Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. S
No. CM
: 076328
: 1 tahun / 12 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku bangsa
: Jawa/ Indonesia
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 17 Maret 2015
Ruang Rawat
: Dahlia 214
Ayah
Ibu
Nama
Tn. I
Ny. D
Usia
25 tahun
23 tahun
Perkawinan ke
Pertama
Pertama
24
22
Pendidikan
SMA
SMP
Pekerjaan
Karyawan Swasta
Agama
Islam
Islam
Suku Bangsa
Jawa
Jawa
Data Dasar
Alloanamnesis tanggal 18 Maret 2015 Pukul 17.45 WIB
Keluhan Utama : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang
3 hari yang lalu, orang tua pasien mngeluhkan bahwa anaknya batuk terus menerus.
Batuk berdahak berwarna putih. Batuk sepanjang hari, baik pagi, siang, sore, ataupun
malam hari. Batuk lebih dari 5 kali sehari. Pasien batuk namun tidak disertai pilek. Pasien
tidak mengalami mual serta tidak muntah. Buang air kecil jumlahnya sedikit, berwarna
kuning jernih dan berbau khas. Pasien juga mengalami penurunan napsu makan dan
minum.
2 hari yang lalu, orang tua pasien juga mengatakan batuk pada pasien disertai sesak.
Sesak dikeluhkan orang tua pasien timbull secara tiba tiba dan semakin memberat.
Sesak tidak berhubungan dengan aktifitas. Keluhan sesak napas tidak disertai dengan
adanya suara sesak bunyi ( mengi ) dan mengorok, serta tidak ada kebiruan pada ujung
jari maupun sekitar mulut.
2 hari sebelum, pasien juga mengalami demam. Demam dikeluhkan timbul mendadak
dan naik turun yang dirasa orang tua pasien cukup tinggi, siang sama dengan malam
namun orang tua pasien tidak mengukur suhu pasien. Panas badan tidak disertai kejang.
Tidak ada keringat pada malam hari maupun penurunan kesadaran. Buang air besar tidak
ada keluhan, buang air kecil masih sedikit jumlahnya.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasien membawa pasien ke Puskesmas
untuk berobat. Setelah itu pasien mendapatkan obat puyer dan sirup namun keluhan tidak
membaik. Di Puskesmas, dokter mengtakan bahwa pasien mengalami infeksi pada paru
dan gizi kurang baik, lalu dokter menyarankan untuk meneruskan pemeriksaan dan
pengobatan di Rumah Sakit.
Pasien datang ke RSUD Ambarawa karena rujukan dari Puskesmas dengan suspek
bronkopneumoni dan gizi buruk. Pada saat di IGD, orang tua pasien mengeluhkan bahwa
batuk dan sesak pada pasien semakin memberat sehingga pasien kesulitan untuk tidur.
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit batuk
batuk lama dan sesak napas.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Kejang
: Disangkal
Riwayat Trauma
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Operasi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Pengobatan
Sudah ke berobat ke dokter namun tidak ada perbaikan
Riwayat Kehamilan dan persalinan
P1 A0, lahir spontan oleh bidan usia kehamilan 39 minggu, BB lahir 3000 gr PB: 48
cm, langsung menangis kuat.
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B
BCG
Polio
DPT
Campak
: 4 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 8 bulan
Merangkak
: 11 bulan
Berdiri
: belum bisa
Berjalan
: belum bisa
Tertawa
: 4 bulan
Berceloteh
: belum bisa
: lahir - 12 bulan
PASI
: 4 bulan - 12 bulan
Bubur susu
: 4 bulan - 12 bulan
Bubur saring
: 8 bulan - 12 bulan
Bubur halus
: 8 bulan - 12 bulan
Nasi lembek
: 12 bulan
Riwayat Kebiasaan:
Pasien mempunyai 1 botol susu yang di cuci setiap akan diberikan susu formula
botol susu tidak direbus dan botol susu diletakkan telungkup di atas meja
Sumber air berasal dari air ledeng, dan dimasak hingga mendidih sebelum di
Penderita tinggal bersama ayah dan dan ibunya, serta bude dan pak de nya
yang memiliki 2 orang anak di rumah yang beratap genteng, berdinding
tembok bata dengan tambalan semen, lantai semen. Namun atas rumah pasien
( sebalah kanan dan kiri nya ada yang tidak tertutup dengan baik sehingga
udara luar dapat langsung masuk ke dalam rumah.
Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu ( ruang keluarga ), dapur,
kamar mandi, dan satu ruangan untuk menjemur atau menyimpan baju.
Terdiri dari 2 kamar tidur. Kamar pertama terletak di depan dekat ruang tamu,
kamar pertama ditempati keluarga kakak nya bersaa 2 oranag anaknya. Pasien
dan keluarg amenempati kamar kedua yang berada di samping kamar pertma.
Rumah tersebut kurang memiliki ventlasi yang baik, tidak ada jendela. Hanya
ada pintu depan dan samping saja. Sumber air minum dari air isi ulang,
sumber penerangan listrik berasal dari PLN. Penanganan sampah dibuang di
tempat pembuangan sampah.
Genogram
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: terlihat kurus, tampak lemas, kurang aktif, sedikit rewel, terlihat nafas
cuping hidung
Kesadaran
: CM
Tanda vital N : 104 x/menit, regular, isi cukup
RR : 38 x/menit, regular, retraksi (-)
S : 37,8 C
BB : 6,5 kg; PB : 72 cm LiLA : 11 cm LK : 44 cm LD : 43 cm
Status Gizi
Gizi Buruk
Mata
Hidung
adanya sekret
Mulut
Leher
Toraks
Jantung
Paru
ANTERIOR
POSTERIOR
KIRI
KANAN
KIRI
KANAN
Inspeksi
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Palpasi
Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Perkusi
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Ronkhi (+)
Ronkhi (+)
Ronkhi (+)
Ronkhi (+)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Abdomen
: Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
Genitalia
Anggota gerak
Diagnosis Sementara
1. Bronkopneumoni
2. Gizi buruk
Kesan : pneumonia
I.2.6. Assesment
1. Penumonia
2. Gizi buruk
I.2.7. Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Tirah baring
F75 12x50 cc ( sonde NGT )
Medikamentosa
Edukasi
Menganjurkan ibunya untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi anaknya dengan cara
memberi makanan yang sehat dan bergizi
Menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi
Memberitahu tentang perjalanan penyakit kepada orang tua
Memberi tahu komplikasi yang mungkin terjadi
I.2.9. Follow up
Tanggal
Subject
17-032015
Pasien
mengeluh
demam,
batuk, pilek
serta
bab
dbn
,
nappsu
makan
menurun
Object
Ku:
tampak
rewel/CM
Assessment
Planning
Pneumonia
Gizi buruk
N:124x/m RR:
24x/m T: 37 C
K/L:CA+/+, SI
-/-
Thorax :
cor s1 s2 reg,
pulmo rhonki +/
+
Tanggal
Subject
18-032015
Batuk (+),
makan dan
minum
sedikit
Abdomen:
supel, bu +, NT
(-)
Ekstremitas:
akral hangat, crt
<2,
turgor
kembali lambat
Object
Assessment
Ku:
tampak
rewel/CM
Bronkopneum
onia
N:120x/m RR:
24x/m T: 37,2 C
Gizi buruk
K/L:CA-/-,
-/-
Thorax :
SI
Infus KAEN
3B 500
cc/2jam
O2 Kanul
nasal 2lpm
Cetirizin
1x2 mg
Ceftriaxone
2x250 mg
Procaterol 2
x 1.7 cc
Paracetamol
4 x cth
Planning
Infus KAEN
3B 500 cc
O2 Kanul
nasal 2lpm
Cetirizin
1x2 mg
Ceftriaxone
2x250 mg
Procaterol 2
cor s1 s2 reg,
pulmo rhonki +/
+
Tanggal
Subject
19-022015
Batuk sudah
berkurang
pilek
(+),
sulit makan
Abdomen:
supel, bu +, NT
(-)
Ekstremitas:
akral hangat, crt
<2,
turgor
kembali cepat
Object
Assessment
Ku:
tampak
rewel/CM
Bronkopneum
onia
N:108x/m RR:
24x/m T: 37 C
Diare akut
K/L:CA-/-,
-/-
Thorax :
Tanggal
Subject
20-032015
Batuk
berkurang
Demam -
Planning
SI
cor s1 s2 reg,
pulmo rhonki +/
+
x 1.7 cc
Paracetamol
4 x cth
Vitamin A
100.000
F75 12x50
cc
Abdomen:
supel, bu +, NT
(-)
Ekstremitas:
akral hangat, crt
<2,
turgor
kembali cepat
Object
Ku:
tampak
rewel/CM
N:124x/m
RR:
Infus KAEN
3B 500
cc/2jam
O2 Kanul
nasal 2lpm
Cetirizin
1x2 mg
Ceftriaxone
2x250 mg
Procaterol 2
x 1.7 cc
Paracetamol
4 x cth
Vitamin A
100.000
F75 12x50
cc
Assessment
Planning
Pneumonia
Gizi buruk
Acc pulang
24x/m T: 37 C
K/L:CA-/-,
-/-
Thorax :
SI
cor s1 s2 reg,
pulmo rhonki -/
Abdomen:
supel, bu +, NT
(-)
Ekstremitas:
akral hangat, crt
<2,
turgor
kembali cepat
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia lobularis.
Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian
distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris dan alveoli.
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi
seperti aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan lipoid dan
pnemonitis akibat obat. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti proses lobus
atau lobularis, alveoler atau interstisial
II. Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak
di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia di bawah lima tahun. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh
dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian
besar terjadi di afrika dan asia tenggara. Menurt survei kesehatan nasional tahun 2001, 27%
kematian bayi dan 22,8 % kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratorius, terutama pneumonia.
Insidensi pneumonia pada anak < 5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada balita di negara berkembang.
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur
pasien. Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri.
Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, Staphylococcus aureus, streptokokus
grup B, serta kuman atipik Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae.
III. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lesi di paru
-
pneumonia lobaris
pneumonia interstisial
bronkopneumonia
pneumonia bakteri
pneumonia virus
pneumonia mikoplasma
pneumonia jamur
pneumonia tipikal
pneumonia atipikal
pneumonia akut
pneumonia persisten
IV. Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptococcus group
B dan bakteri gram negatif seperti E. Colli, pseudomonas atau klebsiella. Pada bayi yang
lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi streptococcus
pneumonia, haemophillus influenzae tipe B dan staphylococcus aureus. Sedangkan pada
anak yang lenih bedar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
mycoplasma pneumoniae.
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping
bakteri. Virus yang terbanyak ditemukan adalah respiratory syncytial virus, rino virus dan
virus para influenza.
Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi bergantung pada :
-
usia
status imunologis
kondisi lingkungan
status imunisasi
dibandingkan
dengan
bakteri
lain.
Infeksi
Streptococcus
pneumoniae
biasanya
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di Negara maju :
Usia
Lahir - 20 hari
Bakteri
Bakteri
E.colli
Bakteri anaerob
Streptococcus grup B
Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes
Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
citomegalovirus
Herper simpleks virus
3 miggu 3 bulan
4 bulan 5 tahun
Bakteri
Bakteri
Clamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae
Virus
Moraxella catharalis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
Influenza virus
Ureaplasma urealyticum
Parainfluenza 1,2,3
Virus
Cytomegalovirus
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Virus
Neisseria meningitides
Adenovirus
Virus
Rinovirus
Varisela Zoster
Influenza virus
Parainfluenza virus
respiratory syncytial virus
5 tahun remaja
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumoniae
Legionella sp
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr virus
Influenza virus
Parainfluenza Rinovirus
Varisela zoster
Rino virus
respiratory syncytial virus
V. Patogenesis
Pneumonia dapat timbul akibat masuknya kuman penyebab ke dalam saluran
penafasan bagian bawah melalui 2 cara, yaitu : inhalasi dan hematogen.
Dalam keadaan normal saluran nafas mulai dari trakea ke bawah berada dalam
keadaan steril dengan adanya mekanisme pertahanan paru-paru seperti refleks epiglotis
yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi, refleks batuk, pergerakan sel silia,
sekret mukus, sel fagositik dan sistem limfatik. Infeksi paru terjadi apabila mekanisme ini
terganggu atau mikroorganisme yang masuk sangat banyak dan virulensi.
Saluran napas bawah dijaga tetap steril oleh mekanisme pertahanan bersihan
mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan imunologik yang
membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah makrofag yang terdapat di alveolus dan
bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobulin lain.
Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas, mikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
cedera
dan
terjadi
fagositosis
sisa-sisa
sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah
inmaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis
yang tidak khas terutama pada bayi.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secra umum adalah sebagai berikut:
sakit
kepala,
gelisah,
malaise,
penurunan
nafsu
makan,
keluhan
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
b.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit
normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3dengan limfosit predominan) dan
bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3dengan neutrofil yang predominan.
Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseranke kiri serta peningkatan LED. Analisa
gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan.
IX. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
1. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
Kriteria takipneu menurut WHO :
Anak umur < 2bulan
: 60 x/menit
: 40 x/menit
: 30 x/menit
2. Panas badan
3. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax
: 5000 - 19500
: 6000 - 17500
: 5500 - 15500
Pneumonia
Bila ada napas cepat (> 60 x/menit) atau sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat atau sesak napas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis
Pneumonia berat
Bila ada sesak napas, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum
Pneumonia ringan
Bila tidak ada sesak napas
Ada napas cepat dengan laju napas
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Bukan pneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis.
Tanda bahaya pada anak usia 2 bulan 5 tahun adalah tidak mau minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
Tanda bahaya untuk bayi usia < 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.
X. Diagnosis banding
Bronkiolitis
Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun
Hiperinflasi dinding dada
Ekspirasi memanjang
Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
Tidak ada respon dengan bronkodilator
Aspirasi pneumonia
Riwayat tiba-tiba tersedak
Stridor atau distres pernafasan tiba-tiba
Wheeze atau suara pernafasan menurun yang bersifat fokal
Tb paru primer
Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa positif
Uji tuberkulin positif (>10mm, pada keadaan imunosupresi > 5mm)
XI. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan umum
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah 60 torr
b. Penatalaksanaan khusus
mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
menurut kelompok usia.
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
-
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
pertama)
makrolid (eritromisin)
Antibiotik
obat peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat. Antibiotik intravena
yang dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol, ceftriaxone, dan cefotaxim.
Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah
mendapat antibiotik intra vena.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Nutrisi
Pada anak dengan distres pernafasan berat, pemberian makanan peroral harus dihindari.
Makanan dapat dberikan lewat NGT atau intravena. Jika memang dibutuhkan sebaiknya
menggunakan ukuran yang terkecil.
Perlu dilakukan pemantauan cairan agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada
pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik.
# Kriteria rawat inap:
bayi
1. saturasi oksigen 92%, sianosis
2. frekuensi nafas > 60 x/ menit
3. distres pernafasan, apneu intermiten
4. tidak mau minum atau menetek
5. keluarga tidak bisa merawat dirumah
anak
1. saturasi oksigen 92%, sianosis
2. frekuensi nafas > 50 x/ menit
3. distres pernafasan
4. terdapat tanda dehidrasi
5. keluarga tidak bisa merawat dirumah
# Kriteria pulang:
-
keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
XII. Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga
thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan
hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang
dari penyebaran infeksi hematologi.
XIII. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat
gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersamasama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
XIV. Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga,
dll.
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. Influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
GIZI BURUK
Gizi buruk didefinisikan sebagai terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya
severe wasting dengan status gizi BB/TB < 70% atau <-3 SD ataupun gejala klinis gizi buruk
lainnya seperti kwashiorkor, marasmus, kwashiorkor-marasmus.4,5,6
Berdasarkan pedoman pelayanan anaki gizi buruk, gizi buruk adalah keadaan gizi
anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut:
a.
b.
c.
d.
Sangat kurus
Edema, minimal pada kedua punggung kaki
BB/PB atau BB/TB < -3 SD
LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
Klasifikasi
Kwashiorkor
Pada kwashiorkor terjadi inadekuat protein dengan kandungan kalori yang
dapat hampir normal.5 Kwashiorkor yang klasik, terjadi gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita
defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.2,3,5
Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam
amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Dengan diet yang cukup karbohidrat,
maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya kadar
asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh
hepar, sehingga kemudian akan timbul edema. 2,3,5
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta
sehinggaa transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya
terjadi akumulasi lemak dalam hepar.5
Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Intake kurang
Diare kronik
Malabsorpsi protein
Hilangnya protein melalui urine
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati6,7
Gambaran Klinis
1. Rambu jarang, berwarna kemerahan, mudah dicabut.
2. Mata sembab, moon facies.
3. Tampak apatis
4. Anoreksia
5. Anemia
6. Hilangnya lemak subkutis
7. Hepatomegali
8. Edema tungkai
9. Crazy paving scaly skin
10. Ulkus luka yang tidak sembuh
Marasmus
Pada marasmus terjadinya inadekuat dari protein dan kalori.5 Disini terjadi
pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak
dibawah kulit. Pada mulanya kelainan tersebut merupakan proses fisiologis. Dalam
menjaga kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi
oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.9,10,11
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena
pada marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal,
sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.8,12
Etiologi
1.
2.
3.
4.
Gejala Klinis
1. Kurus kering
2. Rewel, cengeng
itu
3. Penakut, apatik
4. Nafsu makan menghilang
5. Gagal tumbuh kembang
6. Berat badan menurun
7. Jaringan subkuntan menghilang
8. Turgor jelek
9. Kulit keriput
10. Jaringan Llemak pipi menghilang wajah seperti orang tua
11. Vena superfisialis nyata
12. Fontanella cekung
13. Tulang pipi & dagu menonjol
14. Mata lebih besar dan cekung
15. Perut membuncit
16. Atrofi otot Hipotonia
17. Edema tungkai ringan
18. Suhu tubuh subnormal
19. Nadi lambat
20. Metabolisme basal menurun ujung tangan dan kaki dingin6,7
Penyakit Penyerta
a
Enteritis
Infeksi cacing
Tuberkulosis
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri, anak
didiagnosis gizi buruk apabila :4,10,11
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor : BB/TB > -3
SD atau marasmik kwashiorkor : BB/TB < -3 SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur dapat menggunakan tanda klinis berupa anak
tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah
kulit terutama pada bahu, lengan, pantat, dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau
tanpa adanya edema.4
ANAMNESA
Anamnesis awal (untuk kedaruratan) :4
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare
(encer/darah/lendir)
Batuk kronik
Riwayat Imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
Adakah tanda syok (tangan dingin, capilary refill time yang lambat, nadi lemah dan
cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar 37.5C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5C)
Sangat pucat
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanya
suara seperti pukulan air (abdominal splash)
Adakah tanda2 defisiensi vitamin A konjungtiva atau kornea yang kering (bercak
bitot), ulkus kornea, keratomalasia
Pemeriksaan Penunjang
Fungsi hati
Elektrolit: K, Na, Cl
Foto thorax
Urinalisa
II.4. Penatalaksanaan7
Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah <3mmol/L
atau <54 mg/dl) sehinga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau 50 ml larutan glukosa
10% segera setelah masuk rumah sakit. Penatalaksaan segera:4
Lanjutkan pemberian F75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal 2 hari,
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F75,
Jika anak tidak sadar(lethargi), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus)
sebanyak 5ml/kgBB
Berikan antibiotik
Lakukan pemantauan kembali, apabila gula darah awal rendah ulangi pengukuran setelah 30
menit, bila didapatkan masih rendah ulangi pemberian larutan glukosa 10%. Bila disertai
dengan hipotermia lakukan tatalaksana hiptermia baru ulangi penilaian.4,8
Hipotermia
Hipotermia dinyatakan bila didapatkan suhu aksilar <35.5oC. Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan:4
Segera beri makan F75 (jika perlu, lakukan rehidrasi terlebih dahulu),
Pastikan anak berpakaian (termasuk kepalanya), tutup dengan selimut, gunakan
Ukur suhu aksilar setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5oC, jika menggunakan
pemanas periksa setiam setengah jam. Pastikan anak tetap tertutup pakaian atau selimut
terutama pada malam hari. Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia.
Dehidrasi
Sering terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan
mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk karena sulitnya menetukan
derajat dehidrasi yang tepat. Maka anak gizi buruk dengan diare cair, bila derajat dehidrasi
tidak jelas anggap sebagai dehidrasi ringan. Penatalaksanaan sebagai berikut:4
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok,
Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibandingkan jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
o Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
o Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang seling dengan
Bubuk WHO-ORS:
Gula pasir:
Larutan elektrolit/ mineral mix:
Di tambah air sampai larutan menjadi
Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 45 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5 mEq Mg
(*) : bubuk WHO ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCl, 2,9 g trisodium citrat dihidrat
1,5 g KCl dan 20 g glukosa
Cara membuat larutan elektrolit
(**) : larutan elektrolit/ mineral terdiri dari :
KCl:
Tripotasium citrat
MgCl2,6H2O
Zn asetat 2H2O
Tembaga sulfat. 5H2O
Ditambah air sampai larutan menjadi
89.5 gram
32.4 gram
30.5 gram
3.3 gram
0.56 gram
1000 ml
1 sachet
Gula pasir
10 gram
Bubuk KCl
0.8 gram
400 ml
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka diberikan makanan
yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50% secara
intramuskular 1 x dengan dosis 0.3 ml/kg BB dengan maksimum 2 ml.4Pantau kemajuan
proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2 jam pertama,
kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan. Jika
ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi nafas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi
15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah
1 jam.4,8
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk perbaikannya, serta terdapat
kelebihan kadar natrium total dalam tubuh. Penatalaksanaan yang diberikan:4
Berikan kalium dan magnesium yang sudah terkandung di dalam larutan mineral mix
Infeksi
Pada gizi buruk gejala infiksi yang biasa ditemukan seperti demam seringkali tidak
ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Maka semua anak dengan gizi
buruk dianggap mengalami infeksi saat meraka datang ke rumah sakit dan segera tangani
dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia adalah tanda infeksi berat.
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:4
Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari pertama dan selanjutnya 1mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan dosis: <6 bulan 50.000IU; 612 bulan 100.000IU; 1-5 tahun 200.000IU.
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi serig dan rendah osmolaritas maupun rendah
laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi : 100 kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan 130 ml/kgBB/hari ( bila edema berat 100ml/kgBB/hari)
Jika masih mendapat ASI lanjutkan, tetapi pastikan jumlah F75 yang ditentukan
terpenuhi yaitu:
Hari ke
Frekuensi
Volume/kgBB/pemberia
Volume/kgBB/hari
n
1-2
Setiap 2 jam
11 ml
130 ml
3-5
Setiap 3 jam
16 ml
130 ml
6 dst
Setiap 4 jam
22 ml
130 ml
Tumbuh Kejar
Tannda yang menunjukkan anak sudah memasuki fase ini adalah, kembalinya nafsu
makan dan edema yang minmal atau menghilang.
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal ke formula tumbuh kejar:4,8
Ganti F75 dengan F100, beri F100 dengan jumlah yang sama dengan F75 selama 2
hari berurutan
Selanjutnya naikkan jumlah F100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak
Jika masih mendapat ASI lanjutkan tetapi pastikan mandapatkan F100 sesuai kebutuhan
karena gizi ASI tidak mencukupi untuk tumbuh kejar.
Stabilisasi
Transisi
Rehabilitasi
Energi
80-100 kkal/kgBB/hari
100-150 kkal/kgBB/hari
150-220 kkal/kgBB/hari
Protein
1-1.5 g/kgBB/hari
2-3 g/kgBB/hari
4-6 g/kgBB/hari
Cairan
130 ml/kgBB/hari
150 ml/kgBB/hari
150-200 ml/kgBB/hari
Kriteria Pemulangan6
Kriteria pemulangan anak gizi buruk dari ruang rawat inap: 4,8
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam perawatan,
misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya. Kriteria sembuh bila BB/TB atau
BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis.
Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan dokter anak indonesia. 2010. Pedoman pelayanan medis jilid 1. jakarta : pengurus
pusat IDAI