegagalan pernafasan
Pnemu thoraks
Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi
kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus,
pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan
pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi.
Kematian
Steroid inhalasi
Sodium Kromoglikat
Kortikosteroid sistemik
Antilolionegrik
Metilsatin
Pencegahan :
Menghindari faktor-faktor pencetus asma dan menggunakan obat asma untuk mengurangi
pembengkakan saluran pernafasan dengan pengobatan secara cepat atau jangka pendek dengan
menggunakan obat pelega dan pengobatan jangka panjang dengan menggunakan obat seperti
steroid.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch
block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya
depresi segmen ST negative.
5. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6. Spirometri
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi, debu, udara dingin.
e.
f.
Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatan
g.
Riwayat psikososial: factor pencetus, stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan
sebelumnya
h. Pemeriksaan fisiik
Pernapasan
- Napas pendek
- Wheezing
- Retraksi
- Takipnea
- Batuk kering
- Ronkhi
Kardiovaskuler
-Takikardia
-Neurologis
-Kelelahan
Ansietas : Sulit tidur
Muskuloskeletal: Intolerans aktifitas, Integumen
Sianosis : pucat
Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru
3.
Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Diagnosa keperawatan 1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan
Kriteria hasil
: sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing
berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik.
Intervensi :
a.
d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektifan
memperbaiki upaya batuk.
e.
R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.
f.
Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
PROFILEBRAND.COM
BLOGGER TEMPLATES AND IMVU Layouts
asuhan keperawatan
adalah
proses
peradangan
di
saluran
nafas
yang
mengakibatkan
peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulasi yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas
sesak nafas yang reversible(Muttaqin,2008)
Klasifikasi Asma
a.
alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma
ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
b.
c.
B.Etiologi
Ada
beberapa
hal
yang
merupakan
faktor
predisposisi
dan
presipitasi
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.
Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma.Atmosfir
yang
mendadak
dingin
merupakan
faktor
pemicu
terjadinya
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang
timbul
harus
stress/gangguanemosi
segera
perlu
diobati
diberi
penderita
nasehat
untuk
asma
yang
mengalami
menyelesaikan
masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.Hal
ini
berkaitan
dengan
dimana
dia
bekerja.Misalnya
orang
yang
bekerja
di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
E. Manifestasi Klinik
Gejala asma terdiri atas, yaitu takipnea, dispnea, batuk, dan mengi. Gejala yang di
sebutkan terakhir sering di anggap sebagai gejala yang harus ada, dan data lainnya
seperti terlihat pada pemeriksaan fisik(Irman,2009)
Karena asma merupakan suatau penyakit yang di tandai dengan penyempitan jalan
nafas yang
F. Pemeriksaan diagnostik
Pengukuran Fungsi Paru ( Spirometri)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara objektif faal paru. Bertujuan
mengukur volume paru secara static dan dinamik serta untuk mengetahui
gangguan pada faal paru.
Tes Provokasi Bronkhus
Tes
provokasi
bronchus,
untuk
menunjang
adanya
hiperaktifitas
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan sebagai berikut:
Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm
baik asma intrisik ataupun ekstrisik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara
100-200/mm.
4.
1)
Pneumothoraks
adalah suatu keadaan terdapatnya udaraatau gas di dalam rongga pleura, yang
terjadi secara spontan atau sebagai akibat trauma.
2)
Emfisema
adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis
berupa melebarnya saluran udara bagian distal bronkhiolus terminal yang disertai
dengan kerusakn dinding alveoli.
3)
Atelektasis
adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim
yang disebabkan oleh obstruksi bronkhus.
4)
Gagal nafas
adalah ketika pertukaran gas antara oksigen dengan karbon dioksida di paru tidak
dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida pada sel
tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang dari 50mmHg
(hipoksemia) dan tekanan karbon dioksida arterial meningkat lebih dari
45mmHg(hiperkapnea)
5)
Brokitis
adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus yang dapat disebabkan oleh karena
terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan dan oleh karena infeksi akut.
6)
Status Asmatikus
adalah bentuk hebat dari asma akut dimana obstruksi jalan nafas tahan terhadap
terapi obat konvensional dan berakhir lebih dari 24 jam.
