Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang mengalami
perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan
kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap
sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu di tunjang dengan adanya
manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen keperawatan diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus
dikuasai adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi
melalui pengumpulan data dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material, Method,
Machine), analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
model keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat
kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan
1
profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
di Indonesia.
Rumah Sakit Ulin sebagai Rumah Sakit pusat rujukan di Kalimantan Selatan
dan Tengah sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan tipe A mempunyai beberapa
ruangan yang menjadi ruang percontohan dalam menerapkan model keperawatan
SP2KP. Model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang dilaksanakan di
Ruang Anak Tulip IIA adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode
SP2KP moduler. Kelebihan dari metode ini adalah metode ini dapat dilaksanakan
karena keterbatasan jumlah dan kualifikasi tenaga perawatan yang layak. SP2KP
yang dilaksanakan di Ruang Anak Tulip IIA belum optimal.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka praktikanmencoba mendalami tentang
SP2KP di Ruang Anak Tulip IIA dengan melakukan pengkajian dan implementasi
terhadap permasalahan yang ada.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan dan
model pemberian asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip metode
SP2KP moduleryang telah diterapkan di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin
Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menganalisis lingkungan suatu ruang perawatan dan menghitung kebutuhan
tenaga keperawatan disuatu ruangan perawatan.
b. Melaksanakan peran sesuai dengan model SP2KP.
c. Meningkatkan gairah kerja dan profesionalisme tenaga kesehatan di ruangan.
d. Melakukan supervisi keperawatan bersama tenaga kesehatan yang ada di ruangan.
2
tingkat
kepuasan
kerja
yang
optimal
dan
meningkatkan
profesionalisme perawat.
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan lain, dan perawat dengan klien serta keluarga.
3
BAB II
PENGKAJIAN
A. Visi, Misi, dan Motto
2.1.1
b.
c.
Menjadi pusat rujukan medik spesialistik, sub spesialistik dan pusat pelayanan
unggulan.
d.
e.
f.
anak
ADMINISTRASI
- Saadah
- Ani
KATIM 2:
Norhasanah, AMK
Rg Gizi/ Neurologi :
Fitriah, AMK
Melda A, AMK
KATIM 3:
Rusma H, AMK
Gastro Interologi/ Infeksi
:
1.Noor Alfiatin N, S.Kep,
Ns
2.Rika Arlita, AMK
3.Rosida Elfah, AMK
CS
- Ikhsan
- Norhasanah
KATIM 4:
Rusma H, AMK
Nefrologi :
1.
2.
3.
Lindawati N,AMKeb
Lailatul , AMK
Rianti, AMK
PEKARYA
-Farid Rozali
Gambar 2.1 Struktur Organisasi di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin
b. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan di Ruang Tulip II A seluruhnya berjumlah 17 orang, sudah
termasuk kepala ruangan dan supervisor.
Tabel 2.1. Daftar Tenaga Keperawatan di Ruang II A RSUD Ulin Banjarmasin
No.
Nama
1.
2.
PNS/Non
PNS
PNS
Jabatan
Kepala
Ruangan
S2
S2
DIII Kep..
DIII Kep.
12 tahun
14 tahun
BLS
BLS
Katim 4
Staf
perawat
Staf
perawat
Sraf
perawat
Staf
perawat
Staf
perawat
S1
DIII Kep.
14 tahun
7 tahun
BLS
BLS
DIII Kep.
15 tahun
BLS
DIII Keb.
10 tahun
BLS
DIII Keb
9 tahun
BLS
S.Kep.,Ns
1 tahun
BLS, BTCLS
Staf
perawat
Staf
Perawat
Staf
Perawat
Staf
perawat
Staf
perawat
Staf
perawat
Staf
perawat
DIII Kep.
10 tahun
BLS
DIII Kep.
8 tahun
BLS
DIII Kep.
8 tahun
BLS
DIII Kep
8 tahun
BLS
DIII Kep.
8 tahun
BLS
DIII Kep.
8 tahun
BLS
DIII Kep.
8 tahun
BLS
Supervisor
PNS
PNS
Katim 2
Katim 3
5.
6.
PNS
PNS
7.
Rusniah, AMK
PNS
8.
PNS
13.
Noviyanti,
AMKeb
Lindawati,
AMKeb
Noor Alfiatin
Ni,mah S.Kep,
Ns
Rosida Elfah,
AMK
Melda Agustina ,
AMK
Mardiah, AMK
14.
Lailatul, AMK
15.
Fitriah, AMK
16.
Rianti, AMK
17.
Rika Arlita,
AMK
10.
11.
12.
c.
PNS
PNS
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Karyawan
BLUD
Pelatihan
22 tahun
PNS
9.
Masa
Kerja
12 tahun
CI, BLS,
BTCLS
BLS, BTCLS
Taufik Hidayat,
S.Kep, M.Kes
Gusnita, AMK
Norhasanah,
AMK
Rusma H, S.Kep
Putriyanti, AMK
3.
4.
Pendidikan
d.
Status
Kepegawaian
PNS
PNS
PNS
PNS
Non PNS
BLUD
BLUD
Nama
Farid Rozali
Adisti
Reni
Saadah
Ani
Sanah
Ihsan
Pendidikan
SMP
DIII Gizi
S1 Farm Apt
SMA
SMA
SMA
SMA
Masa
Kerja
30 tahun
5 tahun
3 tahun
25 tahun
4 tahun
1,5 tahun
7 tahun
Jabatan
Pekarya
Ahli Gizi
Apoteker
Administrasi
Administrasi
CS
CS
Tenaga Medis
Tenaga medis di Ruang Anak Tulip IIA seluruhnya berjumlah 8 orang yaitu:
Tabel 2.3 Daftar Tenaga Medis di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
e.
Nama
Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (k)
dr. Meriah Sembiring, Sp.A
dr. Hasni Hasan Basri, Sp.A
dr. Wulandewi, Sp.A
dr. Khairiadi, Sp.A
dr. selli Muljanto, Sp.A
dr. Nurul Hidayah, Sp.A
dr. Arif Budiarto, Sp.A
Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin
Jumlah tenaga kerja di Ruang Anak Tulip IIA seluruhnya berjumlah orang, dapat
Jumlah (orang)
.
1.
2.
f.
A.
B.
C.
D.
E.
Tenaga Keperawatan
Tenaga Non Keperawatan
Jumlah
17
7
24
Tabel 2.6 Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Anak Tulip IIA 30 Juni 2015
Tingkat
Jumlah
11
Ketergantungan
Minimal
Parsial
Total
Jumlah
klien
Pagi
Sore
Malam
0
13
1
14
0x0,17= 0
13x0,27=3,51
1x0,36=0,36
3,87=4
0x0,14=0
13x0,15=1,95
1x0,30=0,30
2,25=2
0x0,07=0
13x0,10=1,3
1x0,20=0,20
1,5=1
Keterangan :
A x B x 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365-C) x jam kerja/hari
12
(365-82)x7
= 4x19,2x365
283x7
= 28,032= 14,15 orang = 14 orang
1981
Lama jam
perawatan
1 jam
3 jam
5 jam
Jumlah klien
Minimal care
Partial care
Total care
0 orang
13 orang
1 orang
Total
Jumlah
0 jam
39 jam
5 jam
44 jam
Diketahui jumlah tempat tidur adalah 32 unit, BOR dari Maret sampai April
sebanyak 60% sehingga jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yaitu:
(4 x 52 mg) x 7 hr (32 x 64/100%)
13
Tenaga Perawat =
+ 25%
41 mg x 40 jam
208 x 7 x 20,48
Tenaga Perawat =
+ 25%
1640
= 18,182 + 25%
= 18 + 5 atau 23 orang + 1 orang kepala ruangan = 24 orang
Keamanan Klien
Tanggal Observasi
Juni 2015
29
30
Variabel
Total
10
10
20
14
0 X 100 = 0%
5
6
15
Tanggal Obervasi
Total
29
0
30
0
0
0
0
0
0
0
JUMLAH KESALAHAN
JUMLAH KLIEN
0
12
0
14
0
26
12
Angka
kejadian
Patient
14
26
Safety
di
Ruang
Anak
Tulip
29-30 Juni
IIA sudah
2015 pencatatan
patient safety meliputi kejadian dekubitus 0 orang (0%) serta kejadian klien jatuh
tidak ada (0%), serta tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (0%).
h.
16
4%
7%
8%
11%
3%
22%
18%
17%
ALL
AML
THALASEMIA
DHF
EWING SARKOMA
NHL
PNEUMONIA
RETINO BLASTOMA
ANEMIA APLASTIK
ANEMIA HEMOLITIK
5%
Obs.Vomitus
27%
thalasemia
7%
7%
obs. Febris
9%
11%
18%
KDS/Febris Convulsi
Kejang demam komplit
Pneumonia
PJB
17
7 Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pola nafas
Hipertermi
7%
7%
Resiko kekurangan volume cairan
7%
Resiko
35% infeksi
Nutrisi kurang
7%
Nyeri akut
14%
22%
PERNYATAAN
Pemberian insentif tambahan atas suatu
prestasi atau kerja ekstra
Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pelayanan
Tersedianya fasilitas penunjang RS seperti
kamar mandi, tempat parkir, dan kantin
Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan
Adanya jaminan atas kesehatan / keselamatan
kerja
Perhatian institusi rumah sakit terhadap
saudara
Hubungan antar karyawan dalam kelompok
kerja
Kemampuan dalam berkerjasama antar
18
STP
TP
SP
0%
50%
50%
0%
0%
50%
50%
0%
0%
50%
50%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
9
10
11
12
13
14
15
16
17
karyawan
Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara
Kesesuaian antar pekerjaan dan latar
belakang pendidikan saudara
Kemampuan dalam menggunakan waktu
bekerja dengan penugasan yang diberikan
Kemampuan supervisi / pengawas dalam
membuat keputusan
Perlakuan atasan selama bekerja disini
Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
dalam penyelesaikan pekerjaan
Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan
Kesempatan untuk mendapat posisi yang
lebih tinggi
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi
dan mendapatkan kenaikan pangkat
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
Pernyataan
Sangat
setuju
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kondisi kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja
saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman
Kebijakan
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah sakit
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak
merugikan karyawan
Hubungan antar pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih
memuaskan saya
Rekan kerja saya dikantor ini menyenangkan
Supervise
Komunikasi dengan atasan sangat baik
Atasan membantu dalam permasalahan yang
menyangkut pekerjaan
Prestasi
19
Jawaban
setuj
Tdk
u
setuju
0%
100%
0%
Sangat
tdk
setuju
0%
0%
0%
100%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
0%
100%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
50%
50%
0%
10
11
12
13
14
15
16
17
18
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
0%
100%
50%
0%
50%
0%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
Sebanyak 50% perawat BLUD menyatakan tidak setuju pada poin pertanyaan
9 dan 13 Saya tidak puas dengan prestasi kerja saya saat ini dan poin Pekerjaan yang
saya lakukan tidak sesuai dengan jobdescription sedangkan pada poin pertanyaan
lain setuju
Sedangkan berdasarkan data angket yang disebarkan kepada 5 orang perawat
pegawai PNS di Ruang Anak Tulip II A pada tanggal 29-30 Juni 2015, didapatkan
hasil:
Tabel 2.13 Tingkat motivasi kerja perawat PNS
No
1
2
3
4
PERNYATAAN
Pemberian insentif tambahan atas suatu
prestasi atau kerja ekstra
Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pelayanan
Tersedianya fasilitas penunjang RS seperti
kamar mandi, tempat parkir, dan kantin
Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan
20
STP
TP
SP
0%
50%
50%
0%
0%
83,3%
16,6%
0%
0%
66,6%
33,3%
0%
16,6%
50%
33,3%
0%
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
16,6%
16,6%
66,6%
0%
0%
33,3%
66,6%
0%
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
83,3%
16,6%
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
33,3%
66%
0%
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
0%
100%
0%
16,6%
0%
66,6%
16,6%
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
16%
83,3%
0%
: Tidak puas
: Puas
SP
: Sangat puas
21
4
5
6
7
8
9
Pernyataan
Kondisi kerja
Saya merasa puas dengan kondisi
lingkungan kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan
nyaman
Kebijakan
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah
sakit
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit
tidak merugikan karyawan
Hubungan antar pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja
lebih memuaskan saya
Rekan kerja saya dikantor ini menyenangkan
Supervise
Komunikasi dengan atasan sangat baik
Atasan membantu dalam permasalahan yang
menyangkut pekerjaan
Prestasi
Saya tidak puas dengan prestasi kerja saya
saat ini
22
Jawaban
Setuu
Tdk
setuju
Sanga
t
setuju
0%
83,3%
16,6%
Sanga
t tdk
setuju
0%
16,6%
66,6%
16,6%
0%
0%
66,6%
33,3%
0%
0%
66,6%
33,3%
0%
0%
100%
0%
0%
0%
16,6%
100%
50%
0%
33,3%
0%
0%
0%
66,6%
33,3%
0%
0%
50%
50%
0%
10
11
12
13
14
15
16
17
18
0%
16,6%
83,3%
0%
0%
66,6%
33,3%
0%
0%
83,3%
16,6%
0%
0%
16,6%
83.3%
0%
0%
16,6%
66,6%
16,6%
16,6%
66,6%
16,6%
0%
16,6%
66,6,%
16,6%
0%
0%
83,3%
16,6%
0%
0%
83,3%
16,6%
0%
Hasil kuesioner pada perawat dengan status pegawai PNS menunjukkan bahwa
sebanyak 100% perawat menyatakan setuju pada poin pertanyaan 6 Rekan kerja
saya dikantor ini menyenangkan, poin 5 Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja
lebih memuaskan saya. Dan tidak setuju dengan pertanyaan nomer poin 10 Saya
tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas prestasi kerja saya, poin 13
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan job Description.
7. Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan
(Instrumen B) di Ruang Anak Tulip IIA
Instrument B adalah alat ukur untuk mengevaluasi tentang persepsi
klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebar kuesioner
kepada klien atau keluarga di Ruang Anak Tulip IIA yang memenuhi kriteria, yaitu
23
sudah di beri tindakan dan bersedia mengisi kuesioner dengan jumlah sampel
sebanyak 10 orang. Pada saat kuesioner diberikan, klien telah di beri penjelasan
mengenai tujuan pengambilan data dan cara pengisian kuesioner.
1) Data Umum
a) Usia
Tabel. 2.15 Rekapitulasi Usia Klien
NO.
Usia
Jumlah
1.
0-5 tahun
10
100
2.
5-11 tahun
3.
12-16 tahun
10
100
Total
Usia
<20 tahun
20-40 tahun
40-65 tahun
65-74 tahun
Jumlah
1
8
1
0
10
80
10
0
100
10
Pendidikan
Pra Sekolah
TK/PAUD
SD
SLTP/MTS
Total
Jumlah
10
0
0
0
10
100
0
0
0
100
NO
.
1.
2.
3.
4.
Pendidikan
SD
SMP
SMA
S1
Total
Jumlah
5
4
0
1
10
50
40
0
10
100
Jumlah
4
6
10
40
60
100
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden dengan lama rawat > 7 hari
yaitu 6 orang (60%) .
d) Pekerjaan
Tabel. 2.2.0 Rekapitulasi Pekerjaan Orang Tua
No
1.
2.
3.
4.
Total
Usia
PNS
ABRI
Swasta
Lain
Jumlah
1
0
7
2
10
10
0
70
20
100
25
10
11
Pertanyaan
Apakah perawat selalu memperkenalkan diri
Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok
diruangan
Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu
makan anda/keluarga anda
Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal
makanan anda/keluarga anda
Apakah perawat menanyakan /memperhatikan berapa
jumlah makanan dan minuman yang biasa anda/keluarga
anda habiskan
Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri
apakah perawat membantu menyuapinya
Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, apakah
perawat selalu memeriksa cairan/tetesanya dan area sekitar
pemasangan jarum infus
Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air
besar apakah perawat menganjurkan makan buah-buahan,
sayuran, minum yang cukup, banyak bergerak
Pada saat perawat membantu anda/keluarga anda waktu
buang air besar- buang air kecil, apakah perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan
Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga
kebersihannya dengan disapu dan dipel setiap hari
Apakah lantai kamar mandi, WC selalu : bersih, Tidak licin,
tidak berbau, cukup terang
26
Jawaban (persentase)
Ya
Tidak
10 %
90 %
100 %
60 %
40 %
10 %
90 %
50 %
50 %
10 %
90 %
80 %
20 %
70 %
30 %
10 %
90 %
70 %
30 %
20 %
80 %
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Rata-rata
100 %
100 %
50 %
50 %
40 %
60 %
20 %
80 %
90 %
10 %
100 %
100 %
100 %
10 %
90 %
70 %
30 %
100 %
30 %
70 %
80 %
20 %
1210
1220
Keterangan :
=
1210
Rating Skala
X 100%
4% - 32%
33% - 68%
1210+1220
> 68%
27
: Tidak Puas
: Cukup Puas
: Puas
R.
DM
65 Pintu Keluar
Pintu Masuk
R. Obsevasi
Ruang Mahasiswa
Manajemen
R.
R.
Lift
Karu
Adm
R.
Disk
Nurse
Station
Kons
usi R. Tindakan
Wc
Wc
ultasi
Musholla
Wc
R. Perawat
Wc
Umum
b.
Tulip IIA sudah bisa dikategorikan cukup bersih akan tetapi ada beberapa waktu
yang kadang terlihat sedikit sampah yang berserakan didepan ruangan. Rak sepatu
65
sudah cukup per ruangan tetapi beberapa sendal dari keluarga klien masih ada
beberapa berserakan di lantai.
Pada setiap bed klien tampak masih banyak barang-barang dari keluarga
mletakkan dibawah bed klien yang kurang rapi. Pada daerah sekitar Ruang Anak
Tulip IIA saat pengkajian tampak keluarga klien yang berkunjung pada jam
kunjungan terlalu banyak dan tidak masuk bergantian. Kadang keluarga klien
tidur di tempat tidur yang tidak ditempati oleh klien.
Hasil pengkajian Sarana dan prasarana terdapat blok yang kosong bekas
peninggalan hemato-ongkologi yang rencananya dilakukan pembuatan ruang
bermain untuk anak di ruang tulip IIA. Rencana masih dalam tahap pembuatan
proposal.
Keadaan fasilitas seperti WC dan kamar mandi klien sudah mencukupi,
terdapat WC pada setiap blok ruangan, hanya saja kebersihannya kurang terjaga,
masih ada beberapa WC yang terlihat kurang tertata rapi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa klien dan keluarga WC dan kamar mandi sebenarnya
cukup bersih, namun ada beberapa WC yang menimbulkan bau yang tidak enak
setelah dipakai. Hal ini juga di dukung dari hasil observasi pada tanggal 28 Juni
2015, pada blok ruangan observasi dan blok ruangan infeksi & neurologi tercium
bau yang tidak enak. Peralatan seperti pispot tidak ditemukan di setiap WC, akan
tetapi hanya ada 1 WC yang terdapat Urinal. Gambaran umum jumlah tempat
tidur di Ruang Anak Tulip IIA adalah 32 tempat tidur.
c.
Ruang Anak Tulip IIA dikatakan terdapat Arsip pembayaran klien, Buku Sensus
klien, Buku penyerahan status MR, Buku penyerahan SMF, Buku penyerahan
BPJS, dan Protap pelaksanaan adminstrasi klien.
e. Daftar Inventaris Barang
Data inventaris ruang rawat inap tahun 2015 Ruang Anak Tulip IIA
mengenai perlengkapan alat-alat kantor yang ada di Ruang Anak Tulip IIA seperti
uraian dibawah ini :
Tabel 2.22 Daftar barang alat dan bahan kedokteran dan keperawatan di Ruang
Anak Tulip IIA RSUD ULIN Banjarmasin
65
No
Nama Alat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Tensi Meter
Stetoskop
Manset Dewasa
Gunting verban
Bak Intrumen Besar
Bak Intrumen Sedang
Bak Intrumen Kecil
Bak Spuit
Nierbeken
Regulator Oksigen
Kereta Oksigen Kecil
Brankar
Masker Oksigen Lengkap
Nasal Kateter Oksigen
Suction pump fortabel
Reflek Hammer
Tromol Gaas
Oksigen Sentral
Ambu Beg
Urinal
Termometer Digital/Raksa
Tourniquet
Buli Buli Panas
Senter
Nebulizer
Ranjang Klien Lama
Standar infuse beroda dan tidak
beroda
Lampu Emergency
Tabung pemadam kecil
Lemari obat emergency
Nebul Mask
Infus Pump
Syringe Pump
Timbangan BB/TB
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah Alat
Baik
3
2
3
2
1
2
1
1
2
6
1
1
3
3
1
1
1
24
1
1
1
3
1
1
2
32
32
Ratio Ideal
4
3
1
5
3
1
3
4/ Ruangan
2/ Ruangan
1/ Ruangan
4/ Ruangan
2/ Ruangan
2/ Ruangan
1/ Ruangan
2/ Ruangan
2/ Ruangan
1:1/4
2/Ruangan
2/Ruangan
2/Ruangan
1/Ruangan
2/Ruangan
2/Ruangan
1:1
1/Ruangan
1/Ruangan
2/Ruangan
2/Ruangan
2/Ruangan
1/Ruangan
2/Ruangan
1:1
1/ Ruangan
1:1/2
5/ Ruangan
2/ Ruangan
1/ Ruangan
1/ Ruangan
2/ Ruangan
1:1
1:1
Tabel 2.23 Alat yang tidak termasuk dalam ratio ideal di ruang anak Tulip IIA
RSUD Ulin Banjarmasin
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Alat
Pinset Anatomis
Pinset Cirugis
Gunting Lancip Bengkok
Klem Arteri
NGT ukuran 5
Surflu ukuran 25
Urine bag
Infus set
65
Jumlah Alat
Baik
1
1
1
2
2
26
1
4
Satuan
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Tabel 2.24 Daftar bahan yang tidak termasuk dalam ratio idel di ruang Anak Tulip
IIA RSUD Ulin Banjarmasin
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Bahan
Jumlah Bahan
Gel lubrication
Betadine
Mayo
Infuse RL
Infuse Nacl
Infuse D5
Infuse D10
Infuse Asering
Infuse D5 Ns
Diazole
KA-EN 1B
KA-EN 3B
Tridex 27B
Sanbe Hest 130
Infusa M-20
FIMA HES 200
1
1
15
5
5
6
6
4
8
7
2
4
4
2
1
1
Satuan
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Tabel 2.25 Daftar alat rumah tangga di Ruang Anak Tulip IIA
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah Alat
Baik
2
1
9
3
3
1
1
0
1
Nama barang
Wastafel
Lemari linen
Bak sampah non medis
Bak sampah medis
Tabung pemadam kecil
Brankar
Tempat Spuit
Meja Klien
Lemari obat emergency
65
Ratio Ideal
1:1
1/ Ruangan
4/ Ruangan
2/ Ruangan
5/ Ruangan
2-3/ Ruangan
1/ Ruangan
1:1
1/Ruangan
10
11
12
13
Trolly obat
Kursi Roda
Lemari Klien
Lampu sorot
1
1
32
1
1/Ruangan
2-3/Ruangan
1:1
1/Ruangan
Jumlah Alat
Baik
8
1
1
8
3
1
24
10
3
34
Satuan
Nama barang
Kipas angin baling-baling
Kipas angin putar
Dispenser
TV
Jam dinding
Tempat wudhu
Lampu panjang
Lampu bulat
Kulkas
Lampu
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Nama barang
Ratio Ideal
1
1
2
1/ Ruangan
2/ Ruangan
2/ Ruangan
Loker perawat
Lemari arsip besi
Lemari obat
65
4
5
6
8
9
10
11
12
13
14
15
Telepon
Papan tulis putih (besar)
Papan tulis putih (kecil)
Kursi besi 1 set
Kursi putar
Lemari kayu
Meja kerja
Kalkulator
Lampu Emergency
Printer
Komputer
1
1
1
14
1
3
11
1
4
3
3
1/ Ruangan
1/ Ruangan
2/ Ruangan
4/ Ruangan
2/ Ruangan
1/ Ruangan
4/ Ruangan
1/ Ruangan
4/ Ruangan
1/ Ruangan
1/ Ruangan
Kelengkapan alat kantor seperti loker perawat lemari arsip besi sudah ada
namun tidak dipergunakan dengan baik, masih terlihat arsip-arsip dan blanko
keperawatan yang kurang tertata rapi. Kursi besi 1 set ada 14 yang keadaannya
masih bagus
Tabel 2.28 Daftar barang linen di Ruang Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin
No
1
2
3
4
Nama Barang
Kasur busa
Kain sampiran
Seprai biru/putih
Kasur tindakan
Ratio Ideal
1:1
2/ Ruangan
1:5
2/Ruangan
Kelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin
Banjarmasin berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian terlihat bahwa
kelengkapan linen pada Ruang Anak Tulip IIA terlihat sudah belum lengkap.
