Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Acne Vulgaris
2.1.1 Definisi
Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan kronik dari unit
pilosebaseus disertai penyumbatan dari penimbunan bahan keratin duktus
kelenjar yang diatandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul,
kista sering ditemukan pula skar pada daerah predileksi seperti muka, bahu
bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan punggung.6, 10
2.1.2 Prevalensi
Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu
tahun sebelum menarche atau haid pertama.1 Onset acne pada perempuan
lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya
lebih dulu daripada laki-laki.3 Prevalensi acne pada masa remaja cukup
tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja.3 Perempuan ras
Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37%
dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India
23%.4 Pada ras Asia, lesi infl amasi lebih sering dibandingkan lesi
komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada
ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne infl amasi,
yaitu 14% acne komedonal, 10% acne inflamasi.4 (ERHA)

Tabel 1. Prevalensi acne vulgaris pada usia remaja

Menurut

catatan

studi

dermatologi

kosmetika

Indonesia

menunjukan yaitu 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80%
terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi
yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan
pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%. Namun kadang
pada wanita akan menetap hingga usia 30-an, pada pria jarang terjadi
tetapi jikamengenai pria akan lebih berat.10,11
Akne vulgaris lebih sering dijumpai pada populasi pria
dibandingkan wanita pada usia remaja. Namun pada usia dewasa, akne
vulgaris lebih sering dijumpai pada wanita. Akne vulgaris dapat timbul
pada beberapa minggu dan bulan pertama kelahiran saat bayi masih berada
di bawah pengaruh hormon maternal dan kadar hormon androgen yang
dihasilkan oleh kelenjar adrenal bayi masih sangat sedikit. Akne vulgaris
pada neonatus ini dapat sembuh secara spontan. Akne vulgaris pada remaja
biasanya dimulai sebelum onset pubertas, saat kelenjar adrenal mulai
menghasilkan dan melepaskan lebih banyak hormon androgen.
2.1.3 Etilogi dan Faktor Resiko

Menurut Penilitian Kabau S pada tahun 2012 Penyebab pasti


timbulnya AV sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Tetapi sudah
pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal dari luar (eksogen)
maupun dari dalam (endogen)13 :
a. Genetik
Akne kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dimana pada
penderita terdapat peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar
normal androgen dalam darah. Menurut sebuah penelitian, adanya gen
tertentu (CYP17-34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh
manusia, meningkatkan terjadinya akne.6
Factor ras dan keturunan memegang peranan penting terjadinya jerawat.
Hampir 80% penderita memiliki saudara kandung yang berjerawat, dan 60
% penderita memiliki satu orang tua berjerawat. (Dwikarya M. Merawat
kulit dan wajah. )
b. Jenis Kelamin
Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu
tahun sebelum menarche atau haid pertama.1 Onset acne pada
perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas
perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki.3 Prevelansi
tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 8385% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%.
Namun kadang pada wanita akan menetap hingga usia 30-an, pada pria
jarang terjadi tetapi jikamengenai pria akan lebih berat.10,11
c. Usia
Prevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara
47-90% selama masa remaja. Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 1417 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada
umur 16-19 tahun berkisar 95-100%.

b. Faktor Hormonal
Pada 6070% wanita lesi acne menjadi lebih aktif , kurang lebih satu
minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Progesterone
dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efektivitas terhadap kelenjar

lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang
kadang progesterone dapat menyebabkan acne premenstruasi.
Estrogen dalam kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan akne karena
menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis.
Hormon Gonadotropin sendiri mempunyai efek menurunkan produksi
sebum. Androgen
Peningkatan produksi androgen yaitu tertosterone menyebabkan
deskuamasi epitel normal dan obstruksi folikel yang menyebabkan lesi
prekursor utama dalam akne-mikrokomedo. (mikrokomedo adalah struktur
patologis yang tidak terlihat oleh mata telanjang yang berkembang menjadi
lesi). Peningkatan androgen juga mempengaruhi produksi sebum,
menyebabkan obstruksi folikel terisi dengan bahan yang kaya lipid dan
bentuk komedo yang terbuka dan tertutup. Konsentrasi testosterone dalam
plasma penderita acne, tidak berbeda dengan yang tidak menderita acne.
Berbeda dengan wanita, pada testoteron plasma sangat meningkat pada
penderita acne (pochi, frostrom & Lim james , 2006)
c. Makanan (diet)
Terdapat makanan tertentu yang memperberat AV. makanan tersebut
antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju,
dan sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat),
makanan pedas, Lemak dalam makanan dapat mempertinggi kadar
komposisi sebum.15

