Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan stres
dan tidur. Teori-teori tersebut meliputi konsep stres yang terdiri dari pengertian,
penyebab, jenis, respon, gejala, tingkat, dan dampak stres, dan konsep tidur yang
terdiri dari pengertian, fungsi, fisiologi, tahapan, siklus, dan faktor yang
mempengaruhi tidur.
A. Konsep Stres
1. Pengertian Stres
Stress sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi
oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat
mempengaruhi
kesehatan
fisik
manusia
tersebut.
Dengan
2. Penyebab Stres
Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang
menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang sama
akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap
stresor akan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
tindakan pencegahan terhadap stresor yang membuat stres (Safaria &
Saputra, 2009)
Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu
stressor internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab
stres yang berasal dari dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah
penyebab stress yang berasal dari luar diri individu. Kausar (2010)
mengatakan bahwa penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa selama
menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial,
manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu penyelesaian
tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, dan biaya
perkuliahan.
Penelitian Anatan & Ellitan (2009) mengatakan factor lain yang
juga mempengaruhi stress seserorang adalah perubahan ekonomi dan
finansial, munculnya konflik antar personal, interpersonal, dan antar
personal.
10
3. Penggolongan stress
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan
Desminiarti (1990) dalam penelitian Humaidi (2006), dapat digolongkan
sebagai nerikut:
a. Stress Fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat
arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat
beracun, hormone atau gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasite yang
menimbulkan penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,
organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi.
f. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan
11
5. Tingkat Stres
Setiap Individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda
terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
pengalaman, dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi
12
13
14
di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan
segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir
bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stres yang dialami
mahasiswa secara bertahap maka akan menurunkan energi dan respon
adaptif.
Lovibond (1995) , untuk mengukur tingkat stres anak atau remaja
menggunakan alat ukur Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42).
DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan
penelitian (Psychology Foundation of Australia, 2010). Alat ukur ini
mempunyai 42 pertanyaan untuk mengetahui seberapa tinggi depresi,
kecemasan dan stres yang dialami oleh seseorang. Yang masing-masing
memiliki 14 item pertanyaan. Seseorang dikatakan mengalami stress
ringan jika memiliki skor 0-13, stress sedang apabila memiliki skor 14-27,
dan stress sedang apabila memiliki skor 28-42, dan stress berat apabila
memiliki skor 28-42.
6. Dampak Stres
Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif
atau negatif. Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa stres dapat
meningkatkan kemampuan individu dalam proses belajar dan berpikir.
Dampak negatif stress dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan
menimbulkan gejala-gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safaria & Saputra
(2005) mengelompokkan dampak negatif stres yang dirasakan oleh individu
dalam
lima
gejala,
yaitu
gejala
fisiologis,
psikologis,
kognitif,
15
dan General
16
17
18
Fungsi tidur tetap belum jelas (Hodgson, 1991 dalam Potter &
Perry, 2005). Namun, tidur dapat berfungsi dalam pemeliharaan fungsi
jantung terlihat pada denyut jantung turun 10 hingga 20 kali setiap menit.
Selain itu, selama tidur, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan untuk
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak.
Otak akan menyaring informasi yang telah terekam selama sehari dan otak
mendapat asupan oksigen serta aliran darah serebral dengan optimal
sehingga selama tidur erjadi penyimpanan memori dan pemulihan kognitif.
Fungsi lain yang dirasakan ketika individu tidur adalah relaksasi otot
sehingga laju metabolic basal akan menurun. Hal tersebut dapat membuat
tubuh menyimpan lebih banyak energi saat tidur. Bila individu kehilangan
tidur selama waktu tertentu dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh,
baik kemampuan motorik, memori, dan keseimbangan. Jadi, tidur dapat
membantu perkebangan perilaku individu karena individu yang mengalami
masalah pada tahap REM akan merasa bingung dan curiga.
3. Fisiologis Tidur
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR)
yang terletak pada batang otak dan bekerja secara intermittent (Potter &
Perry, 2005). RAS merupakan jaringan sel yang membentuk sistem
komunikasi dua arah, memanjang dari batang otak hingga ke otak tengah
dan system limbic (Brunner & Suddarth, 2002). Selain itu RAS dapat
menerima rangsangan visual, audio, nyeri dan stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
19
Semua
orang
mempunyai
jam
biologis
yang
20
tidur
dapat
diidentifikasi
melalui
pola
21
22
Satu siklus tidur secara umum adalah 70 hingga 90 menit dan individu yang
tertidur akan melewati 4 hingga 6 siklus tidur dalam satu periode tidur yang
rata-rata memerlukan waktu 7 sampai 8 jam. Panjang periode NREM dan
REM akan berubah sepanjang periode tidur dan individu akan menjadi
lebih rileks dan kembali berenergi. Jika siklus tidur terputus pada tahap
manapun, maka siklus tidur baru akan dimulai lagi dari NREM tahap 1 dan
kemajuan melalui semua tahapan untuk tidur REM.
