Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MUHAMMADIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sejarah pendidikan yang beragam. Hal ini
dikarenakan banyak organisasi organisasi yang juga mencantumkan pendidikan sebagai sarana
pergerakan maupun komitmen. Dari sekian banyak organisasi tersebut dapat kita ketahui
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang sampai saat ini masih menunjukkan
eksistensinya, dan bahkan berkembang dengan sangat pesat seiring perkembangan zaman.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Arti kata
Muhammadiyah sendiri adalah pengikut Muhammad atau dikenal sebagai orang orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah saat ini menjadi organisasi yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Walaupun awalnya didirikan oleh kelompok Islam, namun Muhammadiyah mampu berkembang
dengan baik seiring kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh seluruh elemen masyarakat
Indonesia. Banyak hal yang mendorong kemajuan organisasi ini seperti halnya visi misi ,
konsep pendidikan, tujuan, maupun kuriukulum yang saling berkesinambungan sehingga
Muhammadiyah dapat berproses dengan baik dalam masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan sebagai
pendiri Muhammadaiyah sangat berharap pembaharuan yang ia bawakan dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini.
Sejarah panjang yang dialami Muhammadiyah dan K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri
organisasi perlu kita ketahui, karena Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak pada
bidang pendidikan yang juga ikut serta membangun dan mencerdaskan bangsa memiliki latar
belakang dan tujuan yang baik yang berguna bagi kemajuan bangsa khususnya pada bidang
pendidikan saat ini.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMECAHAN MASALAH
A. FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
1.)
a.
Faktor Internal
a.2 Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disanping telah memperkaya khasanah budaya
Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format format sinkretik, percampuradukkan antara
sistem kepercayaan asli masyarakat masyarakat budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun kadang kadang menimbulkan
persoalan ketika percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku sebagai
muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang animistik tidak berubah.
Kepercayaan terhadap roh roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker,
kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha, dan animisme
hadir secara bersama sama dalam sistem kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam
banyak yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan siste pendidikan Islam yang khas
Indonesia. Transformasi nilai nilai keIslamaan ke dalam pemahaman dan kesadran umat secara
institusional sangat berhutang budi pada lembaga ini. Namun terdapat kelemahan dalam sistem
pendidikan Pesantren yang menjadi kendala untuk mempersiapkan kader kader umat Islam
yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak
pada mmateri pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti Bahasa Arab, Tafsir,
Hadist, Ilmu Kalam, Tasawuf dan ilmu falak. Pesantren tidak mengajarkan materi materi
pendidikan umum seperti ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang
justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk memahami perkembangan zaman dan dalam
rangka menunaikan tugas sebagai khalikfah di muka bumi. Ketiadaan lembaga pendidikan yang
mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar belakang dan sebab kenapa K.H.
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap
ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
2.)
a.
Faktor Eksternal
Kristenisasi
sejarah secara terbuka ( misalnya sistem kerja organisasi yang banyak diilhami dari yayasan
yayasan Katolik dan Protestan yang ba;nyak muncul di Yogyakarta waktu itu).
B. TUJUAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Pada awal perkembangannya, tujuan yang diprogramkannya Muhamadiyah yaitu :
Menyebarkan pengajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera residensi
Yogyakarta dan memajukan agama kepada ahli-ahlinya (Amir Hamzah Wirjo Soekarno, ms: 30).
Tujuan itu terungkap dalam usaha untuk menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam yang
sebenar-benarnya. Dan pada prinsipnya, sebagaimana dikemukakan Deliar Noer bahwa bagi
Muhamadiiyah, masalah pokok adalah pembinan umat yang diridhoi Alloh.
Tujuan yang dirumuskan dinilai dengan kondisi dan kebutuhan umat Islam pada masa itu,
terutama di Yogyakarta dan sekitarnya. K.H Ahmad Dahlan melalui pengamatannya yaitu
mengembalikan umat Islam kepada ajarannya yang murni. Usaha dan pemurnian akan lebih
efektif dilakukan dengan mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhamadiyah secara umum: Terwujudnya
manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berguna bagi
masyarakat dan negara. Beramal menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Menajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk pembangunan
dan masyarakat negara republik Indonesia yang berdasar pancasila dan UUD 1945
Dari segi perkembangan secara horisontal, amal usaha Muhammadiyah tela banyak berkembang,
yang meliputi berbagai bidnag kehidupan. Perkembangan Muhammadiyah dalam bidang
keagamaan terlihat dalam upaya upayanya, seperti terbentuknya Majlis Tarjih (1927), yaitu
lemmbaga yang menghimpun ulama ulama dalam Muhammadiyah yang secara tetap
mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa fatwa dalam bidang keagamaan, serta
memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini telah banyak memberi manfaat bagi jamaah
dengan usaha usahanya yang telah dilakukan:
a.
Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah
diberikan Rasulullah SAW.
b.
Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan perhitungan
hisab atau astronomi sesuai dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
c.
Mendirikan mushola khusus wanita dan juga meluruskan arah kiblat yang ada pada masjid
masjid dan mushola mushola khusus sesuai dengan arah yang benar menurut perhitungan garis
lintang.
d. Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil
perkebunan, serta mengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.
Mendirikan sekolah sekolah umum dengan memasukkannya ke dalamnya ilmu ilmu agama.
b.
Mendirikan madrasah madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu ilmu
pengetahuan umum.
Dengan perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan ilmu umum.
Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama.
terutama di Jawa ketika itu berada dalam keadaan lemah hingga tak mampu menghadapi
tantangan zaman ( Ahmad Syafii Maarif,1985). Khusus dalam bidang pendidikan dan
pengajaran pondok pesantren yang lebih menitik beratkan pengembangan ilmu pengetahuan
Islam yang berorientasi kepada keakhiratan, sementara pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah Hindia Belanda menitik beratkan pada ilmu pengetahuan umum yang berorientasi
pada maslaha keduniaan(sekuler) yang dipersiapkan untuk membantu memantapkan kakuatan
kolonial di Indonesia.
Polarisasi yang diametral ini sebagai akibat sistem dan politik pendidikan yang diterapkan
oleh pemerintah Hindia Belanda yang lebih memantapkan politik devide et impera .
penyelenggaraan pengajaran dalam sistem persekolahan oleh peerintah Hindia Belanda
mengambil sistem pendidikan pengajaran persekolahan barat (Eropa) dengan menggunakan
kelas dan bangku, sementara sistem pendidikan Pesantren tetap menggunakan sistem tradisional.
Keadaan pendidikan dan pengajaran yang berkutuk dengan segala aspek dan prospeknya
yang tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu dorongan yang kuat
bagi kelahiran pergerakan Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad
Dalan. Ada beberapa faktor yang diasaskan oleh Muhammadiyah, yaitu: Umat Islam berada
dalam keadaan jumud karena sudah banyak menyimpang dari tuntutan agama berdasarkan AlQuran dan Sunnah. Keadaan umat Islam yang lemah dalam berbagai aspek kehidupan sebagai
akibat penjajahan.
Akibat sikap menutup diri dari perkembangan luar. Persatuan dan kesatuan umat Islam
melemmah sebagai akibat dari kondisi organisasi Islam yang ada. Munculnya tantangan dari
kegiatan misi zending dinilai dapat mengancam masa depan kehidupan agama Islam. Selain dari
adanya faktor sebagai kenyataan yang diamati K.H. Ahmad Dahlan, beberapa kalangan menilai
pemikiran Muhamad Abduh mempunyai peran besar dalam mendorongnya untuk mengadakan
pembaharuan. K.H. Ahmad Dahlan memprioritaskan bidang pendidikan sebagai aktivitas
pembaharuannya (Amurah,1990, ms :15).
Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di dunia Islam ketika itu cukup luas. Gagasan dan
pemikiran tentang pembaharuan dalam Islam tersiar melalui majalah Al- Manar. Majalah itu
menjadi bacaan para tokoh pembaharu termasuk di Indonesia (Harun Nasution,1979). Pemikiran
Muhammad Abduh diserap oleh tokoh tokoh Islam pembaharu di Indonesia , seperti K.H.
Ahmad Dahlan. Walaupun bagaimanapun, kondisi masyaravkat dan umat Islam di tanah air tak
Muhammadiyah.
E.
Dahlan di dasarkanlatar belakang sejarah organisasi dan perkumpulan Islam, Al- Irsyad dan lain
lainnya memilih sikap non kooperatif, ternyata susah untuk mengembangkan diri. Dan alasan
inilah Muhammadiyah mengarahkan pembaharuan di bidang institusi pendidikan, terutama
mendirikan sekolah agama yang lebih sesuai keperluan pendidikan.
F. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI MUHAMMADIYAH
Sejalan dengan tujuan untuk membina umat, kegiatan Muhamadiyah sebagai organisasi
Islam antara lain : mendirikan sekolah, memodernisasi pesantren, menggiatkan tabligh, serta
kegiatan sosial lainnya termasuk yang bersifat insidental, seperti membantu korban bencana alam
dan sebagainya. Muhamadiyah menegaskan dua macam lembaga pendidikan, yaitu madrasah
diniyat yang khusus memberikan pelajaran agama dan sekolah-sekolah yang memberikan
pelajaran umum. Madrasah diniyat berbeda dengan madrasah yang lain ketika itu, masih
menerapkan metode pengajaaran sistem khalaqah (belum menggunakan bangku dan meja).
Muhamadiyah mendirikan sekolah-sekolah umum model sekolah kerajaan Hindia Belanda yang
tetap memberikan pelajaran agama Islam sebagai salah satu kurikulumnya.
Materi yang disampaikan pada pendidikan muhammadiyah adalah pendidikan agama yang
mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, fikih, tarikh, bahasa, al-quran dan
kemuhammadiyahan. Selain pendidikan agama juga terdapat pendidikan umum seperti IPA, IPS,
Ilmu tekhnik, Olahraga, Matematika dan lain-lain.
Bahan pelajaran tersebut diberikan secara berencana. Artinya, bahan pelajaran tertentu
diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama belajar yang telah ditetapkan.
Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya wisata
atau belajar di alam.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Muhammadiyah didirikan untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Quran dan
Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat islam
di Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bidah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan
dirinya pada madzhab atau pemikiran tertentu. Dari latar belakang yang demikian, membuat
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan didalamnya didirikan Lembaga Pendidikan
yang disesuaikan dengan sistem pendidikan Islam agar tidak terisolasi. Bahwa pada dasarnya
pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah cenderung mengarah kepada pendidikan umum.
Dalam pelaksanaan pendidikannya Muhammadiyah merupakan sistem pendidikan yang
memadukan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan sekolah, menjadi
sistem pendidikan madrasah atau sekolah agama.