Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

Ini cuy salah satu tugas maternitas kelompok ane :v semoga bisa dimanfaatkan dengan baik, dan saran kalo
ngerjain tugas jangan cuman copas tapi dibaca juga cuy (y)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas I
Dosen Pembimbing : Ibu Agustine Ramie, S.Kep, Ns, M.Kep
Oleh Kelompok 5
Donni Hartaku
Icho Marselawati
M. Syarif Abdullah
M. Fahrin Nizami
M. Noorhadi
Reja Agung Maulana
Shalehah
Tias Fitriana
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDNESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN IIA
BANJARBARU
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena denganrahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menghadirkan makalah ini dengan kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat agar pembaca bisa memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kesehatan.
Makalah ini disusun dengan penuh rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun, maupun dari luar. Namun,
dengan penuh kesabaran akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kemudian, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing Keperawatan Maternitas I, Ibu
Agustine Ramie, S.Kep, Ns, M.Kep, yang telah banyak memberikan bimbingan tentang makalah ini serta
teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Adapun makalah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KEHAMILAN EKTOPIK. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan makalah ini. Terima Kasih.

Banjarbaru, 18 Maret 2014

Kelompok 5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat
yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penananaman blastosit berlangsung dimanapun,
kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah
serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen (Varney,dkk, 2006).
Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150
persalinan. Angka kejadian kehamilan ektopik cenderung meningkat. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor antara lain, meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena Penyakit Menular Seksual
(PMS) sehingga terjadi oklusi parsial tuba, adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau
endometriosis, pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya penggunaan kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan, abortus provokatus, tumor yang mengubah bentuk tuba dan fertilitas yang terjadi oleh
obat-obatan pemacu ovalasi (Saifuddin, 2001).
Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan ektopik atau ketika tidak dapat
dipastikan apakah kehamilan berlangsung di dalam rahim dan wanita tersebut menunjukkan tanda dan gejala
kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis lebih lanjut diperlukan. Perawat dapat melakukakan
pemeriksaan fisik dan pengkajian riwayat kehamilan serta evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan
ultrasonografi. Jika kemungkinan kehamilan ektopik tidak dapat disingkirkan, maka perawat harus berkonsultasi
dengan dokter. Untuk itu akan dibahasan lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan pada ibu dengan kehamilan
ektopik.

1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dari kehamilan ektopik?
Apa etiologi dari kehamilan ektopik?
Apa faktor resiko dari kehamilan ektopik?
Apa manisfestasi klinis dari kehamilan ektopik?
Bagaimana patofisiologi dari kehamilan ektopik?
Apa komplikasi dari kehamilan ektopik?
Apa saja pemeriksaan penunjang dari kehamilan ektopik?
Apa saja penatalaksanaan/pengobatan dari kehamilan ektopik?
Bagaimana asuhan keperawatan dari kehamilan ektopik?

1.3
1.
2.
3.
4.
5.

TUJUAN
Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektopik.
Untuk mengetahui etiologi dari kehamilan ektopik.
Untuk mengetahui faktor resiko dari kehamilan ektopik.
Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari kehamilan ektopik.
Untuk menjelaskan patofisiologi dari kehamilan ektopik.

6.
7.
8.
9.

Untuk mengetahui komplikasi dari kehamilan ektopik.


Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kehamilan ektopik.
Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan dari kehamilan ektopik.
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi diluar cavum uterus. implantasi dapat terjadi
di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. namun, kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di
tuba falopi. (Murria, 2002,dalam buku Asuhan Keperawatan Maternitas).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tubafalopi merupakan
tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimenter dan dipentrikel pada uterus. (Sarwono Prawiharjo, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endrometrium cavum uteri.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
2.2 ETIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui. Tiap kehamilan diketahui dengan pertumbuhan telur
dibagian ampula tuba, dan dalam perjalanan ke uterus mengalami hambatan sehigga pada saat nidasi masih
dituba fallopi. Faktor yang memegang peranan adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba.

a.
b.
c.
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

endosalfingitis : menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba.


hipoplasia uteri : dengan lumen tuba menyempit dan berkelok kelok.
operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna akan menyebabkan lumen tuba menyempit.
Faktor dinding lumen tuba.
endrometriosis tuba : memudahkan terjadinya implantasi di tuba.
diventrikel tuba kongenital : menyebabkan retensi telur di tempat tersebut.
Faktor diluar dinding lumen tuba.
Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba : mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur.
Tumor yang menekan dinding tuba : menyebabkan penyempitan dinding tuba.
Pelvic inflammatory disease (PID).
Faktor lain
hamil saat berusia lebih dari 35 tahun.
migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai uterus.
fertilisasi in vitro.
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
penggunaan dietilstilbestrol. (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).

