Vous êtes sur la page 1sur 38

PROJECT BASED LEARNING AND NURSING CARE

(PJBLNC)
BLOK SISTEM KARDIOVASKULER
TETRALOGY OF FALLOT

Oleh:
ANITA WULAN SEPTIYAWATI
091072002

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
2010 /2011

SLO
KONSEP PENYAKIT TETRALOGY OF FALLOT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Definisi Tetralogy Of Fallot


Prevalensi Tetralogy Of Fallot
Etiologi Tetralogy Of Fallot
Manifestasi klinis Tetralogy Of Fallot
Patofisiologi Tetralogy Of Fallot
Pemeriksaan diagnostic Tetralogy Of Fallot
Komplikasi akibat Tetralogy Of Fallot
Penatalaksanaan Tetralogy Of Fallot

NURSING CARE
1. Asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose dan intervensi
keperawatan) pada bayi Baiber.
2. Jelaskan dignosa dan intervensi keperawatan pada klien dengan
Tetralogy Of Fallot selain yang muncul pada kasus bayi bieber
diatas.

KONSEP PENYAKIT TETRALOGY OF FALLOT


I.

DEFINISI TETRALOGY OF FALLOT


Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan

tipe sianotik.

Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek


atau lubang dari bagian

infundibulum septum intra ventrikular (sekat

antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama
besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya
empat kelainan anatomi sebagai berikut meliputi:

1. defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara


kedua rongga ventrikel
2. stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh
darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
3.

dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan


overriding aorta dimana pembuluh darah utama yang keluar
dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah

sebagian aorta keluar dari bilik kanan


4. hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari
stenosis pulmonal.

Komponen

yang

paling

penting

dalam

menentukan

derajat

beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai


berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat
menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat
sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata.
Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke
paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga
terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang
harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena
adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek),
akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan
dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal
dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Sehingga percampuran ini
mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik
mengalami penurunan kadar O2.

II.

Prevalensi Tetralogy Of Fallot


Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai
saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi
,penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor
genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22
deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul pada lakilaki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini
adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior,
menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and
overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah
oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup
pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan
operasi yang dini.
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang
paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih
kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit
jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot
merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat
diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari
banyaknya kasus kelainan jantung

serta kegawatan yang ditimbulkan

akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat


dituntut

untuk

mampu

mengenali

tanda

memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

kegawatan

dan

mampu

III.

Etiologi Tetralogy Of Fallot


Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen. Faktor faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
-

Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya


down syndrome, marfan syndrome.

Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan


misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.

Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,


hipertensi, kolesterol tinggi,

penyakit jantung atau kelainan

bawaan
Faktor eksogen
-

Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau


suntik,

minum

obat-obatan

tanpa

resep

dokter,

(thalidmide,

dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)


-

Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

Efek radiologi (paparan sinar X)

Ibu mengonsumsi alkohol dan merokok saat mengandung.

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut


jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan
lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya,
pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai.

IV.

Menifestasi klinis Tetralogy Of Fallot


-

Murmur

mungkin

merupakan

tanda

pertama

yang

biasa

ditemukan oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak


biasa

yang

dapat

didengar

pada

denyut

jantung

si

bayi.

Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai


suara murmur jantung.
-

Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot.


Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi

kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga


dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
-

Warna kulit pucat

Frekuensi pernafasan yang meninggi

Kulit terasa dingin

Berat badan yang rendah

Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi
makan

Clubbing fingers

Dispnea, terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.

Keterlambatan

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan.

Gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak,


keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otototot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, masa
pubertas terlambat.
Anak dengan TF umumnya akan mengalami keluhan :

sesak saat beraktivitas

berat badan bayi tidak bertambah

pertumbuhan berlangsung lambat

jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)

kebiruan

Kebiruan akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau


menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di
seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan
ke kiri (right to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur
dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut
dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen
dan menimbulkan gejala kebiruan.
Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan
berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan
right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan

ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka


akan semakin berat gejala yang terjadi.
Keluhan yang timbul mencerminkan derajat hipoksia. Saat dan
beratnya gejala juga bervariasi, dari yang mengalami sianosis dini dengan
serangan anoksia yang berat dan meninggal pada waktu umur 2-3 bulan,
sampai ke keadaan ringan tanpa gejala. Pada kasus yang berat, sianosis
timbul bila pada minggu minggu pertama disertai serangan biru,
polisistemia dini dan penurunan toleransi latihan. Bila bayi dapat
melampaui 2 tahun, gejala tersebut akan berkurang, mungkin akibat
terbentuknya kolateral
Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi bayi dan
anak anak yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti
untuk beristirahat. Secara khas, anak anak akan mengambil sikap
berjongkok / squatting untuk meringankan dan menghilangkan dispea
yang

terjadi

akibat

aktivitas

fisik.

Biasanya

anak

tersebut

dapat

melanjutkan aktivitas fisiknya kembali dalam beberapa menit. Squatting


pada umumnya terdapat pada anak prasekolah, sedangkan anak yang
lebih besar jarang melakukannya karena malu. Serangan serangan
dispnea

paroksismal

(serangan

serangan

anoksia

biru)

terutama

merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi


tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah
hebat, penderita mulai sulit bernapas dan disusul dengan terjadinya
sinkop. Serangan serangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
Serangan serangan tersebut dapat berlangsung dari beberapa menit
hingga beberapa jam dan kadang kadang berakibat fatal. Episode
serangan pendek diikuti oleh kelemahan menyeluruh dan penderita akan
tertidur. Sedangkan serangan serangan berat dapat berkembang menuju
ketidaksadaran

dan

kadang

kadang

menuju

kejang

kejang

atau

hemiparesis. Awitan serangan biasanya terjadi secara spontan dan tidak


terduga. Serangan yang terjadi itu mempunyai kaitan dengan penurunan
aliran darah pulmonal yang memang mengalami gangguan sebelumnya,
yang berakibat terjadinya hipoksia dan asidosis metabolis.
Pada

pemeriksaan

fisik

didapatkan

anak

dengan

gangguan

pertumbuhan dan mungkin perkembangan. Tinggi badan dan keadaan gizi


biasanya dibawah rata rata serta otot otot dari jaringan subkutan terlihat
kendur

dan

lunak.

