Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
TIJAUAN LITERATUR
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah yang terjadi pada ujung akhir bronkiolum, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
(Wong, 2004)
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai macam
etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma jamur, atau benda asing yang teraspirasi dengan akibat
timbulnya ketidakseimbangan veniilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismach).(Rizki,
2009)
Bronchopneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius (Brunner & Suddarth, 2001 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkeolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2001).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing. ( Ngastiyah, 2005 )
2. Etiologi
Etiologi menurut Betz and Sowden ( 2002 ) menyebutkan Bronchopneumonia disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
a) Virus (H. Influenza, adenovirus, rubeola, varisela, stiomegalovirus manusia, dan virus
sinisium pernafasan).
b) Bakteri (Stafilokokus, streptokokus dan pneumokokus)
c) Mikoplasma
d) Aspirasi subtansi asing
3. Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani ( 2001 ) manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari
bronkopneumonia seperti :
a) Serangan akut dan membahayakan
b) Demam tinggi (Pneumonia virus bagian bawah)
c) Batuk
d) Ronki
e) Wheezing
f) Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
g) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya).
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli
akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa
menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berpungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (Susilawati, 2008).
Bronchopneumonia disebabkan oleh organisme penumokokus teraspirasi kebagian tepi paru-paru
dari saluran nafas bagian atas atau nasoparing. Pada mulanya terjadi edema realitik yang akan
mendukung multiplikasi organisme-organisme tersebut dan ikut pula membantu penyebaran
infeksi kebagian-bagian paru lain terdekat. Lobus paru-paru yang sakit akan mengalami
konsolidasi dini. Suatu tingkat hepatisasi merah dengan lekosit-lekosit polimorfunuklir, fibrin,
butir-butir eritroist cairan edema dan pneumokokus-pneumokokus yang mengisi alveolusalveolus. Tingkat ini kemudian berlanjut ketingkat hepatisasi kelabu yang ditandai oleh
terjadinya deposisi fibrin diatas permukaan pleura serta adanya fibrin dan lekosit-lekosit
polimofonuklir dalam ruangan-ruangan alveolus dimana fagositas berlanjut cepat.
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi pada traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu bisa naik mendadak, sampai 39-40 oC dan kadang disertai kejang karena
demam tinggi; anak sangat gelisah, dipenea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernafasan
cuping hidung serta suinosis sekitar mulut dan hidung, batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Karena suhu tinggi sering terjadi hiperpireksia dan karena masukan makanan yang kurang bisa
dehidrasi, bila virus dan bakteri masuk ke saluran pencernaan khususnya dilambung terdapat
asam Hcl yang fungsinya untuk memfagosit akan mengiritasi pada lambung timbul mual muntah
terjadi peningkatan peristaltik menyebabkan diare. Diare ini jika berlangsung terus menerus
maka pembentukan asam laktat akan meningkat sehingga akan mengiritasi pada anus,
menyebabkan gangguan integritas kulit (FKUI, 2002).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zul Dahlan ( 2001 ) Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
bronkopneumonia yaitu :
a. Pemeriksaan Radiologis
b. Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (Airspace
disease) misalnya oleh Streptococus pneumoniae
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Misalnya pemeriksaan leukosit
e. Pemeriksaan bakteriologis
f. Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi, nasotrakeal, aspirasi farum, transtororakal,
torakonsentesis, bronkoskopi atau biopi.
g. Pemeriksaan Khusus
h. Dites antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma. Analisia gas darah untuk menilai
tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
6. Komplikasi
Komplikasi dari bronkopneumonia:
a. Atelektasis adalah pengembangan paru paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
Mulai belajar meraih benda-benda kecil dalam lingkaran, menaruh benda-benda dalam mulutnya.
c. Motorik Kasar
Mengangkat kepala dan dada dengan ditopang tangan
d. Kognitif dan Bahasa
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
3). Umur 6 sampai 9 bulan
a. Kemandirian dan bergaul
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
b. Motorik Halus
Dapat memindah benda dari tangan satu ke tangan yang lain, dapat merangkak meraih benda.
c. Motorik Kasar
Dapat duduk tanpa dibantu
d. Kognitif dan Bahasa
Mengeluarkan kata-kata tanpa artinya.
4). Umur 9 sampai 12 bulan
a. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
b. Dapat berjalan dituntun
c. Menirukan suara
d. Mengulang bunyi yang didengarnya.
e. Belajar menyatakan satu / dua kata
f. Mengerti perintah sederhana / larangan.