7)
Disritmia
adalah gangguan pada frekuensi jantung regular atau irama yang disebabakan oleh
perubahan pada konduksi elektrik atau otomatisasi(Rab,1996)
Penyuluhan
Penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b)
c)
Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini dapat dilakukan
dengan postural drainase, perkusi dan fibrasi dada.
Pengobatan Farmakologi
a)
Agonis beta
Metaproterenol(alupent,metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat,
diberikan sebanyak 3-4x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua
adalah 10 menit
b)
Metilxantin
Dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari. Golongan metilxantin adalh
aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberika
hasil yang memuaskan.
c)
Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respons yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4x semprot tiap
hari.
Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien
yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d)
e)
Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secra inhalsi atau parenteral. Jika
sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya
diberikan Aminophilin secara parenteral, sebab makaisme yang berlain, demikian
pula sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan teofilin oral, maka
sebainya diberikan obat golongan simpatomimetik.
Obat-obat brokodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adrenoreseptor ( Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol)
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil
dibandingkan dengan bentuk non- selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin).
Obat-obat bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping
sistemiknya lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak
dan dewaa. Mula-mula diberikan dua sedotan dari Metered Aerosol Defire ( Afulpen
Metered Aerosol). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang setiap empat jam , jika
tidak ada perbaikan dalam 10-15 menit setelah pengobatan, maka berikan
Aminophilin intervena.
Pengkajian Psiko-Sosio-Kultural
Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatakan pada klien dengan
asma bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan
perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering
dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik gangguan itu
berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang
dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan asma.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadarn klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernafasan yang meningkat,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan
posisi istirahat klien.
B1 (Breathing)
Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta
penggunaan otot bantu pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur
bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi
otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernafasan dan frekuensi pernafsan.
Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkatkan disertai dengan ekspirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi nafas tambahan utama wheezing
pada akhir ekspirasi.
B2 (Blood)
Perawat perlu memonotori dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi
keadaan hemodinamik seperti nadi,tekanan darah, dan CRT.
B3(Brain)
Pada saat inspeksi,tingkat kesadarn perlu dikaji. Di samping itu, diperlukan
pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos
mentis,somnolen, atau koma.
B4(Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonotor ada tidaknya oligouria, karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5(Bowel)
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas
karena dapat merangsang serangan asma. Pengkaji tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada klien dengan sesak nafas,sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi,hal ini karena terjadi dipnea saat makan, laju metabolisme, serta
kecemasan yang dialami klien.
B6(Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas,tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas
karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya
permukaan
yang
kasar,
kering,
kelainan
pigmentasi,
turgor
kulit,kelembapan,mengelupas atau bersisik, pendarahan, pruritus,eksim,dan adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut,
kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat
klien yang meliputi berapa lama(Muttaqin,2008)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1:
Mandiri :
Hidrasi
yang
adekuat
membantu
mengencerkan
secret
dan
Kolaborasi :
Intervensi:
Mandiri :
1.) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi
paru.
2.) Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.
Rasional : Memantau pola pernafasan harus dilakukan terutama pada klien dengan
gangguan pernafasan .
3.)
4.)
Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
adanya bunyi napas tambahan.
Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan adanya gangguan
pada pernapasan.
Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus
yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.
Diagnosa 3
Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH
7,35-7,40 )
Intervensi:
1.) Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasil GDA,intake dan output.
Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan
dari hasil klien.
2.) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
3.)
Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda
toksisitas.
Dalam waktu x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan
aktivitas sesuai kebutuhan .
Kriteria hasil :
Intervensi:
a.) Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .
b.) Ajarkan progam relaksasi
Rasional : mempertahankan, memperbaiki pola nafas teratur .
c.) Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.
Rasional : mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan
fisik memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
d.) Ajarkan teknik napas efektif.
Rasional : meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .
e.) Pertahan kan terapi oksigen tambahan .
Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen
darah.
f.)
(Doengoes,2000)
Daftar Pustaka
Somantri, Irman.2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Rab,Tabran.1996.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta:Hipokrates.
Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Crocket,Antony,1997. Penanganan Asma Dalam Keperawatan Primer.
Jakrta:Hipokrates.
Doengoes, Marilyn.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: Buku
kedokteran EGC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Medicafarma-Asma Brokiale.2008.
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.