2.3 FAKTOR RESIKO


a.
Endosalpingitis.
b. Divertikula.
c.
Tumor menekan tuba.
d. Pembedahan terdahulu, seperti ligasi atau reseksi tuba.
e.
Perpindahan ovum.
f.
Defek konginital pada saluran reproduksi.
g. Implan endometrial ektopik pada mukosa tuba.
h. Infeksi menular seksual pada tuba.
i.
Alat kontrasepsi dalam rahim.
j.
Merokok.
k. Kontrasepsi hormonal. (Williams & Wilkins, 2011).
2.4 MANIFESTASI KLINIS KEHAMILAN EKTOPIK.
1. Gambaran klinis kehamilan belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala gejala yang
kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi kerena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda beda dari perdarahan banyak yang tiba tiba dalam rongga
perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sahingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah
terjad isecara tiba tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan
dan masuk ke dalam syok.
4. Perdarahan pervagina merupakan salah satu tanda yang penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu (KET).
Hal ini menunjukkan kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore bergantung pada
kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. (Mitayani, 2009).

2.5 PATOFISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK


Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba
kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim.
Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan diluar tuba, sehingga hasil
pembuahan terhambat atau tidak bisa masuk rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan
berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita sel di rongga rahim, antara lain di
tuba falopi (saluran telur) kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang
terbanyak terjadi di tuba falopi (90%). (Mitayani, 2009).
2.6 KOMPLIKASI KEHAMILAN EKTOPIK
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis yang terlambat, atau
pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok,
DIC dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga
komplikasi terkait tindakan anastesi.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG KEHAMILAN EKTOPIK
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosis kehamilan ektopik :
1. Pemeriksaan darah lengkap : HB : turun, albumin : turun, leukosit : turun / meningkat, eritrosit : turun
2. Kadar HCG- menurun
Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium
terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterine dengan
kehamilan ektopik.
3. Vaginal toucher : didapatkan perdarahan pervagina, teraba massa, kosistensi dan ukurannya.
4. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi ialah tidak invasive, artinya tidak perlu memasukkan
rongga kedalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa
dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.
5. Kuldosintesi
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum douglasi terdapat darah. Tehnik
kuldosintesi :
a.
b.
c.
d.
e.
5.

6.

Baringkan pasien dalam posisi litotomi.


Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.
Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah
forniks posterior tampak.
Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan penghisapan dengan semprit 10 ml.
Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan
pemerikasaan bimanual, diluar kantong janin dapat diraba suatu tumor.
Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian bagian janin menutupi vertebra ibu.

7.

8.

Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan
ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy)
dan MRI (Magnetic Resonance Imagine). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan
vagina abnormal, dan amenore.
ECG : mendeteksi kelaianan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.

2.8 PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN KEHAMILAN EKTOPIK


a)
Medis (operasi)
1. Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan
rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain
yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal
clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan

2.

pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus
yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah
sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan.
Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada
tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka
insisi dijahit kembali.
Penangan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan demikian, beberapa hal
harus di perhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kondisi ibu pada saat itu.


Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
Lokasi kehamilan ektopik.
Kondisi anatomis organ pelvis.
Kemampuan teknik bedah mikrodokter.
Kemampuan teknologi fentilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau
dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di parsampularis tuba yang belum pecah biasanya
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari pembedahan.
3. Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan
kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
4. Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika terjadi pendarahan yang berlebihan.
b)
Keperawatan

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan kemoterapi, dan menciptakan suasana
tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri
selama dirumah.
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
A.
PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama
: Ny. V
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Banjar/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir
: SMP
: Jl. Pangeran Antasari, No. 69, RT.3, RW. 1, Kec. Kecubung, Kel. Satumilyar Kab. Bojong.
No. RM
: 58 28 38
Ruang Dirawat
: Emerald
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis

: 10 Maret 2014
: 10 Maret 2014
: Kehamilan Ektopik

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama
: Tn. P
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Banjar/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan Terakhir
: SMA
: Jl. Pangeran Antasari, No. 69, RT. 3, RW. 1, Kec. Kecubung, Kel. Satumilyar Kab. Bojong.
Hubungan dengan klien : Suami
2.
a.

b.

c.