5). Umur 12 sampai 18 bulan
a. Berjalan dan mengeksploitasi rumah
b. Menyusun 2/3 kotak
c. Dapat mengatakan 5-10 kata
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
6). Umur 18 sampai 24 bulan
a. Naik turun tangga
b. Menyusun 6 kotak
c. Menunjuk mata dan hidungnya
d. Menyusun dua kalimat
e. Belajar makan sendiri
f. Menggambar garis di kertas atau pasir
g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
h. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
i. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka.
7). Umur 2 sampai 3 tahun
a. Berjalan meloncat, memanjat , melompat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak
c. Mampu menyusun kalimat
d. Mempergunakan kata-kata saya bertanya, mengerti kata yang dianjurkan kepada kepadamu
e. Menggambarkan lingkaran
f. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar keluarga.
8). Umur 3 sampai 4 tahun
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
Pada tahap ini individu mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam aktivitas di
masyarakat dan keinginannya adalah membuat dunia menerimanya. Jika pada tahap ini terjadi
kegagalan, akan terjadi penghentian dalam kegiatan dan aktivitasnya.
h) Tahap inegritas vs keputusan ( masa dewasa lanjut )
Pada tahap ini individu memikirkan tugas tugas dalam menghakhiri kehidupan, perasaan putus
asa akan mudah timbul karena kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam
kehidupan. (Hidayat, 2006)
4. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud
a. Oral sensori ( lahir sampai 12-18 bulan atau bayi )
Aktivitas melibatkan mulut seperti mengisap, menggigit, dan mengunyah merupakan sumber
utama kenikmatan. Anak yang terhalang kegiatan mengisap mungkin berusaha untuk
memuaskan kebutuhan ini dikemudian hari melalui aktivitas seperti mengunyah permen karet,
merokok, dan makan yang berlebihan.
b. Anal muscular ( 12-18 bulan sampai 3 tahun atau masa toddler )
Pemuasan kenikmatan sensual berasal dari retensi dan pengeluaran feses. Mengotori adalah
aktivitas yang umum. Konflik eksternal mungkin ditemui pada saat latihan ke toilet di usahakan
dan kemudian terlihat dalam perilaku seperti konstipasi, kelambatan, dan kesakitan.
c. Falik lokomosi ( 3-6 tahun atau masa prasekolah )
Manipulasi genetalia menghasilkan sensasi yang bias menyenangkan. Masturbasi dimulai dan
keingintahuan seksual manjadi terbukti. Sesuatu yang timbul dari kompleks Oedipus dan Electra
untuk laki laki dan perempuan secara berturut - turut terjadi. Lancang, malu, dan takut
mungkin merupakan ekspresi dari fiksasi pada tahap ini.
d. Latensi ( 6 tahun sampai pubertas atau masa sekolah )
Ini adalah periode tenang yang Freud percaya pada saat ini kegiatan seksual tersebut tidur;
bagaimana pun juga, anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenusdengan teman sebaya yang
sama jenis kelaminnya. Penggunaan koping anak dan mekanisme pertahanan diri muncul pada
waktu ini; ketertarikan seksual mungkin disublimasi melalui bermain yang giat dan perolehan
keterampilan.
e. Genital ( pubertas sampai masa dewasa)
Genetalia menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual. Produksi hormon seksual
menstimulasi perkembangan hubungan heteroseksual. Ini adalah waktu peningkatan biologis,
pada saat interaksi emosi yang belum matur sering terjadi pada awal fase. Pada saatnya,
berkembang kemampuan untuk memberi dan menerima cinta yang matang.
5. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
a. Sensorimotor ( lahir sampai 2 tahun )
Anak belajar mengenai dunia melalui aktivitas sensori dan motorik. Anak secara lambat
mengembangkan konsep bahwa orang dan benda merupakan hal yang permanen, walaupun
mereka tidak lagi terlihat.
1) Aktivitas reflek ( lahir sampai 1 bulan )
Anak melatih refleks saat lahir dan meningkatkan beberapa kontrol reflek tersebut. Memodifikasi
refleks menjadi lebih efisien. Mengisap merupakan yang lebih efektif dan selektif.
2) Reaksi sirkuler primer ( 1 sampai 4 bulan )
Bayi mengulang tindakan yang bisa menyenangkan yang pertama kali terjadi secara kebetulan.