Masa

pubertas

terlambat.

Tampak sianosis dari berbagai derajat. Pada usia tahun pertama, sianosis
akan terjadi dan tampak paling menonjol pada mukosa bibir dan mulut
serta jari jari tangan dan kaki. Pada kasus kasus berat, sianosis terjadi
pada masa neonatal. Dengan adanya sianosis berat, maka kulit tampak
berwarna biru kehitaman dan sklera berwarna kelabu akibat kongesti
pembuluh

pembuluh

darah

yang

memberikan

petunjuk

adanya

konjungtivitis ringan. Pembentukan jari jari tabuh pada tangan dan kaki
yang menjadi nyata menjelang usia 1-2 tahun 2. Pada anak besar dapat
terlihat osteoartropati. 1. Tekanan darah dan denyut nadi pada umumnya
normal, tetapi sianosis berat dan polisistemia yang berlangsung beberapa
tahun dapat menyebabkan hipertensi. Gigi geligi sering dalam keadaan
buruk, seperti pada kelainan jantung sianotik lainnya, akibat gangguan
perkembangan email. Sering terjadi hipertrofi gusi dan lidah menunjukan
gambaran peta (geographic tongue). Dapat terjadi kelainan ortopedi
berupa skoliosis. Polisistemia dapat menimbulkan kelainan pada mata,
yaitu retinopati berupa pelebaran pembuluh darah retina. Tetralogi fallot
jarang sekali menyebabkan gagal jantung. Bila terdapat splenomegali
harus dicurigai endokarditis.Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke
depan.
Pada pemeriksaan jantung biasanya jantung mempunyai ukuran
normal dan impuls apeks (ictus) tampak jelas. Suatu getaran sistolik (thril)
dapat dirasakan pada 50% kasus di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada
celah parasternal ke 3 dan ke 4. Bising sistolik yang ditemukan seringkali
terdengar keras dan kasar; bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi
paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising tersebut
dapat bersifat bising ejeksi atau bising pansistolik serta dapat didahului
dengan terdengarnya bunyi klik. Bising sistolik tersebut disebabkan oleh
turbulensi darah yang terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan
serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari
kiri ke kanan. Bunyi jantung ke 2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh
penutupan katub aorta. Bising sistolik tersebut jarang disertai bising
diastolik; bising terus menerus dapat terdengar pada setiap bagian dada,
baik di anterior maupun posterior; bising tersebut dihasilkan oleh
pembuluh

pembuluh

darah

kolateral

bronkus

yang

melebar

atau

terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap. Temuan ini sering


didapatkan pada atresi paru 1 2
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

1.

Sianosis , bertambah waktu bangun tidur, menangis atau

sesudah makan.
2.

Dispneu

3.

Kelelahan

4.

Gangguan pertumbuhan

5.

Hipoksia (timbul sekitar umur 18 bulan)

6.

Dapat terjadi apneu.

7.

Dapat terjadi kehilangan kesadaran.

8.

Sering jongkok bila berjalan 20-50 meter, untuk mengurangi

dispneu.
9.

Takipneu

10. Jari tabuh dengan kuku seperti gelas arloji.


11. Hipertrofi gingiva
12. Vena jugularis terlihat penuh/menonjol
13. Jantung :
-

Bising sistolik keras nada rendah pd sela iga 4 lps

kiri/VSD
-

Bising sistolik nada sedang, bentuk fusiform,

amplitude maksimum pada akhir sistole

berakhir dekat S2 pd

sela iga 2-3 lps kiri (stenosis pulmonalis).


-

Stenosis pulmonalis ringan : bising kedua lebih keras

dengan amplitudo maksimum pada


-

akhir sistole, S2 kembar.

Stenosis pulmonalis berat : bising lemah, terdengar

pada permulaan sistole. S2 keras,

tunggal, kadang terdengar

bising kontinyu pada punggung (pembuluh darah kolateral).


14. Kadang-kadang hepatomegali, dengan hepatojugular reflux.
15. EKG :

Sumbu frontal jantung ke kanan, Hvka

Khas untuk TF : transisi tiba-tiba dari kompleks QRS

pada V1 dan V2.


-

Pada V1 QRS hampir seluruhnya positif, pada V2

berbentuk rS
16. Darah :
-

Hb dapat sampai 17 g%;

Hct dapat sampai 50-80%;

Kadang-kadang ada anemia hipokromik relatif.

17. Radiologik :
-

Paru : gambaran pembuluh darah paru sangat

berkurang, diameter pembuluh darah hilus kecil, tampak


cekungan pulmonal (karena a. pulmonalis dan cabangcabangnya
-

hipoplasi).

Jantung: arkus aorta 75% di kiri dan 25% di kanan,

tampak prominen, besar jantung

normal, apeks jantung agak

terangkat ke kranial.
-

Kosta : tampak erosi kosta bila ada sirkulasi kolateral.

18. Ekokardiografi :
-

VSD subaortik/subarterial besar, kebanyakan pirau

kanan ke kiri
-

Overriding aorta < / = 50%

Stenosis infundibuler dan valvuler

Hipertrofi ventrikel kanan.

