Vous êtes sur la page 1sur 17

ASKEP BRPN

BAB II
TIJAUAN LITERATUR
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah yang terjadi pada ujung akhir bronkiolum, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
(Wong, 2004)
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai macam
etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma jamur, atau benda asing yang teraspirasi dengan akibat
timbulnya ketidakseimbangan veniilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismach).(Rizki,
2009)
Bronchopneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius (Brunner & Suddarth, 2001 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkeolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2001).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing. ( Ngastiyah, 2005 )
2. Etiologi
Etiologi menurut Betz and Sowden ( 2002 ) menyebutkan Bronchopneumonia disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
a) Virus (H. Influenza, adenovirus, rubeola, varisela, stiomegalovirus manusia, dan virus
sinisium pernafasan).
b) Bakteri (Stafilokokus, streptokokus dan pneumokokus)
c) Mikoplasma
d) Aspirasi subtansi asing
3. Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani ( 2001 ) manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari
bronkopneumonia seperti :
a) Serangan akut dan membahayakan
b) Demam tinggi (Pneumonia virus bagian bawah)
c) Batuk
d) Ronki
e) Wheezing
f) Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
g) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya).
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka

komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli
akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa
menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berpungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (Susilawati, 2008).
Bronchopneumonia disebabkan oleh organisme penumokokus teraspirasi kebagian tepi paru-paru
dari saluran nafas bagian atas atau nasoparing. Pada mulanya terjadi edema realitik yang akan
mendukung multiplikasi organisme-organisme tersebut dan ikut pula membantu penyebaran
infeksi kebagian-bagian paru lain terdekat. Lobus paru-paru yang sakit akan mengalami
konsolidasi dini. Suatu tingkat hepatisasi merah dengan lekosit-lekosit polimorfunuklir, fibrin,
butir-butir eritroist cairan edema dan pneumokokus-pneumokokus yang mengisi alveolusalveolus. Tingkat ini kemudian berlanjut ketingkat hepatisasi kelabu yang ditandai oleh
terjadinya deposisi fibrin diatas permukaan pleura serta adanya fibrin dan lekosit-lekosit
polimofonuklir dalam ruangan-ruangan alveolus dimana fagositas berlanjut cepat.
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi pada traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu bisa naik mendadak, sampai 39-40 oC dan kadang disertai kejang karena
demam tinggi; anak sangat gelisah, dipenea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernafasan
cuping hidung serta suinosis sekitar mulut dan hidung, batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Karena suhu tinggi sering terjadi hiperpireksia dan karena masukan makanan yang kurang bisa
dehidrasi, bila virus dan bakteri masuk ke saluran pencernaan khususnya dilambung terdapat
asam Hcl yang fungsinya untuk memfagosit akan mengiritasi pada lambung timbul mual muntah
terjadi peningkatan peristaltik menyebabkan diare. Diare ini jika berlangsung terus menerus
maka pembentukan asam laktat akan meningkat sehingga akan mengiritasi pada anus,
menyebabkan gangguan integritas kulit (FKUI, 2002).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zul Dahlan ( 2001 ) Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
bronkopneumonia yaitu :
a. Pemeriksaan Radiologis
b. Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (Airspace
disease) misalnya oleh Streptococus pneumoniae
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Misalnya pemeriksaan leukosit
e. Pemeriksaan bakteriologis
f. Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi, nasotrakeal, aspirasi farum, transtororakal,
torakonsentesis, bronkoskopi atau biopi.
g. Pemeriksaan Khusus
h. Dites antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma. Analisia gas darah untuk menilai
tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
6. Komplikasi
Komplikasi dari bronkopneumonia:
a. Atelektasis adalah pengembangan paru paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.