Aktivitas berfokus pada tubuh bayi; mulai terjadi koordinasi. Berkembang koordinasi mata, mata
telinga, tangan mulut, dan aktivitas seperti mengisap ibu jari dan mengisap botol menjadi
sesuatu yang di sengaja dan suatu keahlian.
Berkembang kemampuan untuk berpikir perilaku abstrak, dan muncul pemikiran ilmiah. Pada
awalnya, pemikiran tersebut kaku, tapi hal tersebut menjadi bisa beradaptasi dan fleksibel.
Remaja mungkin kebingungan antara ideal dan praktik tetapi, pada saat mereka dihadapkan
dengan masalah (nyata atau hipotesis), mereka dapat menyarankan beberapa solusi. Kemampuan
untuk menyadari masalah moral dan politik dari berbagai pandangan yang ada.
6. Perkembangan Moral Menurut Kholberg
(a) Tingkat premoral (lahir sampai 9 tahun)
Terdapat sedikit kewaspadaan mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku moral yang bisa
diterima secara sosial. Anak menyerah kepada kekuatan dan kepimilikan. Hidup dinilai untuk
jumlah dan kekuatan dari kepemilikan.
- Orientasi hukuman dan kepatuhan (lahir sampai 6 tahun)
Peraturan dari orang lain diikuti untuk menghindari hukuman. Anak menggabungkan label dari
baik dan buruk dan benar dan salah dalam perilaku dalam bentuk konsekuensi dari tindakan
tindakan.
- Orientasi egoistik secara sederhana (6-9 tahun)
Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan; anak berasumsi bahwa penghargaan atau
bantuan akan diterima.
(b) Moralitas konvensional (9-13 tahun)
Usaha dilakukan untuk menyenangkan orang lain. Kontrol didapat dari dalam. Anak setia dan
peduli dengan pemeliharaan pengharapan keluaarga tanpa memperhatikan konsekuensinya.
- Anak laki-laki yang baik, anak perempuan yang manis (9-10 tahun)
Keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain merupakan hal yang paling sering.
Anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan. Hidup dinilai dari seberapa bagus
hubungan interpersonal (mengidentifikasi kepentingan individu secara emosional).
- Autoritas mempertahankan moralitas
Anak melakukan kewajiban untuk menghindari kritik oleh yang berwenang. Identifikasi
pegeseran pada agama atau institusi sosial sseperti sekolah.
c) Tingkat moralitas pasca konvensional ( 13 tahun sampai meninggal)
Individu memperoleh nilai moral yang benar. Pengarah kontrol adalah dari dalam. Pencapaian
nilai moral terjadi setelah dicapai formal operasional. Tidak semua orang mencapai tingkat ini.
- Orientasi kontraktual dan legislatik
Individu memilih prinsip moral untuk mematuhi atau meninggalkan aturan. Individu berhati-hati
untuk tidak melanggar hak-hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan
legal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan.
- Orientasi prinsip etis yang universal
Individu bersikap dalam cara yang menghargai martabat. Tahapan ini jarang dicapai. Jika
rancangan pemikiran dari dalam diganggu, akan muncul rasa bersalah (Potter, 2005 ).
tidak sempurna.
b) Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng,
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan munt
(2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
(3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
(4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lainnya.
(5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson (1990) pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
(6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder (Radit, 2009 ).
c) Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Alasan penulisan menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola
fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas.
Untuk perawat latar belakang praktik yang beragam, model fungsional kesehatan yang berbentuk
dari hubungan antara klien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perorangan keluarga dan
komunitas. Setaip pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat
mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilih-milih data.
Pola fungsional tersebut antara lain :
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman kliententang kesehatan dan kesejahteraan dan bagaimana
kesehatan itu di atur.
2) Pola metabolik dan nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, pola konsumsi
makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan
berat badan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit) termasuk pola
individu sehari-hari atau eliminasi sehari-hari,perubahan atau gangguan dan metode yang di
gunakan untuk mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas dan olah raga
Menggambarkan olahraga aktivitas pengisian waktu luang dan reaksi termasuk aktivitas
kehidupan sehari-hari. Tipe dan jenis olahraga dan faktor-fakkto yang mempengaruhi pola
aktivitas (otot saraf, respirasi, dan sirkulasi).
5) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur,istirahat dan reaksi dari setiap bantuan merubah pola tersebut.
6) Pola persepsi dan kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif meliputi keadekuuatan untuk sensori
penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman serta laporan mengenai
persepsi nyeri.
