Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bukan hanya masalah kesehatan masyarakat untuk negara-negara
berpenghasilan tinggi terlepas dari tingkat perkembangan. Lebih dari 80%
kematian asma terjadi dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
kebawah. Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan berulang
dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari
orang ke orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau minggu pada
individu yang terkena, dan bagi sebagian orang menjadi lebih buruk selama
aktivitas fisik atau pada malam hari.1
Menurut World Health Organization (WHO) May 2011 memperkirakan, 235
juta orang menderita asma. Asma kurang terdiagnosis dan kurang diobati,
menciptakan beban besar untuk individu dan keluarga dan mungkin membatasi
aktivitas individu untuk seumur hidup. Kematian asma akan meningkat dalam 10
tahun kedepan jika tindakan segera tidak diambil. Asma tidak dapat disembuhkan,
tetapi diagnosis yang tepat, pengobatan dan pendidikan pasien dapat
menghasilkan kontrol asma yang baik dan manajemen. 1
Didefenisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang
terjadi pada salah satu atau lebih kondisi; terpapar udara dingin dan/atau debu
dan/atau asap rokok dan/ atau stress dan / atau flu atau infeksi dan/ atau kelelahan
dan/atau alergi disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/ sesak napas
1
risiko penderita yang berhubungan dengan penyakit asma pada orang dewasa di
Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan sebagai suatu
rumusan masalah adalah Belum diketahui faktor risiko apa saja dari penderita
yang berhubungan dengan penyakit asma pada orang dewasa di Rumah Sakit
Umum Haji Medan tahun 2015 .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asma
Asma bronchial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang
terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan
antigen.4
2.2 Faktor Resiko Asma
1.Genetik
Pola herediter komplek dan asma tidak dapat diklasifikasikan secara
sederhana cara pewarisannya seperti autosomal dominan, resesif. Namun dari
studi genetik telah menemukan multiple chromosomal region yang berisi gen-gen
yang memberi kontribusi asma. Kadar serum IgE yang tinggi telah diketahui ada
hubungan dengan kromosom 5q, 11q dan 12q. Secara klinik ada hubungan kuat
antara hiperresponsif saluran nafas dengan dan peningkatan kadar IgE.
2.Gender dan ras
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki laki tetapi menjadi
berlawanan pada pubertas dan dewasa. Prevalensi secara keseluruhan wanita lebih
banyak dari pria. Di Amerika Serikat ras kulit hitam diketahui mempunyai resiko
tinggi kematian, tidak tergantung status sosial ekonomi dan pendidikan.
3.Faktor lingkungan
Hasil temuan fisik pada saat serangan asma adalah akibat dari : 1.Efek ung
penyempitan saluran nafas difus dan hipersekresi mukus. 2.Tidak langsung
sebagai akibat dari peningkatan kerja nafas,peningkatan kebutuhan metabolik.
a.Takipnoe dan takikardi. Adalah tanda umum yang dijumpai pada asma akut .
Pernafasan antar 25-28 kali permenit dan rata-rata detak jantung 100 kali per
menit.Pernafasan > 30 kali per menit dan detak jantung > 120 kali per menit tidak
jarang dijumpai.
b.Wheezing difus adalah khas untuk asma tetapi keberadaan tidak dapat
memprediksi berat ringan asma. Wheezing dapat dideteksi dengan stetoskop
secara umum wheezing yang dujumpai saat inspirasi dan ekspirasi wheezing keras
dan nadi tinggi ada hubungan dengan obstruksi dengan saluran nafas berat. Pada
asma yang lebih berat wheezing bisa tidak terdengar. Hal ini menunjukkan
pertukaran gas yang sangat terganggu dan sudah dalam bahaya gagal nafas.
Penggunaan otot nafas tambahan, pulsus paradoksus dan banyak keringat adalah
tanda-tanda obstruksi saluran nafas berat. Sianosis dan tanda-tanda asidosis
respiratorik akut menunjukkan kasus berat.5,7
2.6. Pemeriksaan penunjang
1.Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat dibagi atas:
A.Pemeriksaan sputum
2.Pemeriksaan radiologi
10
lebih kecil dari 40% maka 2/3 dari pasien akan menunjukkan
penurunan tekana sistol dan bila lebih rendah dari 50% maka seluruh pasien akan
menunjukkan penurunan tekanan sistol.
b.Setiap pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernafasan dan
penurunan expiratoryflow rate (kecepatan aliran ekspirasi).
c.FRC lebih kecil dari 1 liter.
d.Peningkatan fluktasi dari tekanan intrapleura.
2.7.Penatalaksanaan
Ada 2 macam terapi asma : terapi simtomatik menggunakan relievers, yaiu
bronkodilator (agonis ,teofilin) dan disease-modifyng therapy
yang
11
12
BAB III
13
Variabel terikat
(variabel independent)
(variabel dependen)
Faktor Resiko:
1Genetik
Penderita Asma
2.Riwayat Alergi
3.Gender
Gambar 3.1 Kerangka konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Asma
Definisi
Alat
Operasional
Ukur/
Gangguan
cara ukur
Rekam
saluran
nafas medik
kronik
yang
Hasil Ukur
Skala
Ukur
a. Ya
b. Tidak
Ordinal
ditandai dengan
wheezing/mengi
Variabel
.
Definisi
Alat
Operasional
Ukur/
14
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Genetik
cara ukur
Rekam
Faktor
a. Ya
b. Tidak
Nominal
a. Ya
b. Tidak
Nominal
a. Laki-laki
b. Perempuan
Nominal
adanya
riwayat
asma
dalam keluarga
Riwayat
Alergi
alergi
(respon medik
berlebihan
terhadap
suatu
zat
misal
makanan,debu
Gender
atau obat).
Jenis
kelamin Rekam
pasien
yang medik
tercantum dalam
rekam medis.
3.3 Hipotesis
1. Tidak ada hubungan genetik penderita dengan penyakit asma pada orang
dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
15
2. Tidak ada hubungan riwayat alergi penderita dengan penyakit asma pada orang
dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
3. Tidak ada hubungan gender penderita dengan penyakit asma pada orang dewasa
di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
16
17
Kontrol
Jumlah
a+b
c+d
a+c
b+d
+b+c+d
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua penderita asma yang berobat di Rumah
Sakit Umum Haji dengan teknik pengambilan sampel kasus dalam penelitian
adalah Simple Random sampling.9,10
4.4 Jenis Data dan Prosedur Penelitian
4.4.1 Jenis Data Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
hasil rekam medik. Data sekunder yang di peroleh dari catatan medik penderita
asma.
4.4.2 Prosedur Penelitian
Data yang dibutuhkan seperti genetik, riwayat alergi dan gender
didapatkan dari hasil Rekam Medik di Rumah Sakit Haji Kota Medan tahu 2015.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Surabaya: FK
UNAIR. 2010
6. Djojodibroto Darmanto. Respirologi. Jakarta: EGC. 2009
7. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi; konsep klinis proses-prses
penyakit.Jakarta: EGC. 2005
8. Djuanda A, Hamzah M, Aisah A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed.
Jakarta:Badan Penerbitan FKUI; 2011.
9. Notoatmodjo S.Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
20
21