6. Persyaratan dan Pola Tidur Normal
Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang orang dari semua
kelompok umur. Misalnya, satu orang merasa cukup beristirahat dengan
tidur 4 jam. sedangkan yang lain memerlukan waktu 10 jam. Adapun
tingkatan umurnya yaitu:
a. Neonatus
Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata
sekitar 16jam sehari,
pertama. Siklus tidur umumnya 40-50 menit dengan bangun setelah 12 siklus tidur sekitar 50%
23
adalah REM).
anak
biasanya
mengalami
kesulitan
untuk
rileks
atau
24
hal yang sering (Potter & Perry, 2005). Pada saat terbangun, anak
akan menangis sebentar berjalan-
jalan,
25
penurunan terus
Episode
26
Namun,
mengalami
kesulitan
melaksanakan
tugas
dan
tetap
memperhatikan. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius dari kurang
tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius pada kemampuan
untuk melakukan fungsi sehari-hari. Kantuk cenderung paling sulit diatasi
selama melakukan tugas yang menetap (tidak aktif).
Sebagai contoh,
27
dimakan oleh setiap orang, atau juga menetapkan suatu norma dalam
tingkah laku seksual.
Orang-orang yang paling termahsyur sebagai orang yang tidur
sedikit, Edison dan Napoleon, berulang kali disebut-sebut karena
kebiasaannya tidur hanya dua jam. Kata orang, Edison telah menemukan
lampu pijar dengan maksud agar manusia tidak perlu membuang begitu
banyak waktu yang berharga dalam hidupnya dengan tidur. Kebiasaan
tidur Napoleon membuktikan bahwa kerja keras sama sekali tidak perlu
diimbangi dengan banyak tidur. Sebaliknya, saat-saat sibuk dan kerja keras
kadang-kadang dapat dipadukan dengan tidur yang sangat sedikit.
Kebutuhan tidur untuk setiap pribadi jelas sangat berbeda satu dengan
yang lain. Orang yang tidur sedikit benar-benar tidur sangat lelap, pada
suatu taraf yang boleh dikatakan lebih bermakna atau berkualitas,
meskipun tidur singkat tapi sangat lelap, berkualitas, ketika bangun merasa
segar dan pulih kembali.
7. Faktor yang mempengaruhi tidur
Tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit fisik, obatobatan, lingkungan, gaya hidup, keadaan stres, dan jadwal kerja/shift
(Rafknowledge,
2004).
Individu
dengan
penyakit
fisik
tertentu
28
29
Keperawatan
Komunitas,
melaksanakan
Penelitian
Deskriptif, Ujian Akhir Semester, Ujian Praktek dan yang baru-baru ini ada
kebijakan harus melaksanakan Uji Kompetensi Nasional, yang mana semua
ini akan dilalui oleh mahasiswa POLTEKKES Banjarmasin Jurusan
Keperawatan Prodi D III, sama halnya juga yang dialami oleh Jurusan
Kebidanan Semester VI.
D. Kerangka Teori
Sebagaimana landasan teori yang sudah dijelaskan diatas yaitu dari
faktor-faktor penyebab stress seperti faktor lingkungan fisik, faktor biologis,
faktor sosiokultural, penyebab makro dan mikro yang mana akan
30
menyebabkan stress dan mengganggu pola tidur dari seseorang, maka dapat
dibuat sebuah kerangka teori sebagai berikut:
Suhu
Pencahayaan
Bau-bauan
Kebisingan
1.
2.
3.
4.
Konflik
Tekanan
Frustasi
Krisis
Faktor Biologis
1. Kondisi Fisik
2. Neurofisiologis
3. Neurohormonal
Mahasiswa
Faktor
Psikoedukatif/sosiokultural:
Penyebab Stres:
A. Makro
1. Perceraian
2. Kematian
3. Pension
B. Mikro
1. Pertengkaran dengan
teman
2. Antri
3. Sandang dan pangan
4. Beban hidup
Tingkat
Stres
1. Perkembangan
kepribadian
2. pengalaman
Berat
Ringa
Seda
ng
n
31
Pola Tidur
Terganggu
Tidak
Terganggu