Penting diukur a.pulmonalis kanan dan kiri

Catatan :
TF dibagi 4 derajat

Derajat I
Derajat II

: tak sianosis, kemampuan kerja normal


: sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang

Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis
bertambah, ada dispneu.
Derjat IV

V.

: sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

Patofisiologi Tetralogy Of Fallot


Tetralogi fallot adalah kelainan daerah konotrunkal yang paling sering
dijumpai. Cacatnya disebabkan oleh pemisahan konus yang tidak merata,
karena pergeseran letak sekat trunkus dan konus ke depan. Sehingga
pergeseran itu menimbulkan empat perubahan kardiovaskuler, yaitu :
- stenosis infundibularis pulmonalis.
- cacat yang besar pada septum interventrikularis.
- overriding aorta ( aorta yang keluar langsung di atas sekat yang
cacat).
- hipertrofi dinding ventrikel karena tekanan sisi kanan yang lebih
tinggi.
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan
terjadi perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu
menyebabkan darah yang berasal dari vena cava superior dan inferior
seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk ke
aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel
kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan
terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul sianosis. Stenosis
pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga
terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia

VI.

Pemeriksaan Diagnostik Tetralogy Of Fallot

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung

bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan


hematokrit

merupakan

indikator

yang

cukup

baik

untuk

derajat

hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan


mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan
hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui
batas

tersebut

timbul

bahaya

terjadinya

kelainan

trombo

emboli,

sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia
relatif yang harus diobati.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi besi.

Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau

sedikit membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan


konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat
sehingga tampak seperti sepatu boot. Pada 25% kasus arkus aorta
terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya
suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang
terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh
pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru
berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh
aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda
diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin
corakan vascular paru tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada
proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak
dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.

Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak

pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P


pulmonal.

Ekokardiogram

Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi


fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel
dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat.
Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan
perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu
mudah dilakukan.

Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek

septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan


mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
Kateterisasi

jantung

dan

angiokardiografi

merupakan

metode

pemeriksaan utama untuk menerangkan abnormalitas anatomis tersebut


dan untuk menyingkirkan cacat lainnya, yang menyerupai gambaran
suatu tetralogi falot, terutama ventrikel kanan dengan saluran keluar
ganda disertai stenosis pulmonal serta tranposisi arteri dengan stenosis
pulmonal
Kateterisasi jantung akan mengungkapkan hipertensi sistolik dalam
ventrikel kanan yang sama besarnya dengan tekanan darah sistemik
disertai penurunan tekanan yang mencolok ketika kateter tersebut
memasuki ruangan infundibulum atau arteri pulmonalis. Tekanan darah
rata rata dalam arteri pulmonal biasanya sebesar 5-10 mmHg, tekanan
darah di dalam atrium biasanya normal. Aorta mungkin dengan mudah
dapat dimasuki dari bilik kanan melalui cacar septum ventrikel tersebut.
Tingkat kejenuhan oksigen arteri tergantung atas pintasan dari kanan ke
kiri; pada waktu istirahat besarnya 75-85%. Contoh contoh darah dari
kedua pembuluh vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis seringkali mengandung kadar oksigen yang sama, sehingga
memberikan indikasi mengenai tidak adanya pintasan dari kiri ke kanan
dapat diperlihatkan pada tingkat ventrikel. Angiografi dan atau kurva
pengenceran indikator dapat melokalisasikan tempat pintasan dari kanan
ke kiri atau yang berarah ganda pada tingkat ventrikel tersebut

VII.

Komplikasi Tetralogy Of Fallot


-

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tetralogi Fallot antara

lain : - Infark serebral (umur < 2 tahun)

- Abses serebral (umur > 2 tahun)


- Polisitemia
- Anemia defisiensi Fe relatif (Ht < 55%)
- SBE
- DC kanan jarang

VIII.

Perdarahan oleh karena trombositopenia

Trombosis pulmonal

CVA thrombosis

Abses otak

Anemia

Perdarahan relative
Penatalaksanaan Tetralogy Of Fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka

terapi

ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain


dengan cara :
1.

Posisi lutut ke dada agar

aliran darah ke paru bertambah


2.

Morphine

sulfat

0,1-0,2

mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan


mengatasi takipneu.
3.

Bikarbonas

natrikus

Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis


4.

Oksigen
walaupun

pemberian

permasalahan

bukan

disini
karena

tidak

dapat

begitu

diberikan,

tepat

kekuranganoksigen,

karena
tetapi

karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas


diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan
anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat
dilanjutkan dengan pemberian :
a)

Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk


menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat
diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan
dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila
serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan
dalam 5-10 menit berikutnya.

b)

Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan.


Obat

ini

bekerja

meningkatkan

resistensi

vaskuler

sistemik dan juga sedative


c)

penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan


dapat

efektif

dalam

penganan

serangan

sianotik.

Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan


curah

jantung,

sehingga

aliran

darah

ke

paru

bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen


ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1.

Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk

serangan sianotik
2.

Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3.

Hindari dehidrasi

Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi
dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi
pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel.
Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya
dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur
optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun
kemajuan

telah

banyak

dicapai,

namun

sampai

sekarang

operasi

semacam ini selalu disertai resiko besar.