b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkupulnya nanah pada rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Khaidir muhaj, 2009)
7. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005) pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spekrum luas seperti ampicillin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 5 hari
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCI
0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikankoreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
d. Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
B. Konsep Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan dan Perkembangan menurut Soetjiningsih ( 2001 )
a. Pengertian Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah dan ukuran
panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolisme (retensi kalium dan nitrogen tubuh).
2) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur organ
tinggi tubuh untuk lebih komplek dalam pola untuk teratur yang dapat defisiensi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dengan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
b. Ciri-ciri tumbuh kembang anak
1) Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut. Tumbuh kembang adalah proses untuk kontinyu sejak dari konsep sampai motoritas
dewasa untuk dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh
kembang sudah terjadi sejak dalam kandungan, setelah kelahiran merupakan satu masa dimana
mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati.
2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa penciptaan / masa pertumbuhan serta laju
tumbuh kembang untuk berlainan diantara organ-organ.
3) Pola perkembangan anak adalah sama tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan
yang lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan nutrisi sistem susunan saraf contoh tidak ada latihan
yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu.
Tetapi tidak adanya kesempatan praktik akan menghambat kemampuan ini.
5) Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu untuk khas contoh yang akan menggerakkan
seluruh tubuhnya, tangan (kakinya kalau melihat sesuatu untuk menarik tetapi pada anak untuk

lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.


6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal dan langkah pertama sebelum berjalan adalah
perkembangan menegakkan kepala.
7) Reflek primitif seperti reflek memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan
volunter tercapai.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh-Kembang
Secara umum terdapat 2 faktor utama untuk berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu :
1) Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak, melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapat
ditentukan kuantitas dan kualitas pertumbuhan termasuk faktor genetik antara lain berbagai
faktor bawaan yang normal : Patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bahasa.
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
lingkungan yang cukup baik akan menghambatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam kandungan (prenatal)
b) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Post natal).
d. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik
1. Ukuran Antropometri
Dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1) Tergantung Umur (Age Dependen)
- Berat badan (BB) terhadap umur
- Tinggi/ panjang badan (TB) terhadap umur
- Lingkaran kepala (LK) terhadap umur
- Lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur
Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang tepat, karena tidak semua
anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahirnya.
2) Tidak tergantung umur
a) Berat Badan (BB)
- Merupakan Parameter Pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang.
- Indikator yang terbaik untuk keadaan gizi
b) Tinggi Badan (TB)
- Ukuran tinggi badan meningkat terus pada masa pertumbuhan
- Tinggi badan meningkat pesat kemudian melambat dan menjadi pesat kembali lalu melambat
lagi, berhenti umur 18-20 tahun. Anggota gerak berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun, tinggi
badan meningkat 3-5 cm. pada umur 30-45 tahun tinggi badan stabil kemudian menyusut.
- Anak umur < 2 tahun posisi tidur terlentang
- Peningkatan orang dewasa merupakan indikator meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa.
c) Lingkar Kepala (LK)
- Mencerminkan Volume Intrakranial
- Dipakai untuk menaksir pertumbuhan
- Pertumbuhan lingkar kepala yang paling berat 6 bulan pertama kehidupan
(a) Lahir 34 cm
(b) 6 bulan 44 cm
(c) 1 tahun 47 cm

- Lingkar Lengan Atas (LILA)


