Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Definisi
Gangguan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan
perkembangan saraf yang mempengaruhi perhatian dan perilaku pada anak-anak dan
orang dewasa. The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry
merekomendasikan penilaian awal yang mencakup informasi dari orang tua dan guru
biasanya dikumpulkan dengan menggunakan skala penilaian standar untuk ADHD
serta evaluasi untuk kemungkinan diagnosis penyerta. (Gipson TT, 2015)
Penyebab ADHD tidak diketahui. Faktor dugaan yang turut berperan untuk
ADHD mencakup pajanan toksik pranatal, prematuritas, dan cedera mekanis pranatal
pada sistem saraf janin. (Kaplan & Sandock, 2013)
Faktor-faktor resiko penyebab ADHD yaitu (Kaplan & Sandock, 2013):
Faktor Genetik
Dimana terdapat concordance yang lebih tinggi pada kembar monozigot
dibandingkan dizigot. Saudara kandung yang hiperaktif juga memiliki resiko 2
kali lebih besar terkena gangguan dibandingkan populasi umum. Gejala yang
dapat timbul yaitu hoperatif yang menonjol sedangkan saudara kandung lainnya
mempunyai gejala defisit atensi yang menonjol pola biologis anak-anak dengan
gangguan ini memiliki resiko lebih tinggi untuk ADHD dibandingkan orangtua
adoptif.
Kerusakan Otak
Pada anak yang menderita ADHD diketahui mengalami kerusakan ringan pada
sistem saraf pusat dan perkembangan otaknya selama periode janin dan perinatal.
Kerusakan otak yang dihipotesiskan dapat disebabkan karena gangguan sirkulasi,
toksik, metabolik, mekanisme, atau fisik pada otak pada masa bayi awal yang
disebabkan infeksi, peradangan, maupun trauma. Tanda-tanda neurologis nonfokal
(halus) sering ditemukan pada anak dengan ADHD.
Faktor Neurokimia
Obat terapi ADHD yaitu stimulan, mempengaruhi dopamin dan norepinefrin,
sehingga menimbulkan hipotesis neurotransmitter yang mencakup adanya
disfungsi kedua sistem adrenergik dan dopaminergik. Secara keseluruhan, tidak
ada bukti jelas yang mengaitkan satu neurotransmitter dalam timbulnya ADHD.
Faktor Neurofisiologis
Beberapa studi dengan positron emission tomography (PET) menemukan
berkurangnya aliran darah otak serta laju metabolik di daerah lobus frontalis anakanak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol. Pemindaian PET juga
menunjukkan bahwa remaja perempuan dengan gangguan ini memiliki
metabolisme glukosa yang berkurang secara global dibandingkan dengan kontrol
normal perempuan dan laki-laki serta pada laki-laki dengan gangguan ini. Salah
satu teori menjelaskan bahwa lobus frontalis anak-anak dengan ADHD melakukan
mekanisme inhibisi dengan tidak adekuat pada struktur yang lebih randah, suatu
efek yang menghasilkan disinhibisi.
Faktor Psikososial
Peristiwa psikis yang memberikan stress, gangguan keseimbangan keluarga,
serta faktor pencetus ansietas turut berperan didalam mulainya atau berlanjutnya
ADHD. Faktor predisposisi mencakup temperamen anak, faktor familial-genetik,
dan tuntutan masyarakat untuk patuh dengan cara berperilaku atau berpenampilan
dengan cara yang rutin.
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Dalam ADHD, salah satu gejala diagnostik utama selain kurangnya perhatian
dan hiperaktif adalah impulsif. Perilaku impulsif dapat terdiri dari melontarkan
jawaban sebelum pertanyaan selesai, mengalami kesulitan menunggu giliran, atau
memotong pembicaraan atau mengganggu orang lain. Karena sebagian besar
Simptom yang tercantum dalam DSM-5 yang dapat diamati pada masa kanak-kanak
ADHD. (Sebastian A, 2014)
Gejala impulsif lainnya untuk ADHD dewasa yaitu seperti ketidaksabaran
(misalnya, saat mengemudi) atau impulsif. Manifestasi utama lain dari ADHD pada
dewasa yaitu kinerja yang buruk pada saat kerja, inisiasi secara tiba-tiba atau
penghentian hubungan (misalnya, pada pernikahan terjadi perpisahan, perceraian),
dan keterlibatan yang berlebihan dalam kegiatan yang menyenangkan tanpa
menyadari risiko konsekuensi yang menyakitkan dll. Demikian pula, gejala impulsif
tambahan yang ditambahkan dalam DSM-5, seperti meninggalkan tempat kerja
seperti di kantor dalam situasi di mana seseorang diharapkan untuk tetap duduk.
(Sebastian A, 2014)
6. Penegakkan Diagnosis
Kriteria diagnosis ADHD menggunakan DSM-5, yaitu (Gawrilow C, 2014):
Hiperaktif-impulsif
Sering gelisah dengan atau tangan atau kaki yang mengetuk atau menggeliat di
kursi.
Sering meninggalkan tempat duduk dalam situasi ketika disuruh tetap duduk
(misalnya, meninggalkan tempat nya di kelas, di kantor atau tempat kerja lainnya,
santai.
Tidak bisa merasa nyaman berada disuatu tempat dalam waktu yang panjang,
antrean).
Sering menginterupsi atau menyela orang lain.
membaca panjang).
Sering tidak mendengarkan ketika ada yang berbicara secara langsung (misalnya,
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Obat yang memiliki efektivitas yang signifikan dan sangat baik dalam terapi
ADHD adalah stimulan SSP, termasuk sediaan metilfenidat lepas-segera dan
lepas-lama (Ritalin, Ritalin SR, Corcerta, Metadate CD, Metadase ER),
dekstroamfetamin
(Dexedrine,
Dexedrine
spansul),
dan
kombinasi
antidepresan
seperti
bupropion
(Wellbutrin,
Wellbutrin
SR),
venlafaksin (Effexor, Effexor SR) dan agonis reseptor alfa adrenergik klonidin
(Catapres) dan guanfasin (Tenex). (Kaplan & Sandock, 2013)
Atomoksetin (Strattera) adalah obat nonstimulan untuk terapi ADHD.
Atomoksetin
adalah
inhibitor
ambilan
kembali
norepinefrin
dan
tidak
mempengaruhi dopamin. Obat ini menghambat enzim 2D6 dan dapat menurunkan
metabolisme selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) sebagai akibatnya.
Dosis umumnya 40-100mg/ hari, diberi dalam dosis tunggal tidak terbagi. (Kaplan
& Sandock, 2013)
8. Prognosis
Perjalanan gangguan ADHD bervariasi. Gejala dapat ada hingga remaja atau
dewasa. Gejala ini dapat pulih saat pubertas atau hiperaktivitas dapat hilang, tetapi
berkurangnya rentang atensi dan masalah pengendalian impuls dapat bertahan.
Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang akan pulih, dan mudah teralih
perhatian adalah gejala terakhir pulih. Meskipun demikian, sebagian besar pasien
dengan gangguan ini mengalami remisi parsial dan rentan terhadap perilaku
antisosial, gangguan penggunaan zat, dan gangguan mood. Masalah belajar sering
berlanjut seumur hidup. (Kaplan & Sandock, 2013)
Daftar Pustaka
Cortese S., Ferrin M., Brandeis D., Buitelaar J., Daley D., Dittmann R. W., ... European ADHD
Guidelines Group. (2014). Cognitive Training for Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: MetaAnalysis of Clinical and Neuropsychological Outcomes From Randomized Controlled
Trials. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry.
Gawrilow C., Khnhausen J., Schmid J., Stadler G. (2014). Hyperactivity and motoric activity in
ADHD: Characterization, assessment, and intervention.Frontiers in psychiatry, 5.
Gipson T. T., Lance E. I., Albury R. A., Gentner M. B., Leppert M. L. (2014). Disparities in Identification
of Comorbid Diagnoses in Children With ADHD. Clinical pediatrics, 0009922814553434.
Nugent K., Smart W. (2014). Attention-deficit/hyperactivity disorder in postsecondary
students. Neuropsychiatric disease and treatment, 10, 1781.
Sadock, Benjamin J. (2013). Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis / Benjamin J. Sadock, Virginia
A. Sadock; ahli bahasa, Profitasari, Tiara Mahatmi Nisa; editor edisi bahasa Indonesia, Husny
Muttaqin, Retna Neary Elseria Sihombing, - Ed. 2 Jakarta : EGC.
Sebastian A., Jung P., Krause-Utz A., Lieb K., Schmahl C., Tscher O. (2014). Frontal dysfunctions of
impulse controla systematic review in borderline personality disorder and attentiondeficit/hyperactivity disorder.Frontiers in human neuroscience, 8.