3.
-

STATUS KESEHATAN
Keluhan
Keluhan Utama
Keluhan saat Pengkajian

: Nyeri karena perdarahan


: Nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang


sejak seminggu yang lalu sebelum ke dokter, klien mengatakan sering merasakan nyeri ringan diperut klien.
Saat nyeri perut hebat terjadi perdarahan klien langsung dibawa oleh suami klien ke puskesmas terdekat dan
klien langsung dirujuk ke Rumah Sakit pada tanggal 10 Maret 2014. Klien langsung diperiksa dan di USG oleh
dokter kandungan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC, dll.
RIWAYAT HAID
Menarche
: umur 13 tahun.

4.
5.
-

6.
-

Haid
Siklus
Sifat darah
kedua.
HPHT

: tidak teratur dan lamanya haid 6-7 hari.


: 28-35 hari.
: cair, berbeku-beku, warnanya; merah kehitaman, dan terasa nyeri saat hari pertama dan
: klien hanya ingat haid terakhirnya pada akhir bulan Desember dan tidak ingat tanggalnya.

RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah
: pernikahan yang pertama dan lamanya pernikahan sudah setahun tujuh bulan.
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Kehamilan
: klien sering mual dan muntah, mengalami perdarahan pervagina ringan dan merasakan
nyeri pada panggul. Ini merupakan kehamilan trimester pertama.
RIWAYAT KESEHATAN FISIK
Klien tidak pernah mengalami sakit keras atau operasi. Klien mengalami anoreksia.

7.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu merasa senang dengan kehamilan ini karena ini kehamilan yang pertama dan sangat ditunggu-tunggu. Suami
dan keluarga juga sangat senang dengan kehamilan tersebut.

8.

POLA HUBUNGAN SEKSUALITAS PADA KEHAMILAN


Klien mengatakan melakukan hubungan suami istri sebanyak seminggu 3x. Dan tidak ada mengalami masalah
dalam melakukan hubungan suami istri.

9.
-

KEBIASAAN SEHARI-HARI
Makan dan minum : klien senang memakan nasi jenis lembek, tidak ada kesukaan khusus terhadap makanan,
pantangannya klien tidak boleh memakan durian, nanas, minum kopi. Minum air putih sebanyak 6-7 gelas.
Eliminasi (BAB/BAK) : BAB : mengalami konstipasi, BAK; 5-6x sehari, mengeluh nyeri saat kencing.
Kegiatan (aktivitas)
: klien hanya melakukan aktivitas yang ringan, karena klien sering mengeluh
pusing dan lelah.
Istirahat/tidur
: klien mengalami perubahan tidur karena merasa nyeri ringan diperut dan kadang
mual muntah selama seminggu terakhir.

B.
1.
2.

3.
4.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
-Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
- TD
: 110/80 mmHg
- Nadi
: 78 x/menit
- Napas
: 26 x/menit
- Suhu
: 370C
TB dan BB
: TB : 157 cm, BB : 52 kg.
Muka
: Tidak ada cloasme

- Konjungtiva : anemis.
- Sklera
: an ikterik
- Pulpil
: isokor , tidak ada nistagmus.
5. Mulut dan Gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada
gangguan menelan.
6. Leher
: tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid ataupun limfe yang membengkak.
7. Dada
: Payudara bentuk simetris, hiperpigmentasi putting dan areola, tidak ada kelainan puting dan
menonjol keluar. Tidak ada kolostrum.
8. Abdomen
: adanya nyeri saat perabaan di abdomn kuadran bawah, pembesaran perut kedepan sesuai usia
kehamilan yaitu trimester pertama, tidak ada linea nigra dan striae gravidarum.
9. Vulva
: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
10. Ekstremitas
: tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.
C.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.

Laboratorium
-

Hemoglobin (Hb)

Eritrosit: 3,5 juta/mm3

Leukosit: 8000-10.000 mm3


b.

: 10 g/dl

Pemeriksaan Penunjang/Khusus
USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri.
Adanya massa komplek di rongga panggul.

D.

ANALISA DATA
Masalah
Keperawatan

No.

Data

Etiologi

1.