(a) Mencerminkan keadaan pertumbuhan jaringan lemak dan otot
(b) Menilai keadaan gizi pada kelompok prasekolah
(c) Laju pertumbuhan lambat
(d) Lahir 1 cm
(e) 1 tahun 16 cm
Penilaian
< 12,5 cm : Gizi buruk (merah)
12,5 cm : Gizi kurang (kuning)
> 12,5 cm : Gizi baik (hijau)
- Lipatan Kulit
(a) Tebalnya lipatan kulit trisep dengan subs kepala merupakan refleksi tumbuh jaringan lemak
di bawah kulit.
(b) Untuk menilai keadaan gizi lebih / Obesitas.
e. Gejala Dan Tanda Pada Pemeriksaan Fisik
1) Keseluruhan Fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala tubuh dengan anggota juga diperhatikan apa
ada edema atau tidak.
2) Jaringan Otot
Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha dengan cara cubitan tebal.
a. Jaringan Lemak
Jaringan lemak diperiksa pada kulit dibawah triseps dan subkapilar dengan cara cubitan tipis.
b. Rambut
Pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya, warna diameter (tebal atau tipis), sifat
(keriting atau lurus) dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak)
c. Gigi-gigi
Saat eropsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi permanen.
2. Perkembangan Anak Balita menurut DDST.
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita karena pada masa ini, pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak lebih lanjut, melalui DDST
(Denver Development Screening Test) mengemukakan parameter perkembangan yang dipakai
dalam penelitian perkembangan anak balita yaitu :
1). Dari lahir sampai umur 3 bulan
a. Kemandirian dan bergaul
Mengenai ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran
b. Motorik Halus
Menahan barang yang dipegang
c. Motorik Kasar
Belajar mengangkat kepala tubuh ditengkurapkan
d. Kognitif dan Bahasa
Mengoceh spontan, belajar mengikuti obyek dengan matanya.
2). Umur 3 sampai 6 bulan
a. Kemandirian dan bergaul
Membedakan orang yang dikenal dan takut pada orang asing
b. Motorik Halus

Mulai belajar meraih benda-benda kecil dalam lingkaran, menaruh benda-benda dalam mulutnya.
c. Motorik Kasar
Mengangkat kepala dan dada dengan ditopang tangan
d. Kognitif dan Bahasa
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
3). Umur 6 sampai 9 bulan
a. Kemandirian dan bergaul
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
b. Motorik Halus
Dapat memindah benda dari tangan satu ke tangan yang lain, dapat merangkak meraih benda.
c. Motorik Kasar
Dapat duduk tanpa dibantu
d. Kognitif dan Bahasa
Mengeluarkan kata-kata tanpa artinya.
4). Umur 9 sampai 12 bulan
a. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
b. Dapat berjalan dituntun
c. Menirukan suara
d. Mengulang bunyi yang didengarnya.
e. Belajar menyatakan satu / dua kata
f. Mengerti perintah sederhana / larangan.
5). Umur 12 sampai 18 bulan
a. Berjalan dan mengeksploitasi rumah
b. Menyusun 2/3 kotak
c. Dapat mengatakan 5-10 kata
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
6). Umur 18 sampai 24 bulan
a. Naik turun tangga
b. Menyusun 6 kotak
c. Menunjuk mata dan hidungnya
d. Menyusun dua kalimat
e. Belajar makan sendiri
f. Menggambar garis di kertas atau pasir
g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
h. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
i. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka.
7). Umur 2 sampai 3 tahun
a. Berjalan meloncat, memanjat , melompat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak
c. Mampu menyusun kalimat
d. Mempergunakan kata-kata saya bertanya, mengerti kata yang dianjurkan kepada kepadamu
e. Menggambarkan lingkaran
f. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar keluarga.
8). Umur 3 sampai 4 tahun
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