Terdapat dua pilihan dalam terapi bedah pada tetralogi fallot.
Pertama adalah koreksi total, dan kedua bedah paliatif pada masa bayi
untuk kemudian dilakukan koreksi total kemudian. Pada bayi dan anak
dengan a.pulmonalis yang tidak berkembang serta cincin katub pulmonal
yang kecil, lebih baik dilakukan operasi paliatif lebih dahulu. Di negara
maju, pada bayi di atas 3 bulan dengan jalan keluar ventrikel kanan serta
a.pulmonalis yang baik sudah dapat dilakukan koreksi total dengan
mortalitas di bawah 10%. Pada anak besar berumur 5-10 tahun pada
umumnya sudah dapat dilakukan koreksi total, kecuali bila terdapat
hipoplasia cincin katub pulmonal dan hipoplasia pembuluh darah paru 1
Operasi paliatif yang paling sering dilakukan adalah operasi Blalock
Taussiq yaitu pembuatan anastomosis dari salah satu cabang aorta
(a.subclavia) ke cabang homolateral a.pulmonalis. Akhir akhir ini lebih
disukai penggunaan bahan sintetik untuk menghubungkan arkus aorta

dengan a.pulmonalis, sehingga a.subclavia tetap dipertahankan. Operasi


paliatif lain adalah operasi Waterson (anastomosis sisi ke sisi antara aorta
ascenden dengan a.pulmonalis kanan, dan operasi Potts (anastomosis
bagian atas aorta ascendens dengan a.pulmonalis kiri). Prosedur Brock,
yang kini tidak populer lagi, adalah tindakan bedah pada tetralogi fallot
dengan melakukan reseksi obstruksi jalan keluar ventrikel kanan atau
valvulotomi katub pulmonal.
Pada koreksi total tetralogi dilakukan reseksi jalan keluar ventrikel
kanan dan penutupan defek septum ventrikel. Bila telah dilakukan operasi
paliatif sebelumnya (pintasan sistemik-pulmonal), maka harus dilakukan
penutupan pintasan buatan tersebut sebelum dilakukan kardiotomi. Pada
saat ini hasil operasi koreksi makin memuaskan dengan kemajuan
diagnostik,

bertambahnya

pengalaman,

serta

penatalaksanaan

paskabedah yang makin sempurna. Prognosis koreksi total kurang baik


bila terdapat deformitas berat jalan keluar ventrikel kanan, serta pada
orang besar (remaja) dan orang dewasa, karena telah timbul kolateral
yang banyak.
Penyulit yang sering terjadi adalah pendarahan paskabedah pada
pasien

dengan

polisistemia

berat.

Hal

ini

dapat

dicegah

dengan

melakukan tranfusi tukar parsial dengan plasma sebelum operasi. Penyulit


serius lainnya adalah terjadinya pelbagai tingkat gangguan antaran akibat
trauma bedah. Bila terjadi blok jantung komplet perlu dipasang pacu
jantung sementara atau permanen.
Selain itu penyulit penyulit lain paska pembedahan torakotomia,
seperti kilotoraks, paralisis diafragma dan sindrom horner bisa terjadi.
Kilotorak mungkin memerlukan torakosentesis berulang dan kadang
pembedahan kembali untuk mengikat duktus torasikus. Kelumpuhan
difragma yang disebabkan oleh trauma saraf laring rekuren dapat
berakibat terjadinya perjalanan paska pembedahan yang lebih sulit.
Mungkin diperlukan bantuan pernapasan dan pengobatan fisik yang lebih
kuat dalam waktu lebih panjang, tetapi fungsi diafragma pulih kembali
dalam 1-2 bulan, kecuali bisa syaraf terpotong sama sekali. Sindrom
horner biasanya bersifat sementara dan tidak memerlukan pengobatan.
Gagal

jantung

paska

hubungan

pembedahan

dapat

terjadi

anastomosis

akibat

besarnya
tersebut

Setelah prosedur pintasan berhasil dengan baik, maka sianosis dan


pembentukan jari jari tabuh akan berkurang. Berkembangnya suatu bising
seperti suara mesin setelah pembedahan, merupakan indikasi dari
anastomosis yang

mulai berfungsi. Bagaimanapun,

bising tersebut

mungkin belum terdengar selama beberapa hari setelah pembedahan


selesai dilakukan
Pembedahan yang dilakukan terdiri dari 2 tahap:
1. Pembedahan sementara
Pembuatan shunt bisa terlebih dahulu dilakukan pada bayi yang kecil
dan sangat biru, agar aliran darah ke paru-paru cukup. Shunt dibuat
diantara aorta dan arteri pulmonalis.
Setelah bayi tumbuh cukup besar, dilakukan pembedahan perbaikan
untuk menutup kembali shunt tersebut.
2. Pembedahan perbaikan terdiri dari:
- penutupan VSD
- pembukaan jalur aliran ventrikel kanan dengan cara membuang
sebagian otot yang berada di bawah katup pulmonalis
- perbaikan atau pengangkatan katup pulmonalis
- pelebaran arteri pulmonalis perifer yang menuju ke paru-paru kiri dan
kanan.
Kadang diantara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dipasang sebuah
selang (perbaikan Rastelli).
Pengobatan Konservatif
Anak

dengan

serangan

anoksia

ditolong

dengan

knee-chest

position, dosis kecil morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian


oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan
cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol)
untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia
dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi
relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis
metabolic harus diatasi secara adekuat.

IX.

Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu
tindakan operasi prognosis atau ramalan penyakit kedepan adalah buruk
atau tidak baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi
semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman
pada anak denagn TF adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai
dengan 3 tahun. Gejala neurologis disertai demam dan leukositosis
memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. Jika pada bayi denagn
TF terdapat gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis
thrombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF

cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya


trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis
selalu ada.