DS : Pasien mengatakan nyeri di abdomen


DO :
P : Nyeri karena ruptur tuba fallopi,
sehingga syaraf di sekitar tuba tertekan.
Q : Menusuk-nusuk
R : Abdomen Pasien nampak meringis
menahan nyeri
kuadran kanan bawah
S : skala nyeri 3
T : Sewaktu-waktu

Ruptur
tuba
fallopi dan
perdarahan

Nyeri

DS : pasien mengatakan sedih jika


kehamilannya harus dioperasi dan pasien
tidak bisa tidur karena memikirkan
kehamilannya.
DO :
Pasien tampak gelisah.

Krisis situsional

Cemas

2.

Terdapat kantung di kedua mata pasien,


dan tampak tampang bengkak.
Pasien mengulang-ulang pertanyaan
tentang keadaan kandungannya.

E.
1.
2.
F.
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan ruptur tuba fallopi dan perdarahan.
Cemas berhubungan dengan krisis situsional.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Dx
: Nyeri berhubungan dengan ruptur tuba fallopi dan perdarahan.
Tujuan
: Nyeri berkurang sampai hilang, dengan kriteria hasil :
Skala nyeri 0 1.
Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan.
Klien tampak tenang.
Intervensi

Rasional

Mandiri :
1. Kaji skala nyeri, kaji kontraksi1. Membantu dalam mendiagnosis & menentukan
uterus hemoragiatau nyeri tekan tindakan yang akan di lakukan.
abdomen.
2.

Kaji stres psikologi ibu/pasangan &2. Ansietas sebgai respons tehadap situasi darurat
respon emosional terhadap kejadian.
dapat memperberat ketidaknyamanan karena
sindrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri.

3.

Berikan lingkungan yang tentang &3. Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
aktivitas untuk menurunkan rasa ansietas & karenanya mereduksiketidaknyamaan.
nyeri.

4.

Berikan kompres dingin.

Kolaborasi :
5. Berikan obat analgesic.
6.

2.

4.

5.

Dengan memberikan kompres dingin akan


memberikan rasa nyaman pada klien sehingga
dapatmengurangi rasa nyeri.

Untuk mengurangi tingkat nyeri.

Siapkan untuk prosedur pembedahan6. Tindakan terhadap penyempinan dasar akan


bila terhadap indikasi
menghilangkan nyeri.

Dx
: Cemas berhubungan dengan krisis situsional.
Tujuan
: ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif dengan
kriteria Hasil :
Perasaan tidak gelisah dan cemas hilang.
Pasien lebih terbuka terhadap orang lain.
Pasien tidak murung lagi dan terlihat tenang.

Intervensi

G.
1.

1. Kaji respons psikologi pada kejadian


dan ketersediaan sitem pendukung.

Makin ibu merasakan ancaman, makin besar


tingkat ansietas.

2.

membantu
membatasi
transmisi
ansietas
interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian
terhadap ibu/pasangan.

Tetap bersama ibu, dan tetap bicara


perlahan, tunjukan empati.

3. Beri penguatan aspek positif pada


dari ibu.

membantu
membawa
ancaman
dirasakan/actual ke dalam perspektif.

4. Anjurkan ibumengungkapkan atau


mengekspresikan perasaan.

membantu mengidentifikasikan perasaan dan


memberikan kesempatan untuk mengatasi
perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat
merasakan ancaman emosional pada harga dirinya
karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita
yang lemah.

5.

Dukung atau
mekanisme
diekspresikan.

kembali
yang

Mendukung mekanisme koping dasar dan


otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta
penerimaan dan menurunkan ansietas.

6.

Berikan masa privasi terhadap


rangsangan
lingkungan
seperti
jumlah orang yang ada sesuai
keinginan ibu.

Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk


memperoleh informasi, menyusun sumbersumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.

arahkan
koping

yang

CATATAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal
: Senin, 10 Maret 2014.
Dx
: Nyeri berhubungan dengan ruptur tuba fallopi dan perdarahan.

1.
2.
3.

4.
5.

6.

2.

Rasional

Hari/tanggal
Dx

1.

Implementasi

Evaluasi

Mengkaji sifat, lokasi, dan durasi nyeri.


Mengkaji stress psikologi ibu/pasangan dengan
mengguna--kan tingkat stress.
Memberikan lingkungan yang tenang danmengajarkan teknik relaksasi, dengan cara
latihan napas dalam dan visualisasi distraksi. Memberikan kompres dingin di area yangnyeri.
Berkolaborasi
dengan
memberikanobat
analgesic.
Injeksi Antrain 3 x 500 mg.
Menyiapkan untuk prosedur pembedahan bila
terdapat indikasi.