b. Berjalan pada kaki kiri


c. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
d. Menggambar garis silang
e. Menggambar orang hanya kepala dan badan
f. Mengenal 2 atau 3 warna
g. Bicara dengan baik
h. Menyebut namanya, jenis kelamin dan umur
i. Bertanya
j. Bertanya, bagaimana anak dilahirkan
k. Mengenal sisi atas, bawah, muka dan belakang
l. Mendengar cerita
m. Bermain dengan anak lain
n. Menunjukkan rasa sayang kepada orang tuanya
o. Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
9). Umur 4 sampai 5 tahun
a. Melompat dan menari
b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan
c. Menggambar segi empat dan segi tiga
d. Pandai bicara
3. Perkembangan Psikososial Menurut Erikson
a) Tahap percaya vs tidak percaya ( 0-1 th)
Pada tahap ini bayi sudah membangun rasa percaya kepada seseorang, baik orang tua maupun
orang yang mengasuhnya. Kesalah dalam mengasuh atau merawat pada tahap ini dapat
menimbulkan rasa tidak percaya.
b) Tahap kemandirian vs rasa malu dan ragu (1-3 th)
Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembang. Misalnya
dalam hal motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, dan berbicara. Perasaan
ragu dan malu muncul ketika membuat pilihan yang salah, dipermalukan oleh orang lain, ketika
orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan kemandirian, dan sebagainya.
c) Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4 6 tahun)
Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif, dan
apalagi pada tahap ini anak dilarang atau dicegah, akan muncul perasaan bersalah.
d) Tahap rajin vs rendah diri ( 6 12 tahun atau masa sekolah )
Pada tahap ini anank selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau berprestasi
sehingga cenderung rajin dalam melakukan sesuatu. Namun, standar yang ditetapkan oleh orang
lain terlalu tinggi untuknya, kemungkinan besar anak akan merasa rendah diri.
e) Tahap identitas vs kebingungan peran ( 12 18 tahun atau masa remaja)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak, khususnya dalam fisik dan kematangan usia
serta perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan identitas dirinya dan sangat peduli mengenai
pandangan orang lain engtang dirinya.
f) Tahap keintiman vs pemisahan ( masa dewasa muda )
Pada tahap ini anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya atau kelompok
masyarakat dalam kehidupan social untuk menjalin keakraban. Apabila anak tidak mampu
bergabung atau membina hubungan dengan orang lain, maka kemungkinan dapat memisahakan
diri dari anggota atau kelompok orang.
g) Tahap generasi vs penghentian ( masa dewasa pertengahan )

Pada tahap ini individu mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam aktivitas di
masyarakat dan keinginannya adalah membuat dunia menerimanya. Jika pada tahap ini terjadi
kegagalan, akan terjadi penghentian dalam kegiatan dan aktivitasnya.
h) Tahap inegritas vs keputusan ( masa dewasa lanjut )
Pada tahap ini individu memikirkan tugas tugas dalam menghakhiri kehidupan, perasaan putus
asa akan mudah timbul karena kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam
kehidupan. (Hidayat, 2006)
4. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud
a. Oral sensori ( lahir sampai 12-18 bulan atau bayi )
Aktivitas melibatkan mulut seperti mengisap, menggigit, dan mengunyah merupakan sumber
utama kenikmatan. Anak yang terhalang kegiatan mengisap mungkin berusaha untuk
memuaskan kebutuhan ini dikemudian hari melalui aktivitas seperti mengunyah permen karet,
merokok, dan makan yang berlebihan.
b. Anal muscular ( 12-18 bulan sampai 3 tahun atau masa toddler )
Pemuasan kenikmatan sensual berasal dari retensi dan pengeluaran feses. Mengotori adalah
aktivitas yang umum. Konflik eksternal mungkin ditemui pada saat latihan ke toilet di usahakan
dan kemudian terlihat dalam perilaku seperti konstipasi, kelambatan, dan kesakitan.
c. Falik lokomosi ( 3-6 tahun atau masa prasekolah )
Manipulasi genetalia menghasilkan sensasi yang bias menyenangkan. Masturbasi dimulai dan
keingintahuan seksual manjadi terbukti. Sesuatu yang timbul dari kompleks Oedipus dan Electra
untuk laki laki dan perempuan secara berturut - turut terjadi. Lancang, malu, dan takut
mungkin merupakan ekspresi dari fiksasi pada tahap ini.
d. Latensi ( 6 tahun sampai pubertas atau masa sekolah )
Ini adalah periode tenang yang Freud percaya pada saat ini kegiatan seksual tersebut tidur;
bagaimana pun juga, anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenusdengan teman sebaya yang
sama jenis kelaminnya. Penggunaan koping anak dan mekanisme pertahanan diri muncul pada
waktu ini; ketertarikan seksual mungkin disublimasi melalui bermain yang giat dan perolehan
keterampilan.
e. Genital ( pubertas sampai masa dewasa)
Genetalia menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual. Produksi hormon seksual
menstimulasi perkembangan hubungan heteroseksual. Ini adalah waktu peningkatan biologis,
pada saat interaksi emosi yang belum matur sering terjadi pada awal fase. Pada saatnya,
berkembang kemampuan untuk memberi dan menerima cinta yang matang.
5. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
a. Sensorimotor ( lahir sampai 2 tahun )
Anak belajar mengenai dunia melalui aktivitas sensori dan motorik. Anak secara lambat
mengembangkan konsep bahwa orang dan benda merupakan hal yang permanen, walaupun
mereka tidak lagi terlihat.
1) Aktivitas reflek ( lahir sampai 1 bulan )
Anak melatih refleks saat lahir dan meningkatkan beberapa kontrol reflek tersebut. Memodifikasi
refleks menjadi lebih efisien. Mengisap merupakan yang lebih efektif dan selektif.
2) Reaksi sirkuler primer ( 1 sampai 4 bulan )
Bayi mengulang tindakan yang bisa menyenangkan yang pertama kali terjadi secara kebetulan.
Aktivitas berfokus pada tubuh bayi; mulai terjadi koordinasi. Berkembang koordinasi mata, mata
telinga, tangan mulut, dan aktivitas seperti mengisap ibu jari dan mengisap botol menjadi
sesuatu yang di sengaja dan suatu keahlian.