Makanan dengan kadar glikemik yang tinggi atau kadar karbohidrat yang
tinggi (> 55% energi berasal dari karbohidrat) pada anak remaja dan
dewasa yang sehat ternyata meningkatkan konsentrasi insulin dalam
plasma, dan dapat menyebabkan hiperinsulinemia. Makanan tinggi
karbohidrat mengandung 5 reduktase yang menjadi prekursor
pembentukan Dihydrotestoterone (DHT) dan menyebabkan hiperglikemi
sehingga terjadi peningkatan kadar insulin like growth factor 1 (IGF
1). DHT bekerja dengan mempengaruhi kerja dari kelenjar sebasea
sehingga lebih banyak memproduksi sebum.

Peningkatan IGF 1

menyebabkan peningkatan bioavaibilitas androgen, peningkatan produksi


sebum dan secara langsung merangsang proliferasi keratinosit basal.
Makanan pedas secara epidemiologi juga terlibat dalam mekanisme acne
vulgaris, jenis makan ini mengandung capsaicin yang dapat meningkatkan
keringat berlebih dan kulit menjadi berminyak. Keadaan ini menyebabkan
P. acne berkembang biak secara progresif dan memacu timbulnya acne.

Namun metabolisme tubuh setiap individu berbeda beda sehingg reaksi


yang terjadi pada kelenjar pilosebasea tidak sama pada setiap individu
(acne 7)
d. Hygiene
Kebersihan adalah praktek menjaga diri sendiri dan lingkungan
seseorang bersih untuk mencegah penyakit atau penyakit. Akibatnya,
kebersihan kulit meliputi pembersihan kulit dan juga menjaga
kesehatan. Minyak, kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di
wajah dapat menutup dan menyumbat pori pori sehingga
mempermudah terbentuknya akne, dan memperparah akne yang telah
ada. Sehingga menjaga kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk
membersihkan minyak yang berlebih di wajah. Membersihkan wajah
secara teratur dan benar dengan pembersih yang tepat sangatlah penting,
apalagi yang memiliki problem kulit berminyak dan berjerawat.5,6
Menjaga kebersihan kulit dapat dilakukan oleh setiap orang seperti
mandi dan mencuci wajah dua kali sehari. 5,8 Selain dilakukan secara
rutin setiap hari, ketika badan dan wajah dalam keadaan kotor, misalnya
setelah beraktivitas di luar ruangan sepanjang hari, bepergian jarak jauh
dengan mengendarai kendaraan terutama roda dua sehingga kulit
banyak terpapar oleh debu dan asap kendaraan bermotor, setelah
berolahraga, atau setelah melakukan aktivitas berat sehingga banyak
keluar keringat,
Sebagai organ yang selalu terpajan terhadap lingkungan yang
merusak, kulit perlu dirawat dengan salah satu cara yaitu membersihkan
wajah setidaknya 3 kali sehari.15 Seperti penelitian sebelumnya yang
telah meneliti pengaruh perawatan kulit wajah dengan terjadinya akne
vulgaris, sehingga dalam penelitian ini lebih meneliti mengenai
pengaruh kebersihan kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris.5
e. Kondisi kulit
Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. Ada empat jenis
kulit wajah, yaitu :

a) Kulit normal, ciri-cirinya: kulit tampak segar, sehat, bercahaya,


berpori halus, tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak
bernoda, elastisitas baik.
b) Kulit berminyak, ciri-cirinya: mengkilat, tebal, kasar, berpigmen,
berpori besar
c) Kulit kering, ciri-cirinya: Pori-pori tidak terlihat, kencang, keriput,
berpigmen
d)Kulit Kombinasi, ciri-cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak,
sedangkan pipi normal/kering atau sebaliknya.
e) Jenis kulit berhubungan dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang
mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada
saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne.15,18
f. Lingkungan
2.1.4 Patogenesis Akne Vulgaris
Etiologi acne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis acne
adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai
etiopatogenesis

acne.