S : pasien mengeluh nyeri di perut.


O:
Pasien tampak meringis menahan
sakit.
Wajah pasien tampak pucat.
Pasien tampak lemah.
A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5, 6.
Berkolaborasi
dengan
dokter
kandungan untuk prosedur bedah bila
terdapat indikasi.

: Senin, 10 Maret 2014.


: Cemas berhubungan dengan krisis situsional.
Implementasi

Evaluasi

Menemani ibu dan mengajak bicara secara


perlahan

S : pasien mengatakan perasaannya


sangat sedih dan cemas memikirkan

2. Memberi kesempatan untuk memikirkan sisi


positif dari tindakan yang akan dilakukan
3. Menganjurkan ibu pengungkapkan atau
mengekspresikan perasaan.
4. Mengarahkankembali mekanisme koping yang
diekspresikan.
5. Memberikan masa privasi terhadap rangsangan
lingkungan seperti jumlah orang yang ada
sesuai keinginan ibu.
H.

keadaan kehamilannya
O:
pasien terlihat sering melamun,
tampak murung.
pasien masih terlihat murung
Tampak gelisah dan cemas.
pasien terlihat sedih (mata bengkak)
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1-5.

CATATAN PERKEMBANGAN
No.

Hari/tanggal/diagnosa

1.

Selasa, 11/03/2014 1.
Diagnosa : Nyeri
berhubungan dengan
2.
ruptur tuba fallopi
dan perdarahan.
3.

4.
5.

6.
2.

BAB III

Implementasi

Evaluasi

Mengkaji sifat, lokasi, dan


durasi nyeri.
Mengkaji
stress
psikologi
ibu/pasangan dengan mengguna--kan tingkat stress.
Memberikan lingkungan yangtenang dan mengajarkan teknik
relaksasi, dengan cara latihan
napas dalam dan visualisasi
distraksi.
Memberikan kompres dingin di
area yang nyeri.
Berkolaborasi
dengan
memberikan obat analgesic.
Injeksi Antrain 3 x 500 mg.
Menyiapkan untuk prosedur
pembedahan.

S : pasien masih mengeluh


nyeri sekali diperut.
O:
Wajah
pasien
masih
tampak pucat dan lemah.
Pasien tampak meringis
kesakitan.
A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi.

Selasa, 11/03/2014 1.
Menemani ibu dan mengajak
Diagnosa:
Cemas bicara secara perlahan
berhubungan dengan2. Memberi kesempatan untuk
krisis situsional.
memikirkan sisi positif dari
tindakan yang akan dilakukan
3. Menganjurkan ibu
pengungkapkan atau
mengekspresikan perasaan.
4. Mengarahkankembali
mekanisme koping yang
diekspresikan.
5. Memberikan masa privasi
terhadap rangsangan lingkungan
seperti jumlah orang yang ada
sesuai keinginan ibu.

S : pasien mengatakan
perasaannya sudah mulai
tenang, dengan bercerita
bebannya
sedikit
berkurang.
O:
Pasien tampak tidak
menangis lagi.
Wajah klien tampak
tenang dan tidak tampak
cemas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi.

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavun
uteri.hamil ini ditandai dengan amenore,gejala kehamilan muda dan perdarahan yang berwarna cokelat dan
pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan,nyeri pada perabaan dan kavum douglasi
menonjol karena ada pembekuan darah.pada kasus seperti ini perlu segera ditangani dan di ambil tindakan.
3.2 SARAN
1. Diharapkan kepada kita semua tenAga kesehatan apabila merasakan dan mengetahui gejala seperti yang telah
di jelaskan / dituliskan pada makalah ini agar segera menanganinya dengan cepat jangan di tunda karena dapat
menimbulkan resiko tinggi.
2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Bari, Abdul Saifuddin. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawirohardjo.
Helen Varney, DKK. 2006. Buku Saku Bidan, cetakan I. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta : EGC.
Masjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Binapustaka Sarwono Prawirohardjo.
Purwaningsih, Wahyu & Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta: Nuhamedika.
Williams, Lippincott & Wilkins. 2011. Kapita Selekta Penyakit: dengan implikasi keperawatan. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi