Vous êtes sur la page 1sur 111

PENELITIAN PERANAN PARTAI POLITIK

DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN
WAWASAN KEBANGSAAN
DI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat sehingga penulisan hasil
laporan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian dengan judul Penelitian Peranan Partai Politik Dalam
Menumbuhkembangkan Wawasan Kebangsaan Di Sumatera Utara ini
dimaksudkan untuk menjadi masukan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara dalam melihat dan menilai dan mengevaluasi

peranan partai politik

dalam menumbuhkan wawasan kebangsaan masyarakat di Provinsi Sumatera


Utara saat ini.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Provinsi Sumatera Utara, berhasil merekomendasikan kepada Parpol
agar dalam menumbuhkan wawasan kebangsaan , harus bersikap netral dan
tidak cenderung untuk kepentingan partainya, serta dapat bermitra dengan
pihak lain dalam mengatasi masalah pendanaan.
Demikian juga dengan himbauan kepada Parpol agar mampu menjadi
front leader dalam menumbuhkan wawasan kebangsaan untuk mengembangkan
perannya

sebagai

lembaga

yang menjalankan pendidikan politik bagi

masyarakat.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat untuk penelitian
selanjutnya.

Medan, Desember 2010


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
Kepala

IR. H. ALWIN, M.SI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19600911 198711 1 001

ii

DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar .........................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................

ii

Daftar Tabel ..............................................................................................

iv

Daftar Gambar ..........................................................................................

vi

Daftar Lampiran .......................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang .............................................................................

1.2.

Perumusan Masalah ...................................................................

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................

1.4

Sasaran Penelitian ......................................................................

1.5

Manfaat Penelitian .....................................................................

1.6

Ruang Lingkup ..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1

Peran Partai Politik ....................................................................

10

2.2

Fungsi Partai Politik ..................................................................

12

2.3

Sistem Kepartaian ......................................................................

15

2.4

Teori Sistem Politik ...................................................................

20

2.5

Pendidikan Politik Oleh Partai Politik ..................................

24

2.6

Permasalahan Wawasan Kebangsaan ...................................

27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1

Desain Penelitian .......................................................................

33

3.2

Informan Penelitian ..................................................................

33

iii

3.3

Teknik Pengumpulan Data .....................................................

34

3.4

Lokasi Penelitian .......................................................................

34

3.5

Analisis Data .............................................................................

34

3.6

Jadwal Penelitian .....................................................................

35

3.7

Pelaksana Kegiatan .................................................................

36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


4.1

Letak Geografis ........................................................................

37

4.2

Selayang Pandang Sumatera Utara .......................................

37

4.3

Potensi Sumatera Utara ..........................................................

39

BAB V PEMBAHASAN
5.1

Peranan

Partai

Dalam

Menumbuhkan

Wawasan

Kebangsaan ............................................................................
5.2

59

Faktor Yang Menghambat (Kendala) Menjalankan Peran


Partai ........................................................................................

92

BAB VI KESIMPULAN
6.1

Kesimpulan ............................................................................

95

6.2

Rekomendasi .........................................................................

97

Daftar Pustaka

iv

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel

Judul Tabel

Hal

Tabel 3.1

Perincian Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ...........

35

Tabel 5.1

Usia Responden .......................................................

58

Tabel 5.2

Agama Responden ..................................................

59

Tabel 5.3

Suku Bangsa Responden ........................................

60

Tabel 5.4

Pendidikan Responden ..........................................

61

Tabel 5.5

Pelaksanaan Agenda pendidikan


Politik/Wawasan Kebangsaan ............................

62

Tabel 5.6

Tema Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan

63

Tabel 5.7

Visi Misi Partai Politik Subjek Penelitian ...........

63

Tabel 5.8

Intensitas Pelaksana Pendidikan


Politik/Wawasan kebangsaan ............................

69

Tabel 5.9

Sasaran dan Pendidikan Politik ..........................

70

Tabel 5.10

Bentuk Pendidikan Politik Wawasan


Kebangsaan ............................................................

Tabel 5.11

Tema Khusus Pendidikan Politik/Wawasan


Kebangsaan ............................................................

Tabel 5.12

71

72

Pembekalan Khusus Tentang Pendidikan


Politik/Wawasan kebangsaan pada Anggota
Partai .......................................................................

Tabel 5.13

Pemberi Materi Pendidikan Politik/Wawasan


Kebangsaan ............................................................

Tabel 5.14

Tabel 5.16

73

Respon Terhadap Materi Pendidikan


politik/Wawasan Kebangsaan ...........................

Tabel 5.15

72

74

Ketertarikan Pada Materi Pendidikan


Politik/Wawasan Kebangsaan ...........................

74

Implikasi Dari Materi yang Diberikan ..............

75

Tabel 5.17

Praktek Isu Kebangsaan .......................................

Tabel 5.18

Relevansi Isu Wawasan Kebangsaan dengan


Kehidupan Partai ..................................................

Tabel 5.19

76

76

Intitusi yang Paling Bertanggung Jawab


Melaksanakan Pendidikan Politik/Wawasan
Kebangsaa ..............................................................

Tabel 5.20

Penggunaan Isu Kebangsaan Dalam Strategi


Pemenangan ..........................................................

Tabel 5.21

77

77

Pengaruh Wawasan Kebangsaan Dalam


Perolehan Suara Partai .........................................

78

Tabel 5.22

Biaya Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan

79

Tabel 5.23

Hasil Wawancara ...................................................

80

Tabel 5.24

Kendala yang Dihadapi Partai Dalam


Melaksanakan Pendidikan Wawasan
Kebangsaan .............................................................

91

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul

Gambar 3.7

Susunan Organisasi Pelaksana ...........................

Hal
36

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 : Panduan Wawancara Penelitian

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Runtuhnya era Orde Baru yang ditandai oleh lengsernya Presiden
Soeharto pada tahun 1998, dan dilanjutkan oleh era Reformasi yang
ditandai dengan semangat

kebebasan, khususnya kebebasan dalam

menyuarakan aspirasi melalui berbagai media telah menghasilkan


berbagai perubahan dalam masyarakat kita, termasuk dalam hal
wawasan kebangsaan. Undang-Undang tentang Otonomi Daerah No.
22 tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004, Globalisasi
khususnya media informasi ditengarai oleh berbagai kalangan telah
membawa

dampak

semakin

menipisnya

wawasan

kebangsaan

masyarakat Indonesia. Artinya, pengetahuan, rasa memiliki, rasa


kebersamaan, dan rasa cinta sebagai orang Indonesia mengalami
kemerosotan.
Kegalauan tersebut misalnya terungkap dari Laksda TNI (Purn)
Koesnadi Kardi waktu beliau menjabat Kabagdiklat Dephan, dimana
beliau menyebutkan bahwa

wawasan kebangsaan

sudah sangat

menurun di berbagai kehidupan masyarakat baik di lingkungan

pendidikan, pemukiman masyarakat maupun di lingkungan kerja. Hal ini


tercermin dengan rendahnya kinerja masyarakat dalam berbangsa dan
bernegara. Untuk itu sudah saatnya semua komponen bangsa peduli
dalam meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat. Hal ini dapat
diupayakan

melalui

pendidikan

formal

pendidikan
maupun

kebangsaan

informal,

baik

di

lingkungan

pendidikan

di

lingkungan

pemukiman maupun pendidikan di lingkungan kerja.


Partai Politik (Parpol) sebagai salah satu komponen bangsa
sesungguhnya memiliki peran yang strategis untuk ambil bagian dalam
menumbuhkembangkan

kembali

wawasan

kebangsaan

masyarakat

Indonesia. Hal itu sangat dimungkinkan berdasarkan UU No. 31/Tahun


2003 tentang Partai Politik, yang antara lain memuat kebijakan yang
berkaitan

dengan

pendidikan

politik

masyarakat.

Regulasi

ini

memberikan isyarat betapa strategisnya peran Parpol dalam memberikan


pembinaan politik bagi masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan
wawasan kebangsaan.
Pada Pemilihan umum Legislatif tahun 2009 terlihat jelas bahwa
parpol masih memiliki konstituen yang cukup besar. Hal ini ditandai
dengan perolehan suara 6 partai yang mendapat suara terbesar yaitu
1. Demokrat 21.703.137 (20,85)
2. PDI-P 14.600.091 (14,03)

3. Golkar 15.037.757 (14,45)


4. PKS 8.206.955 (7,88)
5. PAN 6.254.580 (6,01)
6. PPP 5.533.214 (5,32)
Partai Politik dituntut untuk dapat menyelenggarakan peran dan
fungsinya sebagai lembaga perumus dan dan sarana pencapaian cita-cita
politik bangsa. Partai Politik juga dituntut mampu mengartikulasikan
arah dan tujuan partai, memberikan penggalangan politik ke segenap
konstituennya secara konstruktif. Peran tersebut sangat dimungkinkan
mengingat Parpol dikenal sebagai salah satu pilar demokrasi bangsa.
Karena itu Parpol memiliki kewajiban untuk

menjalankan perannya,

antara lain sosialisasi, pendidikan politik, pembekalan, rekruitmen serta


komunikasi politik kepada publik.
Pendidikan politik yang diberikan kepada publik antara lain berupa nilainilai luhur bangsa, dan/atau pemupukan rasa kepercayaan/ideologi parpai
politik yang bersangkutan, termasuk menanamkan visi misi Parpol yang ingin
dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan. Bila peran Parpol tersebut
dilaksanakan

sebagaimana

mestinya,

maka

para

konstituen

memiliki

kedewasaan politik serta punya wawasan kebangsaan yang kuat. Dengan kata
lain, pembekalan yang diberikan Parpol kepada masyarakat berkisar tentang hak
dan

kewajiban

anggota

masyarakat

agar

mereka

dapat

berpartisipasi

mendukung kebijakan partai pada khususnya, umumnya kepentingan nasional


yang lebih luas. Lebih jauh dari itu, masyarakat dapat berperilaku sesuai dengan
kehendak politik partai dengan tingkat kedewasaan serta wawasan kebangsaan
yang mantap.
Sebagai konsep, kebangsaan merupakan mekanisme kehidupan kelompok
yang terdiri atas unsur-unsur yang beragam, dengan ciri-ciri persaudaraan,
kesetaraan, kesetiakawanan, kebersamaan, dan kesediaan berkorban bagi
kepentingan bersama. Konsepsi kebangsaan harus terus ditumbuhkan pada
masyarakat bangsa dan dikembangkan secara berstruktur, yaitu berturut-turut
pada tingkat kesadarannya, kemudian menjadikannya suatu paham, dan
mengaktualisasikannya dalam semangat kebangsaan (Edi Sudradjat, 1996).
Konsep kebangsaan tidak dapat diterima sebagai suatu yang sudah jadi, yaitu
sekedar warisan dari generasi terdahulu, tetapi harus dipupuk terus agar hidup
subur karena generasi-generasi berikutnya sudah tidak memiliki ingatan
kebersamaan sejarah dengan generasi sebelumnya. Setiap generasi harus
mengevaluasi perkembangannya agar diketahui bila telah terjadi penyimpangan
dari ciri-ciri konsep kebangsaan yang disepakati atau terjadi penyimpangan dari
tujuan semula, yaitu untuk apa bangsa Indonesia dahulu dibentuk.

Oleh

karena

itu

masyarakat

harus

menyadari

pentingnya

meningkatkan wawasan kebangsaan untuk masa-masa mendatang karena


kalau tidak di lakukan maka akan semakin timbul degradasi dalam
National and Character Building dan bangsa Indonesia tinggal saat-saat

kehancurannya saja bilamana tidak di lakukan serta tidak perlu malumalu lagi seperti yang dilakukan di jaman Orde Lama walaupun
metodenya harus diperbaiki tidak seperti di masa yang lalu yang syarat
dengan doktriner bukan menerima pendidikan kebangsaan dengan secara
kesadaran.
Senada dengan hal tersebut dalam Seminar bertema Menjalin Persatuan
dan Kesatuan dalam Menguatkan Wawasan Kebangsaan dan Penanaman Cinta
Tanah Air untuk Mencapai Masyarakat Madani yang Demokratis, yang
diadakan oleh Kowani bekerjasama dengan Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik
Depdagri di Jakarta, Menteri Pemberdayaan Perempuan RI (Menteri Kabinet
Bersatu-I) menunjukkan terjadinya banyak permasalahan di Negara ini adalah
karena kita mengabaikan wawasan kebangsaan sehingga masalah yang
seharusnya kita selesaikan bersama, kita selesaikan sendiri-sendiri dan tidak
efektif. Sebagaimana bangsa yang pluralistik dan multikultural kita harus
bertumpu pada kebersamaan, mutualisme, yang melalui Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 telah didisain oleh para pendiri Negara sebagai sarana bagi
kita untuk menjadi bangsa yang besar, bersatu yang menjaga tanah air yang kaya
raya. Kearifan lokal budaya nasional harus diperkuat untuk membuat bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Munculnya konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan
sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi, termasuk
krisis dalam hal wawasan kebangsaan yang tentu akan melahirkan ancaman
disintegrasi bangsa. Apalagi, bila melihat bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya, agama, dan berbagai

aspek politik lainnya, serta kondisi geografis negara kepulauan yang tersebar
luas. Semua ini mengandung potensi konflik (latent sosial conflict) yang dapat
merugikan dan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa bila tidak dikelola
dengan

baik.

Dewasa

ini,

dampak

krisis

multi-dimensional

ini

telah

memperlihatkan tanda-tanda awal munculnya krisis kepercayaan diri (selfconfidence) dan rasa hormat diri (self-esteem) sebagai bangsa.

Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka menarik untuk


melakukan penelitian dengan judul Penelitian Peranan Partai Politik
dalam Menumbuhkembangkan Wawasan Kebangsaan di Sumatera
Utara.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarakan uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini,
yaitu:
1. Bagaimana peran parpol dalam melakukan pendidikan politik
kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pendidikan
menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan ?
2. Faktor apakah yang menjadi kendala bagi Parpol dalam melakukan
peningkatan wawasan kebangsaan kepada masyarakat ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1. Maksud Penelitian
Penelitian

ini dimaksudkan

untuk mendapatkan

data dan

informasi yang berkaitan dengan peran Partai Politik dalam menumbuh


kembangkan wawasan kebangsaan masyarakat di Sumatera Utara,
sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi upaya-upaya
pemerintah dalam menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan di
tengah-tengah masyarakat.

1.3.2. Tujuan Penelitian


Tujuan diselenggarakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk

mengetahui

dan

menganalisis

peran

Parpol

dalam

melakukan pendidikan politik khususnya yang berkaitan dengan


menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan masyarakat.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi
kendala bagi Partai Politik dalam melakukan peningkatan
wawasan kebangsaan bagi masyarakat.

1.4.

Sasaran Penelitian

Sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:


1. Mengetahui

kinerja

partai

politik,

apakah

konsisten

menyelenggarakan amanah sebagai salah satu pilar demokratisasi


politik bagi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan wawasan kebangsaan.
2. Memberikan informasi yang berkaitan dengan apa yang telah
dilakukan oleh Parpol dalam upaya pembinaan politik kepada
masyarakat Sumatera Utara, khususnya yang berkaitan dengan
wawasan kebangsaan.
3. Merumuskan masalah dan kebijakan dalam bentuk rekomendasi
yang

berkaitan

dengan

pembinaan

wawasan

kebangsaan

masyarakat, khususnya kerjasama Partai Politik dan Pemerintah.

1.5.

Manfaat penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:


1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah, baik pemerintah
Provinsi maupun pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun
kebijakan dan program yang berkaitan dengan pembinaan dan
pemberdayaan politik masyarakat di Sumatera Utara, khususnya yang
berkaitan dengan wawasan kebangsaan.

2. Menjadi in put yang berharga bagi pimpinan Parpol agar lebih antusias
melakukan

program

pendidikan

politik

kepada

masyarakat,

khususnya yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan.

1.6.

Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah: 1)


mendeskripsikan peran Partai Politik dalam melakukan pendidikan
politik

kepada

masyarakat,

khususnya

yang

berkaitan

dengan

menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan masyarakat; dan 2)


merumuskan

peran-peran

parpol

yang

dapat

bersinergi

dengan

pemerintah dalam upaya pendidikan politik masyarakat (wawasan


kebangsaan).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Peran Partai Politik


Partai politik memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan

yang demokratis. Dalam kehidupan politik modern yang demokratis


keberadaan partai politik menjadi satu keharusan, sebab fungsi utama
partai

politik

adalah

bersaing

untuk

memenangkan

pemilu,

mengagregasikan kepentingan, menyediakan alternatif kebijakan dan


mempersiapkan calon pemimpin yang akan duduk dalam pemerintahan.
Secara umum dapat dirumusakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang terorganisir yang anggota anggotanya mempunyai
orientasi, nilai nilai dan cita cita yang sama. Carl J. Friedrich, partai
politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasa terhadap pemerintah
bagi pemimpin partainya kemanfaatan yang bersifat diil maupun materil.
R. H. Soltau partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagi suatu kesatuan politik dan
dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk memilih bertujuan untuk
menguasi pemerintah dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

10

Partai politik dan parlemen (legislatif) merupakan dua aktor utama


masyarakat politik, yang memperoleh mandat dari masyarakat sipil,
berperan mengorganisir kekuasaan dan meraih kontrol atas negara untuk
kepentingan masyarakat. Peran partai politik itu diletakkan dalam arena
pemilihan umum, yang di dalamnya terjadi kompetisi antarpartai dan
partisipasi politik masyarakat sipil untuk memberikan mandat pada partai
atau kandidat pejabat politik yang dipercayainya.
Mengikuti logika demokrasi, para pejabat politik (legislatif dan
eksekutif)

yang telah memperoleh mandat melalui partisipasi politik

masyarakat dalam pemilu harus mengelola sumberdaya ekonomi-politik


(kekuasaan

dan

kekayaan)

bersandar

pada

prinsip

transparansi,

akuntabilitas dan responsivitas untuk masyarakat. Dengan kalimat lain,


jabatan-jabatan politik yang diperoleh dari mandat masyarakat itu bukan
untuk kepentingan birokrasi, parlemen dan partai politik sendiri,
melainkan harus dikembalikan secara akuntabel dan responsif untuk
masyarakat. Prinsip ini sangat penting untuk diwacanakan dan
diperjuangkan karena secara empirik membuktikan bahwa pemerintah,
parlemen dan partai politik menjadi sebuah lingkaran oligharki yang jauh
dari masyarakat. Di sisi lain partai politik dan pemilihan umum
merupakan tempat yang paling tepat untuk proses rekrutmen politik,
dalam rangka mengorganisir kekuasaan secara demokratis.

11

Dalam konteks ini, sejak berkembangnya revolusi partisipasi


rakyat, maka partai politik menjadi bagian penting dari sistem politik
modern. Bahkan Roy C. Macridis mengatakan tidak ada sistem politik yang
dapat berlangsung tanpa partai politik. Di dalam masyarakat modern
partai politik menjadi fenomena umum dalam kehidupan politik. Partai
politik sebagai suatu asosiasi politik yang mengaktifkan, memobilisasi
masyarakat, mewakili kepentingan tertentu, dan melakukan pengkaderan
yang kemudian melahirkan pemimpin telah menjadi suatu keharusan.
Partai politik dengan demikian menjadi salah satu instrumen penting
untuk memobilisasi masyarakat ke dalam kekuasaan negara. Ini berarti
partai politik pada dasarnya adalah alat untuk memperoleh kekuasaan
dan untuk memerintah.

2.2.

Fungsi Partai Politik

Adapun fungsi Partai Politik adalah:


1.

Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik dalam Ilmu politik, berarti sebagai proses

dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena


politik, yang pada umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia
berada. Setiap masyarakat mempunyai cara-cara untuk mensosialisasikan
penduduknya di dalam kehidupan politik. Biasanya proses sosialisasi

12

berjalan berangsur-angsur dari kanak-kanak sampai dewasa (Koiruddin,


2004)

2.

Partisipasi Politik
Mobilitas warga negara dalam kehidupan dan kegiatan politik

merupakan fungsi khas dari Partai Politik. Zaman modern Partai Politik
dibentuk ketika semakin banyak jumlah rakyat yang diberi hak pilih, dan
ketika kelompok-kelompok masyarakat menuntut bahwa mereka harus
diberi hak untuk bersaing untuk memperebutkan suatu jabatan
pemerintahan (Koiruddin, 2004)

3. Rekruitmen Politik
Partai Politik berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang
berbakat untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.
Dengan demikian Partai Politik turut memperluas partisipasi politik.
Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga
diusahakan untuk menarik golongan-golongan muda untuk dididik
menjadi kader yang dimasa mendatang akan menggantikan pemimpin
lama. Kemudian kader tersebut diikutsertakan bersaing dengan partaipartai untuk

peran politik dalam parlemen, dalam kementerian dan

kabinet, dan pemerintahan daerah (Koiruddin, 2004)

13

4. Komunikasi Politik
Dalam menjalankan fungsi komunikasi politik, Partai Politik
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupasehingga kesimpangsiura pendapat dalam
masyarakat berkurang. Fungsi ini dijalankan bersama dengan struktur
lain, yaitu komunikasi informasi, isu dan gagasan politik (Koiruddin,
2004).

Artikulasi Kepentingan
Menyatakan atau mengartikulasikan kepentingan mereka kepada

badan-badan politik dan pemerintah melalui kelompok-kelompok yang


mereka bentuk bersama orang lain yang memiliki kepentingan yang
sama.. Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum di semua sistem
politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota
dewan kota, parlemen, pejabat pemerintah, atau dalam masyarakat
tradisional kepada kepala desa atau ketua suku. Dalam konsep partai
politik, partai politiklah yang melaksanakan hal-hal tersebut (Koiruddin,
2004)

14

6. Agregasi Kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara tuntutan-tuntutan yang
dilancarkan

oleh

kelompok-kelompok

yang

berbeda

digabungkan

menjadi alternatif-alternatif kebijaksanaan pemerintah. Dalam masyarakat


demokratik, partai merumuskan program politik dalam menyampaikan
usul-usul kepada badan legislatif, dan calon-calon yang diajukan untuk
jabatan-jabatan pemerintah, dalam menawarkan kebutuhan mereka kalau
kelompok kepentingan ini mau mendukung calon tersebut (Koiruddin,
2004).

7. Pembuatan Kebijakan
Jelas bahwa suatu partai akan berusaha untuk merebut kekuasaan
di

dalam

pemerintahan

secara

kontitusional.

Dan

sesudah

dia

mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan, baik dalam bidang


eksekutif maupun legislatif maka dia akan mempunyai dan memberikan
pengaruhnya dalam membuat kebijaksanaan yang akan digunakan dalam
suatu pemerintahan (Koiruddin, 2004).

2.3.

Sistem Kepartaian

Pembagian sistem kepartaian dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

15

a. Sistem Partai Tunggal


Sistem partai tunggal

dipakai pada partai yang mempunyai

kedudukan dominan di antara beberapa partai lainnnya. Suasana


kepartaian dalam sistem ini diindikasikan sebagai suasana non kompetitif,
oleh karena partai partai yang ada harus menerima pemimpin partai
dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing untuk melawan
partai yang dominan tersebut. Hal yang patut diperhatikan bila adanya
keanekaragaman sosial dan budaya besar kemungkinan akan terjadi
gejolak sosial dan politik yang menghambat usaha pembangunan
(Budiarjo, 1992)

b. Sistem Dwi Partai


Pengertian sistem dua partai biasanya diartikan oleh adanya dua
partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari
dua

partai.

Sistem

dua

partai

umumnya

diperkuat

dengan

dipergunakannya sistem pemilihan single member contituency (sistem


distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu
wakil saja. Sistem pemilihan ini memiliki kecenderungan untuk
menghambat pertumbuhan dan perkembangan partai kecil sehingga
dengan demikian akan memperkokoh sistem dwi partai yang diterapkan
di berbagai negara (Budiarjo, 1992).

16

c. Sistem Multi Partai


Sistem multi partai dianggap lebih mencerminkan keanekaragaman
budaya dan politik. Sistem ini banyak dijumpai di Indonesia, Malaysia,
Perancis, Belanda, dsb. Sistem multipartai apabila disandingkan dengan
sistem pemerintahan parlementer mempunyai kecenderungan untuk
menitikberatkan kekuasaannya pada badan legislatif yang mengakibatkan
peranan eksekutif cenderung lemah. Hal ini karena tidak adanya satu
partai yang cukup kuat untuk membentuk satu pemerintahan yang
kokoh, sehingga harus selalu mengadakan koalisi dengan partai partai
lain.

Dalam keadaan ini partai berkoalisi harus selalu mengadakan

kompromi dengan partai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa


sewaktuwaktu dukungan dari partai koalisi yang dapat ditarik kembali
(Budiarjo, 1992)
Di lain pihak partai oposisi juga kurang memainkan peranan yang
jelas oleh karena sewaktuwaktu masingmasing partai dapat diajak
untuk duduk dalam pemerintahan koalisi. Hal ini menyebabkan
terjadinya berbagai kepentingan di dalamnya. Pola multi partai diperkuat
oleh sistem perwakilan berimbang yang memberikan kesempatan luas
bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan kecil. Melalui sistem
perwakilan berimbang partaipartai kecil dapat menarik keuntungan dari

17

ketentuan bahwa kelebihan suara yang diperolehnya di suatu daerah


pemilihan

dapat

ditarik

kedaerah

pemilihan

yang

lain

untuk

menggenapkan jumlah suara yang diperlukan dalam memenangkan satu


kursi dalam lembaga legislatif.
Sepanjang sejarahnya pemilihan umum yang dilakukan di Indonesia
telah dilaksanakan sebanyak sepuluh kali yaitu pemilu pada tahun 1955,
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 dan 2009. Akan tetapi,
banyak yang mengatakan bahwa pemilu di Republik ini belum
berkualitas karena rakyat dianggap masih belum sadar politik.
Dari literatur sejarah kita mendapatkan pencerahan bahwa pemilu
pada tahun 1955 merupakan pemilu paling demokratis di negeri ini.
Setelah itu, pemilu turun kualitas demokrasinya. Kita tentu ingat pada
awal

Orde

Baru

berkuasa,

pemerintah

menyederhanakan

sistem

kepartaian di negara ini. Jumlah partai dibatasi jumlahnya hanya menjadi


dua saja, yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi
Indonesia ditambah sebuah Golongan Karya. Yang disebut terakhir bukan
merupakan partai politik tetapi diperbolehkan mengikuti pemilu. Sebuah
kebijakan yang aneh.
Selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru, rakyat Indonesia dijauhkan
dari politik. Politik sebagai panglima yang dijalankan oleh pemerintahan
lama digantikan dengan ekonomi sebagai panglima. Penjauhan rakyat

18

dari politik dimaksudkan untuk menciptakan stabilitas nasional. Bahkan,


selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru, hasil pemilu sudah diplot
sedemikian rupa sehingga di setiap pemilu urutan hasil pemilu tidak
pernah berubah, selalu saja Golkar, PPP baru PDI. Selama itu pun, baik
pemerintah maupun partai politik tidak memberikan pendidikan politik
kepada rakyat. Sebagian besar rakyat dibiarkan tetap sebagai massa
mengambang.
Menyusul runtuhnya Orde Baru, keran politik dibuka lagi selebarlebarnya sehingga partai politik bermunculan seperti cendawan di musim
hujan. Sayangnya, banyaknya partai politik tersebut belum berbanding
lurus dengan tingkat kemelekan politik rakyat. Banyaknya partai politik
terjadi karena pemain lama berlomba-lomba mendirikan partai politik
baru, bukan karena besarnya kesadaran rakyat untuk ikut berpolitik.
Pembelengguan politik selama 32 tahun telah membuat rakyat menjadi
apolitik. Tentu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali
membangkitkan kesadaran politik rakyat. Partai politik sebagai pemain di
barisan terdepan memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan
politik bagi rakyat. Pemerintah harus memfasilitasi pendidikan politik
tersebut melalui penyisipan materi pendidikan politik di kurikulum
pendidikan nasional. Tujuan dari pendidikan politik tersebut adalah agar
rakyat menjadi subyek politik, menjadi pemain-pemain utama dalam

19

pentas perpolitikan nasional, bukan seperti yang diklaim selama ini


bahwa rakyat hanyalah obyek politik. Rakyat baru disertakan dalam
kegiatan politik setiap menjelang pemilu. Kita tentunya ingin mengubah
hal tersebut.

2.4.

Teori Sistem Politik

Analisis sistem politik merupakan salah satu bidang analisis yang


menarik dan penting. Apabila dikaitkan dengan pesatnya perkembangan
jumlah dan aneka jenis sistem politik di dunia. Studi terhadap sistem
politik sebenarnya sudah sangat tua, bahkan sama tuannya dengan ilmu
politik itu sendiri, yang baru mungkin adalah pendekatan pendekatan
dan metode-metode ilmiah yang mendukungnya.
Secara garis besar perkembangan terhadap studi sistem politik dalam
bentuknya sekarang dimungkinkan oleh adanya dua hal. Pertama,
berkembang pesatnya perhatian sarjana-sarjana ilmu politik di Barat
terhadap wilayah baru di luar Eropa dan Amerika utara yang tercermin
dalam sejumlah besar studi politik yang sebelumnya terbatas untuk
wilayah

Eropa dan Amerika Utara menjadi meluas dengan meliputi

wilayah-wilayah Asia, Afrika dam Amerika latin. Yang kedua adalah


banyaknya kemajuan yang dicapai dalam studi tingkah laku yang sering

20

disebut behavioral approach yang kemudian banyak diterapkan dalam


penelitian kehidupan sistem politik.
Sebagian besar kaum behavioral menolak penempatan institusi
politik sebagai unit dasar analisa politik. Tidak membuang lembaga
politik politik formal sebagai objek study politik, tetapi mereka juga
mempelajari gejala-gejala sosial yang besifat politik. Jadi unit analisa
mereka adalah individu dan kelompok. Kedua, mereka berasumsi tentang
adanya kesatuan- ilmu-ilmu sosial. Ketiga, digalakkannya pengembangan
dan pemanfaatan teknik-teknik yang menjamin kadar ketepatan tinggi
dalam obserpasi. Keempat, mereka berpendapat bahwa tujuan ilmu
politik adalah pembentukan teori politik yang sistematik dan empirik
yang bisa menggambarkan secara jelas kehidupan politik.
Pendekatan teori Gabriel A Almond, merupakan alternatif paling awal
dan bagus yang menggambarkan masyarakat politik sebagai suatu sistem.
Teori ini akan memaparkan dan menganalisis kategori-kategori yang lebih
tepat. Untuk memperoleh pengertiam sistem politik secara mendasar,
maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti sistem sistem politik
walapun

istilah

sistem

politik

telah

sering

disebut-sebut

dan

diperguanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh berbagai kalangan.


Suatu kumpulan kumpulan, pendapat-pendapat, prinsip-prinsip yang
membentuk suatu kesatuan yang berhubungan satu sama lain.

21

Suatu sistem selalu terkait dengan keadaan dimana bagiannya satu


sama lain bergantung secara fungsional, yang mempunyai batas batas
tertentutapi merupakan komponen daripada suatu keutuhan yang bulat.
Jika salah satu komponen itu berubah maka bagian-bagian lainya pasti
berubah. Contohnya, dalam sistem politik, kelahiran partai partai politik
dengan sendirinya akan merubah penampilan truktur dalam sebuah
sistem. Baik kemampuan domestik maupun internasional. Dengan
perkataan lain, dengan suatu variable dalam sebuah sistem politik
mengalami perubahan kualitias dan kuantitas, maka yang lain juga akan
mengalami perubahan yang sama. Waupun dalam kadar yang berbeda. Di
samping itu, akibat tekanan lingkungan, maka sistem juga akan berubah
penampilannya hingga bagian yang mengalami tekanan itu kembali
dalam kondisi semula.
Suatu sitem politik terdiri dari interaksi peranan para warga negara.
Orang yang sama dalam sistem politik dapat sekaligus memainkan
peranan lain seperti dalam sistem ekonomi, sosial dam lainya. Sistem juga
selalu dimulai dari satu tempat dan diakhiri ditempat lain. Kalau
dikaitkan langsung dengan sistem politik bukanlah pekerjaan gampang,
sebab sistem politik bukan diatur oleh perorangan melainkan peranan
yang telah melembaga (Rahman, 2002). Jadi sistem dianggap sebagai
pola yang relative tetap dari hubungan antara manusia yang melibatkan

22

makna yang luas dari kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan. Pada


setiap sistem politik akan ditemui berbagai struktur politik. Struktur
politik adalah suatu cara bagaimana sesuatu itu disusun atau dibangun
yang saling berhubungan antara orang seorang dan organsisasi. Didalam
suatu situasi struktur ini mempunyai unsur-unsur yang stabil, seragam
dan terpola.
Konsep sistem merupakan salah satu unsur sistem itu sendiri, sistem
berasal dari bahasa yunani kuno yakni systema yang artinya kurang lebih
(Antonius, 2004). Suatu hubungan yang tersususn dari sekian banyak
bagian dan komponen-komponen secara teratur. Sebagai contoh dapat
dikatakan bahwa sistem dapat digunakan untuk kumpulan atau
himpunan benda-benda yang disatukan atau di padukanoleh suatu
bentuk yang saling berkaitan. Ada beberapa pendapat tentang pengertian
sistem politik. Menurut pamudji, Sistem adalah Suatu kebulatan atau
keseluruhan komlek atau terorgansisir, suatu hi,punan atau perpaduan
hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatanatau
keseluruhan yang komleks. Menurut poerwadarmita, sistem adalah
Sekelompok bagian-bagian (alat dan sebagianya) yang bekerja bersamasama dan untuk melakukan sesuatu
Menurut soemantri, sistem adalah Sekelompok bagian-bagian yang
bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah

23

satu bagian rusak atau tidakdapa menjalankan tugasnya maka maksud


yang hendak di capai tidak akan tepenuhi atau setidak-tidaknya sistem
yang sudah terwujud akan mendapat gangguaan.
Dengan demikian secara harafiah dapat dikatakan bahwa sistem
politik ialah kumpulan pendapat pendapat prinsip prinsip dan lain-lain
yang membentuk suatu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk
mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu atau
kelompok individu yang lain.

2.5.

Pendidikan Politik oleh Partai Politik

Di dalam Pasal 5 Undang-undang No.31 Tahun 2002 dijelaskan bahwa


tujuan Partai Politik ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum Partai Politik:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
dengan menjunjung tingi nilai kedaulatan rakyat dalam kesatuan
Republik Indonesia.

24

2. Tujuan khusus Partai Politik adalah memperjuangkan cita-cita


para anggotanya demi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara
Dalam hal ini, Revisi UU 31 tahun 2002 terlihat jelas bahwa Partai
Politik disamping memiliki Tujuan Umum dan tujuan Khusus juga
memiliki tujuan atau peran sebagai lembaga/institusi yang memberikan
pendidikan politik terhadap masyarakat. Dengan artian perkembangan
masyarakat dan politik yang semakin berkembang pesat, diperlukan
peran serta yang lebih dari sebuah partai politik.guna memberikan sebuah
pendidikan kepada masyarakat dalam hal ini tentang politik yang baik
dan

benar.

Seyogianya

kiprah

partai

politik

di

Indonesia

bisa

menampilkan diri sebagai agen pencerahan. Sebab partai politik


mengemban peran dan fungsinya yang kalau saja dijalankan secara
konsisten akan membawa perubahan pada peningkatan kesadaran politik
masyarakat.
Salah satu fungsi partai politik adalah melakukan pendidikan politik.
Alhasilnya, fungsi pendidikan politik partai politik belum menunjukkan
hasil yang signifikan bagi peningkatan kesadaran politik masyarakat.
Justru partai politik menuai kritik dan pertanyaan. Karena partai politik
cenderung mengutamakan kepentingan kekuasaan atau kepentingan para
elit partai politik ketimbang kepentingan untuk memajukan masyarakat,

25

bangsa

dan

negara.

Ironisnya,

pendidikan

politik

yang

kerap

dikumandang para elit partai politik hanya menjadi sebuah slogan tak
bermakna. Kondisi ini menuntut setiap partai politik untuk mengevaluasi
sejauhmana orientasi dan implementasi visi dan misi partai secara
konsisten dan terus-menerus.
Pelaksanaan pendidikan politik partai politik dalam revisi UU No 31
tahun 2002 tentang partai Politik bertujuan agar implementasi fungsi
pendidikan

partai

politik

dapat

dijalankan

secara

terukur

dan

bertanggung jawab oleh setiap partai politik. Revisi Undang-Undang


Partai Politik diharapkan bisa menjawab perkembangan dinamika
masyarakat yang semakin maju. Pengaturan implementasi fungsi partai
politik dalam revisi UU partai politik tidak harus diatur secara detail.
Sesungguhnya pendidikan politik menjadi kewajiban parpol yang diatur
dalam kebijakan masing-masing partai politik. Implementasi fungsi dan
peran partai tidak mengarah pada upaya deparpolisasi sehingga dapat
menghambat demokrasi. Peningkatan peran dan fungsi partai politik
menginsyaratkan adanya dukungan dari publik termasuk pemerintah
misalnya dukungan dari aspek pendanaan.

26

2.6.

Permasalahan Wawasan Kebangsaan

Masa depan kebangsaan kita sebagai bangsa yang majemuk baik suku,
etnis, agama dan kultur lokal, merupakan sesuatu yang tidak taken for
granted. Belajar dari sejarah berbagai negara seperti Uni Soviet, Yugoslavia
dan Cekoslovakia (Pesic,1996). Uni Soviet, kendati merupakan negara
super power, namun mengalami kehancuran setelah 70 tahun, karena tidak
mampu menjaga integrasi nasionalnya. Indonesia yang sudah lebih dari
63 tahun berdiri sebagai negara bangsa tidak serta merta terhindar dari
ancaman

disintegrasi

nasional.

Terutama

melemahnya

semangat

nasionalisme oleh karena tarikan globalisme, lokalisme dan radikalisme.


Tarikan-tarikan tersebut menguat karena pemerintah selama ini gagal
mewujudkan cita-cita nasional antara lain membangun masyarakat yang
adil dan makmur, sehingga memunculkan prasangka, sentimen dan
ketidakpuasan sosial yang luas. Persatuan dan kesatuan bangsa yang
selama ini menjadi retorika, ternyata belum mampu mengakomodasi
aspirasi secara adil. Penguasaan sumber-sumber kemakmuran hanya
berada di tangan kelompok elite yang menindas mayoritas bangsa.
Akibatnya rasa dan semangat kebangsaan yang lahir dari semangat
senasib sepenanggungan menjadi melemah. Ideologi Pancasila yang
merupakan pemersatu bangsa nilainya semakin merosot dan mendorong
sebagian orang atau kelompok mencari alternatif ideologi lain. Kondisi

27

yang demikian bila tidak segera ditangani secara sadar dan sungguhsungguh maka akan mengancam kelangsungan kebangsaan kita.
Ada dua masalah penting kebangsaan yang dihadapi Indonesia, yakni
pertama, merosotnya pemahaman kebangsaan dalam tiga elemen yaitu
masyarakat, kekuatan-kekuatan politik formal (partai politik) dan
organisaisi-organisasi sosial yang ekslusif-komunal. Kedua, munculnya
etno-nasionalisme (lokalisme) baik karena sebab historis maupun karena
penerapan desentralisasi yang terdistorsi.
Menurut Coleman (1964) integrasi nasional akan berhasil jika elite
politik mampu mengitegrasikan hubungan yang baik antar elite dan
massa. Hubungan yang baik ini meliputi hubungan politik yang adil dan
harmoni, sehingga tercipta integrasi politik dan integrasi teritorial.
Apabila elite gagal menjalankan peran dan fungsinya di mana elite
politik tidak mampu lagi mengendalikan gerakan resistensi sosial dan
politik terhadap ideologi politik (dalam hal ini Pancasila dan Wawasan
Kebangsaan) serta teritorial (dalam hal ini mempertahankan kesatuan
wilayah Indonesia), maka akan bermuara pada keruntuhan Negara ini.
Etno-nasionalisme (lokalisme) jika tidak dikelola dengan baik, dalam
jangka panjang maupun menengah merupakan ancaman yang sangat
relevan bagi wawasan kebangsaan Indonesia. Lokalisme di Indonesia kini
muncul dalam tiga bentuk, yakni etno-nasionalisme yang menghendaki

28

kemerdekaan total dari Republik Indonesia (kasus gerakan kemerdekaan


Papua), etno-nasionalisme yang menghendaki otonomi seluas-luasnya
dengan sistem hukum dan ketatanegaraan yang berbeda (Aceh) dan etnonasionalisme dalam sistem desentralisasi di mana elite politiknya
menghedaki kepemimpinan lokal didominasi oleh orang-orang lokal
(putra daerah).
Dalam masalah etno-nasionalisme, menarik untuk dikaji tulisan
Liphart (1985) mengenai etnokrasi yang bersemangat demokrasi di Afrika
Selatan sebagai affirmative action. Arend mengemukakan bahwa di negeri
yang dikenal dengan kuatnya politik pembedaan warna kulit itu, elite
politik memilih kategori power sharing yang partisipasionis yakni
kekuasaan dibagi secara merata, bentuknya melalui penciptaan suatu
entitas politik baru yang menampung partisipasi semua pihak (etnik).
Metode ini ternyata cukup efektif untuk mempertahankan demokrasi,
sekaligus menjaga integritas nasional dan wawasan kebangsaan yang
berbasis etnokrasi tersebut. Sekalipun dalam kondisi yang berbeda
metode ini mungkin berguna untuk dijadikan referensi dengan berbagai
penyesuaian bagi upaya mempertahan integritas nasional Indonesia yang
plural dan terdiri dari berbagai etnik dan agama, yang berdasarkan
Pancasila, yang tidak mengenal dominasi mayoritas dan tirani minoritas.

29

Reformasi yang membuahkan elite dan partai-partai politik baru


ternyata tidak serta merta memperkuat semangat dan wawasan
kebangsaan. Malah sebaliknya semangat lokalisme, primordialisme, dan
sektarianisme, justru yang semakin menguat. Merosotnya pemahaman
wawasan dan semangat kebangsaan di antara elite kekuatan-kekuatan
politik termasuk partai-partai nasionalis, akan mendatangkan masalah
integrasi yang pelik di kemudian hari. Hal ini tentu saja bukan disebabkan
hidupnya kembali politik aliran, namun lebih banyak disebabkan karena
latar belakang para elite politik yang mulai meninggalkan wawasan dan
semangat kebangsaan.
Belajar dari pengalaman sejarah perpolitikan Indonesia di masa lalu,
kendati terpolarisasi dari kanan (baik Islam maupun Kristen), tengah
(Nasionalis) dan kiri (Komunis, Sosialis), namun tidak memunculkan
ancaman integrasi nasional, karena wawasan dan semangat kebangsaan
merupakan arus yang utama.
Menghadapi tantangan dan ancaman keindonesiaan kita, maka upaya
menemukan

kembali

keindonesiaan

menjadi

suatu

kemutlakan.

Diperlukan revitalisasi ideologi Pancasila baik melalui praktek politik


maupun dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan revitalisasi ideologi
Pancasila

tidak

saja

melalui

pendidikan

kewarganegaraan

yang

cenderung sekadar menjadi pengetahuan, melainkan juga pendidikan

30

kebangsaan yang lebih bersifat afektif, baik di sekolah, pesantren,


seminar, maupun pendidikan non-formal untuk orang-orang dewasa
yang meliputi para pemimpin politik, sosial, budaya dan golongangolongan strategis lainnya.
Selain

itu

penghargaan

perlu
tentang

didorong

kearifan

kepelbagaian

lokal

dalam

yang

memberikan

membangun

kesadaran

multikultural Indonesia dalam bingkai paradigma Bhineka Tunggal Ika.


Melalui upaya ini dibangun pemahaman Indonesia sebagai plural society.
Untuk mengatasai masalah benturan antar kultur yang mengancam
kebangsaan Indonesia, salah satunya dengan pendidikan demokrasi,
kewarganegraaan

(civic

dan

education),

pemahaman

tentang

multikulturalisme. Jika kita mengacu pada Young (2002) akan menjadi


jelas bahwa untuk mempertahankan komunitas yang majemuk dan penuh
konflik,

dibutuhkan

demokrasi

dan

agenda

penghormatan

multikulturalisme untuk membuka kesadaran masyarakat agar bisa lebih


menerima perbedaan. Salah satu langkahnya, seperti dianjurkan Young
adalah diperbanyaknya struktur partisipatoris (participatory structures) di
mana setiap orang dengan segala perbedaan etnis, jender, status
(kedudukan),

dan

asal-usul

geografis

atau

kepercayaan

mampu

memperkenalkan pandangan masing-masing atas realitas sosial dan


menampung representasi suara-suara perbedaan mereka.

31

Ketika zaman bergerak ke arah yang lebih modern yang ditandai


dengan reformasi di segala hal, kehidupan kepartaian, kita justru
mengalami kemunduran berarti. Sejak reformasi 1998, hamper semua
aspek sudah direformasi, kecuali partai politik. Ketika gerakan mahasiswa
menggulingkan rezim Orde Baru pada 1998, mereka lupa bahwa masih
ada musuh yang belum ditumbangkan yakni roh tradisionalisme
partai-partai politik, yang pelan-pelan menerkam gerakan reformasi dari
belakang. Selain itu juga sektarianisme partai yang secara massif
menjauhkan diri dari wawasan kebangsaan Indonesia.

32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain


penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan model dominant-less dominant
design (Cresswell, 1994). Pendekatan kualitatif yang menekankan pada
prosesual dimaksudkan agar peneliti dan proses penelitian tidak terjebak
pada kerangka pemikiran teoritik yang kaku dan bersifat streotipik,
sehingga apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dapat diperoleh.
Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat pandangan
responden terhadap apa yang telah dilakukan parpol terkait dengan peran
Parpol dalam pendidikan politik masyarakat (wawasan kebangsaan).

3.2.

Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pengurus partai yang

ditetapkan sebagai subjek penelitian yaitu Partai Demokrat, Golkar, PDIP,


PKS, PAN, dan PPP yang berada di Kota Medan dan Tebing Tinggi.
Sebagai tambahan akan disebarkan kuesioner kepada 20 orang pengurus
partai yang dijadikan subjek penelitian.

33

3.3.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan berasal dari dua sumber yaitu sumbersumber tangan pertama (data primer) dan sumber-sumber tangan kedua
(data sekunder). Data-data primer diperoleh melalui teknik wawancara
mendalam (in-depth interview) untuk pendekatan kualitatif. Untuk
mendapatkan informasi yang benar-benar akurat dilakukan teknik
triangulasi. Sedangkan untuk pendekatan kuantitatif, data primer
dikumpulkan melalui teknik survei dengan mendistribusikan seperangkat
daftar pertanyaan semi terbuka (semi open ended questionary) kepada para
responden penelitian. Untuk data-data sekunder akan dikumpulkan dari
hasil olahan data orang lain, baik berupa dokumen, laporan, publikasi,
dan sebagainya.

3.4.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dengan memilih


sample penelitian pada Parpol yang ada di Kabupaten/Kota.

3.5.

Analisis Data

Untuk pendekatan kualitatif, analisis dilakukan secara simultan dengan


proses pengumpulan data

(on going analysis). Analisis kualitatif ini

dilakukan mengikuti proses antara lain, reduksi data, penyajian data dan

34

menarik kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian data yang telah


dilakukan sebelumnya.
Untuk pendekatan kuantitatif digunakan teknik analisis statistika
deskriptif. Analisis statistika deskriptif digunakan untuk menganalisis
variabel-variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekwensi, baik secara
angka-angka mutlak maupun sebaran frekwensi dan persentase.

3.6.

Jadwal Penelitian

Penyelenggaraan tugas penelitian ini diharapkan tuntas dalam waktu 4


(empat) bulan atau 120 hari kerja, terhitung sejak bulan Juli sampai
dengan Oktober 2010. Tahapan pelaksanaan kegiatan peneltian ini dapat
dirinci seperti Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rincian Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


No.

Kegiatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Persiapan Kegiatan
Identifikasi & Inventarisasi Data
Penelitian Lapangan
Pengolahan Data dan Analisa
Penulisan Draft Awal
Asistensi Laporan/Seminar Hasil
Perbaikan dan Pelaporan Akhir

Juli

Bulan
Agust Sept Okt

35

3.7.

Pelaksana Kegiatan

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan susunan organisasi


pelaksana sebagai berikut:

Penanggungjawab

LP, PT, Konsultan

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

36

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis


Secara geografis, Propinsi Sumatera Utara terletak pada 1-4
Lintang Utara dan 98-100 bujur timur merupakan bagian dari wilayah
pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat. Daerah ini berbatasan
di sebelah utara dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di sebelah
selatan dengan Provinsi Riau, di sebelah timur dengan Selat Malaka dan
di sebelah barat dengan Samudera Indonesia.
Daerah Propinsi Sumatera Utara seluas 71.680 km2 secara geografis
terbagi atas wilayah pantai timur, wilayah dataran tinggi, wilayah pantai
barat dan wilayah kepulauan serta memiliki topografi, kontur dan iklim
yang beraneka ragam.

4.2. Selayang Pandang Sumatera Utara


Sejak akhir abad ke 19 di Sumatera Utara telah berkembang
perusahaan-perusahaan perkebunan besar tembakau, karet, kelapa sawit,
kopi, teh dan kakao yang menempatkan daerah ini sebagai kawasan
perkebunan terkemuka di Indonesia. Sampai saat ini hasil perkebunan

37

tersebut masih merupakan andalan utama komoditas ekspor Sumatera


Utara.
Perkembangan pemekaran wilayah Kabupaten/kota yang begitu
pesat

di

Propinsi

Sumatera

Utara,

telah

menambah

jumlah

Kabupaten/kota pada tahun 2004 menjadi 25 Kabupaten/kota, yang


terbagi dalam Kabupaten 18 Kabupaten, kota 7 kota, kecamatan 361
kecamatan,

desa/kelurahan

5616

desa/kelurahan

dengan

ibukota

propinsinya Medan dengan luas 265 km2 dan jumlah penduduk 2 juta
jiwa.
Jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 12.643.494 (Data BPS
2006), dimana persentase penduduk penduduk yang beragama Islam
menempati persentase yang tertinggi (65,45 persen), persentase penduduk
yang menganut agama Kristen (Katolik dan Protestan) sebesar 31,40
persen. Sisanya adalah penduduk yang menganut agama Hindu dan
Budha masing-masing sebesar 0,19 persen dan 2,82 persen.
Ditinjau dari suku bangsa, sekitar sepertiga penduduk Sumatera
Utara adalah suku Jawa (33,40 persen), disusul suku Batak Tapanuli dan
Toba sebesar 25,62 persen, dan penduduk

bersuku

Mandailing

(Mandailing dan Angkola) sebesar 11,27 persen. Suku-suku lain yang


persentasenya relatif sama adalah suku Nias, Melayu dan Karo dengan
persentase masing-masing sekitar 5-6 persen. Suku Cina, Minang dan

38

Simalungun masing-masing sekitar 2 persen. Data di atas menunjukkan


kehidupan majemuk yang dinamis merupakan salah satu karakteristik
Provinsi Sumatera Utara.

4.3. Potensi Sumatera Utara


Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi daerah yang sangat
potensial untuk didayagunakan untuk mengembangkan kapasitas daerah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara. Sebagian
potensi yang ada telah termanfaatkan namun masih tersedia potensi yang
lebih besar untuk pembangunan ke depan.
Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 71.680 Km2 berada
pada posisi strategis yakni pada jalur lalu lintas perdagangan dunia yang
cukup padat yakni Selat Malaka. Selain itu Sumatera Utara juga berada
dalam kawasan pertumbuhan ekonomi regional Indonesia, Singapura,
Malaysia dan Thailand. Sampai saat ini daerah Sumatera Utara telah
dihubungkan transportasi darat, laut dan udara dengan negara Singapura,
Malaysia,

dan

Thailand

yang

memfasilitasi

perdagangan

antar

daerah/negara tersebut.
Dengan posisi yang strategis tersebut, Sumatera Utara akan lebih
mudah berintegrasi dengan perekonomian global dan memanfaatkan

39

potensi yang cukup besar di negara Singapura, Malaysia dan Thailand.


Sumatera Utara yang memiliki produk yang dibutuhkan di Negaranegara tersebut seperti sayuran, daging, produk perkebunan, pariwisata
dan lain-lain, posisi strategis tersebut akan dapat memberi manfaat
maksimal bagi Sumatera Utara.
Daerah Sumatera Utara memiliki perairan dan daratan yang
mempunyai potensi sumber daya alam terbaharui (Renewable Resourches).
Perairan Timur Sumatera Utara dan Perairan Barat Sumatera Utara
mempunyai sumber daya terbaharui yang dapat didayagunakan baik
uintuk pengembangan usaha perikanan, aquakultur maupun kegiatan
pariwisata. Selain perairan yang cukup luas, Sumatera Utara juga
memiliki garis pantai dan pulau-pulau kecil yang potensial untuk usaha
tambak dan aquakultur lainya.
Selain perairan laut Sumatera Utara juga memiliki perairan air
tawar berupa Danau Toba dan sungai-sungai baik yang bermuara ke Selat
Malaka maupun ke Samudera Indonesia. Selain dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan perikanan dan pariwisata juga dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik.
Daratan Sumatera Utara yang terbentang mulai dari dataran
rendah sampai daratan tinggi/pegunungan meiliki lahan yang relatif

40

subur, iklim tropis dan mendekati sub tropis serta kekayaan keaneka
ragaman hayati (biodiversity). Dengan bentangan daerah Sumatera Utara
yang mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, Sumatera Utara
berepeluang sebagai

penghasil produk agribisnis

tropis

maupun

agribisnis sub tropis di kawasan Asia Tenggara.


Provinsi Sumatera Utara saat ini sudah menghasilkan berbagai
produk agribisnis yang dapat dikembangkan menjadi produk unggulan
baik pada level Nasional, level Asean, maupun level Dunia. Produk
Agribisnis yang dimaksud adalah CPO, crumb rubber, teh, kakao,
tembakau deli, kopi arabika, kopi robusta, beras, jagung, jeruk, pisang
barangan, salak, markisa, rambutan, manggis, durian, dan berbagai jenis
sayuran. Produk agribisnis tersebut sudah lama menjadi ekspor Sumatera
Utara ke daerah lain dan sebahagian diantaranya sudah menjadi produk
eksport seperti ke Singapura, Malysia, dan Jepang.
Selain Produk agribisnis tersebut, Sumatera Utara khususnya Kota
Medan juga memiliki berbagai jenis makanan yang sudah terkenal di
Indonesia seperti bika ambon, manisan jambu klutuk, roti bolu gulung,
dan lain-lain.
Produk agribisnis yang dihasilkan Sumatera Utara tersebut selama
ini belum dikembangkan lebih lanjut. Minyak Sawit misalnya Sumatera

41

Utara masih menghasilkan CPO sebagai produk utama. Padahal dari CPO
dapat dihasilkan ratusan produk turunan yang bernilai ekonomi tinggi.
Demikian juga karet, produk utama masih berupa crumb rubber. Padahal
dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan ban dan barangbarang dari karet.
Sampai saat ini Sumatera Utara sudah berhasil menghasilkan
produk agribisnis primer. Langkah selanjutnya melakukan pendalaman
industri ke hilir (down stream) dan ke hulu (up stream). Untuk
menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing secara
internasional sehingga dapat mempercepat peningkatan pendapatan.
Provinsi Sumatera Utara juga memiliki objek wisata yang sangat
potensial. Wisata Bahari ada di pantai timur dan pantai barat Sumatera
Utara. Wisata Danau ada di Danau Toba. Wisata Agro ada di daerah
perkebunan. Wisata hutan alam terdapat di sepanjang Bukit Barisan,
termasuk Wisata Margasatwa di Bukit Lawang. Wisata Gunung di
Berastagi, Simarjarunjung, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat Wisata
Bersejarah seperti Istana Maimun (Medan), Rumah Bolon (Pematang
Purba), Kerajaan Sisingamangaraja (Bakkara), dan lain-lain.
Sampai tahun 1980-an, Sumatera Utara masih tergolong lima besar
daerah tujuan wisata di Indonesia. Namun setelah tahun 1990-an

42

mengalami penurunan karena kurangnya pengelolaan daerah wisata di


Sumatera Utara. Padahal potensi pariwisata di Sumatera Utara sangat
banyak

dan

lengkap,

mulai

dari

wisata

Bahari

sampai

wisata

pegunungan.
Pariwisata Sumatera Utara ke depan perlu sesegera mungkin,
dipulihkan dan dikembangkan dengan standar kualitas pariwisata
internasional. Perkembangan pariwisata di Sumatera Utara sangat banyak
dan lengkap mulai dari Wisata Bahari sampai Wisata Pegunungan.
Pariwisata Sumatera Utara ke depa perlu sesegera mungkin
dipulihkan dan dikembangkan dengan standar kualitas pariwisata
internaional. Perkembangan pariwisata di Sumatera Utara akan ikut
mengembangkan sektor terkait seperti perhotelan, transportasi dan
restoran-restoran.
Sumber daya manusia merupakan aktor penentu keberhasilan
pembangunan. Sumber daya manusia yang dimaksud mencakup sumber
daya manusia pengusaha, sumber daya manusia teknokrat (ilmuwan) dan
sumber daya manusia birokrat (pengusaha).
Provinsi Sumatera Utara memiliki SDM yang potensial baik
pengusaha mulai dari petani/nelayan, pedagang, pengusaha UKMK,

43

pengusaha besar maupun SDM teknokrat (ahli-ahli) yang ada di


Perguruan Tinggi. SDM Sumatera Utara memiliki karakteristik yang unik
antara lain daya juang tinggi, berani, progresiv, mandiri dan terbuka,
yang sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Selama ini Sumatera Utara sudah terkenal sebagai pencetak SDM
nasional, baik sebagai pengusaha, ilmuwan maupun birokrat. Pada
bidang pengusaha saat ini banyak pengusaha kelas nasional yang berasal
dari Sumatera Utara. Demikian juga SDM Ilmuwan Nasional dan SDM
Birokrat Nasional banyak yang berasal dari Sumatera Utara. Sumatera
Utara tercatat sebagai pengekspor SDM bermutu ke daerah lain.
Selama ini SDM Sumatera Utara belum banyak di dayagunakan
untuk pembangunan di Sumatera Utara, sehingga banyak dari SDM yang
bermutu migrasi ke daerah lain, khususnya ke DKI Jakarta. Hal ini dapat
memperkuat SDM Sumatera Utara bila dikembangkan networking antara
SDM yang ada di Sumatera Utara denga SDM eks-Sumatera Utara yang
berada di daerah lain. Di masa yang akan datang Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara perlu lebih mendayagunakan SDM Sumatera Utara yang
potensial tersebut dan mendayagunakan SDM eks-Sumatera Utara
melalui

pengembangan

networking

SDM,

guna

mempercepat

pengembangan Sumatera Utara.

44

Salah satu keunikan dan sekaligus keunggulan Sumatera Utara


adalah penduduknya terdiri dari ragam etnis/budaya seperti enis Batak,
Jawa, Melayu, Cina, India, Minang, Aceh dan lain-lain. Karena itu
Sumatera Utara bukan hanya miniatur Indonesia bahkan miniatur Asia
Tenggara. Keberagaman/kebhinekaan penduduk Sumatera Utara selama
ini terkelola dengan baik sehingga melebur menjadi Orang Sumut atau
Orang Medan yang menjadi identitas masyarakat Sumatera Utara.
Keragaman etnis dan budaya Sumatera Utara yang demikian
merupakan

modal

sosial

(social

capital)

yang

penting

dalam

pembangunan ke depan. Keragaman yang harmonis akan melahirkan


pemikiran-pemikiran yang inovatif, membangun kepercayaan yang
dinamis, memperkuat team work pembangunan, tidak ekslusif dan
membangun budaya kompetisi yang sehat.
Selain keragaman etnis/budaya, masyarakat Sumatera Utara juga
memiliki keragaman agama/kepercayaan. Semua agama-agama besar ada
di

Sumatera Utara seperti Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu,

Konghucu dan lain-lain, yang hidup secara berdampingan, toleran dan


saling menghargai. Konflik antar umat beragama hampir terjadi sepanjang
sejarah Sumatera Utara.

45

Keragaman

agama/kepercayaan

yang

harmonis

tersebut,

merupakan modal spritual (Spritual Capital) yang sangat ini dibutuhkan


pembangunan di segala bidang. Selama ini modal spritual tersebut belum
banyak didayagunakan untuk pembangunan.
Di masa yang akan datang, di mana telah terjadi globalisasi
finansial, keunggulan finansial bukan lagi penentu daya saing suatu
negara/daerah karena modal finansial bisa bergerak kapan saja dan
kemana saja. Faktor penentu daya saing ke depan adalah modal sosial dan
modal spritual. Karena itulah kedua modal tersebut perlu didayagunakan
untuk memberhasilkan dan meningkatkan kualitas pembangunan di
Sumatera Utara.
Selama hampir 53 tahun Sumatera Utara membangun infrastruktur
pembangunan seperti jalan, pelabuhan, jembatan, dan lain-lain telah
banyak dibangun meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan.
Secara umum, semua desa-desa di Sumatera Utara sudah dapat diakses
kenderaan.
Provinsi Sumatera Utara juga sudah memiliki pelabuhan laut, baik
pelabuhan antar pulau maupun pelabuhan internasional, baik di Pesisir
Timur, maupun Pesisir Barat. Pelabuhan yang dimaksud antara lain
Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Nibung, Sibolga, Nias dan lain-lain.

46

Sedangkan pelabuhan udara antara lain Polonia, Binaka, F.L. Tobing, Aek
Godang, Lasondri, Silangit, dan Sibisa. Ketersediaan pelabuhan tersebut
akan mempermudah mobilitas barang dan sumber daya manusia.
Bidang infrastruktur jalan, Sumatera Utara memiliki jalan negara
2.098,05 km, jalan provinsi 2.754,41 km dan jalan Kabupaten/Kota
sepanjang 27.177,275 km. Sedangkan jalan kereta api sudah tersedia yang
menghubungkan Pngkalan Berandan Medan Tanjung Balai Rantau
Parapat.
Infrastruktur

tersebut meskipun belum memadai, merupakan

modal dasar yang dibutuhkan untuk pembangunan lebih lanjut. Artinya


untuk mempercepat pembangunan di Sumatera Utara, Infrastruktur yang
ada sudah mendukung sambil ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Selain infrastruktur, ketersediaan energi khususnya listrik sangat
diperlukan untuk pembangunan. Untuk ketersediaan listrik Sumatera
Utara memang sudah kritis. Menurut data yang ada, daya terpasang
pembangkit sebesar 1250 MW dengan daya mampu 1067 MW. Dengan
beban puncak 995 MW berarti tersisa (cadangan) hanya 112 MW (10,5
persen). Cadangan ini jauh di bawah standar minimum yakni 30 persen.

47

Sebetulnya potensi penyediaan energi di Sumatera Utara masih


cukup tersedia baik bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
maupun alternatif energi lainnya. Sumatera Utara sebagai produsen
minyak sawit, jagung, ubi kayu dapat denga mudah menghasilkan energibio bentuk biodiesel etanol. Potensi energi ini perlu dimanfaatkan ke
depan untuk menanggulangi krisis energi di Sumatera Utara.
Potensi-potensi yang dimiliki Sumatera Utara tersebut lebih dari
cukup untuk digunakan dalam mempercepat pembangunan Sumatera
Utara ke depan. Apalagi Sumatera Utara telah membangun selama 53
tahun,

pengalaman

selama

ini

akan

mempermudah

percepatan

pembangunan Sumatera Utara bila di kelolah dan di dayagunakan secara


optimal.
Saat ini dan menghadapi masa depan, daerah dan masyarakat
Sumatera Utara menghadapi permasalahan pokok pembanguna yang
memerlukan pemecahan segera. Permasalahan pokok pembangunan yang
dimaksud antara lain sebagai berikut.
Pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara pada Tahun 2008
diperkirakan masih sekitar US$ 1100. Sedangkan pada tahun yang sama
pendapatan perkapita penduduk Indonesia diperkirakan sudah mencapai
US$ 2000. Hal ini berarti tingkat pendapatan perkapita penduduk

48

Sumatera Utara sudah jauh ketinggalan dibandingkan dengan daerah lain


di Indonesia.
Bila ditelusuri lebih lanjut, juga terjadi ketimpangan pendapatan
antar kelompok masyarakat dan antar kawasan. Pendapatan perkapita
tertinggi dinikmati oleh masyarakat Sumatera Utara di kawasan dataran
rendah timur Sumatera Utara yakni US$ 1100. Pendapatan terendah
diterima oleh masyarakat Pantai Barat dan Nias Sumatera Utara.
Sedangkan masyarakat di kawasan dataran tinggi Sumatera Utara berada
diantaranya.
Demikian juga antar kelompok masyarakat di Sumatera Utara.
Kelompok masyarakat yang terendah pendapatannya adalah para petani,
nelayan, buruh perkebunan, pedagang kaki lima, tukang becak, supir dan
kernet serta buruh-buruh pabrik.
Hal inilah tantangan pembangunan daerah Sumatera Utara
kedepan, yakni bagaimana meningkatkan pendapatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat di Sumatera Utara. Pendapatan perkapita
penduduk Sumatera Utara perlu digandakan dalam lima tahun kedepan,
misalnya menjadi US$ 2500 perkapita pertahun.

49

Meskipun Sumatera Utara memiliki potensi sumber daya yang


cukup besar jumlah penduduk miskin masih relatif tinggi di Sumatera
Utara. Harus diakui, persentasi penduduk miskin mengalami penurunan
beberapa tahun terakhir ini yakni dari sekitar 15,8 persen tahun 2000
menjadi sekitar 13 persen tahun 2006. Namun demikian, persentase
penduduk miskin tersebut masih relatif tinggi.
Bila dilihat per Kabupaten, persentasi kemiskinan terbesar berada
di

kebupaten

Nias

dan

Nias

Selatan

(23

persen).

Sedangkan

Kabupaten/Kota yang paling rendah tingkat kemiskinan Kota Padang


Sidempuan, Binjai, Deli Serdang dan Simalungun, dengan persentase
sudah dibawah 10 persen.
Penduduk miskin ini perlu dijadikan perhatian khusus kedepan
khususnya dalam lima tahun kedepan. Pada tahun 2013 Sumatera Utara
perlu menargetkan agar bebas dari kemiskinan.

Karena itu program

pembangunan yang fokus pada peningkatan kemampuan penduduk


miskin untuk mampu manegatasi kemiskinannya perlu dilaksanakan
dalam lima tahun kedepan.
Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Utara masih tergolong
tinggi. Pada tahun 2003 tingkat pengangguran terbuka mencapai 12,3
persen dan meningkat menjadi sekitar 13,7 persen tahun 2004.

50

Diperkirakan tahun 2008 tingkat pengangguran terbuka masih sekitar 11


persen. Bila pengangguran tersembunyi diperhitungkan, dapat dipastikan
bahwa tingkat pengangguran di Sumatera Utara masih relatif tinggi dan
diatas tingkat pengangguran Nasional yang pada tahun 2008 diperkirakan
8 9 persen.
Masalah pengangguran di Sumatera Utara perlu memperoleh
perhatian khusus dalam lima tahun kedepan. Program pembangunan
yang memungkinkan para penganggur dapat memiliki akses kerja pada
pekerjaan yang permanen perlu dilakukan. Sumatera Utara pada tahun
2013 perlu menargetkan untuk menurunkan tingkat pengangguran sekitar
5 6 persen. Potensi sumber daya yang dimiliki Sumatera Utara sangat
memungkinkan untuk mencapai kondisi perekonomian dengan kapasitas
penuh (full employment) tersebut.
Masalah kesehatan masyarakat Sumatera Utara masih tergolong
rawan. Tingkat kesakitan penduduk tahun 2003 mencapai 16,6 persen dan
meningkat menjadi 19,2 persen tahun 2004 dan tahun 2005 menurun
menjadi 18 persen. Diperkirakan tahun 2008 tingkat kesakitan penduduk
masih sekitar 15 persen.
Jumlah bayi yang meninggal pada tahun 2004 masih sekitar 37 jiwa
per 1000 kelahiran dan pada tahun 2008 diperkirakan masih sekitar 35

51

jiwa per 1000 kelahiran. Sementara angka kematian ibu (AKI) tahun 2002
masih sekitar 360 orang per 100.000 kelahiran. Usia harapan hidup ratarata penduduk tahun 2004 masih mencapai 70 tahun.
Gambaran di atas

mencerminkan bahwa tingkat kesehatan

masyarakat masih perlu diperbaiki dalam lima tahun kedepan. Tingkat


kesakitan penduduk, jumlah bayi yang meninggal, dan angka kematian
ibu perlu diturunkan dalam lima tahun kedepan.
Selain masalah kesehtan tersebut, masalah sosial khususnya
penyalahgunaan narkoba perlu memperoleh perhatian yang serius
kedepan. Sumatera Utara termasuk kelompok daerah teratas dalam
penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, dalam lima tahun kedepan
Sumatera Utara perlu menargetkan agar tahun 2013 Sumatera Utara
sudah bebas dari penyalahgunaan narkoba.
Masalah kemerosotan mutu lingkungan hidup di Sumatera Utara
makin lama makin mengkhawatirkan. Makin luasnya lahan kritis di
sekeliling Danau Toba, penggundulan hutan di kawasan Bukit Barisan
yang nebyebabkan banjir seperti yang berulang dialami Kota Medan,
Polusi udara di perkotaan, rusaknya hutan bakau di Pesisir Timur
Sumatera Utara, merupakan masalah kemerosotan mutu Lingkungan
Hidup di Sumatera Utara.

52

Kemerosotan mutu lingkungan hidup tersebut perlu diberi


prioritas untuk penanganannya bahkan perlu segera dilakukan gerakan
pemulihan mutu lingkungan hidup dalam lima tahun kedepan.
Penghijauan

pantai

melalui

penanaman

kembali

hutan

bakau,

penghijauan lahan kritis dengan tanaman hutan yang bernilai ekonomis,


pengembangan buffer zone di kawasan hutan lindung dan suaka alam
perlu dijadikan gerakan masyarakat yang berkesinambungan.
Salah satu tugas pemerintah kepada rakyat adalah pelayanan
publik seperti pelayanan administrasi, penjaminan keamanan dan
ketertiban serta pelayanan publik lainnya. Selama ini Sumatera Utara
termasuk daerah yang pelayanan publiknya belum prima khususnya
pelayanan administrasi baik untuk kependudukan maupun usaha. Istilah
semua urusan memerlukan uang tunai atau kalau bisa dipersulit
ngapain dipermudah yang selama ini dicap kepada aparat pelayanan
publik di Sumatera Utara harus segera diakhiri.
Dalam lima tahun kedepan pelayanan publik yang prima (cepat,
mudah, murah) perlu dijadikan target penting melalui pembinaan
aparatur dan kelembagaan pemerintah yang taat azas tata kelola
pemerintahan (good governance) yang disertai dengan sistem penalty dan
reward.

53

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang


terpenting dalam pembangunan masa depan Sumatera Utara. Kekayaan
Sumber Daya Alam tidak ada gunanya bila SDM tidak mendukung.
Kualitas SDM juga menjadi faktor daya saing kedepan.
Secara jujur harus diakui bahwa mutu pendidikan di Sumatera
Utara meskipun tidak tergolong jelek, tetapi cenderung menurun dari
tahun ke tahun. Bila dibandingkan kualitas pendidikan sebelum tahun
1980-an, kualitas pendidikan di Sumatera Utara cenderung menurun. Hal
ini diindikasikan minimumnya prestasi akademik tingkat Nasional yang
pernah diraih pendidikan Sumatera Utara. Makin banyaknya putra-putri
Sumatera Utara yang memilih melanjutkan pendidikan keluar Sumatera
Utara juga indikasi betapa mutu pendidikan di Sumatera Utara sedang
mengalami penurunan setidak-tidaknya kalah dengan mutu pendidikan
di Pulau Jawa.
Bagaimana memulihkan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan
seluruh jenjang pendidikan di Sumatera Utara, perlu dijadikan agenda
penting dalam lima tahun kedepan. Hal ini mencakup pembenahan
sarana dan prasarana pendidikan. Kekayaan pendidikan Sumatera Utara
seperti yang pernah dialami tahun 1970-an harus dikejar kembali.

54

Ketersediaan dan Kualitas Infrasturuktur Pembangunan seperti


jalan, sarana angkutan, jalan kereta api, pelabuhan udara, pelabuhan laut,
jembatan, air minum, energi listrik, infrastruktur telematika, masih jauh
dari yang diharapkan. Pelabuhan laut khususnya untuk pelabuhan
ekspor-impor seperti Belawan tidak lagi memadai untuk mendukung
kegiatan pembangunan di Sumatera Utara. Demikian juga jalan utama
seperti Medan Tebing Tinggi, Medan Berastagi tidak mampu lagi
menampung kegiatan masyarakat.
Pelabuhan udara seperti Polonia Medan sudah lama tidak mampu
lagi mengakomodasi kegiatan masyarakat dan ekonomi Sumatera Utara.
Apalagi

untuk

mendukung

pengembangan

perdagangan

regional

(ASEAN) pelabuhan udara Polonia (termasuk pelabuhan laut) sudah


sangat mendesak untuk dikembangkan.
Infrastruktur pembangunan yang paling rawan saat ini adalah
ketersediaan listrik di Sumatera Utara. Seringnya pemadaman listrik di
Sumatera Utara yang sangat mengganggu kegiatan dan merugikan
industri, perkotaan dan aktivitas rakyat menunjukkan betapa kritisnya
listrik di Sumatera Utara.
Infrasturuktur pembangunan yang tak kalah pentingnya lagi
adalah infrasturktur telematika yang belum memadai di Sumatera Utara.

55

Globalisasi yang menuntut pertukaran informasi yang cepat dan efisien


memerlukan infrastruktur telematika, baik untuk industri, pemerintahan,
maupun untuk masyarakat.
Pembenahan infrastruktur pembangunan di Sumatera Utara perlu
memperoleh perhatian dalam lima tahun kedepan. Ketersediaan dan
kualitas infrasturktur pembangunan merupakan salah satu penentu daya
saing suatu daerah dan penentu keberhasilan pembangunan di segala
bidang.
Sejak otonomi daerah diberlakukan tahun 2001, hubungan kerja
antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota belum
berjalan harmonis. Implementasi pembagian wewenang dan tanggung
jawab yang sinergis antara pemerintah provinsi dengan pemerintah
kabupaten/kota masih belum terlaksana dengan baik.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pemerintah provinsi dengan
pemerintah kabupaten/kota seharusnya menjadi suatu team work yang
sinergis.

Aspek-aspek

yang

menyangkut

kepentingan

lintas

kabupaten/kota dan bidang-bidang yang belum dapat ditangani


pemerintah kabupaten/kota seharusnya menjadi tugas pemerintah
provinsi. Prinsip-prinsip tersebut belum berjalan dengan baik di Sumatera
Utara bahkan yang sering terjadi adalah tumpang tindih.

56

Hal inilah yang perlu dibenahi kedepan yakni: membangun team


work

sinergis

antara

pemerintah

provinsi

dengan

pemerintah

kabupaten/kota. Selain itu pembagian tugas dan tanggung jawab yang


jelas perlu dirumuskan dengan baik untuk memperbaiki kualitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan pembangunan di
Sumatera Utara.
Dalam era perdagangan bebas dan otonomi daerah saat ini dan
terlebih-lebih kedepan, Sumatera Utara harus mampu bersaing dalam
merebut investor baik dengan daerah lain di Indonesia maupun dengan
negara lain. Hal ini menuntut Sumatera Utara agar membenahi diri untuk
membangun daya saingnya untuk daerah tujuan investasi.
Sebagai bagian dari daya saing, Sumatera Utara juga perlu
menetapkan diri untuk bidang atau produk apa yang menjadi unggulan
kedepan. Sumatera Utara tidak mungkin unggul seluruh bidang
dibandingkan dengan daerah lain.
Berdasarkan potensi dan pengalaman Sumatera Utara selama ini,
menjadikan Sumatera Utara sebagai pusat agribisnis modern di Asia
Tenggara sangat mungkin dijadikan keunggulan Sumatera Utara. Hal ini
perlu diimplementasikan melalui pembangunan yang berkesinambungan
di masa yang akan datang.

57

BAB V
PEMBAHASAN

5.1.

Peranan Partai Dalam Menumbuhkembangkan Wawasan


Kebangsaan
Responden yang menjadi penelitia ini berasal dari enam partai

yaitu partai Demokrat, Golkar, PDIP, PKS, PAN, dan PPP.


Tabel 5.1
Usia Responden
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Laki-laki

20

16.7

2.

Perempuan

20

16.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 101 orang


(84,2%) responden berjenis kelamin laki-laki dan selebihnya 19 orang
(15,8%) adalah perempuan.

58

Tabel 5.2.
Agama Responden
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Islam

82

68.3

2.

Katolik

2.5

3.

Protestan

35

29.2

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 82 orang


(68,3%) responden beragama Islam, 35 orang (29,2%) beragama Protestan,
dan selebihnya 3 orang (2,5%) beragama Katolik.

59

Tabel 5.3.
Suku Bangsa Responden
No.

Uraian

Frekuensi

1.

Jawa

18

15.0

2.

Toba

17

14.2

3.

Mandailing

29

24.2

4.

Karo

18

15.0

5.

Simalungun

2.5

6.

Minang

1.7

7.

Melayu

1.7

8.

Nias

3.3

9.

Aceh

1.7

10.

Lainnya

25

20.8

Total

120

Persentase

100,00

Data Primer 2010


Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan beragam suku bangsa
responden yang menunjukkan keragaman budaya di Sumatera Utara.
Dari hasil data di lapangan tersebut terlihat ada opsi lain-lain dimana
responden yang menjawab lain-lain tersebut menyatakan bahwa mereka

60

sudah tidak mementingkan suku dan lebih senang dikatakan sebagai


bangsa Indonesia.
Tabel 5.4.
Pendidikan Responden
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Tamat SLTA

24

20.0

2.

Tamat Akademia

11

9.2

3.

Sarjana

67

55.8

4.

Pasca Sarjana

18

15.0

Total

120

100

Data Primer 2010


Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 67 orang
(55,8%) responden menyatakan pendidikan terakhir Sarjana, sedangkan
sebanyak 24 orang (20%) responden mennyatakan pendidikan tamat
SLTA, 18 orang (15%) responden menyatakan pendidikan terakhir adalah
Pascasarjana dan 11 orang (9,2%) berpendidikan diploma. Dari jawaban
tersebut dapat dilihat bahwa para responden sudah memiliki pendidikan
yang memadai, dikarenakan mayoritas dari pada para pekerja sudah
mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

61

Tabel 5.5
Pelaksanaan Agenda Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Terlaksana Semua

60

50.0

2.

Terlaksana Sebagian

58

48.3

3.

Terlaksana Ketika Menjelang

1.7

120

100

Pemilu(Pemilukada)
Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian responden (48,3%)


menyatakan bahwa tidak semua agenda pendidikan politik terlaksana.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara perencanaan dengan
pelaksanaan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan oleh partai
responden tersebut. Data ini dapat dihubungkan dengan frekuensi
pelaksanaan pendidikan politik pada tabel 5.8.

62

Tabel 5.6.
Tema Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Vouter education

40

33.3

2.

Visi dan misi partai

80

66.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa ada dua tema


pendidikan politik dan wawasan kebangsaan yang dilakukan oleh partai
politik yaitu pendidikan pemilih dalam pemilu dan visi misi partai. Dari
data tersebut terlihat jelas bahwa parpol berusaha menjalankan
pendidikan politik dan wawasan kebangsaan sangat disesuaikan dengan
kepentingan politik partai.
Berikut adalah visi misi partai yang menjadi responden penelitian.

Tabel 5.7.
Visi Misi Partai Politik Subjek Penelitian

NO
1.

PARTAI
Demokrat

VISI
PARTAI
DEMOKRAT
bersama masyarakat luas
berperan
mewujudkan
keinginan luhur rakyat
Indonesia agar mencapai
pencerahan
dalam

MISI
1.

.Memberikan garis yang jelas


agar partai berfungsi secara
optimal dengan peranan yang
signifikan di dalam seluruh
proses pembangunan Indonesia
baru yang dijiwai oleh semangat

63

kehidupan kebangsaan
yang merdeka, bersatu,
berdaulat
adil
dan
makmur,
menjunjung
tinggi
semangat
Nasionalisme,
Humanisme
dan
Internasionalisme,
atas
dasar ketakwaan kepada
Tuhan yang maha Esa
dalam tatanan dunia baru
yang damai, demokratis
dan sejahtera.
2.

3.

2.

Golkar

Partai GOLKAR berjuang


demi
terwujudnya
Indonesia baru yang
maju, modern, bersatu,
damai, adil dan makmur
dengan masyarakat yang
beriman dan bertaqwa,
berahlak
baik,

reformasi serta pembaharuan


dalam semua bidang kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan kedalam formasi
semula
sebagaimana
telah
diikrarkan oleh para pejuang,
pendiri pencetus Proklamasi
kemerdekaan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia
dengan titik berat kepada upaya
mewujudkan
perdamaian,
demokrasi (Kedaulatan rakyat)
dan kesejahteraaan.
Meneruskan perjuangan bangsa
dengan semangat kebangsaan
baru dalam melanjutkan dan
merevisi strategi pembangunan
Nasional
sebagai
tumpuan
sejarah bahwa kehadiran partai
Demokrat adalah melanjutkan
perjuangan
generasi-generasi
sebelumnya yang telah aktif
sepanjang sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, sejak melawan
penjajah merebut Kemerdekaan,
merumuskan Pancasila dan UUD
1945,
mengisi
kemerdekaan
secara berkesinambungan hingga
memasuki era reformasi.
Memperjuangkan
tegaknya
persamaan hak dan kewajiban
Warganegara tanpa membedakan
ras, agama, suku dan golongan
dalam
rangka
menciptakan
masyarakat sipil (civil society)
yang kuat, otonomi daerah yang
luas
serta
terwujudnya
representasi kedaulatan rakyat
pada struktur lebaga perwakilan
dan permusyawaratan.

Partai GOLKAR dengan ini menegaskan


misi perjuangannya, yakni: menegakkan,
mengamalkan, dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar Negara dan
idiologi
bangsa
demi
untuk
memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan mewujudkan cita-cita
Proklamasi
melalui
pelaksanaan

64

menjunjung tinggi hak


asasi
manusia,
cinta
tanah air, demokratis,
dan adil dalam tatanan
masyarakat madani yang
mandiri,
terbuka,
egaliter,
berkesadaran
hukum dan lingkungan,
menguasai
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi, memiliki etos
kerja
dan
semangat
kekaryaan, serta disiplin
yang tinggi.

pembangunan nasional di segala bidang


untuk mewujudkan masyarakat yang
demokratis,
menegakkan
supremasi
hukum,
mewujudkan
kesejahteraan
rakyat, dan hak-hak asasi manusia.

Dalam rangka membawa misi mulia


tersebut Partai GOLKAR melaksanakan
fungsi-fungsi sebagai sebuah partai
politik modern, yaitu:

Pertama, mempertegas komitmen untuk


menyerap,
memadukan,
mengartikulasikan, dan memperjuangkan
aspirasi
serta
kepentingan
rakyat
sehingga menjadi kebijakan politik yang
bersifat publik.

Kedua, melakukan rekruitmen kaderkader yang berkualitas melalui sistem


prestasi (merit system) untuk dapat
dipilih oleh rakyat menduduki posisiposisi politik atau jabatan-jabatan publik.
Dengan posisi atau jabatan politik ini
maka para kader dapat mengontrol atau
mempengaruhi jalannya pemerintahan
untuk diabdikan sepenuhnya bagi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Ketiga, meningkatkan proses pendidikan


dan komunikasi politik yang dialogis dan
partisipatif, yaitu membuka diri terhadap
berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari
masyarakat.

3.

PDIP

1.

Mewujudkan citacita proklamasi


kemerdekaan 17
Agustus 1945
sebagaimana
dimaksud dalam
Pembukaan
Undang-Undang

1.
Menghimpun
dan
membangun
kekuatan
politik
rakyat;
2. Memperjuangkan kepentingan rakyat
di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
secara
demokratis;
dan
3. Berjuang mendapatkan kekuasaan
politik
secara
konstitusional
guna
mewujudkan
pemerintahan
yang

65

4.

PKS

Dasar Negara
Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Membangun
masyarakat
Pancasila
dalam
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia
yang
demokratis,
adil dan makmur.
Visi Umum:

Sebagai
Partai
Dawah Penegak
Keadilan
Dan
Kesejahteraan
Dalam
Bingkai
Persatuan Ummat
Dan Bangsa.

melindungi segenap bangsa Indonesia,


memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia.
PENCAPAIAN
SEBELUMNYA:

1.

2.

3.
Visi Khusus:

Partai
Berpengaruh Baik
Secara Kekuatan
Politik,
Partisipasi,
Maupun
Opini
Dalam
Mewujudkan
Masyarakat
Indonesia
Yang
Madani.
Visi
ini
akan
mengarahkan
Partai
Keadilan
Sejahtera sebagai :

1.
Partai dawah
yang
memperjuangkan
Islam sebagai solusi
dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
2.
Kekuatan
transformatif
dari

4.

5.

6.

PADA

PEMILU

Menyebarluaskan dawah
Islam dan mencetak kaderkadernya sebagai anashir
taghyir.
Mengembangkan institusiinstitusi
kemasyarakatan
yang Islami di berbagai
bidang sebagai markaz
taghyir dan pusat solusi.
Membangun opini umum
yang Islami dan iklim yang
mendukung
bagi
penerapan ajaran Islam
yang solutif dan membawa
rahmat.
Membangun
kesadaran
politik
masyarakat,
melakukan
pembelaan,
pelayanan
dan
pemberdayaan
hak-hak
kewarganegaraannya.
Menegakkan amar maruf
nahi
munkar
terhadap
kekuasaan secara konsisten
dan
kontinyu
dalam
bingkai hukum dan etika
Islam.
Secara aktif melakukan
komunikasi,
silaturahim,
kerjasama
dan
ishlah
dengan berbagai unsur atau
kalangan umat Islam untuk
terwujudnya
ukhuwah
Islamiyah dan wihdatulummah,
dan
dengan
berbagai komponen bangsa
lainnya
untuk
memperkokoh
kebersamaan
dalam

66

nilai dan ajaran Islam


di
dalam
proses
pembangunan
kembali umat dan
bangsa di berbagai
bidang.
3.
Kekuatan yang
mempelopori
dan
menggalang
kerjasama
dengan
berbagai
kekuatan
yang
secita-cita
dalam menegakkan
nilai
dan
sistem
Islam yang rahmatan
lil alamin.
4.
Akselerator
bagi
perwujudan
masyarakat madani
di Indonesia.

5.

PAN

Menjadi Partai terdepan


mewujudkan masyarakat
madani
dengan
membangun
pemerintahan
yang
bersih,
membangun
negara yang berdaulat
yang diridhai Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa.

7.

1.
2.

3.

4.

5.

6.

merealisir
agenda
reformasi.
Ikut memberikan kontribusi
positif dalam menegakkan
keadilan
dan
menolak
kedhaliman
khususnya
terhadap
negeri-negeri
muslim yang tertindas.

Memenangkan PAN dalam setiap


pemilu
Mewujudkan
Kader
yang
berkesadaran spritual, sosial dan
politik, cerdas, ikhlas, pluralis,
tangguh,
profesional,
mandiri,
progresif, inovatif, konsisten
Mewujudkan PAN yang dekat dan
membela
kepentingan
rakyat
Membangun organisasi PAN yang
modern
berdasarkan
sitem,
manajemen dan budaya organisasi
yang kuat dan mengakar.
Mewujudkan Masyarakat Indonesia
baru yang demokratis, berkeadilan
sosial, makmur, damai, cerdas,
mandiri, dan partisipatif
Mewujudkan tata pemerintahan
Indonesia yang baik dan bersih, yang
melindungi
segenap
bangsa
Indonesia dan seluruh tunpah darah
Indonesia
dan
memajukan
kesejahteraan
umum,
serta
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mewujudkan Negara Indonesia yang
bersatu, berdaulat, bermartabat, ikut
melaksanakan ketertiban duniayang

67

6.

PPP

Terwujudnya masyarakat
yang bertaqwa kepada
Allah SWT dan negara
Indonesia
yang
adil,
makmur,
sejahtera,
bermoral,
demokratis,
tegaknya
supremasi
hukum,
penghormatan
terhadap
Hak
Asasi
Manusia (HAM), serta
menjunjung
tinggi
harkat-martabat
kemanusiaan
dan
keadilan
sosial
yang
berlandaskan
kepada
nilai-nilai keislaman.

1.

2.

3.

4.

berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dankeadilan
sosial,
serta dihormati
dalam
pergaulan Internasional.
PPP berkhidmat untuk berjuang
dalam mewujudkan dan membina
manusia dan masyarakat yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT,
meningkatkan
mutu
kehidupan
beragama,
mengembangkan ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan sesama muslim).
Dengan demikian PPP mencegah
berkembangnya
faham-faham
atheisme,
komunisme/marxisme/leninisme,
serta sekularisme, dan pendangkalan
agama dalam kehidupan bangsa
Indonesia;
PPP
berkhidmat
untuk
memperjuangkan hak-hak
asasi
manusia dan kewajiban dasar
manusia
sesuai
harkat
dan
martabatnya dengan memperhatikan
nilai-nilai agama terutama nilai-nilai
ajaran
Islam,
dengan
mengembangkan ukhuwah basyariyah
(persaudaraan sesama manusia).
Dengan demikian PPP mencegah
dan menentang berkembangnya neofeodalisme,
faham-faham
yang
melecehkan
martabat
manusia,
proses dehumanisasi, diskriminasi,
dan budaya kekerasan;
PPP berkhidmat untuk berjuang
memelihara
rasa
aman,
mempertahankan
dan
memperkukuh
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
dengan
mengembangkan
ukhuwah
wathaniyah (persaudaraan sebangsa).
Dengan demikian PPP mencegah
dan menentang proses disintegrasi,
perpecahan dan konflik sosial yang
membahayakan keutuhan bangsa
Indonesia yang ber-bhineka tunggal
mika;
PPP berkhidmat untuk berjuang
melaksanakan dan mengembangkan

68

5.

kehidupan
politik
yang
mencerminkan
demokrasi
dan
kedaulatan rakyat yang sejati dengan
prinsip
musyawarah
untuk
mencapai
mufakat.
Dengan
demikian PPP mencegah dan
menentang
setiap
bentuk
otoritarianisme,
fasisme,
kediktatoran,
hegemoni,
serta
kesewenang-wenangan
yang
mendzalimi rakyat;
PPP
berkhidmat
untuk
memperjuangkan berbagai upaya
dalam
rangka
mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang
diridlai oleh Allah SWT, baldatun
thayyibatun wa rabbun ghofur. Dengan
demikian PPP mencegah berbagai
bentuk
kesenjangan
sosial,
kesenjangan
ekonomi,
kesenjanganbudaya, pola kehidupan
yang konsumeristis, materialistis,
permisif, dan hedonistis di tengahtengah kehidupan rakyat banyak
yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan

Dikutip dari berbagai sumber.


Tabel 5.8.
Intensitas Pelaksanaan Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Kurang dari 10 kali

44

36.7

2.

10-20 kali

16

13.3

3.

Lebih dari 20 kali

60

50.0

120

100

Total
Data Primer 2010

69

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa ada variasi intensitas


dalam pelaksanaan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan dalam
kurun waktu 5 tahun.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa

intensitas pelaksanaan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan lebih


dari 20 kali sebanyak 60 orang (50%), kurang dari 10 kali sebanyak 44
orang (36,7%) dan yang menyatakan 10-20 kali sebanyak 16 orang (13,3%).
Bila dibandingkannya dengan masa kurun waktu 5 tahun dapat
disimpukan bahwa intensitas pendidikan politik yang dilakukan masihlah
sangat kurang, sehingga partai sebaiknya meningkatkan intensitas
pendidikan politik tersebut.
Tabel 5.9
Sasaran Dari Pendidikan Politik
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Kader

76

63.3

2.

Masyarakat

30

25.0

3.

Lainnya

14

11.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa pendidikan politik


dan wawasan kebangsaan ditujukan untuk kader dan masyarakat. Bila

70

dilihat dari data tersebut maka partai lebih mengutamakan pendidikan


politik kepada kader partainya atau konstituennya.
Tabel 5.10.
Bentuk Pendidikan Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Sosialisasi

72

60.0

2.

Seminar

42

35.0

3.

Training

3.3

4.

Lainnya

1.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa bentuk pelaksanaan


pendidikan wawawasan kebangsaan dilakukan dengan tiga cara umum
yaitu sosialisasi, seminar dan training. Bentuk pendidikan politik yang
paling banyak digunakan adalah dengan cara mensosialisasikan materi
pendidikan dan visi misi partai. Bentuk-bentuk pelatihan menjadi pilihan
yang tidak utama. Pelatihan sebenarnya mempunyai kelebihan dan lebih
baik untuk melaksanakan pendidikan politik karena dengan pelatihan
peserta diransang untuk lebih seimbang antara materi dan praktek

71

Tabel 5.11.
Tema Khusus Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

1.

Ada

2.

Tidak Ada

Frekuensi

Persentase

116

96.7

3.3

120

100,00

Total
Data Primer 2010

Ada dua tema pendidikan politik dan wawasan kebangsaan yang


dilakukan oleh partai politik yaitu pendidikan pemilih dalam pemilu dan
visi misi partai. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa parpol berusaha
menjalankan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan sangat
disesuaikan dengan kepentingan politik partai.
Tabel 5.12.
Pembekalan Khusus Tentang Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
Pada Anggota Partai
No.

Uraian

1.

Ada

2.

Tidak Ada
Total

Frekuensi

Persentase

116

96.7

3.3

120

100

Data Primer 2010

72

Berdasarkan tabel 5.12. dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan bahwa partai politik pernah memberikan
pembekalan khusus bagi anggota partai mengenai wawasan kebangsaan.
Tabel 5.13
Pemberi Materi Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Pimpinan Parpol

76

63.3

2.

Akademisi

29

24.2

3.

Unsur Pemerintah

11

9.2

4.

Lainnya

3.3

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan bahwa yang digunakan partai politik dalam
menyampaikan materi pendidikan politik dan wawasan kebangsaan
adalah

pimpinan

parpol

(63,3%).

Disamping

itu

parpol

juga

menggunakan akademisi dan unsure pemerintahan. Hal tersebut


menunjukkan bahwa parpol juga membutuhkan pihak lain untuk

73

melakukan sosialisasi, pendidikan politik dan kebangsaan, terutama dari


akademisi dan unsur pemerintahan.
Tabel 5.14.
Respon Terhadap Materi Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Menarik

94

78.3

2.

Tidak menarik

26

21.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan bahwa respon terhadap materi wawasan
kebangsaan menarik untuk dalam pendidikan politik yang dilaksanakan
parpol.
Tabel 5.15
Ketertarikan Pada Materi Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

1.

Ya

94

78.3

2.

Tidak

26

21.7

Total

120

Persentase

100,00

Data Primer 2010

74

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan bahwa masyarakat tertarik untuk mengikuti
pendidikan

Politik dan

Kebangsaan.

Hal

tersebut

juga didasari

pengalaman-pengalaman dalam kehidupan berpartai.


Tabel 5.16
Implikasi dari Materi Yang Diberikan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Ada

94

78.3

2.

Tidak

26

21.7

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan bahwa ada implikasi nyata dari pendidikan
politik yang diberikan partai terhadap peningkatan wawasan kebangsaan.
Menurut sebagian pengurus parpol, bila masyarakat atau kader kemudian
ikut dalam kehidupan politik dan berpartisipasi didalamnya, maka warga
masyarakat tersebut mengalami peningkatan pemahaman wawasan
kebangsaan.
Selanjutnya

keseluruhan

responden

menyatakan

bahwa

pengembangan wawasan kebangsaan menjadi penting bagi partai melihat


75

kondisi social politik dan iklim demokrasi yang ada di Indonesia. Partai
politik mempunyai kepentingan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
Negara.
Tabel 5.17
Praktek Isu Kebangsan di Kehidupan Berpartai
No.

Uraian

Frekuensi

1.

Dipraktekkan

2.

Tidak
Total

Persentase

116

96.7

3.3

120

100,00

Data Primer 2010


Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dipraktekkan dalam kehidupan
berpolitik partai. Hal ini ditunjukkan dari visi, misi dan platform partai
yang menjunjung tinggi
Tabel 5.18
Relevansi Isu Wawasan Kebangsaan dengan Kehidupan Partai
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Sangat Relevan

44

36.7

2.

Cukup Relevan

76

63.3

120

100

Total
Data Primer 2010

76

Berdasarkan tabel 5.18 dapat diketahui bahwa pendidikan politik


dan pengembangan wawasan kebangsaan masih relevan untuk dijalankan
oleh partai politik di Indonesia.
Tabel 5.19
Institusi yang Paling Bertanggung Jawab Melaksanakan Pendidikan
Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Pemerintah

75

62.5

2.

Kelompok Masyarakat

3.3

3.

Partai Politik

23

19.2

4.

Lainnya

18

15.0

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden menyatakan pemerintah merupakan institusi yang paling
berperan dalam mengembangkan wawasan kebangsaan (62%) dan di ikuti
partai politik (19,2%). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya seluruh
kelompok mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan wawasan
kebangsaan. Alangkah baiknya bila setiap kelompok-kelompok istitusi
tersebut bekerjasama dalam mengembangkan wawasan kebangsaan.

77

Tabel 5.20
Penggunaan Isu Kebangsaan Dalam Strategi Pemenangan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Digunakan

73

60.8

2.

Tidak

47

39.2

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.20 dapat diketahui bahwa tema wawasan


kebangsaan juga digunakan dalam agenda strategi pemenangan partai,
hanya saja kecenderungan jawaban tidaklah mencolok. Partai biasanya
lebih menyenangi memasukan isu ekonomi dalam agenda strategi
pemenangan.
Tabel 5.21
Pengaruh Isu Wawasan Kebangsaan Dalam Perolehan Suara Partai
No.

Uraian

Frekuensi

1.

Berpengaruh

46

38.3

2.

Cukup Berpengaruh

30

25.0

3.

Tidak Berpengaruh

44

36.7

Total

120

Persentase

100,00

Data Primer 2010

78

Berdasarkan tabel 5.21 dapat diketahui sebagian responden


menyatakan

ada pengaruh

pada perolehan

suara

ketika parpol

menggunakan isu kebangsaan.


Tabel 5.22
Biaya Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
No.

Uraian

Frekuensi

Persentase

1.

Parpol

96

80.0

2.

Pemerintah

24

20.0

120

100

Total
Data Primer 2010

Berdasarkan tabel 5.22 dapat diketahui bahwa parpol menanggung


biaya kegiatan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan bersama
dengan pemerintah.
Partai Politik dituntut untuk dapat menyelenggarakan peran dan
fungsinya sebagai lembaga perumus dan dan sarana pencapaian cita-cita
politik bangsa. Partai Politik juga dituntut mampu mengartikulasikan
arah dan tujuan partai, memberikan penggalangan politik ke segenap
konstituennya secara konstruktif. Peran tersebut sangat dimungkinkan
mengingat Parpol dikenal sebagai salah satu pilar demokrasi bangsa.

79

Karena itu Parpol memiliki kewajiban untuk

menjalankan perannya,

antara lain sosialisasi, pendidikan politik, pembekalan, rekruitmen serta


komunikasi politik kepada publik.
Dalam kaitannya dengan menumbuhkembangkankan wawasan
kebangsaan ditemukan bahwa partai politik

memahami peranannya

melaksanakan pendidikan politik untuk meningkatkan pemahaman


wawasan kebangsaan
Tabel 5.22
Hasil Wawancara
Tema
Apakah yang dilakukan
oleh parpol dalam
upaya
menumbuhkembangkan
wawasan kebangsaan
bagi masyarakat?