7) Poal persepsi dan konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, kemampuan mereka ,
gambaran diri dan peran diri.
8) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan, meliputi persepsi terhadap peran
utama dan tanggungjawab dalam sesuai kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi seksual
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas, jenis kelamin, termasuk status
reproduksi wanita.
10) Pola koping toleransi dan stres
Menggambarkan koping umum dan eefektifan ketrampilan koping dalam mentoleransi jantung.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan ( termasuk kepercayaan spiritual) yang
mengarahkan pilihan dan kepercayaan diri (Potter, 2005).
2. Pengkajian Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
c) Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
d) Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
malnutrusi
e) Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
g). Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis.
Rasional : sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam
menggigil, sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
3) Kaji status mental.
Rasional : gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia atau penurunan
oksigenasi serebral.
4) Awasi frekuensi jantung / irama.
Rasional : Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam / dehidrasi.
5) Pertahankan istirahat tidur.
Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi atau oksigen, untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
7) Awasi GDA
Rasional : mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
c. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme
pertahanan tubuh primer ( penurunan aktivitas silia dan sekret stasis di saluran napas ), tidak
adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh sekunder ( infeksi dan imunosupresi ), penyakit kronis
dan malnutrisi
Kriteria hasil :
- Tidak munculnya tanda tanda infeksi sekunder
- Pasien dapat mendemonstrasikan kegiatan untuk menghindarkan infeksi
Intervensi :
1) Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi
Rasional : selama periode ini, potensial berkembang menjadi komplikasi yang lebih fatal.
2) Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar
Rasional : sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi.
3) Mengubah posisi dan menfasilitasi jalan napas yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran dahak, membersihkan dari infeksi
4) Membatasi pengunjung atas indikasi
Rasional : mengurangi terpaparnya dengan organism pathogen lain.
5) Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual
Rasional : isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran/ memproteksi pasien dari proses infeksi
lainnya.
6) Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan aktivitas
Rasional : memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan pertahanan tubuh alami.
7) Memonitor keefektifan terapi antimicrobial
Rasional : tanda dari perbaikan kondisi seharusnya timbul antara 24 48 jam.
8) Memberi obat anti microbial sesuai indikasi
Rasional : obat obatan ini digunakan untuk membunuh mikroba penyebab pneumonia.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Kriteria hasil :
- Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
- Tidak menggigil
- Nadi normal
Intervensi :
1) Observasi suhu tubuh( 4 jam )
Rasional : Untuk mengetahui tingkat perkembangan kesehatan pasien
2) Pantau warna kulit
3) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
Rasional : antisipasi yang cepat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien
4) Berikan obat sesuai indikasi : antiseptik
Rasional : pemberian obat yang tepat mempercepat proses penyembuhan pasien
5) Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari.
e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum, kelelahan.
Kriteria hasil :
- Melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
Rasional : untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
4) Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman untuk istirahat dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk kedepan meja atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional : meminimalkan kelelahan.
f. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin,
batuk menetap.
Kriteria hasil :
- Tentukan karakteristik nyeri.
- Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur, dan peningkatan aktivitas dengan tepat
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri.
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia.
2) Pantau tanda vital.
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri.
3) Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, musik tenang atau perbincangan.
Rasional : dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional : Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional : alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.
Kriteria hasil :
- Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap BAB
Rasional : mengurangi iritasi lanjut dan mencegah infeksi
3) Hindari dari pakaian dan pengalas yang lembab.
Rasional : mengurangi kerusakan lebih lanjut dan memberikan kenyamanan
4) Ganti pakaian atau kain apabila lembab atau basah
Rasional : memberikan kenyamanan
5) Gunakan obat krim bila perlu untuk perawatan
Rasional : mengurangi iritasi
Menurut Wong (2004) fokus intervensinya antara lain :
j. Takut / cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, hospitalisasi.
Kriteria hasil :
- Anak tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernafasan atau ketidaknyamanan fisik
- Orang tua tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman.
- Anak melakukan aktivitas tenang.
Intervensi :
1) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai
dengan tahap perkembangan.
2) Ciptakan hubungan anak dan orang tua.
3) Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan.
4) Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak (mengayun, membelai )
5) Berikan obyek kedekatan ( mainan ).
6) Jangan melakukan apapun yang membuat anak menjadi lebih cemas.
7) Beri kepercayaan diri pada orangtua dan anak.
8) Cobalah untuk menghindari prosedur yang menimbulkan nyeri.
9) Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi anak.