3) Reaksi sirkuler sekunder ( 4 sampai 8 bulan )


Anak berusaha untuk membuat kembali minat , kejadian yang menarik di lingkungan. Minat
terjadi ke dalam tubuh. Bayi mencari objek yang di jatuhkan dan mengenali sebagai objek yang
disembunyikan. Anak mulai menghubungkan dua perilaku seperti posisi mengayun dan memberi
makan.
4) Koordinasi dari skema sekunder ( 8 sampai 12 bulan )
Anak menempatkan keterampilan bersama digunakan lebih awal untuk mencapai tujuan dalam
situasi yang baru. Anak merangkak melewati ruangan untuk mendapatkan mainan yang
diinginkan dan mencari benda yang tersembunyi yang mereka sembunyikan sebelumnya.
5) Reaksi sirkular tertier trial dan error ( 12 sampai 18 bulan )
Anak secara aktif mengeksplorasi dunia dan berbagai kegiatan untuk melihat sesuatu yang baru
dari sebuah objek, kejadian, atau situasi. Trial and error digunakan untuk memecahkan masalah.
Anak mungkin mencoba untuk mendapatkan mainan ke luar dari kotak kecil yang terbuka
pertama dengan tanga dan kemudian membalik kotak tersebut dan menumpahkan semua isinya
keluar. Anak memahami bagian dari benda yang tidak pada tempatnya jika terlihat.
6) Pendapatan arti yang baru melalui kombinasi mental representasi ( 18 sampai 24 bulan )
Todler mulai menciptakan gambaran mental dan dengan demikian dapat merencanakan cara yang
baru untuk berurusan dengan lingkungan. Anak mulai untuk memikirkan tentang kejadian
kejadian tanpa melakukan masalah. Anak mendapat benda sungguhan yang permanen dan akan
mencari benda yang mereka tidak terlihat tersembunyi; mis. todler akan mencari beberapa
tempat untuk menyimpan botol. Pemahaman ini di demonstrasikan dengan mencari botol dalam
lemari es.
b. Preoperasional ( 2-7 tahun )
Anak mengembangkan sistem perwakilan dan menggunakan simbol seperti kata untuk mewakili
manusia, tempat, dan benda. Konsep preoperasional dibatasi oleh kemampuan berfokus hanya
pada satu waktu ( sentrasi ), dan pemikiran sering terlihat tidak logis karena alasan anak dari satu
hal yang spesifik ke yang lainnya (mis. mobil menabrak anjing karena anak laki laki marah
pada anjing tersebut).
1). Prekonseptual (2 - 4 tahun)
Anak sangat egosentris. Batasan persepsi dan pemikiran Transduktif mulai; anak menjadi
animistik. Penangguhan imitasi (imitasi dari tindakan waktu yang di absorbs setelah waktu
berlalu) memperlihatkan penggunaan simbol.
2). Intuituf ( 4 7 tahun )
Anak mulai membentuk sesuatu tetapi tidak dapat menjelaskan hal tersebut secara rasional. Anak
tidak mampu untuk menyadari bagian dari sesuatu secara keseluruhan. Konsep intuitif
membolehkan klasifikasi sesuatu dengan satu atribut, biasanya warna atau bentuk (mis.
ketidakmampuan untuk fokus pada lebih dari satu karakteristik pada satu waktu).
c. Konkret operasional ( 7-11 tahun )
Kemampuan untuk memahami aturan dari percakapan menghasilkan pola pemikiran yang logis
dan mental operasional mis. reversibilitas, pemusatan, pembagian, transformasi, klasifikasi dari
dua atribut atau lebih, dan alas an induktif dan deduktif. Pembatasan merupakan hal yang akan
membuat ketidakmampuan anak untuk memahami abstraksi. Pemikiran anak dibatasi untuk
suatu hubungan dan fisik. Anak usia sekolah dapat membuat alas an mengenai apa itu, tetapi
tidak dapat membuat hipotesis mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat
berpikir mengenai masalah yang jedepan (mis. kemampuan untuk bermain checkers).
d. Formal operasional ( berkembang 11-15 tahun, digunakan selama kehidupan )

Berkembang kemampuan untuk berpikir perilaku abstrak, dan muncul pemikiran ilmiah. Pada
awalnya, pemikiran tersebut kaku, tapi hal tersebut menjadi bisa beradaptasi dan fleksibel.
Remaja mungkin kebingungan antara ideal dan praktik tetapi, pada saat mereka dihadapkan
dengan masalah (nyata atau hipotesis), mereka dapat menyarankan beberapa solusi. Kemampuan
untuk menyadari masalah moral dan politik dari berbagai pandangan yang ada.
6. Perkembangan Moral Menurut Kholberg
(a) Tingkat premoral (lahir sampai 9 tahun)
Terdapat sedikit kewaspadaan mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku moral yang bisa
diterima secara sosial. Anak menyerah kepada kekuatan dan kepimilikan. Hidup dinilai untuk
jumlah dan kekuatan dari kepemilikan.
- Orientasi hukuman dan kepatuhan (lahir sampai 6 tahun)
Peraturan dari orang lain diikuti untuk menghindari hukuman. Anak menggabungkan label dari
baik dan buruk dan benar dan salah dalam perilaku dalam bentuk konsekuensi dari tindakan
tindakan.
- Orientasi egoistik secara sederhana (6-9 tahun)
Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan; anak berasumsi bahwa penghargaan atau
bantuan akan diterima.
(b) Moralitas konvensional (9-13 tahun)
Usaha dilakukan untuk menyenangkan orang lain. Kontrol didapat dari dalam. Anak setia dan
peduli dengan pemeliharaan pengharapan keluaarga tanpa memperhatikan konsekuensinya.
- Anak laki-laki yang baik, anak perempuan yang manis (9-10 tahun)
Keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain merupakan hal yang paling sering.
Anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan. Hidup dinilai dari seberapa bagus
hubungan interpersonal (mengidentifikasi kepentingan individu secara emosional).
- Autoritas mempertahankan moralitas
Anak melakukan kewajiban untuk menghindari kritik oleh yang berwenang. Identifikasi
pegeseran pada agama atau institusi sosial sseperti sekolah.
c) Tingkat moralitas pasca konvensional ( 13 tahun sampai meninggal)
Individu memperoleh nilai moral yang benar. Pengarah kontrol adalah dari dalam. Pencapaian
nilai moral terjadi setelah dicapai formal operasional. Tidak semua orang mencapai tingkat ini.
- Orientasi kontraktual dan legislatik
Individu memilih prinsip moral untuk mematuhi atau meninggalkan aturan. Individu berhati-hati
untuk tidak melanggar hak-hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan
legal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan.
- Orientasi prinsip etis yang universal
Individu bersikap dalam cara yang menghargai martabat. Tahapan ini jarang dicapai. Jika
rancangan pemikiran dari dalam diganggu, akan muncul rasa bersalah (Potter, 2005 ).

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian data dasar
a) Identitas
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat
KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang

tidak sempurna.
b) Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng,
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan munt
(2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
(3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
(4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lainnya.
(5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson (1990) pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
(6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder (Radit, 2009 ).
c) Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Alasan penulisan menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola
fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas.
Untuk perawat latar belakang praktik yang beragam, model fungsional kesehatan yang berbentuk
dari hubungan antara klien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perorangan keluarga dan
komunitas. Setaip pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat
mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilih-milih data.
Pola fungsional tersebut antara lain :
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman kliententang kesehatan dan kesejahteraan dan bagaimana
kesehatan itu di atur.
2) Pola metabolik dan nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, pola konsumsi
makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan
berat badan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit) termasuk pola
individu sehari-hari atau eliminasi sehari-hari,perubahan atau gangguan dan metode yang di
gunakan untuk mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas dan olah raga
Menggambarkan olahraga aktivitas pengisian waktu luang dan reaksi termasuk aktivitas

kehidupan sehari-hari. Tipe dan jenis olahraga dan faktor-fakkto yang mempengaruhi pola
aktivitas (otot saraf, respirasi, dan sirkulasi).
5) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur,istirahat dan reaksi dari setiap bantuan merubah pola tersebut.
6) Pola persepsi dan kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif meliputi keadekuuatan untuk sensori
penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman serta laporan mengenai
persepsi nyeri.
7) Poal persepsi dan konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, kemampuan mereka ,
gambaran diri dan peran diri.
8) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan, meliputi persepsi terhadap peran
utama dan tanggungjawab dalam sesuai kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi seksual
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas, jenis kelamin, termasuk status
reproduksi wanita.
10) Pola koping toleransi dan stres
Menggambarkan koping umum dan eefektifan ketrampilan koping dalam mentoleransi jantung.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan ( termasuk kepercayaan spiritual) yang
mengarahkan pilihan dan kepercayaan diri (Potter, 2005).
2. Pengkajian Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
c) Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
d) Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
malnutrusi
e) Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
g). Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal

Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen


Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
h) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda /
varisela
i) Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis. (Rofiq, 2009)
4. Fokus Intervensi
Menurut Doenges (2000) fokus intervensinya antara lain :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, penurunan energi,
kelemahan.
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.
- Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Rasional : Kelainan pernafasan sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan
atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventius.
Rasional : krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
Respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan nafas atau obstruksi.
3) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari. Tawarkan air hangat.
Rasional : cairan memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
6) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan efek inflamasi, gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distres pernafasan tergantung pada atau indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.

2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis.
Rasional : sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam
menggigil, sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
3) Kaji status mental.
Rasional : gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia atau penurunan
oksigenasi serebral.
4) Awasi frekuensi jantung / irama.
Rasional : Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam / dehidrasi.
5) Pertahankan istirahat tidur.
Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi atau oksigen, untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
7) Awasi GDA
Rasional : mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
c. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme
pertahanan tubuh primer ( penurunan aktivitas silia dan sekret stasis di saluran napas ), tidak
adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh sekunder ( infeksi dan imunosupresi ), penyakit kronis
dan malnutrisi
Kriteria hasil :
- Tidak munculnya tanda tanda infeksi sekunder
- Pasien dapat mendemonstrasikan kegiatan untuk menghindarkan infeksi
Intervensi :
1) Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi
Rasional : selama periode ini, potensial berkembang menjadi komplikasi yang lebih fatal.
2) Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar
Rasional : sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi.
3) Mengubah posisi dan menfasilitasi jalan napas yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran dahak, membersihkan dari infeksi
4) Membatasi pengunjung atas indikasi
Rasional : mengurangi terpaparnya dengan organism pathogen lain.
5) Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual
Rasional : isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran/ memproteksi pasien dari proses infeksi
lainnya.
6) Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan aktivitas
Rasional : memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan pertahanan tubuh alami.
7) Memonitor keefektifan terapi antimicrobial
Rasional : tanda dari perbaikan kondisi seharusnya timbul antara 24 48 jam.
8) Memberi obat anti microbial sesuai indikasi
Rasional : obat obatan ini digunakan untuk membunuh mikroba penyebab pneumonia.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Kriteria hasil :
- Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
- Tidak menggigil
- Nadi normal

Intervensi :
1) Observasi suhu tubuh( 4 jam )
Rasional : Untuk mengetahui tingkat perkembangan kesehatan pasien
2) Pantau warna kulit
3) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
Rasional : antisipasi yang cepat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien
4) Berikan obat sesuai indikasi : antiseptik
Rasional : pemberian obat yang tepat mempercepat proses penyembuhan pasien
5) Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari.
e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum, kelelahan.
Kriteria hasil :
- Melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
Rasional : untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
4) Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman untuk istirahat dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk kedepan meja atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional : meminimalkan kelelahan.
f. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin,
batuk menetap.
Kriteria hasil :
- Tentukan karakteristik nyeri.
- Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur, dan peningkatan aktivitas dengan tepat
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri.
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia.
2) Pantau tanda vital.
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri.
3) Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, musik tenang atau perbincangan.
Rasional : dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional : Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional : alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.

6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.


Rasional : obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa
berlebihan.
g. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen
atau gas.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
- Mempertahankan atau meningkatkan BB.
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
4) Auskultasi bunyi usus atau observasi distensi abdomen.
Rasional : bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat. Distensi abdomen
menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering / menarik untuk pasien.
Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
h. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan,
penurunan masukan oral.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misal
membran mukosa lembab, turgor baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
Intervensi :
1) Kaji perubahan tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan. TD ortostatik
berubah menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa ( bibir, lidah )
Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.
3) Catat laporan mual atau muntah.
Rasional : adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine, hitung keseimbangan cairan.
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian.
5) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml / hari atau sesuai kondisi individual.
Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi.
6) Beri obat sesuai indikasi, misal antipiretik, antiemetik.
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.
i. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

Kriteria hasil :
- Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap BAB
Rasional : mengurangi iritasi lanjut dan mencegah infeksi
3) Hindari dari pakaian dan pengalas yang lembab.
Rasional : mengurangi kerusakan lebih lanjut dan memberikan kenyamanan
4) Ganti pakaian atau kain apabila lembab atau basah
Rasional : memberikan kenyamanan
5) Gunakan obat krim bila perlu untuk perawatan
Rasional : mengurangi iritasi
Menurut Wong (2004) fokus intervensinya antara lain :
j. Takut / cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, hospitalisasi.
Kriteria hasil :
- Anak tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernafasan atau ketidaknyamanan fisik
- Orang tua tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman.
- Anak melakukan aktivitas tenang.
Intervensi :
1) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai
dengan tahap perkembangan.
2) Ciptakan hubungan anak dan orang tua.
3) Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan.
4) Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak (mengayun, membelai )
5) Berikan obyek kedekatan ( mainan ).
6) Jangan melakukan apapun yang membuat anak menjadi lebih cemas.
7) Beri kepercayaan diri pada orangtua dan anak.
8) Cobalah untuk menghindari prosedur yang menimbulkan nyeri.
9) Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi anak.

Vous aimerez peut-être aussi