Hasil Wawancara
Yang dilakuakan partai politik dalam
menambah
wawasan
kebangsaan
Yaitu
mengimplementasikan
secara
langsung
kelapangan tanpa banyak teori yang di
berikan.( Amsal Nst.( Sekretaris Fraksi PKS
SUMUT )
PKS secara partai mempunyai jargon
Berbuat/Bekerja Adalah Ibadah. Dalam hal ini
perjuangan guna mencapai Misi dan Visi Partai
harus ditempuh melalui jalur kekuasaan. Ini
dikarenakan dengan memiliki kekuasaan,PKS
mampu menertibkan para kader secara khusus
dan Masyarakat secara umum. Terkait dengan
Pendidikan politik/wawasan Kebangsaan,PKS
tentu telah memiliki berbagai macam bentuk
kegiatan dalam usaha menumbuhkembangkan
pemahaman tentang politik dan wawasan
Kebangsaan itu sendiri,baik dalam bentuk
training,seminar,diskusi dan lain sebagainya.
Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing Tinggi )
Yang dilakukan partai politik dalam
menambah wawasan kebangsaan yaitu dengan

80

cara yang sesuai dengan flatform PAN yaitu


amanat, PAN berusaha mensosialisasikan ke
akar rumput kadernya.( Muriadi Staf Fraksi
PAN SUMUT )
Upaya Partai Demokrat dalam Menumbuhkan
pemahaman tentang Wawasan Kebangsaan
adalah melalui penanaman Nilai-nilai Di diri
kader sendiri terlebih dahulu yang kemudian
menanamkannya
kepada
masyarakat.
(Drs.Soetarto M,si Wakil Sekretaris Internal PDIP)

PDI-P dalam hal ini melakukan berbagai


kegiatan guna memberikan pemahaman
kebangsaan kepada masyarakat melalui
seminar,training,sosialisasi langsung baik itu
ditujukan kepada kader dan masyarakat.
Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )
Dalam hal ini partai sadar diperlukan
pelatihan-pelatihan,seminar dan
kegiatankegiatan kepada kader dan masyarakat guna
menumbuhkan pemahaman terhadap wawasan
kebangsaan ini sendiri. (Mustofarial Sitompul S
,Wakil Ketua/Sekretaris Fraksi Demokrat)

PPP Tebing Tinggi sebagai sebuah Partai politik


sudah tentu juga turut dalam melakukan
pendidikan politik terutama dalam menumbuhkan
wawasan kebangsaan tersebut. Hal ini dilakukan
dalam bentuk implementasi langsung di lapangan
seperti
dalam
bentuk
diskusi,
seminar,pengajian,kampanye
yang
langsung
ditujukan kepada masyarakat. Sedangkan di
internal partai/kader itu sendiri lebih sering dalam
bentuk latihan Kepemimpinan. Arham Harahap
(Ketua DPD PPP Tebing Tinggi)

Bagaimanakah
tanggapan masyarakat

Tanggapan masyarakat terhadap partai


mengenai masyarakat mengenai wawasan

81

terhadap pelaksanaan
kegiatan tersebut?

kebangsaan
adalah masyarakat masih
mengakui PKS sebagai partai yang berniat
untuk menuju perubahan. Amsal Nst.(
Sekretaris Fraksi PKS SUMUT )
Setiap kegiatan PKS baik itu tentang
pemahaman Kebangsaan ataupun tidak
ditujukan agar masyarakat itu sendiri
mendapat pemahaman dan solusi dari
permasalahan yang ada. Dengan kata
lain,melalui
kegiatan
yang
dilakukan,maysrakat/kader
sangat
menyambut baik kegiatan yang dibuat PKS.
Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing Tinggi )
Tanggapan masyarakat dengan kegiatan ini
adalah bagus, sampai sekarang masyarakat
memandang baik baik dari setiap bencana yang
ada, PAN berusaha ikut serta dalam
menanggulani setiap bencana. ( Muriadi Staf
Fraksi PAN SUMUT )
Masyarakat tidak terlalu antusias dalam
menerima wawasan kebangsaan ini. Hal ini
disebabkan karena masyrakat sudah jenuh
terhadap politik dan kinerja partai.
(Drs.Soetarto M,si Wakil Sekretaris Internal
Demokrat)
Masyarakat sangat menyambut positif segala
kegiatan partai termasuk kegiatan yang seperti
ini. (Mustofarial Sitompul S ,Wakil
Ketua/Sekretaris Fraksi PDIP)
Masyarakat sedikit yang sadar dan paham
akan wawasan kebangsaan ini sendiri, sehingga
respon yang dihasilkan pun tidak terlalu
bagus. Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )
PPP menilai ternyata masyarakat tidak terlalu
paham akan peran dan fungsinya partai
sebagai lembaga yang melakukan pendidikan

82

politik. Ini terlihat dengan masyarakat hanya


mengikuti kegiatan yang dilakukan partai.
Arham Harahap (Ketua DPD PPP Tebing Tinggi)
Bagaimanakah cara
yang terbaik untuk
menanamkan wawasan
kebangsaan bagi
masyarakat?

Bagaimana
cara
yang
tepat
untuk
menumbuhkan wawasan kebangsaan untuk
masyarakat adalah dengan cara praktek, tidak
perlu dengan teori-teorinya. Amsal Nst.(
Sekretaris Fraksi PKS SUMUT ).
Cara yang tepat menumbuhkan
wawasan
kebangsaan yaitu dengan cara seminar dan
melalui jalur pendidikan kalau dengan partai
politik ujung-ujungnya pasti ke many politik
Muriadi ( Staf Fraksi PAN SUMUT )
Partai Demokrat menilai masyarakat sudah
mulai antipati terhadap partai yang disebabkan
pemberitaan dan informasi yang didapat lewat
media. Hal ini yang menyebabkan partai
Demokrat sedikit kesulitan dalam proses
penanaman
wawasan
kebangsaan.
(Drs.Soetarto M,si Wakil Sekretaris Internal )
Pendidikan politik/wawasan kebangsaan itu
sendiri lebih bagus dilakukan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan
langsung,seperti contoh
perlombaan HUT RI,dan hal lainnya yang
terasa nyata Arham Harahap (Ketua DPD
Tebing Tinggi)
PKS Tebing Tinggi menilai bahwa dalam upaya
menumbuhkan Wawasan Kebangsaan adalah
dalam bentuk komunikasi kelompok yang
bersifat partisipatif (diskusi,Seminar,dll).
Namun dalam prakteknya masyarakat kurang
berminat jika tidak ada feedback terutama
dalam bentuk materi Wakidi ( Ketua DPD
Tebing Tinggi )
Cara yang terbaik yang dianggap PDI-P dalam
menanamkan wawasan kebangsaan ini adalah

83

dengan turun langsung kepada


masyarakat,baik itu melalui
kampanye,seminar,serta penyuluhanpenyuluhan Wariz ( Ketua DPD Tebing Tinggi )
Siapakah pihak yang
paling bertanggung
jawab dalam upaya
menanamkan wawasan
kebangsaan ini bagi
masyarakat?

yang paling bertanggung jawab untuk


menumbuhkan wawasan nusantara adalah
pemerintah karena pemerintah mempunyai
semua hal yang menyangkut masyarakat yang
mengelola masyarakat.Amsal Nst.( Sekretaris
Fraksi PKS SUMUT )
Dalam hal ini PKS menilai semua elemen harus
memiliki rasa tanggung jawab yang sama
dalam
upaya
menumbuhkan
Wawasan
Kebangsaan.Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing
Tinggi )
Yang paling bertanggung jawab terhadap
menumbuhkan wawasan kebangsaan adalah
semua elemen masyarakat tanpa terkecuali.
Muriadi ( Staf Fraksi PAN SUMUT )
Dalam hal ini partai Demokrat menilai semua
elemen mempunyai peran yang sama dalam
usaha menanamkan wawasan kebangsaan.
Pemerintah,partai,akdemisi juga harus turut
andil dalam usaha ini. (Drs.Soetarto M,si Wakil
Sekretaris Internal Demokrat)
Sudah pasti
pemerintah yang harus
bertanggung
jawab
dalam
penanaman
wawasan
kebangsaan,dimana
pemerintah
adalah elemen yang memiliki kuasa dan orang
yang
mendapat
amanah
dari
rakyat.
(Mustofarial
Sitompul
S
,Wakil
Ketua/Sekretaris Fraksi PDIP)
Pihak yang harus bertanggung jawab dalam
menanamkan wawasan kebangsaan kepada
masyarakat adalah pemerintah,dimana

84

pemerintah sebagai pengatur lalu lintas Negara


ini.Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )
PPP Tebing Tinggi menilai dalam hal ini
pemerintah haruslah menjadi pihak pertama
yang paling bertanggung jawab dalam upaya
menumbuhkan wawasan kebangsaan,diikuti
oleh partai-partai yang ada seta seluruh elemen
mayarakat.Arham Harahap (Ketua DPD PPP
Tebing Tinggi)
Apakah kegiatan ini
sudah dilakukan mulai
dari wilayah tingkat
terendah partai sampai
ke tingkat nasional?

Dari
tingkat
nasional
sampai
ke
daerah.Amsal Nst.( Sekretaris Fraksi PKS
SUMUT )
Kegiatan Pendidikan Politik merupakan
intruksi Partai dari tingkatan tertinggi/nasional
sampai daerah.Wakidi ( Ketua DPD PKS
Tebing Tinggi )
Tentunya hal ini merupakan Intruksi dari
pusat.Muriadi ( Staf Fraksi PAN SUMUT )
Sudah tentu ini merupakan agenda bersama
seluruh partai dari tingkat tertinggi sampai
terendah. (Drs.Soetarto M,si Wakil Sekretaris
Internal Demokrat)
Setiap kegiatan partai merupakan turunan
dari visi misi partai secara nasional. Ini dapat
dilihat dari setiap rapat-rapat partai selalu
memberikan
edukasi
kepada
para
kadernya,sehingga ini merupakan intruksi dari
nasional sampai ke daerah. (Mustofarial
Sitompul S ,Wakil Ketua/Sekretaris Fraksi
PDIP)
PDI-P selalu secara rutin melakukan kegiatan
pembekalan terhadap para kadernya guna
menambah kualitas kader baik itu isu-isu

85

general maupun tentang wawasan kebangsaan


tersebut yang ini semua merupakan agenda
nasional.Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing
Tinggi )
PPP yang merupakan partai yang bersifat
Hierarki tentu melakukan kegiatan yang
merupakan agenda Nasional,termasuk dalam
hal Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan.
Arham Harahap (Ketua DPD PPP Tebing
Tinggi)
Apakah ada pihakpihak yang
mendukung dalam
kegiatan ini?

Yang mendukung kegiatan ini adalah


swadaya internal partai.Amsal Nst.( Sekretaris
Fraksi PKS SUMUT )
Dikarenakan Pendidikan Politik merupakan
agenda partai,maka dalam hal ini Partai juga
yang
harus
mendukung
kegiatan
tersebut.Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing
Tinggi )
Yang mendukung kegiatan ini adalah pihak
politisi, pemerhati, kalangan dosen.Muriadi (
Staf Fraksi PAN SUMUT )
Karena ini merupakan kebijakan/agenda
partai,maka seluruh elemen partai mendukung
kegiatan ini, ditambah dukungan dari
pemerintah. (Drs.Soetarto M,si Wakil
Sekretaris Internal Demokrat)
Semua kegiatan partai selalu
ditanggungjawabi oleh semua kader partai,baik
dari kalangan legislative maupun swasta(
pengusaha). (Mustofarial Sitompul S ,Wakil
Ketua/Sekretaris Fraksi PDIP)
Tentu pihak internal partai yang selalu
mendukung semua kegiatan partai.Wariz (

86

Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )


PPP sendiri ternyata tidak sendirian dalam
kegiatan ini. Banyak pihak swasta maupun
simpatisan yang mendukung berbagai kegiatan
partai,termasuk Pendidikan Politik yang
dilakukan.Arham Harahap (Ketua DPD PPP
Tebing Tinggi)
Apakah ada pihakpihak yang menentang
kegiatan ini?

Yang menentang kegiatan ini tidak ada,


bukannya menentang tapi berlomba-lomba
untuk membuat kegiatan yang serupa.Amsal
Nst.( Sekretaris Fraksi PKS SUMUT )
Sampai hari ini PKS menilai belum ada pihakpihak yang menentang kegiatan yang
dilakukan.Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing
Tinggi )
Yang menentang kegiatan ini adalah tidak
ada.Muriadi ( Staf Fraksi PAN SUMUT )
Sampai hari ini belum ada pihak-pihak yang
dirasa menentang. Kalau ada pun animo
masyarakat dalam mengikuti kegiatan ini yang
sangat rendah.(Drs.Soetarto M,si Wakil
Sekretaris Internal Demokrat)
PDI-P menilai belum ada tantangan berarti
dalam proses pemahaman wawasan
kebangsaan ini,kalaupun ada,PDI-P siap
melawannya. Ini merupaka harga mati Negara
ini harus beridiologi Pancasila. (Mustofarial
Sitompul S ,Wakil Ketua/Sekretaris Fraksi
PDIP)
Belum ada.Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing
Tinggi )
Sampai hari ini PPP Tebing Tinggi belum

87

Bagaimanakah cara
menanggulangi
hambatan-hambatan
dalam melaksanakan
kegiatan ini?

menemukan Pihak-pihak yang menentang


kagiatan yang dilakukan partai.Arham
Harahap (Ketua DPD PPP Tebing Tinggi)
Cara menanggulangi kegiatan tersebut dengan
cara kegitan yang bersubstansi dan tindakan
nyata mengelola Negara sesuai dengan
amanah.Amsal Nst.( Sekretaris Fraksi PKS
SUMUT )
Disebabkan
belum
menemukan
halangan/tantangan,PKS belum merencanakan
penangulangan
dari
hambatan
tersebut.Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing
Tinggi )
Cara
menanggulangi
dengan
cara
memberikan pendidikan kepada semua tanpa
terkecuali.Muriadi ( Staf Fraksi PAN SUMUT )
Dikarenakan belum menemukan
halangan,maka partai Demokrta sampai hari ini
belum memikirkan solusi. (Drs.Soetarto M,si
Wakil Sekretaris Internal Demokrat)
Pihak partai sudah menyiapkan seluruh
elemen partai guna melawan pihak-pihak yang
berusaha melawan paham wawasan
kebangsaan ini.(Mustofarial Sitompul S ,Wakil
Ketua/Sekretaris Fraksi PDIP)
Tentu belum pernah cara-cara
penanggulangan hambatan yang
dilakukan.Wariz ( Ketua DPD PDIP Tebing
Tinggi )
Dikarenakan
tidak
ada
pihak
yang
menentang, maka belum dipikirkan bagaimana
cara
menangulanginya.Arham
Harahap
(Ketua DPD PPP Tebing Tinggi)

Apakah out put yang

Traning orientasi partai sebagai out-put untuk

88

didapatkan setelah
melaksanakan kegiatan
ini?

mensosialisasikan
wawasan
kebangsaan.Amsal Nst.( Sekretaris Fraksi PKS
SUMUT )
Pendidikan Politik/Wawasan Kebangsaan
diharapkan mampu menyadarkan/memberi
pemahaman
kepada
masyarakat
akan
syariat,politik, dan bagaimana solusi terbaik
untuk keluar dari permasalahan bangsa
ini.Wakidi ( Ketua DPD PKS Tebing Tinggi )
Apa yang menjadi out-put kegiatan wawasan
kebangsaan adalah menjadikan masyarakat
masa depan atau generasi depan mampu
menerapakan wawasan kebangsaan namun
jangan terlalu berharap juga dengan generasi
depan apa bila generasi sekarang tidak paham
dengan wawasan kebangsaan.Muriadi ( Staf
Fraksi PAN SUMUT )
Dalam hal ini out put yang dirasa partai masih
sebatas bagaimana masyarakat paham akan
politik dan mulai memiliki semangat
nasionalisme yang tinggi.(Drs.Soetarto M,si
Wakil Sekretaris Internal Demokrat)
Harapan partai adalah bagaimana
kader/masyarakat tahu tentang politik dan
memiliki sikap cinta tanah air yang tinggi.
(Mustofarial Sitompul S ,Wakil
Ketua/Sekretaris Fraksi PDIP)
Masyarakat lebih mengenal partai dan politik
serta mulai tumbuh sikap nasionalisme.Wariz
( Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )
Hasil dari berbagai kegiatan yang dilakukan
partai PPP sendiri tidak lepas dari usaha
pencitraan partai terhadap mastarakat dan
upaya menanamkan agenda partai, termasuk
bagaimana wawasan kebangsaan ini sendiri
89

dapat dipahami masyarakat.Arham Harahap


(Ketua DPD PPP Tebing Tinggi)
Apakah kegiatan ini
menambah jumlah
perolehan suara bagi
partai dalam Pemilu?

Belum ada penelitian terhadap persentase


perolehan
suara
terhadap
wawasan
kebangsaan namun dengan dengan aspresiasi
dan kita berfikir secara jernih untuk
masyarakat.Amsal Nst.( Sekretaris Fraksi PKS
SUMUT )
Setiap kegiatan yang dilakukan partai pasti
bertujuan guna memberi manfaat bagi
konstituen yang kemudian memberi ekses
kepada partai melalui peningkatan perolehan
suara partai PKS ini sendiri. Wakidi ( Ketua
DPD PKS Tebing Tinggi )
Wawasan
kebangsaan
Bisa
menjadi
menambah suara tapi tidak menjadi prioritas
dari perolehan suara. Muriadi ( Staf Fraksi
PAN SUMUT )
Sudah tentu sedikit banyak mempengaruhi
perolehan suara yang berasal dari kalangan
nasionalis.(Drs.Soetarto M,si Wakil Sekretaris
Internal Demokrat)
Karena partai PDI-P merupakan partai
nasionalis,maka isu-isu kebangsaan juga
dijadikan tema kampanye. Dengan kata lain
perolehan suara partai juga meningkat dari isu
wawasan kebangsaan itu sendiri. (Mustofarial
Sitompul S ,Wakil Ketua/Sekretaris Fraksi
PDIP)
Sangat berpengaruh terhadap pencitraan
partai dan perolehan suara partai.Wariz (
Ketua DPD PDIP Tebing Tinggi )
PPP Tebiang Tinggi sadar betul bahwa setiap
kegiatan
partai
termasuk
pendidikan

90

Politik/Wawasan Kebangsaan yang dilakukan


sedikit banyak mempengaruhi akseptasi
masyarakat terhadap partai,terutama dalam hal
perolehan
suara
dalam
Pemilihan
Umum.Arham Harahap (Ketua DPD PPP
Tebing Tinggi)

5.2.

Faktor yang Menghambat (Kendala) Menjalankan Peran Partai


Sebuah program kegiatan tentu tak lepas dari faktor-faktor

pendukung yang mempengaruhi jalannya program tersebut. Dari data


yang didapat dilapangan terlihat bahwa partai politik mempunyai
beberapa kesamaan dalam memandang masalah tersebut. Pertanyanpertanyaan penelitian diarahkan agar parpol mampu memberikan
informasi mengenai faktor kendala yang mereka hadapi selama
melaksanakan pendidikan politik dan wawasan kebangsaan.
Dari hasil wawancara didapatkan hasil yang dapat di lihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 5.22
Kendala yang Dihadapi Partai Dalam Melaksanakan Pendidikan
Wawasan Kebangsaan
No

Variabel

Keterangan

1.

Sumber Dana

Dana
pelaksanaan
pendidikan
wawasan kebangsaan berasal dari
partai dan pemerintah. Partai tidak
menyediakan dana khusus untuk
pendidikan politik/wawasan kebangsaan karena dalam versi partai tanggung
jawab utama pelaksanaan pendidikan
wawasan kebangsaan berada ditangan
pemerintah sehingga pemerintahlah
yang harus menyediakan dana untuk

91

pendidikan tersebut.
Donatur/sponsor untuk pendidikan
wawasan kebangsaan sulit didapatkan,
mereka lebih tertarik pada hal-hal yang
sifatnya
berhubungan
dengan
kekuasaan dan entertaining.
2.

Sumber Daya Manusia

Kurangnya esadaran politik menyangkut


pengetahuan, minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat
dan politik. Tingkat kesadaran politik
diartikan sebagai tanda bahwa warga
masyarakat menaruh perhatian terhadap
masalah kenegaraan dan atau
pembangunan.

3.

Waktu

Sulitnya mencocokkan waktu dengan


sasaran pendidikan, konstituen, kader
dan kegiatan partai.
Partai banyak disibukkan dengan
kegiatan
politik
praktis
lainnya
(terutama yang berhubungan dengen
isu
aktual
kekuasaan)
sehingga
sehingga perhatian partai lebih banyak
tertuju pada hal tersebut.

4.

Metode

Belum
ditemukannnya
model
pendidikan yang partisipatif oleh
anggota masyarakat, konstituen dan
kader partai, sehingga partai lebih
berperan sebagai fasilitator.

5.

Pengorganisasian

Masyarakat semakin apatis dengan


kegiatan partai
Belum
terciptanya
sinergisitas
kerjasama yang simultan antara
stakeholders yang berhubungan dengan
pendidikan
wawasan
kebangsaan,
seperti pemerintah, partai, akademisi,
dunia usaha, LSM dan lain sebagainya.
Persaingan antar partai yang membuat
92

tidak munculnya kerjasama partai


dalam pendidikan politik/wawasan
kebangsaan

93

BAB VI
KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan tersebut, dapat
ditarik kesimpulan :
1. Peran partai politik dalam menumbuh kembangkan wawasan
kebangsaan sebenarnya sangat sentral bila dikaitkan dengan
undang-undang tentang partai politik No. 31 tahun 2003. Hal ini
ditandai dengan masuknya isu wawasan kebangsaan dalam
agenda kegiatan partai dengan memberikan pendidikan politik dan
sosialisasi pada masyarakat, kader dan anggota partai. Hanya saja
partai belum melihat peran sentralnya ini, karena partai masih
menganggap bahwa pemerintahlah yang paling bertanggung jawab
dalam menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan. Intensitas
pelaksanan kegiatan pendidikan politik/wawasan kebangsaan
masih perlu ditingkatkan dimana dari data yang didapat masih
terjadi

kesenjangan

antara

perencanaan

dan

pelaksanaan

pendidikan wawasan kebangsaaan dan dari segi tema partai selalu


menyesuaikan dengan kepentingan politiknya.

94

Terbukanya kemungkinan untuk kerjasama dengan individu atau


institusi lain dalam menjalankan pendidikan politik/wawasan
kebangsaan baik dari segi dana, materi pendidikan, sumberdaya
manusia dan pengorganisasian. Perbedaan kepentingan antara
partai politik sebagai lembaga pendidikan politik masyarakat
dengan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, menjadikan
agenda tersebut tidak bisa berjalan dengan baik dan terencana.
Metodologi dan konsep yang belum sempurna dalam menjalankan
agenda

pendidikan

polititk

dalam

menumbuhkembangkan

wawasan kebangsaan tersebut, menciptakan kesenjangan antara


perencanaan dan pelaksanaannya.
Visi partai politik yang diturunkan dalam agenda kerja nasional
mengenai wacana menumbuhkembangkan wawasan nusantara
ternyata tidak berjalan dengan baik.
Masyarakat semakin apatis terhadap partai politik, sebagai ekses
dari minimnya pelaksanaan serta besarnya muatan kepentingan
partai politik dalam agenda tersebut.
2. Faktor-faktor yang menjadi kendala parpol dalam peningkatan
wawasan kebangsaan adalah sumber dana yang tidak kuat karena
partai tidak mengalokasikan secara khusus untuk pendidikan
wawasan kebangsaan dan donatur/sponsor lebih tertarik pada hal-

95

hal yang bersifat dengan kekuasaan dan entertaining. Selanjutnya


sumber daya manusia yang ada kurang mempunyai kesadaran
politik serta sulitnya mencocokkan

waktu dengan sasaran

pendidikan, konstituen dan kader. Partai lebih banyak disibukkan


dengan kegiatan politik praktis yang berhubungan dengan
kekuasaan
Faktor kendala lainnya adalah belum ditemukan model pendidikan
wawasan kebangsaan yang partisipatif serta pengorganisasian
stakeholders belum bersinergi dengan baik.

6.1. Rekomendasi
Dari penelitian ini dihasilkan beberapa rekomendasi yang
diharapkan

dapat

mengatasi

permasalahan

pendidikan

wawasan

kebangsaan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:


1. Partai sebaiknya memberikan perhatian khusus pada pendidikan
politik/wawasan kebangsaan dengan mengalokasikan dana dan
waktu yang lebih besar.
2. Kegiatan pendidikan politik/wawasan kebangsaan sebaiknya
dilakukan

dengan

mengikutsertakan

stakeholders

lainnya.

Sinergisitas antara partai, pemerintah, akademisi, dunia usaha dan


LSM perlu dimulai. Diharapkan Partai dapat menjadi front leader

96

dalam masalah wawasan kebangsaan sehingga partai mampu


mengembangkan perannya sebagai lembaga yang menjalankan
pendidikan politik masyarakat.

97

DAFTAR PUSTAKA

Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan Iindonesia, Jakarta: Bina Kesara.1992.


Budiadjo, Miriam., Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.1992.
Dhakidae, Partai-Partai Politik Indonesi, Jakarta, Kompas. 2004.
Syafii Inu, Kencana k, dkk, Sistem Politik Iindonesia, Bandung: Refika
Aditama.2005.
Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2004.
Surbakti, Ramlan., Memaham iIlmu Politik.Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.1992.
Fatah, Eep, syaifulloh., Membangun Oposisi, Bandung: Rosda.1999.
Karim, Perjalanan Partai Politik D Indonsia, Jakarta: CV Rajawali. 1983.
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, P.T. Gramedia: Jakarta.1981.
Drs.Soekarna Sistem Politik Indonesia.Mandar Maju Bandung, 1992
Oran R young, Sistem Ilmu Politik. Bina Aksara Jakarta. 1984
H. Abu Daud Busroh, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Bina Aksara Jakarta
1989
Sudarsono, Juwono., Pembangunan Politik Dan Perubahan Politik, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia: 1991.
Sitepu, Antonius., Sistem Politik Indonesia, Fisip-press: Medan. 2004.
Bangun, Zakaria., Demokrasi Dan Kehidupan Demokrasii Indonesia, Medan: Bina
Media. 2008.
Rudy, Pontoh., Janji-Janji SBY, Jakarta: Media Presindo.2004.

Arifin Rahman, Sistem politik Indonesia dalam persfektif fungsi dan struktur.Penerbit
SIC, Surabaya, 2002

Mellaz, August, Keserentakan Pemilu dan Penyederhanaan Kepartaian, Position


Paper yang tidak dipublikasikan
Janedri M. Gafar, Agung Djojosoekarto, at.al., Editor, Dewan Perwakilan Daerah
Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Kerjasama Sekretariat Jenderal
MPR dengan UNDP, 2003.
Jimly

Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Kerjasama


Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata
Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Cetakan Pertama,
Jakarta, 2004

Moh.Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Cetakan Kedua,


Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
Prof.Dr. Budi Winarno, MA. Sistem Politik Indonesia Era reformasi. PT. Buku Kita.
Jakarta 2007
DR. Bambang Cipto, MA. Presiden, Partai dan Pemulihan Ekonomi Indonesia UUI
Press Yokyakarta. 2003
Hendarmin Renadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik. Penerbit Fokusmedia
Bandung.2007
Azian Tamin, dkk. Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru. Grafika Indah. Jakarta.
2005
Sumber Jurnal
Politea Medan,: Fisip-usu 2005.
Politea Medan,: Fisip-usu 2006.
Majalah Kabinet LIRA Indonesia Edisi November 2005
Majalah Kabinet LIRA Indonesia Edisi Februari 2006
Majalah Tempo edisi April 2006

Sumber Undang Undang (UU)


UUD 1945

Setelah Amandemen, Bandung: : Nuansa Aulia, 2006.


Partai Politik (UU No. 31 tahun 2002 dan Pemilu (UU No.12 tahun 2003
Jakarta: Pondok Edukasi: 2008.
Sumber Internet: www. wikipedia.com
www. tokohindonesia.com
www. parlemenindonesia.com

Kuesioner
PERANAN PARTAI POLITIK
DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN
WAWASAN KEBANGSAAN
MASYARAKAT DI SUMATERA UTARA
1.

Nama

: ..

2.

Usia

: .. Tahun

3.

Partai

: .

4.

Jabatan

: .

5.

Jenis Kelamin

: .

6.

Agama

: .....

7.

Suku Bangsa

: .........................................

8.

Tingkat Pendidikan : .........................................

9.

Apakah Anda mengetahui peran parpol dalam amanat


UU Partai Politik yang merupakan media pendidikan
politik?
1. Tahu
2. Tidak tahu

15. Dimanakah Pendidkan politik/wawasan kebangsaan


tersebut dilakukan?
Sebutkan........................................................
16. Bagaimanakah bentuk pendidikan politik/wawasan
kebangsaan yang dilakukan oleh partai politik anda?
1. Sosialisasi
3. Training
2. Seminar
4. Lainnya
Sebutkan .............
17. Tema apa saja yang paling disukai masyarakat dalam
menerima pendidikan politik bagi masyarakat?
Sebutkan,
18. Apakah ada tema yang diangkat berkaitan dengan
peningkatan wawasan kebangsaan?
1. Ada
2. Tidak ada
19. Apakah ada pembekalan khusus bagi anggota partai
yang berkenaan dengen peningkatan wawasan
kebangsaan?
1. Ada
2. Tidak
20. Siapakah yang memberikan materi wawasan
kebangsaan tersebut?
1. Pimpinan Parpol
3. Lemhanas
2. Akademisi
4. lainnya
Sebutkan .

10. Bagaimanakah pelaksanaan amanat tersebut terutama


yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan politik
bagi masyarakat?
1. Terlaksana semuanya
2. Terlaksana sebagian
3. Terlaksana ketika menjelang Pemilu (Pemilukada)
4. Tidak terlaksana

21. Apakah tema wawasan kebangsaan menarik untuk


dijadikan materi pendidikan politik bagi masyarakat?
1. Ya
2. Tidak

11. Apakah tema yang diberikan dalam pendidikan politik


bagi masyarakat?
1. Vouter Education
2. Visi dan Misi Partai
3. Lainnya..

23. Apakah ada implementasi nyata dari pelaksanaan


pendidikan politik bagi masyarakat, terutama wawasan
kebangsaan?
1. Ada
2. Tidak

12. Berapa kali partai politik anda dalam 5 tahun melakukan


pendidikan politik?
Sebutkan ....................................
13. Kepada siapa saja diarahkan pendidikan politik
tersebut?
1. Kader
2. Simpatisan
3. Masyarakat
4. Lain.lain
Sebutkan..............
14. Apakah partai politik anda melakukan
pendidikan/pemahaman wawasan kebangsaan?
1. Ya
2. Tidak

22. Apakah masyarakat tertarik untuk mengikuti pendidikan


politik yang dilaksanakan oleh parpol?
1. Tertarik
2. Tidak tertarik

24. Seberapa penting pemahaman wawasan kebangsaan


terhadap kepentingan partai?
1. Penting
3. Tidak Penting
2. Kurang penting

25. Apakah wawasan kebangsaan tersebut dipraktekkan


dalam aktivitas politik partai anda?
1. Ya, dipraktekkan
2. Tidak
26. Apakah menurut anda wawasan kebangsaan masih
relevan dipraktekkan dalam kehidupan partai?
1. Relevan
3. Tidak Relevan
2. Kurang Relevan

27. Menurut anda siapakan yang paling berperan dalam


menanamkan nilai-nilai kebangsaan?
1. Pemerintah
3. Partai Politik
2. Kelompok Masyarakat
4. lainnya

30. Apakah isu/tema wawasan kebangsaan tersebut


menjadi agenda dalam strategi pemenangan politik
partai anda?
1. Ya
2. Tidak

28. Menurut Anda apakah masyarakat tertarik terhadap


materi pemahaman wawasan kebangsaan?
1. Tertarik
3. Tidak tertarik
2. Kurang tertarik

31. Seberapa besar pengaruh pendidikan politik wawasan


kebangsaan terhadap perolehan suara partai anda?
1. Berpengaruh
3. Tidak Berpengaruh
2. Cukup Berpengaruh

29. Apabila masyarakat tidak tertarik terhadap wawasan


kebangsaan, siapakah menurut anda yang paling
bertanggung jawab?
1. Pemerintah
3. Partai Politik
2. Kelompok Masyarakat
4. Lainnya

32. Siapakah yang menanggung biaya kegiatan pendidikan


politik yang dilaksaan oleh parpol?
1. Parpol
2. Parpol dan sponsor
3. Parpo dan Pemerintah
4. Lainnya,..

Interview Guide

PERANAN PARTAI POLITIK


DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN WAWASAN KEBANGSAAN
MASYARAKAT DI SUMATERA UTARA

1. Apakah yang dilakukan oleh parpol dalam upaya menumbuhkan wawasan


kebangsaan bagi masyarakat?
2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut?
3. Bagaimanakah cara yang terbaik untuk menanamkan wawasan kebangsaan bagi
masyarakat?
4. Siapakah pihak yang paling bertanggung jawab dalam upaya menanamkan
wawasan kebangsaan ini bagi masyarakat?
5. Apakah kegiatan ini sudah dilakukan mulai dari wilayah tingkat terendah partai
sampai ke tingkat nasional?
6. Apakah pihak-pihak yang mendukung dalam kegiatan ini?
7. Apakah ada pihak-pihak yang menentang kegiatan ini?
8. Bagaimanakah cara menanggulangi hambatan-hambatan dalam melaksanakan
kegiatan ini?
9. Apakah out put yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan ini?
10. Apakah kegiatan ini menambah jumlah perolehan suara bagi partai dalam
Pemilu?

Vous aimerez peut-être aussi