Jumlah sprei yang ada hanya sekitar 4 buah, belum mencukupi standar Depkes,
yaitu 1: 5 atau 1 klien harus memiliki 5 buah seprei dan juga seperti pengadaan
sarung bantal.
Alur Pengelolaan Peralatan
Ruang Anak Tulip IIA
RKBU (Rencana
Kebutuhan Barang)
Alat-alat habis
pakai (alkohol,
perban, kapas dll)
Alat
elektronik
yang rusak
ATK (Alat
Tulis
Kantor)
Alat-alat
medis
65
Logistik
IPS (Instalasi
Pemeliharaan
Sarana)
Pengadaan
kebutuhan
rumah tangga
Alat dan
Kasa
Instalasi
Farmasi
Alat-alat bersifat
sitologi
Jangka
waktu /
bulan
IRNA
Jangka
waktu /
bulan
Jangka
waktu/
tahun
CSSD
Jika
perlu
(harian,
65
3. Metode (M3)
a. Penerapan SP2KP
Jika
SP2KPperlu
merupakan model asuhan keperawatan yang dipergunakan untuk
(harian,
kegiatan pengelolaan
asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah
DIREKSI/KASI KEPERAWATAN (RAWAT INAP)
sakit. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Komponennya
terdiri dari: perawat, profil klien, sistem pemberian asuhan keperawatan,
kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta
dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
DEPKES RI, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di Ruang
Anak tulip IIA RSUD ULIN Banjarmasin, sudah menerapkan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). SP2KP diterapkan di ruang tulip
IIA sejak tahun 2012 namun masih mengalami hambatan karena masih terkendala
sumber daya manusia yang kurang memadai.
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) yang
diterapkan di ruang tulip IIA terdiri atas satu supervisor dengan 4 tim yang di
pimpin oleh ketua tim, masing-masing memiliki 2-3 anggota tim perawat
pelaksana.
KEPALA RUANG INAP ANAK TULIP IIA
Taufik hidayat
S,Kep. M.MKes
KATIM I
(RESPIROLOGI &
KARDIOLOGI)
GUSNITA, AMK
Putriyanti,AMK
Noviyanti, AMKeb
Mardiyyah, AMK
KATIM II
(GIZI &NEURO)
NORHASANAH,AMK
KATI M III
(GASTRO &INFEKSI)
RUSMA,H.S.KEP
Fitriah,AMK
Melda Agustina,AMK
Noor Alfian
Nimah,S.Kep.Ns
Rika Arlita,AMK
Rosida Elfah,AMK
Gambar 2.6. Struktur Organisasi di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin
Banjarmasin
65
KATIM IV
(NEVRO)
RUSNIAH,AMK
Lindawati,AMKeb
Lailatul,AMK
Rianti,AMK
65
No
6
7
8
9
10
Pernyataan
Selalu
65
Pilihan Jawaban
KadangTidak
kadang
pernah
dilakukan dilakukan
12.5%
87.5%
12.5%
87.5%
50%
50%
37.5%
62.5%
62.5%
37.5%
87.5%
12.5%
75%
25%
12.5%
75%
12,5%
87,5.%
12.5%
12,5%
75%
12,5%
Timbang Terima
5
6
7
8
Selalu
dilakuk
an
Pernyataan
Saat timbang terima perawat
menyiapkan status klien
Perawat telah menyiapkan buku catatan
dan peralatan tulis
Ketua tim dalam keadaan siap
Timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan pada pergantian shift dari
malam ke pagi dari pagi ke sore.
Sedangkan pergantian shift dari sore ke
malam dipimpin oleh ketua tim
Dilaksanakan setiap pergantian shift
Pelaksanaan dimulai dari nurse station
Timbang terima dilanjutkan melihat
langsung kondisi klien
Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat
dan di serah terimakan pada perawat
shift berikutnya
65
PilihanJawaban
KadangTidak
kadang
pernah
dilakukan
dilakukan
25%
75%
87,5%
13,5%
75%
25%
2,25%
62,5%
12,5%
75%
62,5%
25%
37,5%
62,5%
37,5%
87,5%
12,5%
75%
75%
data ke klien
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
87,5%
12,5%
--
12,5%
87,5%
87,5%
12,5%
87,5%
100%
100%
12,5%
-
--
75%
25%
87,5%
12,5%
--
100%
75%
12,5%
12,5%
75%
12,5%
12,5%
65
Anak Tulip IIA belum tersedia, hanya menggunakan catatan tertulis yang tertulis
di status klien.
d. Ronde Keperawatan
Tabel 2.30 Tabulasi data Ronde keperawatan
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Apakah di ruangan ini dilakukan
ronde keperawatan
Penetapan kasus minimal satu hari
sebelum waktu pelaksanaan ronde
Pemberian informed concent
kepada klien atau keluarga
Perawat (ketua tim) menjelaskan
keadaan dan data demografi klien
Perawat (ketua tim) menjelaskan
masalah keperawatan utama
Perawat (ketua tim) menjelaskan
intervensi yang akan dilakukan
Perawat menjelaskan alasan ilmiah
tindakan yang akan diambil
Ronde keperawatan dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah
ronde keperawatan
Dalam pelaksanaan ronde
dilakukan tindakan keperawatan
pada masalah prioritas yang telah
ditetapkan
Mendiskusikan hasil temuan dan
tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan
PilihanJawaban
Kadangkadang
dilakukan
Tidak
pernah
dilakukan
50%
50%
50%
50%
87,5%
12,5%
25%
75%
37,5%
62,5%
75%
25%
37,5%
62,5%
75%
25%
87,5%
12,5%
87,5%
12,%5
Selalu
dilakukan
65
ronde yang biasa dilakukan hanya bersifat diskusi yang kadang tidak
direncanakan tergantung situasi dan kondisi.
e. Sentralisasi obat
Tabel 2.31 Tabulasi data Sentralisasi obat
No
3
4
6
7
PilihanJawaban
KadangTidak
Selalu
kadang
pernah
dilakukan
dilakukan dilakukan
Pernyataan
Apakah obat yang telah di resepkan dan telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar serah terima
obat
Apakah perawat menuliskan nama klien,
register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila
perlu) dalam kartu control; dan diketahui
(ditanda tangani) oleh keluarga / klien dalam
buku masuk obat.
Apakah keluarga atau klien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan / bila mana obat
tersebut akan habis.
Apakah obat yang telah diserahkan selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kotak obat dan
obat yang telah diterima untuk selanjutnya
disalin dalam buku daftar penerimaan obat
Apakah obat obat yang telah disimpan untuk
selanjutnya diberikan olrh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku
daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu
dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh
dokter dan kartu obat yang ada pada klien
Apakah pada saat pemberian obat , perawat
menjelaskan macam obat, kegunaan, jumlah
obat, dan efek samping.
Apakah sediaan obat yang ada selanjutnya di
cek tiap pagi oleh ketua ruangan/ petugasyang
ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat
Apakah obat yang hampir habis akan di
informasikan pada keluarga kemudian di
mintakan kepada dokter penanggung jawab
klien
Apakah penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan route pemberian obat akan
di masukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus di lakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat
65
37,5%
25%
37,5%
37,5%
25%
37,5%
100%
87,5%
12,5%
75%
25%
50%
50%
75%
25%
87,5%
12,5%
87,5%
12,5%
10
87,5%
12,5%
65
f. Supervisi Keperawatan
Tabel 2.32 Tabulasi Data Supervisi Keperawatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PilihanJawaban
KadangTidak
Selalu
kadang
pernah
dilakukan
dilakuka
dilakukan
n
Pernyataan
50%
50%
50%
37,5%
12,5%
50%
37,5%
12,5%
50%
37,5%
12,5%
50%
50%
12,5%
75%
12,5%
50%
37,5%
12,5%
12,5%
50%
12,5%
50%
37,5%
12,5%
12,5%
75%
12,5%
65
g. Discharge planning
Tabel 2.33 Tabulasi Data Discharge planning
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Setiap klien yang mau pulang
dilakukan discharge planning
Setiap klien yang pulang diberikan
health education
Setiap klien yang mau pulang di
ajarkan cara perawatan mandiri di
rumah
Setiap klien pulang paksa
dilakukan discharge planinning
Dorongan untuk melakukan
discharge planning timbul dari diri
anda sendiri
Kepala ruangan memimpin
discharge planning
Pelaksanaan discharge planning
dilakukan kepada klien dan
keluarga
Discharge planning dilakukan
setelah pelunasan administrasi
Discharge planning yang anda
lakukan sesuai dengan prosedur,
kerana berpengaruh pada asuhan
keperawatan
Meskipun perawat sibuk dengan
urusannya, perawat tetap
melaksanakan discharge planning
Pilihan Jawaban
KadangTidak
Selalu
kadang
pernah
dilakukan
dilakukan
dilakukan
75%
25%
75%
25%
62,5%
37,5%
37,5%
62,5%
75%
12,5%
12,5%
50%
37,5%
12,5%
62,5%
37,5%
62,5%
37,5%
87,5%
12,5%
87,5%
12,5%
65
biasanya di ruang Anak Tulip II A hanya berupa pernyataan secara lisan yang
diakukan oleh dokter muda dan tanpa ada format tertulis, tidak adanya
penggunaan media seperti poster dan leaflet,di karenakan keterbatasan waktu
yang dimiliki dan tidak ada terlampir dalam dokumentasi keperawatan. Hasil
wawancara dengan supervisi didapatkan bahwa belum tersedianya format
discharge planning sehingga apa yang dilakukan belum bisa terdokumentasikan
dengan baik.
h. Dokumentasi Keperawatan
Hasil Evaluasi penerapan SAK
Tabel 2.34 Rekapitulasi hasil evaluasi penerapan SAK di Ruang Tulip I1A RSUD
Ulin Banjarmasin Selama Bulan Juni 2015
Nilai
Askep Yang Dinilai
Persentase
NO
Pengkajian
75 %
1
Diagnosa Keperawatan
53,33 %
2
Perencanaan
83,33 %
3
Tindakan Keperawatan
75 %
4
Evaluasi
50 %
5
Catatan Keperawatan
82 %
6
Rata-rata
69,77 %
65
Sosial
(BPJS)
adalah
badan
hukum
yang
dibentuk
untuk
65
kesehatan terdiri atas pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja
bukan penerima upah dan anggota keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota
keluarganya.
Tabel 2.35 Pembiayaan Klien yang Rawat Inap di Ruang Anak Tulip IIA pada
bulan Maret - Mei 2015
No
.
1
2.
3.
4.
5.
6.
Kelompok Klien
Umum
BPJS Non-PBI
BPJS PBI
Jamkesprov
Jamkesda
Dana pendamping
Jumlah
102
311
51
53
10
7
Jenis Pembayaran
Ruangan
Visite Dokter
Konsultasi dokter
BAKHP
Gizi
Parsial care anak
Total care anak (24jam)
Kemoterapi
Terapi oksigen (l/m)
Umum
Rp.75.000/ hari
Rp.42.000
Rp.36.250
Rp.5.000
Rp.15.000
Rp.75.000
Rp.200.000
Rp.805.500
Rp.2.100
Jamkesprov
Rp.75.000/ hari
Rp.42.000
Rp.36.250
Rp.5.000
Rp.15.000
Rp.75.000
Rp.200.000
Rp.805.500
Rp.2.100
Pemasaran (M5-Marketing)
1. Keadaan klien
BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di
ruang anak Tulip IIA dapat dilihat dari data klien pada bulan Maret Mei 2015
pada Tabel. 2.23
Tabel 2.37 Data Klien Ruang Anak Tulip IIA Periode bulan Maret - Mei 2015
(termasuk Hematologi - Onkologi)
65
BULAN
Jumlah
Hari/Bulan
Jumlah
Tempat
Tidur
Jumlah Hari
Perawatan
Jumlah
Lama
Dirawat
Jumlah
klien
Keluar
Maret
31
42
720
751
207
April
30
42
863
868
168
Mei
31
42
737
668
174
TOTAL
92
42
2330
2287
549
BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di
Ruang Anak Tulip IIA selama bulan Maret - Mei 2015 yaitu:
Formula :
BOR
= 60 %
Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Anak Tulip IIA
untuk bulan Maret - Mei 2015 adalah 60% dan nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).
Tabel 2.37 Data Klien Ruang Anak Tulip IIA Periode bulan Juni 2015 selama 2
hari berdinas
BULAN
Tanggal
Juni
29 Juni 2015
Jumlah
Tempat
Tidur
32
30 Juni 2015
TOTAL
32
65
Jumlah
Hari
Perawatan
14
Jumlah
Lama
Dirawat
85
Jumlah
klien Keluar
15
100
29
185
BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di
Ruang Anak Tulip IIA selama 2 hari berdinas di bulan Juni 2015 yaitu:
Formula :
BOR
= 45%
Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Anak Tulip IIA
untuk 2 hari berdinas di bulan Juni adalah 45% dan nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).
1
ALOS
Nilai ALOS Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah:
ALOS
=
ALOS =
= 5 hari
Jadi rata-rata lama perawatan klien di ruang pada bulan Maret - Mei 2015
Ruang Anak Tulip IIA adalah 5 hari
2
BTO
Nilai BTO Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah :
BTO =
=
BTO =
= 13 Kali
TOI
Nilai TOI Ruang Anak Tulip IIA pada bulan Maret - Mei 2015 adalah:
65
TOI
TOI =
= 3 hari
Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari bulan Maret - Mei 2015 adalah 3
hari
Alur Masuk Klien
Gambar.2.38 Alur Klien Masuk dari Luar Rumah Sakit
Klien datang ke RSUD.
Ulin Banjarmasin
Poliklinik
IGD
TPPO
Ruang Rawat Tulip IIA
PULANG ATAS IJIN DOKTER
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
PINDAH RUANG RAWAT
MENINGGAL
ADMINISTRASI
Ruang asal, kecuali ruang ICU
ICU
Klien Anak
Klien Stabil
(Ruang Anak)
Produk
Produk unggulan yang ditawarkan Ruang Anak Tulip IIA dalam pelayanan
adalah adanya inovasi terbaru berupa terapi bermain khusus anak yang belum ada
di Rumah Sakit lain di daerah Banjarmasin, dimana setiap klien yang mengikuti
terapi bermain mendapatkan satu buku yang dicetak langsung oleh ruang anak.
Selain itu juga terdapat berbagai macam hiasan dinding untuk desain interior
ruang anak.
Mesin (M6-Machine)
SPO yang tersedia di ruang anak adalah sebagai berikut:
Tabel 2.27 SPO yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin
No.
1.
2.
65
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
ASKEP
SAK aktual/risiko ketidakeektifan bersihan jalan nafas
SAK aktual/risiko kekurangan volume cairan tubuh
SAK hipertermia
SAK aktual/risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
SAK ketidakefektifan pola nafas
SAK nyeri
SAK intoleransi aktifitas
SAK perubahan perfusi jaringan perifer
SAK risiko tinggi infeksi
65
10
BAB III
PERENCANAAN
A. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Sistem Pemberian Pelayanan Perawatan
Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum,
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :
Ketua
65
Sekretaris
Bendahara
Sie Inventaris
Sie Humas
: Elmi, S.Kep
Sie Askep
Sie PKMRS
dalam
pengelolaan
ruang
rawat
maka
diselenggarakan
Kepala Ruangan
Supervisor
Perawat Primer
Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
tugas
masing-masing
berdasarkan
struktur
pengorganisasian
kelompok :
Ketua
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan praktek klinik
manajemen keperawatan.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dalam manajemen keperawatan.
3. Mengembangkan hubungan antara organisasi ruangan dan pendidikan.
4. Menentukan berbagai kebijakan strategis dalam organisasi.
5. Memutuskan masalah yang berkaitan dengan organisasi.
6. Memimpin rapat organisasi.
7. Menandatangani surat keluar.
8. Mengupayakan penggembalian dana.
9. Memeriksa dan menandatangani buku kas umum.
10. Menyetujui pengeluaran kaaas organisasi.
11. Bertanggung jawab penuh terhadap laporan pelaksanaan kegiatan.
Sekretaris
1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi organisasi
( surat menyurat, dokumentasi kegiatan organisasi, lain-lain).
65
Seksi Humas
1. Bertanggungjawab terhadap kelancaran surat menyurat.
2. Bertanggungjawab terhadap kelancaran diskusi, seminar, maupun diseminasi.
3. Melaporkan sosialisasi seluruh program yang telah ditetapkan kepada
anggota.
4. Menyebarluaskan seluruh informasi yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan keperawatan.
5. Membantu semua kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.
Seksi PKMRS
65
65
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer
yang efektif dan pemimpin yang efektif.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
65
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui
tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya
dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan
membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang professional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan
kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan
kepada PP dan PA dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat
ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan
klien tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah
pada pendidikan ners spesialis.
Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
sekelompok klien mulai dari klien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang
PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang
relatif tetap baik dari segi kelompok klien yang dikelola, maupun orang-orang
yang berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim
itu sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu
saja tim tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional dengan
tim kesehatan lainnya.
Peran Managerial dan Leadership
Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,
mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan
sebagian tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan
bersama-sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.
Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra
untuk klien yang menjadi tanggung jawabnya. Adanya renpra merupakan
65
65
65
Konferensi biasanya merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang
ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat klien dapat dibahas
lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan efektif jika PP telah membuat
renpra, dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam konferensi.
Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PPPA tentang rencana
asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.
Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan
ronde keperawatan yang dilakuan dengan clinical manager (cm). Tujuan ronde
keperawatan dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang
diberikan.
Kerjasama dengan tim lain
Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf
laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut
adalah:
1) Mengkolaborasikan.
2) Mengkomunikasikan.
3) Mengkoordinasikan semua aspek perawatan klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
4) PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat
pendidikan dalam pengalamannya.
PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi klien yang terkait
dengan perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga
kesehatan lain, sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu
perkembangan klien selama dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi
yang efektif dengan tim kesehatan lain tersebut, maka haruslah disepakati waktu
yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang lain, misalnya
melalui ronde antar profesional.
Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan
komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim
kesehatan dapat juga terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi
tersebut dibuat oleh PP tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim
65
kesehatan bahwa dokumentasi yang ada juga dimanfaatkan secara efektif sebagai
alat komunikasi.
Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain,
seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan
berkomunikasi, misalnya memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak
terkesan memerintah atau menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam
hal ini tim kesehatan dari profesi lain, merupakan kemampuan yang harus dimiliki
PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP dituntut untuk selalu berpegang
pada etika keperawatan.
Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang
terkait dengan pengobatan dan perawatan klien, misalnya dokter menjadwalkan
klien untuk di rontgen dada dan di USG abdoment sekaligus pemeriksaan mata
pada hari yang sama, maka seorang PP harus mampu mengkoordinasikan semua
kegiatan tersebut agar tidak melelahkan dan membingungkan bagi klien dan
keluarganya.
Fokus Pelaksanaan SP2KP Kelompok adalah :
-
Dokumentasi Keperawatan
Timbang Terima
Penerimaan Klien Baru
Supervisi
Ronde Keperawatan
Sentralisasi obat
65
d.
e.
f.
g.
keperawatan
dipengaruhi
oleh
pelayanan
keinginan
untuk
menggunakan tenaga keperawatan yang sesuai. Rasio antara perawat dan klien di
dalam ruangan perawatan adalah 1:1 atau 1:2.Perbandingan perawat ahli dan
terampil diruang adalah 2:1 atau 3:1.
Bedasarkan
analisa
tingkat
ketergantungan
klien
kebutuhan
tenaga
keperawatan Ruang Tulip IIA adalah 17 orang perawat sudah termasuk Kepala
Ruangan, Wakil Kepala Ruangan dan Supervisor.
Rencana pelaksanaan SP2KP adalah berupa mengusulkan penambahan
jumlah perawat secara bertahap setiap tahun melalui penambahan CPNS dan
tenaga honorer.
2. Perkiraan Kebutuhan Tenaga
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori
yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa
pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan
berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perwat dan klien untuk memenuhi
standar praktek keperawatan.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai
beriku:
a. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien
sesuai data.
b. Pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai
dengan kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan
komponen input-proses-output-umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung,
waktu perawatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.
3. Pembagian Tenaga Keperawatan dan Penyusunan Jadwal
Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau
pengawas, teatapi lebih diutamakan kepala ruangan karena lebih mengetahui
tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik sifatnya. Hal ini akan memudahkan
dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga atau shift.
65
c. Perawatan Total
+ 25%
Perhitungan Ketenagaan
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang Anak Tulip IIA sebagai
berikut :
Pembagian perawat/shift
Jumlah perawat untuk masing-masing shift. Nursalam (Salemba, Medika,
2002) merekomendasikan, jaga pagi 0,27%, jaga sore 0,15% dan jaga malam
0,07%.
Tabel 3.1 Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Anak Tulip IIA 30 Juli 2015
Tingkat
Jumlah
Jumlah Kebutuhan Tenaga
65
Ketergantunga
klien
Pagi
Sore
Malam
n
Minimal
11
11x0,17 = 1,87
11x0,14=1,54
11x0,07=0,77
Parsial
15
15x0,27=4,05
15x0,15=2,25
15x0,10=1,5
Total
0
0x0,36=0
0x0,30=0
4x0,20=0
Jumlah
26
5,95 = 6
3,79 = 4
2,27 = 2
Total Kebutuhan tenaga perawat perhari :
Pagi
: 5,95
Sore
: 3,79
Malam
: 2,27
Total
: 12,01 = 12 orang perhari
Jumlah perawat yang dibutuhkan = 12 orang perhari
Penambahan untuk loss day : 1/3 x 12 orang = 4 orang
Jadi total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 12 + 4 = 16 orang + 1 karu = 17
orang.
Keterangan :
12 adalah jumlah total tenaga perawat
4 adalah jumlah tenaga perawat yang lepas dinas
1 adalah perawat yang menjadi kepala ruangan
Jadi pembulatan pembagian shift perawat untuk shift pagi 6 orang, shift sore
4 orang dan shift malam 2 orang.
2. Supervisi Keperawatan
a. Latar belakang
Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi profesi kesehatan
untuk terus berusaha meningkatkan kinerja di berbagai kebutuhan pelayanan
kesehatan secara professional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakat
akan kualitas pelayanan kesehatan juga makin meningkat. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara professional seharusnya didukung dengan adanya
sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan, dan fasilitas sesuai
harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan
konsumen dan memenuhi standar yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan
atau supervisi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi adalah teknik
pelayanan yang bertujuan utama adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F (fair, feedback dan follow up).
Supervisi merupakan ujung tombak.
65
Tujuan Khusus
1) Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi
2) Mampu mempersiapkan instrument tindakan keperawatan
3) Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
4) Mampu memberikan masukan terhadap staf
5) Mampu memberikan follow up terhadap hasil supervisi terhadap staf
6) Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervise.
c. Masalah
Supervisi yang dilakukan belum optimal dimana sifat pelaksanaannya
masih bersifat situasional.
d. Target
1) Supervisi dilakukan secara terorganisir dan rutin dalam kurun waktu tertentu
2) Supervisi dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraiain tugas dan standar
3) Supervisi terdokumentasikan dengan baik dan benar
e. Program kerja
1)Rencana strategi
-
65
2) Kriteria evaluasi
-
Struktur
Proses
Hasil
3)Pengorganisasian
Penanggung-jawab
Waktu
3. Timbang Terima
a. Pengertian
Timbang terima (operan) adalah merupakan teknik atau suatu cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien.
b. Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
3)
4)
5)
6)
berikutnya
Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
65
d. Metode
1)
Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan langsung
kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan
kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana
keperawatan.
2)
Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat
kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu
e. Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan halhal apa yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya meliputi :
- Kondisi atau keadaan klien secara umum
- Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
- Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4)
Penyampaian operan diatas (point c) harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru
5)
Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien
f. Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1)Persiapan
- Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
- Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2)Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem SP2KP : Timbang diterima dilaksanakan oleh
Perawat kepada Perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
-
65
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
65
dekat klien.
Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan
dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.
4) Pengorganisasian
Penanggung-jawab
Waktu
4. Ronde Keperawatan
a. Definisi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
Karakteristik
Klien dilibatkan secara langsung
Klien merupakan fokus kegiatan
Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
Kosuler memfasilitasi kreatifitas
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
65
asuhan
d.
-
Manfaat
Masalah klien dapat teratasi
Kebutuhan klien dapat terpenuhi
Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar
e. Kriteria Klien
- Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
- Klien dengan kasus baru atau langka
f. Metode
- Diskusi
- Demonstrasi
g. Alat bantu
- Sarana diskusi: buku, polpen
- Status/ Dokomentasi keperawatan klien
- Materi yang disampaikan secara lisan
h. Target
Ronde Keperawatan dapat berjalan sesuai dengan alur dan syarat
dilaksanakannya ronde serta dapat terlaksana berkala.
i. Langkah-langkah Ronde Keperawatan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
1) Praronde
Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka
Menentukan tim ronde
Mencari sumber atau literatur
Membuat proposal
Mempersiapkan klien imformed consent dan pengkajian
Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
65
penegakkan
diagnosis;
intervensi
keperawatan selanjutnya
j. Peran Masing-Masing Anggota Tim
1) Peran perawat primer dan perawat pelaksana.
Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien.
Menjelaskan diagnosa keperawatan.
Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan.
Menjelaskan hasil yang didapat.
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2) Peran perawat Konselor
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement.
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
Mengarahkan dan koreksi.
Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
k. Kriteria Evaluasi
1) Strategi
Menentukan Penanggung jawab Ronde Keperawatan.
Menentukan kasus yang akan dirondekan.
Membuat informconsent kepada klien dan keluarga.
2) Proses
Melaksanakan ronde Keperawatan bersama-sama Kepala Ruangan dan staf
Keperawatan
Penjelasan tentang klien oleh Perawat Primer, dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah Keperawatan dan intervensi yang telah
3)
a)
b)
c)
masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
65
keperawatan.
Dapat dirumuskan tindakan Keperawatan untuk menyelesaikan masalah
rencana
asuhan
klien tersebut.
Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan.
l. Masalah Yang ditemukan di ruang
Perawat diruangan mengatakan tidak pernah melaksanakan ronde
keperawatan selama ini di ruang anak Tulip IIA hanya ronde keperawatan pada
klien yang memiliki kondisi dengan kebutuhan khusus.
Pengorganisasian
Penanggung-jawab
Waktu
5. Sentralisasi Obat
a Pendahuluan
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam
pengelolaan obat klien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada klien diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.
Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi
(pengobatan) secara tepat klien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian
sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang anak
tulip IIA dilaksanakan pada obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat
khusus di ruang perawat dan diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan
obat oral diberikan kepada klien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan
cara pemberiaannya. Resep dari dokter diberikan ke keluarga klien untuk
dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke perawat. Karena
hal tersebut diatas, kelompok A berencana akan mensosialisasikan dan
65
melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena
pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
klien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian
lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian klien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat dan klien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material
maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan klien terhadap
perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih
mengoptimalkan pelaksanaan keperawatan di ruang anak Tulip IIA, kami akan
melaksanakan sentralisasi obat di ruangan tersebut.
b
Tujuan
1) Tujuan umum
Mampu meningkatkan
asuhan
65
c Manfaat
1) Bagi klien
-
2) Bagi perawat
-
3) Bagi institusi
-
d
1)
-
Peran
Perawat primer dan perawat associate
Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.
2) Perawat primer lain dan supervisor
- Memberikan perlindungan terhadap klien terhadap tindakan malpraktek
- Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
- Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi
e Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan pada minggu kedua untuk uji
coba dan aplikasi pada minggu ketiga dan keempat selama mahasiswa praktek di
ruang Tulip IIA. Ruangan yang digunakan dalam mengelola sentralisasi obat
adalah ruang nurse station dan ruang perawatan. Metode yang digunakan adalah
pendekatan secara langsung dengan klien dan keluarga dengan komununikasi
terapeutik untuk meyakinkan klien agar bersedia mengikuti pengelolaan
sentralisasi obat dan menggunakan format penelolaan sentralisasi obat
1) Teknik pengelolaan sentralisasi obat
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang diberikan kepada klien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana klien
65
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
tersebut.
Penerimaan obat
-
Resep obat dari dokter yang diserahkan pada klien/ keluarga diberikan pada
depo farmasi. Obat yang telah diresepkan kemudian disediakan oleh depo
Pembagian obat
-
Sebelum obat diberikan pada klien, perawat harus melakukan cross check
dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis obat, cara
pemberian, kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan
tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan
observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian perawat
yang memberikan obat dan melakukan cross check obat membubuhkan
tanda-tangan pada kolom paraf.
Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang
bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan
diinformasikan kepada keluarga oleh perawat dan kemudian perawat akan
memintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien.
65
Jenis terapi cairan yang telah terpakai dan injeksi yang telah terpakai di catat
dalam lembar pendokumentasian
Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.
Obat khusus
-
Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup
mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu
saja.
Pengembalian obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan
kepada
klien/keluarga
dengan
65
ditandatangani
oleh
KLIEN / KELUARGA
FARMASI / APOTIK
KLIEN / KELUARGA
Waktu
6. Dokumentasi Keperawatan
a. Latar Belakang
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan professional. Perawat professional diharapkan dapat menghadapi
tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat
sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
65
pulang
Mendokumentasikan timbang terima (pergantian shift / jaga)
Mendokumentasikan kegiatan supervisi
Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui
ronde
keperawatan.
c. Manfaat
- Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain.
- Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.
- Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
- Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan.
- Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.
d. Pelaksanaan
Kegiatan dokumentasi dilaksanakan pada minggu ke II-IV, secara garis besar
model pendokumentasian PIE meliputi :
65
a.
b.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data, kriteria :
Legal
Lengkap
Akurat
Relevan
Baru
Pengelompokan data, kriteria :
Data biologis, meliputi hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik melalui Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2)
2. Diagnosis Keperawatan
Kriteria :
a. Status kesehatan dibandingkan
dengan
norma
untuk
menentukan
kesenjangan.
b. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
1)
2)
3)
b.
pemenuhan klien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
d. Komponen diagnosis keperawatan terdiri atas P-E-S.
3. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas :
Prioritas masalah
Kriteria :
Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas kedua.
Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART. Kriteria NOC (Nursing
1)
2)
3)
4)
5)
6)
a.
65
keperawatan
berorientasi
pada
15
komponen
dasar
Kriteria :
Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
Mengamati keadaan bio-psiko-sosial-spiritual klien.
Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada klien dan keluarga.
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Menggunakan sumber daya yang ada.
Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan klien dan
g.
h.
i.
j.
keluarga.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan.
Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik.
Menerapkan etika keperawatan.
Menerapkan prinsif aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan klien.
k. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
l. Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
65
Penanggung-jawab
Waktu
7. Discharge Planning
a. Latar Belakang
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya klien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya
sampai klien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning
65
yang
ditujukan
untuk
memberikan
asuhan
keperawatan
yang
Planning
selama
ini
sudah
dilakukan
tetapi
belum
b. Tujuan
Tujuan
umum :
untuk memberikan
asuhan
keperawatan
berkesinambungan.
Tujuan Khusus :
1). Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2). Menyiapkan kemandirian klien.
3). Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
65
yang
4). Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
c. Manfaat
1. Bagi perawat atau mahasiswa
Dapat melakukan asuhan keperawatan yang terintegrasi
Melatih komunikasi efektif antara perawat dan klien
Perawat dapat melaksanakan perannya misalnya sebagai edukator,
2.
3.
fasilitator.
Bagi institusi
Meningkatkan mutu pelayanan
Memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan masyarakat
Bagi klien
Meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan perawatan di rumah
Meningkatkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan dalam memperbaiki
Kegiatan
PP 1 sudah siap dengan status klien dan
format discharge planning
Menyebutkan masalah klien
Menyebutkan hal-hal yang perlu
Waktu
10
Tempat
Ners
menit
Station
Pelaksana
PP 1
kelengkapan administrasi
65
Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan
PP 1 menyampaikan pendidikan
Waktu
30
menit
Tempat
Bed Klien
Pelaksana
PP 1
rekomendasi :
Diet
Aktivitas dan istirahat
Minum obat teratur
Perawatan diri.
PP 1 menanyakan kembali pada klien
Penanggung-jawab
Waktu
65
Klien MRS
Klien
Selama di RS
Klien KRS
Penyelesai
an
Perawat
Dokter
Tim
Lain-lain :
Suratkontrol
Resep
Sisa obat
Jamkesmas
/Jamkesda
Umum
Jamsostek/
Pihak III
Jamkesma
s Centre
GambarKasir
3.2 Alur Discharge Planning
8. Penerimaan Klien Baru
a. Pengerti
Penerimaan klien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
koprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu,
65
Pelaksana : Karu/Katim/PA
Tempat
Sasaran
Materi
65
Waktu
65
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pelaksanaan
65
Pasca
Terminasi
Evaluasi
Gambar 3.3 Alur penerimaan klien baru
65
BAB IV
PELAKSANAAN
C. Metode (M3)
1 Penerapan SP2KP
Kegiatan penerapan SP2KP dimulai dengan mengobservasi penerapan SP2KP
yang ada di ruang Tulip II A (Ruang Anak). Setelah itu dilanjutkan dengan
99
Timbang Terima
Sebelum dilakukan role play terlebih dahulu dibuat format timbang terima yang
Supervisor
Pembimbing Akademik
Discharge Planning
Role play discharge planning dilakukan dari tanggal 7 Juli 01 Agustus 2015
pada klien yang direncanakan pulang dengan membuat format discharge planning
dan leaflet terlebih dahulu. Dalam proses discharge planning mahasiswa bekerjasama
dengan perawat ruang Tulip II A. Selama discharge planning klien dan keluarga
memperhatikan penjelasan dari perawat dengan sangat baik dan aktif bertanya
khususnya perawatan yang akan dijalani saat di rumah. Pelaksanaan discharge
planning dilakukan oleh ketua tim/perawat primer yang bertugas pada saat itu. Materi
leaflet yang tersedia untuk klien saat dischare planning yakni mengenai
bronkopnuemoni,pneumonia,diare,malnutrisi,PJB (penyakit jantung bawaan), PGK
(penyakit
ginjal
kronik),DBD
(demam
berdarah
dengue),cacar
Kepala Ruangan
Supervisor
Pembimbing Akademik
Role play penerimaan klien baru dilakukan dari tanggal 06 Juli 01 Agustus
2015 . Sebelumnya telah dibuat format penerimaan klien baru yang digabung dengan
lembar serah terima klien serta dimasukkan poin tentang tata tertib ruangan dan
persetujuan sentralisasi obat. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh ketua tim/perawat
primer pada saat penerimaan klien baru, sebelumnya katim/perawat primer dibantu
perawat associate menyiapkan buku status dan lembar format pengkajian klien,
nursing kit, informed consent sentralisasi obat, lembar tata tertib klien dan
pengunjung. Setelah itu katim/perawat primer melakukan pengecekan kelengkapan
penerimaan klien baru. Katim/perawat primer dan keluarga menandatangani lembar
penerimaan klien baru. Perawat yang bertugas dalam kegiatan penerimaan klien baru
adalah :
Kepala Ruangan
Supervisor
: Elmi, S.Kep
Pembimbing Akademik
Sentralisasi Obat
Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat dilakukan selama kegiatan role play stase
Supervisor
Pembimbing Akademik
Supervisi
Kegiatan supervisi dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2015. Sebelum
pelaksanaan terlebih dahulu dilakukan kontrak dengan ketua tim/perawat primer dan
perawat associate. kemudian dibuat format pendokumentasian dan penilaian kegiatan
supervisi. Supervisi dilakukan pada An. A (2bln ) di bed 01 ruang Observasi,
Penilaian supervisi dilaksanakan dari tahap persiapan sampai tahap evaluasi
dengan melakukan penilaian terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Kemudian penyampaian hasil kegiatan supervisi berupa pemberian
reinforcement yang positif terhadap kinerja perawat dan penyampain rencana tindak
lanjut supervisi. Pengorganisasian kegiatan supervisi sebagai berikut:
Kepala Ruangan
Supervisor
Pembimbing Akademik
Ronde Keperawatan
Pelaksanaan Ronde Keperawatan dilakukan pada tanggal 28 Juli 2015 pada
pukul 11.00 12.3-0 WITA pada klien An.N (4 tahun) dengan masalah keperawatan,
nausea, ketidakseksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko
keterlambatan perkembangan,ansietas pada diagnose marasmus. Kegiatan dihadiri
99
oleh,8 orang mahasiswa pendidikan profesi Ners PSIK FK Unlam yang menjalani
stase manajemen dan sebagian besar konselor yang diundang dapat berhadir.
Pengorganisasian kegiatan ronde keperawatan sebagai berikut:
Kepala Ruangan
Supervisor
Perawat Primer
Perawat Asosiet
Konselor
D. Money (M4)
Mahasiswa berkoordinasi dengan bagian administrasi dan supervisor dalam
mencari
tahu
mengenai
sistem
pembayaran
dalam
Rumah
sakit,
dalam
SAK
Kepala Ruangan dan Supervisor Tulip IIA dengan memakai NANDA NIC NOC yang
terbaru.
BAB V
EVALUASI
A. Sumber Daya Manusia (M1)
Secara struktur organisasi stase manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam
sudah dapat dijalankan sesuai dengantugas pokok masing-masing penanggung jawab
kegiatan. Struktur jabatan yang jelas seperti Ketua Kelompok kerja, Sekretaris,
Bendahara dan penanggung jawab kegiatan. Selama 5 minggu kegiatan proyek
manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam di ruang Anak Tulip IIA, masing99
klien
yang
dirawat
di
IIA
selama
99
99
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SD (%)
SMP (%)
SMA (%)
PT (%)
Gambar 5.1 Diagram Tingkat kepuasan keluarga/klien di Ruang Anak Tulip IIA
sebelum dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
PRA SEKOLAH (%)
TK/PAUD (%)
SD (%)
SMP (%)
Gambar 5.2 Tingkat kepuasan keluarga/klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum
dilakukan Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan
tingkat pendidikan responden
Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua klien
sebagian besarberpendidikan SD , sesudah dilakukan Roleplay sebagian besar
memiliki latar pendidikan SMA. Serta pendidikan anak sebelum dilakukan
Roleplaysebagian besar pra sekolah, dan setelah dilakukan Roleplay adalah Pra
Sekolah.
Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengemukakan bahwa hasil pendidikan
ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi, dan sikap pengambilan keputusan
seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil
keputusan yang terbaik untuk dirinya.
2) Kepuasan Klien berdasarkan jenis pekerjaan
99
20%
10%
0%
PNS (%)
ABRI (%)
SWASTA (%)
LAIN-LAIN (%)
Gambar 5.3 DiagramTingkat Kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIAsebelum dilakukan
Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan jenis pekerjaan responden
30%
20%
10%
0%
3-7 HARI (%)
Gambar 5.4.Diagram Tingkat kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIA sebelum dilakukan
Roleplay dan sesudah Roleplay pada klien berdasarkan lama rawat
menurun menjadi 15%. Hal ini dikarenakanrata-rata klien yang dirawat di Ruang
Anak Tulip IIA dalam kondisi observasi yang tidak terlalu memerlukan waktu lama
dalam perawatannya.
4) Perbandingan tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah Roleplay pada klien
dapat dilihat pada gambar berikut:
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA
TIDAK
SESUDAH ROLEPLAY
Gambar 5.5 Diagram batang perbandingan tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah
Roleplay pada klien di Ruang Anak Tulip IIA
Rekapitulasi jawaban responden pada klien yang didapatkan dari tanggal 6 Juli
1 Agustus 2015 (selama dilakukan Roleplay) yaitu jawaban ya sebanyak 77% dan
jawaban tidak sebanyak 23%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan klien
pada klien sebesar 77%.
Dari hasil observasi dengan menggunakan kuesioner, gambar diatas
menunjukan bahwa dibandingkan sebelum Roleplay, tingkat kepuasan klien
meningkat di ruang klien oleh mahasiswa stase manajemen sebagai role model.Itemitem yang meningkat setelah pelaksanaan Roleplay dapat dilihat pada tabel perbedaan
tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah Roleplay (tabel terlampir) Item-item
yang meningkat tersebut antara sebelum dan sesudah Roleplay adalah semua item
pertanyaan kepuasan klien terutama pada poin pertanyaan 1 meningkat 70% yaitu
99
apakah perawat selalu memperkenalkan diri hal dan poin pertanyaan 21 meningkat
75% yaitu Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab
setiap kali pergantian dinas, karena mahasiswa manajemen selalu memperkenalkan
diri setiap kali pergantian dinas dan saat melakukan tindakan keperawatan.
Poin pertanyaan 3 meningkat hingga 100% Apakah perawat selalu
menanyakan bagaimana nafsu makan anda/keluarga anda karena pada saat klien
baru masuk mahasiswa manajemen menerapkan penerimaan klien baru dengan
memberikan tata tertib yang ada diruangan dan harus dipatuhi oleh semua klien.Poin
pertanyaan 16 meningkat 80 % yaitu Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah
sakit, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit, poin pertanyaan
ini meningkat karena mahasiswa manajemen menerapkan prosedur penerimaan klien
baru yang dalam pelaksanaanya menjelaskan tentang tata tertib ruangan dan fasilitas
yang tersedia. Poin pertanyaan 24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat
membantu menyiapkan/meminumkan obat meningkat 80% Karena mahasiswa
management menerapkan sentralisasi obat, dimana membantu menyimpan obat
injeksi Klien.. Meningkatnya kepuasan klien di Ruang Anak Tulip IIAtidak lepas dari
tindakan mahasiswa dan perawat yang bekerjasama dalam melakukan timbang
terima, sentralisasi obat, discharge planning, penerimaan klien baru, dan ronde
keperawatan, menjaga kebersihan bersama, menerapkan peraturan yang berlaku di
ruangan dan memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan sehingga
klien dan keluarga merasa di penuhi kebutuhannya dan sebagai klien mereka merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Anak Tulip IIARSUD
Ulin Banjarmasin.
Poin pertanyaan 4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal
makanan anda/keluarga anda meningkat menjadi 80%, karena selama Roleplay stase
manajemen, perawat yang bertugas selalu menanyakan mengenai pertanyaan pada
poin 4.
99
Diare
7%
7%
DHF
4%
7% 4%
11%
Obs. Vomitus
BP
11%
PJB
Pneumonia
GE
obs. Febris
29%
22%
Kista hepar
Gambar 5.6 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD Ulin
Banjarmasin 6 Juli s/d 1 Agustus 2015
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Anak Tulip IIA
sejak 6 Juli - 1 Agustus 2015didapatkan penyakit terbanyak yaitu Kejang Demam.
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kasus Infeksi dan Neurologi merupakan
penyakit yang terbanyak di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin.
99
Gambar 5.7.Diagram Rata-Rata Tingkat Ketergantungan Klien Di Ruang Anak Tulip IIA
RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 29 Juli- 1 Agustus 2015.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Anak Tulip
IIAdari observasiTanggal 29 Juli- 1 Agustus 2015didapatkan rata-rata tingkat
ketergantungan klien yaitu adalah 85 % perawatan parsial (lampiran 6).
4. Kebutuhan Tenaga Non Keperawatan Ruang Anak Tulip IIA
Tenaga Non keperawatan di Ruang Anak Tulip IIAseluruhnya berjumlah
7orang, yaitu : 1 orang pekarya, 1 orang apoteker, 2 orang administrasi, 2 orang
cleaning service, 1 orang ahli gizi.
5. Instrumen B
1. Hasil Evaluasi Persepsi Klien Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang
Anak Tulip IIARSUD Ulin Banjarmasin.
a.
Karakteristik
Dari 20 Responden klien yang diambil sebagai sampel di ruang Tulip Anak
SD
SLTP
SLTA
PT
JUMLAH
JUMLAH
5
4
9
2
20
99
%
25
20
45
10
100%
1.
2.
3.
4.
JUMLAH
17
2
0
1
20
%
85
10
18
5
100%
PEKERJAAN
PNS
ABRI
SWASTA
LAIN-LAIN
JUMLAH
JUMLAH
2
0
15
3
20
%
10
0
75
15
100
%
85
15
100
Hasil kuisioner pada responden klien kelolaan di Ruang Anak Tulip IIAseperti
terlihat pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar klien telah dirawat 3-7
hari dengan jumlah klien 17 orang dan responden yang dirawat >7 hari berjumlah3
orang.
Hasil evaluasi persepsi klien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan
menurut jumlah jawaban ya dan tidak pada setiap kuisioner (instrument B) pada
tanggal 6 Juli-1Agustus 2015 dapat dilihat pada lampiran.
Tabelevaluasi
persepsi
keperawatanterlampir.Berdasarkan
klien/keluarga
terhadap
hasil
tersebut
evaluasi
mutu
maka
asuhan
didapatkan
kesimpulan bahwa rata-rata tingkat kepuasan klien di ruang Anak Tulip IIAsesudah
Roleplay yaitu 77%.
Hambatan dalam pelaksanaan MI (Man) adalah :
99
B. Material (M2)
Sesudah kegiatan Roleplay Manajemen Keperawatan
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada Ruang
Anak Tulip IIA di Lantai 2 Tulip RSUD Ulin Banjarmasin.
Gambar 5.8Denah Ruang Anak Tulip IIA
R.R.
R.
Infeksi
Gizi
Terapi
R. Gudang
&&kardiologi
Bermain
Neurologi
Wc
Wc
Ruang Mahasiswa
Manajemen
R. Obsevasi Musholl
a
R. Respirasi
R.Isolasi &
99Pintu Keluar
Gastrointerologi
R.
R.
Disk
Nurse
Station
Kons
usi R. Tindakan
R.
Lift
Wc
ultasi
Karu
Adm
Pintu Masuk
Wc
R.
Perawat
R. DM
Denah ruang anak tulip IIA terlihat ada perubahan, blok yang sebelumnya
respirologi menjadi blok terapi khusus bermain, dan blok respirologi dipindah ke
samping ners station.
Di ruang Anak Tulip IIA untuk kelengkapan alat inventaris ruang rawat inap
mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis, serta kelengkapan alat tenun
99
yang ada di Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin sudah cukup dapat
memenuhi kebutuhan di ruangan selama ini.
Selama Roleplay stase manajemen keperawatan yang dilaksanakan dari tanggal
6 juli 2015 1 agustus 2015 beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk
menunjang sarana dan prasarana yang memadai, dimulai dari kolaborasi pembuatan
proposal dengan kepala ruangan tentang pengadaan ruang terapi bermain yang dibuat
selama roleplay, berkolaborasi dengan pihak terkait dalam pembenahan ruangan
untuk ruang khusus terapi bermain, pembenahan sarana dan prasarana dengan
mengelompokkan arsip, blanko, dan formulir untuk klien, melakukan koordinasi
dengan cleaning service untuk membersihkan WC dan wastafel, mengelompokkan
obat-obatan sesuai dengan nama klien, merapikan alat-alat yang kurang rapi
diruangan anak Tulip II A, memasang papan nama klien pada masing-masing bed
klien yang sebelumnya sudah dibuat oleh institusi lain.
Saat evaluasi, untuk proposal sudah dikonsulkan kepada kepala ruangan dan
sudah di ACC, pembenahan untuk ruangan khusus terapi bermain sudah dilakukan
namun hanya sebatas mengecat dinding, untuk pengadaan alat-alat diruang terapi
bermain belum dilakukan karena dari kepala ruangan anak Tulip II A mengkonsulkan
terlebih dahulu dengan pihak terkait. Kemudian untuk WC dan wastafel sudah tidak
ada yang buntu karena dari pihak cleaning service sudah membersihkan dan
memperbaiki. Arsip, blanko dan formulir untuk klien sudah dikelompokkan dan
tersusun rapi. Alat-alat diruangan sudah dirapikan dan papan nama bed tiap klien
sudah terpasang dan tertulis.
Mahasiswa manajemen juga mengevaluasi kelengkapan seprei yang ada di
ruang anak Tulip IIA pada tanggal 28 juli 2015, dari hasil didapatkan jumlah
keseluruhan seprei adalah 181 seprei, untuk seprei tersimpan = 134 seprei
(putih,biru,hijau),untuk seprei yang terpakai = 17 seprei, untuk seprei cadangan = 17
seprei, kotor = 6 seprei, setrika = 6 seprei. Sehingga kelengkapan seprei di ruang anak
sudah sesuai standar depkes yaitu 1:5. Oleh karena itu, kami dari mahasiswa
manajemen mengusulkan pergantian seprei tiap pagi bisa dilaksanakan karena
sebelumnya belum terlaksana dengan baik.
99
C. Method (M3)
1. Penerapan SP2KP
Dilakukannya Roleplay terhadap pelaksanaan penerapan SP2KP dari tanggal 6
Juli 1 Agustus 2015 di ruang Anak Tulip IIA. Pembagian tugas dilakukan untuk
penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang, supervisor 1 orang, perawat primer 1
orang, dan perawat asosiet1-3 orang untuk tiap pergantian shift (pagi, siang, dan
99
malam). Dukungan yang diberikan selama ini yaitu adanya kemauan dan kerjasama
untuk semua perawat di ruang Tulip IIA.
2. Timbang Terima
Timbang terima sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Timbang Terima Sebelum Roleplay
150%
100%
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
50%
0%
1
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
50%
0%
1
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
99
Proses
99
menggantikan shift.
Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan, intervensi
yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan dan rencana tindakan pada
hari tersebut.
Setelah timbang terima di nurse station dilanjutkan dengan berkunjung ke
klien.
Waktu untuk validasi ke setiap klien tidak lebih dari 3 menit.
Hasil
1 Timbang terima sudah diterapkan di ruangan Tulip IIA
2 Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar perawat
3
setiap harinya,
Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun
5
a
b
keluarga klien.
Hambatan yang ditemukan pada saat penilaian Roleplay timbang terima :
Proses timbang terima menghabiskan waktu yang cukup lama.
Molornya waktu memulai timbang terima karena adanya beberapa orang yang
terlambat.
99
Banyak keluarga klien atau pengunjung saat mengunjungi bed klien untuk
100.0%
80.0%
Selalu
60.0%
Kadang-kadang
40.0%
Tidak pernah
20.0%
0.0%
1
10
Penerimaan klien baru sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
99
100.0%
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
50.0%
0.0%
1
10
99
kerjasama yang baik antara satu sama yang lain. Pada point 2 sebanyak 1 orang atau
dengan persentasi 11,11% menyatakan tidak pernah memperkenalkan siapa perawat
yang bertanggunjawab (kepala ruangan, perawat yang bertugas, dll). Hal ini
dikarenakan terlalu banyak yang harus disampaikan sehingga biasanya hanya nama
perawat yang bersangkutanyang diperkenalkan. Pada point 8 sebanyak 1 orang atau
dengan persentasi 11,11% menyatakan tidak pernah memperkenalkan klien dengan
klien sekamar. Hal ini karena banyaknya beban kerja perawat sehingga tugas perawat
untuk memperkenalkan teman sekamar terabaikan.
Evaluasi Penilaian Penerimaan Klien Baru
Struktur
1
sentralisasi obat.
Persiapan kegiatan penerimaan klien baru dilakukan dengan pembuatan
Proses
1
Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang masuk ke ruang
Tulip II A.
Penerimaan klien baru pada setiap shift dilakukan oleh peawat primer shift
yang bersangkutan. Penerimaan klien baru dilakukan di bed klien untuk
memberikan penjelasan kepada paseksin dan keluarga tentang penerimaan klien
baru sesuai dengan hal-hal yang tercantum dilembar penerimaan klien baru,
Lembar penerimaan klien baru ditandatangi oleh perawat primer dan klien atau
keluarga.
Keluarga menerima lembaran yang berisi penjelasan mengenai tata tertib
ruangan.
Selama kegiatan Roleplay jumlah penerimaan klien baru sebanyak 48 klien.
Hasil
1
Klien atau keluarga mengenali perawat dan dokter yang bertanggung jawab di
ruangan serta dapat mengenali ruangan dan lingkungan rumah sakit.
99
2
3
Klien atau keluarga memahami tata tertib ruangan dan alur sentralisasi obat.
Klien atau keluarga menandatangi lembar penerimaan klien baru
Hambatan
a
b
Dari diagram diatas didapatkan penurunan dari data sebelum dan sesudah
Roleplay. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan
perawat ruangan tentang tugas dari supervisor sebelum diadakan Roleplay. Pada saat
Roleplay, perawat ruangan mengerti tentang tugas supervisor sehingga hasil dari
diagram setelah Roleplay mengalami perubahan. Pada point 4 dengan persentasi 0%
menyatakan selalu dilakukan supervisor meneliti dokumentasi status klien. Hal ini
99
kegiatan supervisi
Supervisor menggunakan
keperawatan/kolaborasi
Supervisor berperan aktif dalam setiap perencanaan kegiatan supervisi, proses
SOP
dalam
setiap
supervisi
tindakan
evaluasi supervisi.
6 Klien dan keluarga yang kooperatif terhadap kegiatan supervisi yang dilakukan
Berdasarkan hasil observasi selama 26 hari melaksanakan Roleplay, pelaksanaan
supervisi diruangan sesuai dengan hasil kuesioner perawat ruangan.Mahasiswa
99
Proses
1
sudah disediakan.
Dilakukan penyampaian hasil kegiatan supervisi, pemberian reinforcement
yang positif kinerja perawat serta penyampaian rencana tindak lanjut supervisi
Hasil
99
Pada evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh supervisor stase manajemen terdapat
beberapa masalah atau kekurangan yang ditemukan pada saat melakaukan
tindakan serta rekomendasi penyelesaian masalah, seperti :
1
Tahap orientasi
Pada kegiatan pemberian injeksi intra vena. Pada tahap orientasi, yaitu perawat
supervisi.
Adanya koordinasi yang kurang antara PP dan PA, sehingga saat kegiataan
supervisi terlihat kerja samanya kurang.
5. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Sentralisasi Obat Sebelum Roleplay
120.0%
100.0%
80.0%
60.0%
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
40.0%
20.0%
0.0%
1
99
10
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
10
Gambar 5.12 .Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan
Sentralisasi obat
Roleplay dilakukan di ruang tulip IIA pada tanggal 06 Juli 01 Agustus 2015
oleh mahasiswa manajemen keperawatan. Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan
kegiatan sentralisasi obat.SebelumRoleplay dilakukan didapatkan bahwa hanya ada
buku catatan obat injeksidan kegiatan pengaplusan obat oleh perawat ruangan.Setelah
dilakukan Roleplay terjadi peningkatan pada beberapa item terutama pada poin yang
signifikan yaitu terhadap penyimpanan obat-obat klien hal ini dikarenakan adanya
kerjasama antara perawat ruangan dan mahasiswa stase manajemen dalam pembuatan
format sentralisasi obat sehingga sentralisasi obat semakin membaik.
Mahasiswa Stase manajemen selalu melakukan sentralisasi obat dengan
menyimpan obat sesuai loker ruangan klien dan nama klien yang dipergunakan sesuai
dengan cacatan obat yang telah diresepkan dokter ataupun setelah keluarga klien
mengambil obat dari apotik. Masih terdapat beberapa kelemahan yaitu dimana lembar
serah terima obat dan lembar persetujuan sentralisasi obat tidak disiapkan serta
99
perawat ruangan sebagian juga tidak menyimpan obat sesuai dengan loker obat yang
sudah disiapkan.
Diharapkan agar tindakan sentralisasi obat dapat secara terus menerus
dilakukan, sehingga pemberian obat kepada klien dapat dikelola dan diawasi secara
benar sesuai dengan prinsip 12 benar pemberian obat, tidak hanya pemberian obat
yang diawasi saja namun penyimpanan obat dengan benar juga merupakan hal yang
sangat penting. Selain itu, sehubungan dengan penerapan BPJS, kegiatan sentralisasi
obat memberikan keuntungan karena dengan adanya sentralisasi obat, jika ada saat
satu klien yang belum menebus obat, maka klien lain dapat meminjamkan sementara
obat yang dimilikinya. Selain itu, dari pihak rumah sakit menyarankan untuk
perencanaan kolektif dalam pengambilan obat, dimana kartu pengambilan obat dan
resep obat hanya dikelola oleh salah satu petugas setiap ruangan hal ini diharapkan
mengurangi jumlah penunggu klien dan meningkatkan sentralisasi obat sehingga
lebih efektif dan efesien.
Evaluasi Penilaian Sentralisasi Obat
Struktur
1 Pada sentralisasi obat, sarana dan prasarana yang menunjang telah
dipersiapkan, antara lain: lembar informed consent pengelolaan sentralisasi obat
yang digabung dengan format penerimaan klien baru, dan jadwal pemberian
obat, lemari/tempat penyimpanan obat baik obat paseksin maupun persediaan
2
belum disentralisaskan.
Adanya mekanisme sentralisasi obat yang jelas.
Proses
1
Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan tim kelolaan yang telah
ditetapkan. Klien atau keluarga telah diberikan informed consent untuk
99
Pada
saat
peneriman
paseksin
baru,
perawat
primer
yang
Hasil
1
2
Klien atau keluarga percaya pada perawat dalam pelaksanaan sentralisasi obat.
Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai dengan 12 benar pemberian
obat.
Perawat mudah mengontrol obat apa yang masih tersedia ataupun telah habis
dengan melihat pada loker penyimpanan obat klien, sehingga jika obat
6.
Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
99
100.0%
80.0%
60.0%
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
40.0%
20.0%
0.0%
1
10
120.0%
100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat bahwa angka bervariasi untuk ronde
keperawatan, dan dalam pertanyaan pada poin 1 yaitu pertanyaan apakah di ruangan
ini dilakukan ronde keperawatan. Namun hal tersebut berbeda antara kuesioner
dengan hasil wawancara, perawat ternyata belum mengetahui tentang ronde
keperawatan.Hal ini dikarenakan belum adanya kesempatan dari ruangan untuk
99
melakukan ronde keperawatan, dan belum adanya mahasiswa yang berpraktik stase
manajemen.Namun Beberapa perawat di ruang anak mulai memahami informasi
tentang ronde keperawatan dari mahasiswa stase manajemen setelah diakukannya
sosialisasi yang disampaikan oleh dosen akademik.
Ronde keperawatan di ruangan Tulip IIA telah dilaksanakan oleh mahasiswa
praktek stase manajemen pada tanggal 28Juli 2015 untuk pertama kalinya, dan
didapatkan hasil terjadinya peningkatan pada poin 3 (pemberian informed concent), 6
(perawat ketua tim menjelaskan intervensi yang akan dilakukan), 7 (Perawat
menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil), 8 (Ronde keperawatan
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah ronde keperawatan).Hal ini dikarenakan
adanya kesempatan dari ruangan untuk melakukan ronde keperawatan.Adanya kasus
yang memerlukan perhatian khusus dari perawat.Beberapa perawat menyayangkan
ketidakikutsertaannya
dalam
pelaksanaan
kegiatan
Roleplay
Ronde
sebelumnya.
Pengkajian telah dilakukan terlebih dahulu pada klien yang ditetapkan untuk
ronde keperawatan.
Konsultasi telah dilakukan baik kepada CI lahan ataupun akademik untuk
penetapan kasus.
Informed consent sudah diberikan kepada klien dan keluarga 1 hari sebelum
IIA .
Undangan telah dibagikan kepada para konselor seperti kepala ruangan tulip
IIA, kepala bidang keperawatan, supervisor, dokter, apoteker, dan ahli gizi telah
dilakukan 1 hari sebelem ronde keperawatan dilaksanakan.
Proses
99
5
6
7
8
Keluarga Harapan).
10 Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran kepada perwakilan
keluarga klien tersebut.
11 Perwakilan keluarga aktif bertanya dan memberikan informasi serta
pendapatnya terkait kondisi klien.
Hasil
1
Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan namun perlu kelanjutan terapi
seperti akan melakukan rujukan ke RS Soetomo dan kombinasi dari ahli gizi
7. Discharge Planning
Discharge planning sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
99
Selalu
60.0%
Kadang-kadang
40.0%
Tidak pernah
20.0%
0.0%
1
10
80.0%
Kadang-kadang
60.0%
Tidak pernah
40.0%
20.0%
0.0%
1
10
oleh
keluarga
sebagai
faktor
pendukung
perawatan
klien
karena
keterbatasan waktu yang dimiliki, terkadang klien dan keluarga ingin bergegas ntuk
segera pulang.
Selain itu sudah tersedianya format discharge planning dan leaflet yang
diberikan kepada klien yang sangat membantu dalam perawatan lebih lanjut ketika di
rumah seperti aktivitas yang boleh dilakukan, perawatan saat dirumah, diit, obat yang
diminum dan kartu kontrol. Stase manajemen PSIK FK UNLAM juga bekerjasama
dengan bagian PKRMS RSUD ULIN dan berkonsultasi dalam hal penyediaan leaflet
agar tetap berlanjut walaupun Stase manajemen PSIK UNLAM sudah tidak berdinas
lagi. Dalam hal pembuatan leaflet sebelumnya sudah dikonsulkan dengan pihak
terkait. Dalam hal penyediaan leaflet ini sangat perlu untuk tetap dipertahankan agar
perawatanlanjutan pada klien dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
99
tim
3
4
5
itu.
Pelaksanaan discharge planning dilakukan di ruangan klien.
Pelaksanaan discharge planning diikuti oleh klien dan keluarga klien.
Perawat yang bertugas saat shift tersebut ikut terlibat dalam Discharge
planning, perawat primer memberikan informasi langsung kepada klien dan
6
7
Hasil
1
3
4
5
a
b
c
berulang.
Hambatan
1. Klien langsung pulang saat mengetahui dibolehkan pulang sehingga beberapa
klien tidak bisa dilakukan discharge planning jika harus menunggu administrasi
selesai.
2. Belum adanya leaflet khusus untuk ruangan anak dari bagian rumah sakit,
sehingga dikhawatirkan discharge planning terhenti setelah mahasiwa selesai
melakukan praktik manajemen diruangan karena leaflet yang disiapkan
mahasiswa masih kurang.
3. Masih kurangnya kesadaran beberapa perawat tentang pentingnya pelaksanaan
discharge planning.
4. Adanya kesulitan yang dihadapi mahasiswa karena Discharge planning hanya
dilakukan oleh mahasiswa manajemen tanpa didampingi oleh perawat setempat.
Beberapa perawat menyatakan kesibukannya karena beberapa alasan.
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah Roleplay dapat dilihat pada
99
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
Sebelum Roleplay
30%
Sesudah Roleplay
20%
10%
Ev
al
ua
si
Pe
re
nc
an
aa
n
Pe
ng
ka
jia
n
0%
99
Persiapan
kegiatan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
meliputi
penggunaan format pengkajian baru yang dibuat oleh Tim mutu RSUD Ulin
Banjarmasin, perumusan diagnosa, pembuatan rencana tindakan termasuk kriteria
tujuan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi dalam bentuk catatan
perkembangan yang telah dibuat dalam bentuk format yang telah dikonsultasikan dan
disetujui pembimbing lahan.
Proses
Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan pada semua klien yang dirawat
sesuai dengan rencana pengisian yang telah ditetapkan. Dalam pelaksaaan yang
menggunakan format catatan perkembangan ruangan, terdapat kekurangan yaitu tidak
adanya tanda tangan perawat yang menyerahkan dan perawat yang menerima pada
pergantian shift, sehingga kemudian kelompok memodifikasi format catatan
perkembangan untuk mencantumkan hal tersebut. Pelaksanaan kegiatan penilaian
pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan terhadap seluruh dokumen dengan
klien minimal 3 hari perawatan. Dilakukan penilaian pada item pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan keperawatan. Item
pengkajian meliputi 4 poin, diagnosa keperawatan 3 poin, perencanaan 2 poin,
implementasi 3 poin, evaluasi 2 poin dan catatan keperawatan 5 poin.
Hasil
1. Pendokumentasian dilakukan dengan rapi dan jelas
2. Hambatan yang ditemukan:
a. Dalam pembuatan format pendokumentasian mengalami kendala dengan
dilakukannya perbaikan sebanyak 2 kali
b. Sebelum diadakannya rapat dengan kepala bidang keperawatan, proses
pendokumentasian asuhan keperawatan masih dilakukan oleh mahasiswa yang
berdinas
diruang
anak,
akan
tetapi
setelah
rapat
dilakukan
proses
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (depkes
RI,2005).
BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur klien di ruang
Anak Tulip IIA selama bulan 29 Juni 1 Agustus 2015 yaitu:
Formula :
BOR =
Hal ini
962.4
26
= 37.01 %
IIAuntuk tanggal 29 Juni 1 Agustus 2015 adalah 37.01% dan nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005). Nilai BOR diruang Anak Tulip IIA
berdasarkan nilai perhitungan BOR dibawah nilai ideal, hal ini tejadi karena jumlah
klien sedikit dan bertepatan dengan hari Besar (Hari Raya Idul Fitri), ruang Anak juga
terbagi menjadi 2.
Jumlah BOR ruang Anak Tulip IIAmulai dari tanggal 29 Juni 1 Agustus
2015 dapat diakumulasi karena mahasiswa menghitung sendiri BOR harian selama
dinas stase management dengan hasil sebagai berikut:
Tanggal
29 Juni 2015
BOR
14
32
99
x 100% = 44%
30 Juni 2015
1 Juli 2015
2 Juli 2015
3 Juli 2015
4 Juli 2015
6 Juli 2015
7 Juli 2015
8 Juli 2015
10
9 Juli 2015
11
10 Juli 2015
12
11 Juli 2015
13
12 Juli 2015
14
13 Juli 2015
15
14 Juli 2015
16
15 Juli 2015
17
23 Juli 2015
18
24 Juli 2015
19
25 Juli 2015
20
26 Juli 2015
21
27 Juli 2015
22
28 Juli 2015
15
x 100% = 47%
32
15
x 100% = 47%
32
13
x 100% = 41%
32
16
x 100% = 50%
32
19
x 100% = 59%
32
14
x 100% = 44%
32
16
x 100% = 50%
32
16
x 100% = 50%
32
16
x 100% = 50%
32
9
x 100% = 28%
32
7
x 100% = 21%
32
10
x 100% = 31%
32
11
x 100% = 34%
32
10
x 100% = 31%
32
8
x 100% = 25%
32
7
x 100% = 21%
32
6
x 100% = 18.7%
32
6
x 100% = 18.7%
32
7
x 100% = 21%
32
8
x 100% = 25%
32
15
x 100% = 47%
32
99
23
24
25
26
Dari
16
x 100% = 50%
32
30 Juli 2015
15
x 100% = 47%
32
31 Juli 2015
13
x 100% = 41%
32
1 Agustus 2015
7
x 100% = 21%
32
data BOR diatas didapatkan nilai minimal yaitu 21% dan nilai maksimal
29 Juli 2015
50%, hal ini dikarenakan sedikitnya klien yang masuk tidak melebihi jumlah bed
yang ada di ruangan.
b. ALOS
ALOS adalah suatu gambaran mutu pelayanan yang menggambarkan rata-rata
lama rawat seorang klien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi , juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan , apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (depkes,2005).
Nilai ALOS ruang Anak Tulip IIApada bulan Juni hingga Agustus 2015adalah :
ALOS =
ALOS =
Jadi rata-rata lama perawatan klien di ruang Anak Tulip IIA pada tanggal 29
Juni 1 Agustus 2015adalah 9.5 hari dan nilai parameter ALOS yang ideal adalah 6-9
hari.
Lama rawat inap klien (ALOS) di ruang Anak Tulip IIApada tanggal 29 Juni
1 Agustus 2015 adalah rata-rata 9.5hari. Jumlah klien keluar 40 orang. ALOS
bulanMaret Mei 2015 di ruang Anak Tulip IIA adalah 5 hari, terjadi peningkatan
lama rawat inap klien dari sebelum Roleplay dibandingkan setelah Roleplay yaitu
sebanyak 4.5 hari. Hal ini akan mengakibatkan claim BPJS terganggu dan membuat
keluarga klien mengurus kembali berkas BPJS
99
c BTO
Nilai BTO ruang Anak Tulip IIApada 29 Juni 1 Agustus 2015 adalah :
BTO =
BTO =
HIDUP
)
MAT I
=
JUMLAH TEMPAT TIDUR
Jadi selama bulan Juni s.d Agustus 2015, BTO Sebanyak 1.25 kali dan nilai
parameter BTO yang ideal selama 3 minggu adalah 2,3-2,8 kali.Hal ini dikarenakan
klien yang berada di ruang Anak Tulip IIA jumlahnya sedikit dibandingkan dengan
jumlah bed di ruangan.
d. TOI
Nilai TOI Ruang Anak Tulip IIA pada 29 Juni 1 Agustus 2015 adalah:
TOI =
( 32 x 26 )309
= 13 hari
40
Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari 29 Juni 1 Agustus 2015 adalah 13 hari
1. Instrumen C
Struktur
Kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) meliputi:
a) Melakukan koordinasi dengan perawat ruangan terkait rencana pelaksanaan
penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
99
terhadap
penilaian
kesesuaian
No
41.
Persentase (%)
sebelum
-
Kegiatan
Pemasangan infus
Rata-rata
99
Persentase (%)
sesudah
82.14%
82.14%
99
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan stase manajemen profesi ners PSIK FK UNLAM
Banjarbaru dari tanggal 29 Juni s.d 8 Agustus 2015, didapatkan beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Ruang Anak Tulip IIA RSUD Ulin Banjarmasin merupakan salah satu ruang
perawatan dengan total kapasitas bed ada 32 bed. Data dari Maret - Mei 2015
BOR ruang Anak Tulip IIA adalah 60% dan ALOS 5 hari. Sedangkan untuk
BOR pada tanggal 29 Juni 1 Agustus 2015 adalah 37.01% dan ALOS 9.5 hari.
2. Kegiatan roleplay dilaksanakan dari tanggal 29 Juni 1 Agustus 2015 dengan
menerapkan SP2KP model modifikasi dengan pelaksanaan unsur-unsurnya
secara menyeluruh.
3. Secara umum, terdapat peningkatan setelah dilakukan kegiatan roleplay
terutama pada kegiatan timbang terima dan ronde keperawatan.
4. Jumlah tenaga keperawatan saat ini berjumlah 17 orang. Jumlah tenaga non
keperawatan (pekarya) saat ini berjumlah 1 orang.
5. Masih banyak tenaga perawat yang lulusan DIII yaitu sebanyak 13 orang dari
17 perawat yang bekerja di Ruang Anak Tulip IIA
6. Tingkat kepuasan klien diruang Anak Tulip IIA berada dalam kategori baik dan
terjadi peningkatan sebelum dilakukan roleplay 50% menjadi 77% pada klien
kelolaan roleplay.
7. Cukup tersedianya alat penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga
kesehatan dan klien serta keluarga (Musholla, WC, alat kebersihan).
B. Saran
Man (M1)
99
akan dikelola perawat ataupun mahasiswa yang berdinas pada saat itu.
Diharapkan pihak manajerial dapat memfasilitasi peningkatan jenjang pendidikan
d. Diharapkan
dalam
kegiatan
timbang
terima,
ketua
tim
melakukan
ruangan
99
99