Keempat

patogenesis

tersebut

adalah

hiperkeratinisasi dari duktus polisebasea, produksi sebum yang berlebih,


bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), dan inflamasi.13,20
a. Peningkatan produksi sebum
Sebum disintesis oleh kelenjar sebasea secara kontinu dan
disekresikan ke permukaan kulit melalui pori pori folikel rambut. Sekresi
sebum ini diatur secara hormonal. Kelenjar sebasea terletak pada seluruh
permukaan tubuh, namun jumlah kelenjar yang terbanyak didapatkan pada
wajah, pungung, dada, dan bahu.2 Kelenjar sebasea mensekresikan lipid
melalui sekresi holokrin. Selanjutnya, kelenjar ini menjadi aktif saat
pubertas karena adanya peningkatan hormon androgen, khususnya hormon
testosteron, yang memicu produksi sebum . Hormon androgen
menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi
sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar
sebasea dan acroinfundibulum.Ketidakseimbangan antara produksi dan

kapasitas sekresi sebum akan menyebabkan pembuntuan sebum pada


folikel rambut . 2 ,13,20
b. Penyumbatan keratin di saluran pilosebaseus
Terdapat perubahan pola keratinisasi folikel sebasea, sehingga
menyebabkan stratum korneum bagian dalam dari duktus pilosebseus
menjadi lebih tebal dan lebih melekat dan akhinya akan menimbulkan
sumbatan pada saluran folikuler. Bila aliran sebum ke permukaan kulit
terhalang oleh masa keratin tersebut, maka akan terbentuk mikrokomedo
dimana mikrokomedo ini merupakan suatu proses awal dari pembentukan
lesi akne yang dapat berkembang menjadi lesi non- inflamasi maupun lesi
inflamasi. Proses keratinisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam
lemak bebas dan skualen . 5,20
c. Kolonisasi mikroorganisme di dalam folikel sebaseus
Peran mikroorganisme penting dalam perkembangan akne. Dalam
hal ini mikroorganisme yang mungkin berperan adalah Propionilbacterium
acnes,

Staphylococcus

epidermidis

dan

Pityrosporum

ovale.

Mikroorganisme tersebut berperan pada kemotaktik inflamasi serta pada


pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. P. Acnes
menghasilkan komponen aktif seperti lipase, protease, hialuronidase, dan
faktor kemotaktik yang menyebabkan inflamasi. Lipase berperan dalam
mengidrolisis trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang berperan
dalam

menimbulkan

hiperkeratosis,

retensi,

dan

pembentukan

mikrokomedo .12,18
d. Inflamasi
Propionilbacteriuum acnes mempunyai faktor kemotaktik yang
menarik leukosit polimorfonuklear kedalam lumen komedo. Jika leukosit
polimorfonuklear memfagosit P. acnes dan mengeluarkan enzim hidrolisis,
maka akan menimbulkankerusakan dinding folikuler dan menyebabkan
ruptur sehingga isi folikel (lipid dan komponen keratin) masuk dalam
dermis sehingga mengakibatkan terjadinya proses inflamasi . 2,20
2.1.5 Klasifikasi

Klasifikasi acne yang paling tua adalah klasifikasi oleh Pillsburry


pada tahun 1956, yang mengelompokkan acne menjadi 4 skala berdasarkan
perkiraan jumlah dan tipe lesi, serta luas keterlibatan kulit. 1, 11,20
Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman (2005), yang
mengelompokkan acne vulgaris menjadi :
a. Acne komedonal
a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
b. Acne papulopustul
a. gade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
c. Acne konglobata
Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak ada
pembagian tingkat beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak diderita
oleh laki-laki. Lesi yang khas terdiri dari nodulus yang bersambung,
yaitu suatu masa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri.
Nodul ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat melunak mengalami
fluktuasi dan regresi, dan sering meninggalkan jaringan parut . 21
Menurut American academy of Dermatology klasifikasi Akne
adalah sebagai berikut: 12

2.1.6 Manifestasi Klinis


Lesi utama Akne vulgaris adalah mikrokomedo, atau mikrokomedone,
yaitu pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes.

Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan kista
pada daerah predileksi acne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan
lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit tampak
sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian ujungnya
terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head karena secara
klinis tampak berwarna hitam pada epidermis. Scar dapat merupakan
komplikasi dari acne, baik acne non-inflamasi maupun inflamasi. Ada
empat tipe scar karena acne, yaitu : scar icepick, rolling, boxcar, dan
hipertropik.3,12
2.2 Status Gizi
2.2.1 definisi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ organ serta nmenghasilkan energi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status
gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Menurut Robinson dan Weighley (1984) yang dikutip oleh Paryanto
(1996) mengatakan bahwa status gizi didefinisikan sebagai keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh.
Almatsier (2000) mengatakan bahwa pengertian status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Supariasa, Bakri dan
Fajar (2001) mengatakan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari


nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Menurut Almatsier (2001) secara klasik kata gizi hanya dihubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan
memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam
tubuh. Pengertian gizi lebih luas adalah gizi dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
2.2.2 Penilaian Status Gizi
Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian status gizi,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu penilaian
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan untuk penilaian
status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey
konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa dkk,
2.2.3. Metode Antropometri
Antropometri adalah pengukuran bagian-bagian tubuh. Perubahan
dalam dimensi-dimensi tubuh merefleksikan keadaan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang atau penduduk tertentu. Antropometri digunakan
untuk menilai dan memprediksi status gizi, performan, kesehatan dan
kelangsungan hidup seseorang dan merefleksikan keadaan sosial
ekonomi atau kesejahreraan penduduk.
Antropometri merupakan pengukuran status gizi yang sangat luas
digunakan. Alasan penggunaan antropometri yang luas tersebut adalah :
a. Kehandalannya dalam menilai dan memprediksi status gizi dan masalah
kesehatan dan sosial ekonomi.
b. Mudah digunakan dan relatif tidak mahal.
c. Alat ukur yang non-invasive (tidak membuat trauma bagi orang yang
diukur).

Ukuran yang biasa digunakan adalah tinggi badan (atau panjang


badan), berat badan, lengkar lengan atas, dan umur. Tinggi dan berat
badan paling sering digunakan dalam pengukuran karena dapat
membantu mengevaluasi pertumbuhan anak-anak dan menentukan status
gizi orang dewasa.

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator

yang paling sering digunakan untuk mendeteksi masalah gizi pada


seseorang.
Antropometri dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tergantung
pada indikator antropometri yang dipilih.
massa

tubuh

(IMT)

merupakan

Sebagai contoh, indeks


indikator

kekurusan

dan

kegemukan. Pengukuran IMT merupakan cara yang paling murah dan


mudah dalam mendeteksi masalah kegemukan di suatu wilayah.
Masalah kegemukan sekarang ini semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kemajuan
teknologi yang memungkinkan aktivitas masyarakat semakin rendah.
Peningkatan masalah kegemukan ini saat erat kaitannya dengan berbagai
penyakit kronis degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung
koroner, kanker, dll.

Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja
maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT
sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi
perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anakanak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa
disimbolkan dengan IMT/U.
IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan
tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :
Berat badan (kg)
IMT
=
---------------------------2
Tinggi
badan

Dimana : berat badan dalam satuan kg, sedangkan tinggi badan


dalam satuan meter
Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai
IMT-nya harus dibandingkan dengan nilai IMT standar WHO 2005
(WHO, 2006); sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai
IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO,
2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan
indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil.
Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi
referensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi.
Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi
referensi (WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama
atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi.

Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, Z-skor dapat


dihitung dengan cara berikut :
Nilai IMT yang diukur Median Nilai IMT
(referensi)

Bagaimana klasifikasi status gizinya?.


dilakukan menurut berbagai lembaga.

Klasifikasi dapat

Klasifikasi WHO agak sedikit

berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI.


Klasifikasi status gizi pada IMT yang dihitung dengan menggunakan Zskor menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO


Nilai Z-skor
z-skor +2
-2 < z-skor < +2
-3 < z-skor < -2
z-skor < -3

Klasifikasi
Overweight
(kelebihan berat badan
Normal
Kurus
Sangat kurus

Klasifikasi menurut Kemenkes RI (2010) dibedakan pada


kelompok usia 0-60 bulan dengan kelompok usia 5-18 bulan. Klasifikasi
IMT untuk usia 0-60 bulan disajikan pada Tabel 2, sedangkan klasifikasi
IMT untuk anak usia 5-18 tahun disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak
usia 0-60 bulan :
Nilai Z-skor
z-skor +2
-2 < z-skor < +2
-3 < z-skor < -2
z-skor < -3

Klasifikasi
Gemuk
Normal
Kurus
Sangat kurus

Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun :
Nilai Z-skor
z-skor +2
+1 < z-skor < +2
-2 < z-skor < +1
-3 < z-skor < -2
z-skor < -3

Klasifikasi
Obesitas
Gemuk
Normal
Kurus
Sangat kurus

Vous aimerez peut-être aussi