Bayi Baiber, 12 bulan, berat lahir 2,4 kg, BB saat ini 7 kg, rewel,
sulit makan dan minum susu, sesak, batuk dan pilek, demam, wajah
tampak kebiruan jika menangis, akral dingin, terdapat clubbing finger,
capillay refill time 4 detik, konjungtiva anemis, auskultasi bunyi jantung

terdapat murmur. Bayi Baiber tampak lemah, sudah bisa tengkurap dan
duduk sendiri, bisa merangkak sejauh 1 meter, belum bisa berdiri
meskipun dibantu/berpegangan pada sesuatu, bisa mengucapkan kata
ma-ma. Vital sign: N 135x/mnt, T 38,5C. Hasil foto dada apeks jantung
terangkat sehingga seperti gambaran sepatu, hasil EKG terdapat
hipertrofi ventrikel kanan, hasil lab: Hb 16 g/dL, hematokrit 50%, pH 7,28,
pCO2 60 mmHg, pO2 58 mmHg.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA ANAK


I. Biodata
1. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Baiber
2. Tempat tgl lahir/usia

: 12 bulan

3. Jenis kelamin

: laki-laki

4. A g a m a

5. Pendidikan

6. Alamat

7. Tgl masuk

: 08 Mei 2011

8. Tgl pengkajian

: 08 Mei 2011

9. Diagnosa medik

: tetralogy of fallot

10. Rencana terapi

2. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. N a m a

b. U s i a

c. Pendidikan

d. Pekerjaan/sumber penghasilan :
e. A g a m a

f. Alamat

2. Ibu
a. N a m a

b. U s i a

c. Pendidikan

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e. Agama

f. Alamat

C. Identitas Saudara Kandung


No N A M A

USIA

HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit


Pasien rewel,sulit makan dan minum susu, sesak, batuk dan
pilek, demam, wajah tampak kebiruan jika menangis.
III. Riwayat Kesehatan
1.

Riwayat Kesehatan Sekarang :


a. Provocative / Palliative
Apa yang menyebabkan gejala?
Apa yang menguranginya?
b. Quality / Quantity
Bagaimana rasanya, tampilannya, atau suaranya?
Sesak, batuk dan pilek, demam, wajah tampak kebiruan jika
menangis
Bagaimana anda merasakan sekarang?
Lebih parah atau lebih ringan dari yang dirasakan sebelumnya?
c. Regio / Radiasi
Di bagian mana gejala dirasakan?
Dada, mata, tenggorokan, hidung, wajah, kuku
Apakah menyebar?
d. Saveruty / Keparahan (scala)
Bagaimana intensitasnya (skala)?
Bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas?
Klien tampak lemah
e. Time / Waktu
Kapan hal itu mulai timbul dan bagaimana terjadinya?
Berapa lama terjadinya?
Frekuensi?
Durasi?

1.

Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 5 tahun)

1. Prenatal care
1.

Pemeriksaan kehamilan :

kali

2.

Keluhan selama hamil : perdarahan, PHS, infeksi, ngidam,muntahmuntah, demam, perawatan selama hamil

a. Riwayat : terkena sinar, terapi obat

b. Kenaikan BB selama hamil


c. Imunisasi TT

Kg

kali

d. Golongan darah ibu

Golongan darah ayah

Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen


dan eksogen yang mempengaruhi)
2. Natal
a, Tempat melahirkan : RS, Klinik, Rumah
b. Lama dan jenis persalinan : spontan, forceps , operasi, lain-lain
c. Penolong persalinan : dokter, bidan, dukun
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips, obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum, infeksi nifas
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2,4 kg , PB
b.

cm

Apakah anak mengalami : penyakit kuning, kebiruan, kemerahan

,problem menyusui, BB tidak stabil


(Untuk semua Usia)
Penyakit yang pernah dialami : Batuk ,demam, diare, kejang, lain-lain
Kecelakaan yang dialami : jatuh,tenggelam,lalu lintas,keracunan
Pernah : makanan , obatobatan,zat/subtansi kimia, textil
Komsumsi obat-obatan bebas
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat, sama,
cepat
1.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit anggota keluarga : alergi, asma, TBC, hipertensi , penyakit


jantung, stroke ,anemia

, hemofilia, artritis, migraine, DM, kanker,

jiwa
Genogram
IV. Riwayat Immunisasi
NO
1.
2.
3.
4.

Jenis immunisasi
BCG
DPT (I,II,III)
Polio (I,II,III,IV)
Campak

Waktu pemberian

Reaksi setelah pemberian

5.

Hepatitis

V. Riwayat Tumbuh Kembang


1.

Pertumbuhan Fisik

2.

Berat badan : 7 kg

3.

Tinggi badan :

4.

Waktu

tumbuh

gigi:
5.

gigi :

bulan,

Tanggal

tahun

Perkembangan Tiap tahap

Usia anak saat


1.

Berguling

2.

Duduk

3.

Merangkap :

4.

Berdiri

5.

berjalan

6.

Senyum kepada orang lain pertama kali :

7.

bicara pertama kali

8.

Berpakaian tanpa bantuan:

:
:
:

Klien sudah bisa tengkurap dan duduk sendiri, bisa merangkak sejauh 1
meter,belum bisa bediri meskipun dibantu/berpegangan pada sesuatu,
bisa mengucapkan kata ma-ma. Biasanya anak cendrung mengalami
keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
VI. Riwayat Nutrisi
1.

Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui :


2. Cara pemberian : Setiap kali menangis, terjadwal
3. Lama pemberian
1.

tahun

Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian

2. Jumlah pemberian :
3. Cara pemberian
1.

: dengan dot, sendok

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia
1.
0 4 Bulan

Jenis Nutrisi

Lama Pemberian

2.

4 12 Bulan

3.
Saat ini
VII. Riwayat Psikososial
Apakah anak tinggal di : apartemen, rumah sendiri, kontrak
Lingkungan berada di : kota, setengah kota, desa
Apakah rumah dekat : sekolah, ada tempat bermain, punya kamar tidur
sendiri
Apakah ada tangga yang bisa berbahaya ,Apakah anak punya ruang
bermain
Hubungan antar anggota keluarga ; harmonis , berjauhan
Pengasuh anak : Orang tua, Baby sister, pembantu, nenek/kakek
VIII. Riwayat Spiritual
Support sistem dalam keluarga :
Kegiatan keagamaan :
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya, tidak
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas, takut,Khawatir, biasa
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya, kadang-kadang, tidak
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah, Ibu, Kakak, Lain-lain
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ?
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ?
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : bosan, Takut, Senang, Lain-lain
X. Aktivitas sehari-hari
1.

Nutrisi

Kondisi
1.
Selera makan
2.

Menu makan

Sebelum Sakit

Saat Sakit
Menurun

3.

Frekuensi makan

4.

Makanan pantangan

5.

Pembatasan

pola

makan
6.

Cara makan

7.
1.

Ritual saat makan


Cairan

Kondisi
1.
Jenis minuman

Sebelum Sakit

2.

Frekuensi minum

3.

Kebutuhan cairan

4.
1.

Car pemenuhan
Eliminasi (BAB&BAK)

Kondisi
BAB (Buang Air Besar ) :

Saat Sakit

Sebelum Sakit

Saat Sakit

Sebelum Sakit

Saat Sakit

Kondisi
Sebelum Sakit
1.
Program olah raga

Saat Sakit

1. Tempat pembuangan
1.

Frekuensi (waktu)

2.

Konsistensi

3.

Kesulitan

4.

Obat pencahar

BAK (Buang Air Kecil) :


1.

Tempat
pembuangan

2.

Frekwensi

3.

Warna dan Bau

4.

Volume

5.
1.

Kesulitan
Istirahat tidur

Kondisi
1.
Jam tidur
-

Siang

Malam
1.

Pola tidur

2.

Kebiasaan sebelum
tidur

3.
1.

Kesulitan tidur
Olah Raga

2.

Jenis dan frekuensi

3.

Kondisi setelah olah

raga
1.
Personal Hygiene
Kondisi
1.
Mandi

Sebelum Sakit

Saat Sakit

- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
1.

Cuci rambut

- Frekuensi
- Cara
1.

Gunting kuku

- Frekuensi
- Cara
1.

Gosok gigi

- Frekuensi
- Cara
1.

Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi
1.Kegiatan sehari-hari

Sebelum Sakit

Saat Sakit

2. Pengaturan jadwal harian


3. Penggunaan alat Bantu
aktifitas
4.Kesulitan

pergerakan

tubuh
1.
Rekreasi
Kondisi
1.
Perasaan

Sebelum Sakit
saat

sekolah
2.

Waktu luang

3.

Perasaan

setelah

rekreasi
4.

Waktu

senggang

klg
5.

Kegiatan hari libur

Saat Sakit

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum klien
Baik, Lemah, Sakit berat
B. Tanda-tanda vital
Suhu
Nadi
Respirasi

: 45 x/menit (20-30 x/menit)


: 135 x/menit (120x/menit)
:

Tekanan darah :
C. Antropometri
= Tinggi Badan

= Berat Badan

: 7 kg

= Lingkar lengan atas :


= Lingkar kepala

= Lingkar dada

= Lingkar perut

= Skin fold

D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris, pernapasan cuping hidung, secret, polip, epistaksis
= Leher : pembesaran kelenjar, tumor
= Dada
Bentuk dada normal, barrel, pigeon chest
Perbandingan ukuran AP dengan transversal
Gerakan dada : simetris, terdapat retraksi, otot Bantu pernapasan
Suara napas : VF, Ronchi, Wheezing, Stridor, Rales
= Apakah ada Clubbing finger :
E. Sistem Cardio Vaskuler
=

Conjunctiva

anemia/tidak,

bibir

pucat/cyanosis,

kuat/lemah
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
= Ukuran jantung : Normal, membesar, IC/apex

arteri

carotis

= Suara jantung : S1 , S2 , Bising aorta , Murmur , gallop


= Capillary Refilling Time

detik

F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis
= Mulut : Stomatitis, palato skizis, Jml gigi, Kemampuan menelan : baik
/sulit
=Gaster : kembung, nyeri,gerakan peristaltic
= Abdomen : Hati : teraba, lien, ginjal, faeces
=Anus : lecet , haemoroid
1.

Sistem indra

1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman , perih dihidung, trauma, mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga, kanal auditoris : bersi , serumen
- Fungsi pendengaran :
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi, daya ingat , perhatian & perhitungan
Bahasa
b. Kesadaran : Eyes, Motorik, Verbal, dengan GCS
c. Bicara ekspresif, Resiptive
2. Fungsi cranial
a. N I
b. N II : Visus, lapang pandang
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata , pupil : isoskor, anisokor

d. N V : Sensorik, Motorik
e. N VII : Sensorik, otonom, motorik
f. N VIII : Pendengaran, keseimbangan
g. N IX :
h. N X : Gerakan uvula , rangsang muntah/menelan
i. N XI : Sternocledomastoideus, trapesius
j. N XII : Gerakan lidah
3. Fungsi motorik : Massa otot , tonus otot, kekuatan otot
4. Fungsi sensorik : Suhu, Nyeri, getaran, posisi , diskriminasi
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi , keseimbangan
6. Refleks : Bisep, trisep, patella, babinski
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk, laseque sign, Brudzinki I

/II

I. Sistem Muskulo Skeletal


1. Kepala : Bentuk kepala, gerakan
2. Vertebrae : Scoliosi , Lordosis,kyposis,gerakan, ROM,Fungsi gerak
3. Pelvis : Gaya jalan, gerakan, ROM, Trendelberg test, Ortolani/Barlow
4. Lutut : Bengkak, kaku, gerakan, Mc Murray test, Ballotement test
5. Kaki : bengkak, gerakan, kemampuan jalan, tanda tarikan
6. Tangan : bengkak , gerakan , ROM
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna, Mudah dicabut
= Kulit : Warna, temperature, kelembaban, bulu kulit, erupsi,tai lalat ,
ruam, teksture
= Kuku : Warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid :
= Ekskresi urine berlebihan , poldipsi , poliphagi
= Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut
L. Sistem Perkemihan

= Oedema palpebra, moon face, oedema anasarka


= Keadaan kandung kemih
= Nocturia , dysuria , kencing batu
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting, aerola mammae, besar
- Labia mayora & minora bersih, secret, bau
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra, kebersihan
- Testis sudah turun
- Pertumbuhan rambut : kumis, janggut, ketiak
- Pertumbuhan jakun , perubahan suara
N. Sistem Imun
= Alergi (cuaca , debu , bulu binatang , zat kimia

= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu, urticaria ,


lain-lain
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
A. 0 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST
1.

Motorik kasar

2.

Motorik halus

3.

Bahasa

4.

Personal social

B. 6 tahun keatas
1.

Perkembangan kognitif

2.

Perkembangan Psikoseksual

3.

Perkembangan Psikososial

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


a. Kepala dan wajah
Bentuk kepala
: (simetris/tidak),
pertumbuhan rambut
: merata/tidak,
lesi
:ada /tidak,
nyeri tekan
:(ada /tidak).
Mata
:konjuntiva anemis

Hidung,telinga,mulut

:-(kaji adanya tanda sianosisblue

spell)
b. Thoraks, paru dan jantung
I
:bentuk (belum dikaji), ictus cordis (belum dikaji)
RR :45 x/menit
P
:ictus cordis (belum dikaji)
P
: suara paru,batas jantung,
A
:suara jantung (mur-mur), paru (belum dikaji)
c.
Abdomen
I
: lesi (belum dikaji)
A
: bising usus (belum dikaji)
P
: nyeri tekan (belum dikaji), batas-batas organ :lambung,hati
P
: batas-batas organ :lambung,hati
d. Genetalia dan anus
I
: lesi (belum dikaji)
P
: nyeri tekan (belum dikaji)
e. Ekstremitas
kaku otot :(belum terkaji)
kekuatan : belum terkaji
akral dingin (+),clubbing finger (+), CRT :4 detik
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
- Hb 16g/dl
- Hematokrit 50%
- Ph 7,28
- Pco2 60 mmHg
TOF
- Po2 58 mmHg
= Radiologi
Foto dada apeks jantung terangkat seperti gambaran sepatu
Stenosis
Defek septum
= EKG
pulmonal
ventrikel
Hipertropi ventrikel kanan
Obstruksi >>>
berat
Aliran darah
paru

Hipertrofi

O2 dlm darah

Aliran darah
aorta

vent kanan

Penurunan
curah jantung

Percampuran darah
kaya O2 dg CO2

Hipoksemia

Sesak

Sianosis (blue
spells)

Kelemahan
tubuh

Hipoksia & laktat

Asidosis
metabolik

Bayi/anak cepat lelah :


jika menetek,berjalan,
beraktifitas

kompensasi
Ggn nutrisi kurang dr keb
Intoleransi aktivitas tubuh
Gangguan pertumbuhan
perkembangan

&
Gangguan perfusi
jaringan

Gangguan pertukaran
gas

polisitemia

Perdarahan

ANALISA DATA
Data
DS : - keluarga klien
mengatakan wajah
tampak kebiruan jika bayi
baiber menangis
DO :
- Bayi baiber
-

tampak lemah
sesak nafas, batuk

dan pilek, demam


konjungtiva

anemis,
Akral dingin
hasil Lab : pH : 7,
28 pCO2 : 28 ; pO2

: 58 mmHg
RR : 45 x / menit
N 135 x/menit

DS : keluarga klien
mengatakan wajah
tampak kebiruan jika bayi
baiber menangis
DO :
- Nadi : 135 x /
-

menit
Clubbing finger
batuk
konjungtiva

anemis
CRT > 4 menit

Etiologi
Terpapar faktor endogen &
enksogen selama kehamilan
trimester I-II

Kelainan janutng konginetal


sianotik (TOF)

Stenosis pulmonal

Obstruksi berat + hipertrofi


ventrikel kanan

Aliran darah paru

Hipoksemia

Sianosis

Hipoksia & laktat

Asidosis metabolic

Gangguan pertukaran gas


Terpapar faktor endogen &
eksogen selama kehamilan
trimester I-II

Kelainan janutng konginetal


sianotik (TOF)

Stenosis pulmonal+ defek septum


ventrikel+overriding aorta

Obstruksi aliran darah keluar


ventrikel kanan ke ventrikel kiri

MK
Pertukaran gas

Penurunan
curah jantung

Mur-mur (+)
bayi baiber tampak

lemah
Hb 16 g / dl,
hematokrit 50
Hasil EKG terdapat
Hipertropi ventrikel

Percampuran darah kaya oksigen


dengan karbondioksida

Aliran darahke seluruh tubuh


terganggu,terjadi sianosis

Penurunan curah jantung

kanan
Foto dada apeks
jantung terangkat
sehingga seperti

gambar sepatu
Ds: Ibu pasien
mengatakan sulit makan
dan minum susu
Do: Umur 12 bulan BB
7 kg
Pasien tampak lemah

Terpapar faktor endogen &


enksogen selama kehamilan
trimester I-II

Kelainan janutng konginetal


sianotik (TOF)

Stenosis pulmonal

Obstruksi berat + hipertrofi


ventrikel kanan

Aliran darah paru

Hipoksemia

Sesak nafas

Kelemahan tubuh

Bayi cepat lelah : jika menetek,


keterlambatan dalam berdiri

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nutrisi Kurang
dari kebutuhan

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pertukaran gas tidak efektif b.d perubahan membrane alveolar
kapiler
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan cardiac output
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
B. INTERVESI KEPERAWATAN
1. Pertukaran gas tidak efektif b.d perubahan membrane alveolar
kapiler
Tujuan :

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

2x24

jam

pertukaran gas kembali efektif


Kriteria hasil
-

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan


adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal

tak tampak tak adanya/penurunan Dispnea

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

TTV : RR 12-20x/m, Nadi 60-90 x/menit, pO2, pCO2 dan pH


kembali efektif

Intervensi

Rasional

Kaji dispnea, bunyi pernapasan


abnormal. Peningkatan upaya
respirasi, keterbatasan ekspansi
dada dan kelemahan

Untuk mengetahui tindakan


terapi selanjutnya. Mengetahui
tingkat keparahan gangguan
akibat gangguan respirasi

Evaluasi perubahan- tingkat


kesadaran, catat tanda-tanda
sianosis dan perubahan warna
kulit, membran mukosa, dan
warna kuku.

Akumulasi sekret dan


berkurangnya jaringan paru yang
sehat dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan
jaringan tubuh

Monitor GDA

Menurunnya saturasi oksigen


(PaO2) atau meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih.Adekuat/
perubahan terapi.

Observasi fungsi pernapasan,


catat frekuensi pernapasan,
dispnea atau perubahan tandatanda vital.

Distress pernapasan dan


perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebagai akibat
stress fisiologi dan nyeri atau
dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan
hipoksia.

Tingkatkan tirah baring, batasi


aktivitas dan bantu kebutuhan
perawatan diri sehari- hari
sesuai keadaan klien.

Menurunkan konsumsi oksigen


selama periode penurunan
pernapasan dan dapat
menurunkan beratnya gejala.

Jelaskan pada klien bahwa


tindakan tersebut dilakukan
untuk menjamin keamanan.

Pengetahuan apa yang


diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan
kepa- tuhan klien terhadap
rencana teraupetik

Berikan oksigen sesuai


kebutuhan tambahan

Terapi oksigen dapat mengoreksi


hipoksemia yang terjadi akibat

penurunan ventilasi/ menurunnya


permukaan alveolar paru.
Pemeriksaan AGD

Penurunan kadar O (PO)


/saturasi dan peningkatan PCO
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program
terapi.

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan cardiac output


Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi,
dengan kriteria hasil
Kriteria hasil

denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 140 x/mnt

Klien tidak terlihat pucat

Klien tidak terlihat lemah.

Tidak mengalami sianosis pada tubuhnya

Akral hangat

CRT < 3 menit

Intervensi

Rasional

Kaji frekuensi nadi, RR, TD


secara teratur setiap 4 jam.

Memonitor adanya perubahan


sirkulasi jantung sedini mungkin.

Catat bunyi jantung.

Mengetahui adanya perubahan


irama jantung.

Kaji perubahan warna kulit


terhadap sianosis dan pucat.

Pucat menunjukkan adanya


penurunan perfusi perifer
terhadap tidak adekuatnya curah
jantung. Sianosis terjadi sebagai
akibat adanya obstruksi aliran
darah pada ventrikel.

Pantau intake dan output setiap


24 jam.

Ginjal berespon untuk


menurunkna curah jantung
dengan menahan produksi cairan
dan natrium.

Batasi aktifitas secara adekuat.

Istirahat memadai diperlukan


untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.

Berikan kondisi psikologis


lingkungan yang tenang.

Stres emosi menghasilkan


vasokontriksi yangmeningkatkan

TD dan meningkatkan kerja


jantung.

3. Gangguan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama

makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan


Tujuan :
anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan
sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
-

Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur

Peningkatan toleransi makan.

Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan

Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb

Mual muntah tidak ada

Anemia tidak ada


Intervensi

1.

Timbang berat badan

anak setiap pagi tanpa diaper


pada alat ukur yang sama,

Rasional
1 . mengetahui kenaikan atau
penurunan berat badan, dan
untuk menentukan intervensi
selanjutnya

pada waktu yang sama dan


dokumentasikan.
2.
Catat intake dan output
secara akurat
3.

Berikan makan sedikit

tapi sering untuk mengurangi


kelemahan disesuaikan dengan

2 . mengetahui status volume


cairan di dalam tubuh
3 . untuk mempertahankan intake
nutrisi dan memberikan
kebutuhan metabolisme tubuh

aktivitas selama makan


( menggunakan terapi bermain)
4.
Berikan perawatan
mulut untuk meningktakan
nafsu makan anak
5.
Berikan posisi jongkok
bila terjadi sianosis pada saat
makan
6.

gunakan dot yang lembut

bagi bayi dan berikan waktu


istirahat di sela makan dan
sendawakan
7.
gunakan aliran oksigen

4 . menjaga oral higiene dapat


meningkatkan nafsu makan anak
5 . dengan posisi jongkok aliran
darah balik ke vena jantung akan
lancar, dan mengurangi kongesti
paru
6 . mencegah klien mengalami
iritasi pada oral, dan mencegah
tersedak

7 . menjaga suplai oksigen agar

untuk menurunkan distress

tetap terpenuhi

pernafasan yang dapat


disebabkan karena tersedak
8.
berikan formula yang
mangandung kalori tinggi yang
sesuaikan dengan kebutuhan
9.

Batasi pemberian sodium

jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda
anemia kolaborasi pemeriksaan
laboratorium

8 . menjaga atau mengantisipasi


apabila kebutuhan nutrisi yang
diberikan dari makanan tidak
adekuat
9 . mencegah perburukan kondisi
klien karena retensi cairan
10 . Untuk mencegah atau
mengetahui komplikasi dan
intervensi lanjutan

DAFTAR PUSTAKA
1. Cotran dan Robbins. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. edisi
ketujuh. Jakarta: EGC
2. Smeltzer, C Suzanne

dan

Brenda

Bare.

2001.

Buku

Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC


3. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan

Ajar

Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika


4. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi